Anda di halaman 1dari 13

NAMA

: I PUTU RADHEYA

NIM

: P07134015025

A. BAKTERI PROTEOLITIK
1. BAKTERI PROTEOLITIK
Bakteri proteolitik adalah sekelompok bakteri yang mempunyai kemampuan untuk
memecah protein, dengan memutus ikatan peptida pada protein tersebut. Selain melalui
kemampuan tersebut, bakteri proteolitik juga mempunyai kemampuan membusukkan bahan yang
mengandung protein tinggi (bersifat putrefaktif). Proses pembusukan tersebut menghasilkan
senyawa hidrogen dan sulfida yang berbau busuk, serta asam amino sebagai putrefaktif protein.
Bakteri proteolitik terdiri atas banyak jenis misalnya E.Coli, Klebsiella dan
Pseudomonas. Kelompok bakteri tersebut mampu menghasilkan enzim protease. Secara umum
enzim protease dibedakan menjadi dua kelompok yaitu proteinase (mengkatalis hidrolisis
molekul protein menjadi peptida) dan peptidase (menghidrolisis fragmen peptida menjadi asam
amino).
Enzim protease yang dihasilkan oleh bakteri proteolitik di atas mempunyai banyak
manfaat. Salah satu manfaat enzim protease adalah terkait dengan peningkatan nutrisi pakan
unggas. Aplikasi pakan ternak dengan bakteri proteolitik yang bersifat probiotik tersebut pada
unggas dapat meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi pakan pada system pencernaannya. Hal
tersebut menyebabkan pertumbuhan unggas dengan aplikasiprobiotik menjadi lebih optimal.
2. Karakteristik Bakteri Proteolitik
Bakteri proteolitik adalah bakteri pemecah protein. Bakteri proteolitik menghasilkan enzim
protease. Protease merupakan enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan peptida
pada protein. Protease dibutuhkan secara fisiologi untuk kehidupan organisme pada tumbuhan,
hewan maupun mikroorganisme.
Untuk menentukan kemampuan mikroorganisme dalam mensekresikan protease yang dapat
mendegradasikan protein, maka pada medium disertakan susu skim yang mengandung kasien.
Kasein merupakan protein utama susu, suatu mikromolekul yang tersusun atas sub unit asam

amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Kasein berfungsi sebagai substrat bagi enzim
protease.
Enzim proteolitik atau protease mempunyai dua pengertian, yaitu proteinase yang
mengkatalis hidrolisis molekul protein menjadi fragmen-fragmen besar, dan peptidase yang
menghidrolisis fragmen polipeptida menjadi asam amino. Enzim proteolitik yang berasal dari
mikroorganisme adalah protease yang mengandung proteinase dan peptidase.
3. Klasifikasi dan Ciri Umum Beberapa Bakteri Proteolitik

a. Pseudomonas
Pseudomonas termasuk dalam famili pseudomonadaceae dengan ciri-ciri sel serupa
batang lurus, kadang-kadang serupa bola. Bergerak dengan flagel yang terdapat pada ujung.
Jumlah flagel satu atau lebih. Beberapa spesies tidak bergerak. Gram positif, habitat tanah atau
air tawar dan air laut. Banyak spesies hidup sebagai parasit pada tanaman, tidak begitu banyak
pada hewan. Ukuran 0,5-1,0 x 3,0-4,0 um. Umumnya mempunyai flagel polar, tetapi kadangkadang 2-3 flagel. Bila tumbuh pada perbenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lendir
polisakarida ekstraseluler Struktur dinding gel sama dengan famili Enterobacteriaceae. Strain
yang diisolasi dari bahan klinik sering sering mempunyai pili untuk perlekatan pada permukaan
gel dan memegang peranan penting dalam resistensi terhadap fagositosis. P.aeroginosa tumbuh
baik pada suhu 3-42oC, pertumbuhannya pada suhu 42C membantu membedakan spesiesini dari
spesies Pseudomonas lain. Bakteri ini oksidase positif dan tidak meragi karbohidrat, tetapi
banyak strain mengoksidasi glukosa. Pengenalan biasanya berdasarkan morfologi koloni, sifat
oksidase positif, adanya daya pigmen yang khas dan pertumbuhannya pada suhu 42C. untuk
membedakan Pseudomonas aeruginosa dengan yang lain berdasarkan aktivitas biokimiawi,
dibutuhkan pengujian dengan berbagai substrat).
Genus Pseudomonas ada 149 spesies dan 11 spesies tambahan berpigmen, berpigmen
hijau muda atau hijau tua. Pigmen meresap ke dalam medium. Biasanya penghuni tanah atau air.
Pseudomonas aeruginosa kadangkadang kedapatan di dalam luka pada hewan atau manusia.
Bakteri ini menyebabkan timbulnya nanah yang kebiru-biruan. Beberapa spesies yang lain
menyebabkan penyakit pada tanaman. Pseudomonas aeruginosa menghasilkan suatu pigmen
biru piosianin yang merupakan racun bagi beberapa spesies bakteri dan penyakit bagi beberapa
hewan. Selanjutnya semua pengobatan penyakit infeksi dengan menggunakan antibiotik itu
didasarkan atas antagonisme. Antagonisme biasa juga disebut antibiosis. Spesies yang terhambat

pertumbuhannya disebut amensal sedang spesies yang menghambat pertumbuhan disebut


antagonis. Dengan kata lain, amensal dapat tumbuh jika terpisah dari antagonis akan tetapi
terganggu jika hidup bersama dengan antagonis.

b. Escherichia coli
Escherichia termasuk dalam famili Enterobacteriaceae dengan ciri-ciri basil, bergerak
dengan flagel yang peritrik atau tidak bergerak, gram negative, menguraikan glukosa dengan
menghasilkan gas. Genus Escherichia dengan 4 spesies, ada yang berwarna, ada yang tidak,
saprobe, Escherichia coli terkenal sebagai penghuni kolon (usus tebal). E.coli dapat tumbuh
dalam medium yang asam atau alkalin (dari pH 4,5-9,5) pada suhu kamar atau diatas suhu tubuh,
baik secara aerobik maupun anaerobik. Sel-sel E.coli yang ditumbuhkan pada keadaan ekstrim
ini tidak mengandung enzim yang sama, baik macamnya maupun jumlahnya. E.coli tumbuh baik
antara 8-46C. jadi beda antara minimum danmaksimum temperatur disini ada lebih besar maka
E.coli termasuk golongan bakteri yang kita sebut euritermik. Pada umumnya dapat dipastikan
bahwa temperatur optimum itu mendekati temperatur maksimum daripada temperature
minimum. E.coli mempunyai optimum temperatur 37 C. bakteri yang dipiara di bawah
temperatur minimum atau sedikit di atas temperatur maksimum, tidak segera mati melainkan
berada dalam keadaan tidur (dormancy). Faktor-faktor luar seperti keadaan medium, temperatur,
pH, radiasi dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap variasi bakteri secara individual
maupun bakteri sebagai kelompok koloni. E.coli menjadi panjang-panjang sekali jika dipiara
dalam medium yang mengandung natrium ricionoleat, kristal ungu/pinisilin. Grafik pertumbuhan
koloni E.coli dapat diketahui bahwa bakteri ini tiap 20 menit mengadakan divisio jika faktorfaktor luar seperti medium, kebasahan, pH, temperatur itu tetap baik (Dwidjoseputro, 2003). E.
coli

menghasilkan

protease

jenis

aminopeptidase,

dipeptidase,

peptidil

dipeptidase,

karboksipeptidase logam, protease serin.


c. Klebsiella
Klebsiella termasuk dalam famili Enterobacteriaceae dengan ciri-ciri basil, bergerak
dengan flagel yang peritrik atau tidak bergerak, gram negative, menguraikan glukosa dengan

menghasilkan gas. Sedangkan genus Klebsiella dengan 3 spesies, saprobe atau pathogen pada
hewan dan manusia. Klebsiella pneumoniae kedapatan pada alat-alat pernafasan.
Klebsiella.berbentuk batang berkapsul nonmortil, 0,3-1,5 m x 0,6-6,0 m, tertata
tunggal, berpasangan atau dalam rantai pendek. Pertumbuhan pada medium ekstrak daging
menghasilkan koloni-koloni yang sedikit banyak berbentuk kubah, berkilauan dengan derajat
kelengketan yang beragam. Tidak mempunyai persyaratan tumbuh yang khusus dan kebanyakan
galur dapat menggunakan sitrat dan glukose sebagai sumber karbon satu-satunya dan ammonia
sebagai sumber nitrogen. Glukose difermentasi dengan menghasilkan asam gas (lebih banyak
CO2 daripada H2), namun terdapat juga galur-galur yang anaerogenik. Suhu optimum untuk
pertumbuhan ialah 35 sampai 37C.

B. BAKTERI LIPOLITIK
1. Bakteri Lipolitik
Mikroba lipolitik dikarakteristikkan melalui berbagai aspek seperti fisiologi, mekanisme
lipolitik, implikasi ekologi dan patogenik hingga produksi dan eksploitasinya. Lipase dari
mikroorganisme umumnya bersif atindusibel dengan ester asam lemak dan beberapa asam lemak
bebas berfungsi sebagai induser. Mikroorganisme ini menggunakan asam lemak yang dihasilkan
dari alcohol teresterifikasi oleh lipase. Dalam hampir semua kasus, mikroorganisme berfungsi
dengan baik pada emulsi minyak dalam air, dimanakan dungan air tinggi dan area interfacial
untuk degradasi tersedia luas dan substrat trigliserida dapat digunakan.
Bakteri lipolitik yang bersifat halofilik dan halotoleran juga berhasil diisolasi oleh de
Guzman, et.al (2008) dari Laguna Verde Bolivia dan diperoleh sebanyak 34 isolat yang
menghasilkan lipase ekstraseluler. Salah satuisolat dengan kemampuan tertinggi diidentifikasi
sebagai Bacillus pumilus.
Genus Lysubacter termasuk dalam bakteri meluncur Gram negative yang mampu
menghasilkan berbagai enzim ekstra seluler yang pentingdalam biodegradasi. Semua spesies
dari genus ini kecuali dua strain dari Lysubacterbrunescens, dikenathui mampu menghidrolisis
Tween yang diujikan dalam medium padat yang mengandung deterjen. Sejumlah enzim

ekstraseluler yang dihasilkan spesies Lysubacter telah dikarakterisasi tetapi enzim-enzim yang
responsif untuk akivitas lipase belum diteliti.
Indikasikan bahwa L. enzymogenes menghasilkan dua enzim yang menghidrolisis Tween,
satu berkaitan dengan sel dan yang lainnya disekresikan ke medium kultur. Meskipun
disekresikan enzim dapat digunakan untuk minyak olive sebagai substrat dan disebut sebagai
lipase. Pseudomonas mendocina mampu menghidrolisis minyak pada emulsi substrat minyak
tanpa Tween menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada dengan adanya Tween. Penambahan
Tween akan meningkatkan kemampuan hidrolisis minyak.

C. BAKTERI PEKTOLITIK
1. Bakteri Pektolitik
Pektin adalah karbohidrat kompleks yang terdapat apda sayuran dan buah-buahan. Campuran
enzim pektolitik, disebut pektinase, dapat memecah pektin dan menyebabkan busuk air atau
busuk lunak (soft rot) pada sayuran dan buah-buahan, atau menyebabkan hilangnya kemampuan
membentuk gel pada sari buah. Bakteri yang bersifat pektolitik misalnya beberapa spesies
Erwinia, Bacillus, dan Clostridium.

D. BAKTERI TERMOFILIK
1. Bakteri Termofilik
Bakteri Termofilik adalah Bakteri yang memiliki suhu pertumbuhan atau dapat hidup
pada suhu 45C - 70C dengan suhu pertumbuhan optimumnya adalah 45C - 55C. Bakteri ini
sering tumbuh pada makanan yang disimpan pada suhu tinggi. Contoh Bakteri Termofilik :
Clostridium thermosacchardrolyticum ( penyebab busuk kembung pada makanan kaleng).
Termofilik secara umum diartikan sebagai organisme yang hidup pada suhu di atas 450C.
Bakteri termofil menghasilkan enzim termostabil yang sangat penting dalam proses industri dan
bioteknologi, seperti dalam teknik-teknik biologi molekuler untuk kegunaan penelitian dan

diagnostik (enzim yang memproses DNA dan RNA) dan kemampuan enzim untuk mengubah
tepung, makanan, pengelolaan sampah, pembuatan kertas dan sintesis zat-zat organik.
Mikroorganisme termofil telah berhasil diisolasi dari berbagai sumber air panas, berhasil
mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Pseudomonassp dan Vibriosp dari sumber air panas
Songgoriti.

Bakteri

ini

menghasilkan

enzim

termostabil.

Bacillusumumnya

merupakan

mikroorganisme yang dominan dalam suatu lingkungan. Pada lingkungan yang kurang
cocok, bakteri ini membentuk endospora, sementara bakteri lain yang tidak memiliki
endospora menuntut kondisi yang spesifik untuk dapat bertahan hidup.
2. Habitat Bakteri Termofilik
Bakteri termofilik menyukai kondisi panas. Mereka hidup dan berkembang biak dalam
suhu ekstrem, yaitu antara 45C hingga 80C. Bahkan, ada bakteri termofilik yang bereproduksi
pada suhu 121C. Bakteri ini diberi nama Strain 121. Suhu 121C lebih panas daripada suhu air
mendidih. Tidak banyak tempat di muka bumi yang mampu menyediakan habitat ekstrem bagi
bakteri termofilik.
Beberapa di antaranya adalah di sumber air panas, kawah gunung berapi, dan di celah
hidrotermal kedalaman laut. Celah tersebut adalah rekahan permukaan bumi di bawah laut
tempat magma merembes dan memanaskan air. Bakteri termofilik pertama kali ditemukan pada
1960 oleh Thomas Brock. Bakteri ini ditemukan di sumber air panas di Yellowstone.
3. Pertahanan Diri di Suhu Ekstrem
Dalam suhu yang sedemikian ekstrem, Enzim, protein, dan DNA, bakteri ini stabil dan
bekerja optimal pada suhu ekstrem. Bakteri termofilik memiliki beberapa cara untuk menjaga
DNA mereka utuh. Kimiawi sel mereka mampu mencegah denaturasi protein. Stabilitas mereka
juga diperoleh karena formasi dan jumlah ikatan protein yang lebih banyak. Kandungan garam,
seperti potassium dan magnesium yang tinggi, mencegah penurunan ikatan fosfodiester.
Beberapa DNA bakteri termofilik berupa lilitan. DNA untai ganda memiliki lilitan yang lebih
banyak sehingga lebih tahan panas.
4. Toleransi

Bakteri termofilik ekstrem (hyperthermofil) membutuhkan suhu 80C hingga 105C


untuk berkembang. Banyak bakteri termofilik yang membutuhkan elemen belerang untuk
tumbuh dan berkembang.
Beberapa di antaranya merupakan bakteri anaerob yang menggunakan belerang sebagai akseptor
elektron dalam proses respirasi selular. Ada juga bakteri termofilik litotrof yang mengoksidasi
belerang menjadi asam sulfat sebagai sumber energi. Bakteri termofilik litotrof mampu
beradaptasi dengan pH yang sangat rendah. Oleh karena itu, bakteri ini juga termasuk golongan
acidofil.
Bakteri termofilik litotrof menghuni habitat bersuhu tinggi yang kaya belerang. Biasanya,
mereka terdapat di kawah gunung berapi, sumber air panas, geyser, dan fumarol. Beberapa
bakteri termofilik litotrof berwarna karena memiliki pigmen fotosintesis. Contoh bakteri
termofilik adalah Thermus aquaticus dan Thermococcus litoralis.
5. Jenis Bakteri
a. Moderate thermophiles dengan temperatur pertumbuhan optimum berkisar antara 35-70
C
b. Extreme thermophiles,temperatur pertumbuhan optimum berkisar 55-85 C
c. Hyperthermophiles, temperatur pertumbuhan optimum berkisar 75-113 C
Sedangkan pengelompokan termofil menurut Hughes dan Williams (1977).
a. Obligate thermophiles, temperatur pertumbuhan optimum 65-75 C, dan tidak mampu
tumbuh dibawah 40C
b. Facultative thermophiles, dapat tumbuh optimal pada temperature 50-60 C,dan mampu
tumbuh pada 37C
c. Thermotolerant thermophiles, pertumbuhan maksimum pada temperatur 45-50C,
mampu tumbuh pada 30C
6. Faktor Bakteri Termofilik Dapat Tumbuh Pada Suhu Tinggi
a. Memiliki kemampuan mensintesa makromolekul yang stabil terhadap panas. Perbedaan
intrinsik struktur makromolekul dan kofaktor stabilisasi termal. Perbedaan struktural
pada molekul protein, asam nukleat, lipid, dan enzim. Enzim bakteri termofil ikatannya
mempunyai tingkatan asam amino hidrofobik yang lebih tinggi daripada mikrobia
mesofilik dan memiliki ion Mg2+ dengan stabilitas tinggi sehingga struktur ikatannya
lebih erat dan lebih refraktif terhadap panas, tetap aktif, dan tidak alami denaturasi

sampai temperatur lebih dari 60 C. juga kemampuan mensintesa ribosom yang lebih
stabil terhadap panas. Hal ini karena titik cair RNA-nya cukup tinggi, serta keteraturan
dari pembungkusnya. Pembungkusnya terdiri atas komposisi dasar G-C dengan jumlah
yang lebih banyak dan A-U lebih sedikit. DNA termofil juga mempunyai reverse DNA
gyrase yang mampu memproduksi superkoil positif. Perbedaan kenaikan melting point
DNA mempengaruhi stabilitas pada temperatur tinggi.
b. Kemampuan termostabilitas pada membran sel, karena banyak mengandung lemak jenuh
sehingga mikrobia tahan terhadap temperatur tinggi. Termofil memproduksi protein
dinamakan chaperonin yang membantu menyusun kembali bentuk awalnya seteleh
denaturasi. Komposisi membran sel termofil asam lemak jenuh yang menyediakan
linngkungan hidrofob bagi sel. Archaea yang mayoritas hipertermofil mempunyai ikatan
ether pada lipid di dinding sel.
c. Mensintesa senyawa poliamin unik, seperti thermion dan thermospermin yang
menstabilkan perangkat sintesa protein dan melindungi makromolekul terhadap
temperatur tinggi. Termofil memproduksi protein dinamakan chaperonin yang membantu
menyusun kembali bentuk awalnya seteleh denaturasi.
d. Perubahan komposisi asam amino pada protein menyebabkan peningkatan interaksi
elektrostatik, pembentukan ikatan hidrogen dan disulfide, peningkatan interaksi
hidrofobik atau kekompakan struktur. Residu sistein lebih sedikit dan hampir tidak
ditemukan pada enzim termofil. Inaktivasi sering disebabkan oleh oksidasi grup SH,
kandungan sistein yang lebih sedikit dapat memproteksi proses inaktivasi. Lokalisasi
residu sistein juga menentukan stabilitas protein. Contoh enzim alkohol dehidrogenase
pada Bacillus stearothermophilus mempunyai residu sistein yang sama dengan
mesofiliki tetapi grup SH terletak di dalam globula protein sehingga lebih tahan terhadap
suhu tinggi.
e. Substitusi asam amino juga dapat menyebabkan kenaikan hidrofobisitas internal
sehingga lebih tahan suhu tinggi.

7. Struktur Sel Bakteri Termofilik


a. Struktur membran sel
Membran sel setiap mahkluk hidup tersusun atas senyawa lipid dan protein yang disebut
lipoprotein. Pada umumnya bagian lipid dari membran sel mahkluk hidup dihubungkan

oleh ikatan ester, sedangkan pada organisme termofil senyawa lipid membran selnya
mengandung ikatan eter yang terbentuk lewat proses kondensasi dari gliserol atau
senyawa poliol kompleks lainnya dengan alkohol isoprenoid yang mengandung 20, 25
atau 40 atom karbon. Lebih jauh lagi senyawa eter gliserol pada Archaebacteria ini
mengandung 2,3 O-sn-gliserol yang menyebabkan struktur lipoprotein dari membran sel
termofil tersebut lebih stabil.
b. Chaperonin
Chaperonin merupakan jenis protein yang sangat jarang dijumpai pada protein-protein
fungsional lainnya di dalam sel. Protein ini berperan dalam mempertahankan kembali
struktur tiga dimensi dari protein fungsional sel dari denaturasi suhu lingkungan yang
bersifat ekstrim. Protein ini memiliki struktur yang tetap stabil, tahan terhadap denaturasi
dan proteolisis sehingga dapat membantu organisme termofil mengembalikan fungsi
aktifitas enzimnya bila terdenaturasi oleh suhu yang tinggi. Chaperonin tersusun oleh
molekul yang disebut chaperone, yang membentuk struktur chaperonin seperti tumpukan
kue donat pada sebuah drum. Tiap cincin donat terdiri atas 7, 8 atau 9 subunit chaperone
tergantung jenis organismenya. Dalam aktivitasnya mempertahankan struktur protein
fungsional agar tetap stabil, chaperonin membutuhkan molekul ATP.
c. Struktur DNA girase
DNA girase merupakan salah satu anggota kelompok enzim topoisomerase yang
berperan dalam mengontrol topologi DNA suatu sel dan memegang peran penting dalam
proses

replikasi

dalam

transkripsi

DNA.

Semua

jenis

topoisomerase

dapat

merelaksasikan. DNA tetapi hanya DNA girase yang dapat mempertahankan struktur
DNA tetapi berbentuk supercoil. DNA girase disusun oleh 90-150 pasangan basa-N
DNA. DNA girase ini juga selalu dijumpai pada organisme yang hidup dilingkungan di
atas suhu 70 0C dan juga dapat dijumpai pada organisme yang hidup pada kisaran suhu
sekitar 60 0C. DNA ini merupakan salah satu kelengkapan sel dari organisme termofil.

E. BAKTERI PSIKROTROFIK
1. Bakteri Psikotrofik

Kelompok bakteri ini sering tumbuh pada makanan yang didinginkan karena masih dapat
tumbuh pada suhu sedikit di atas suhu pembekuan. Bakteri psikrotropik terutama ditemukan di
dalam jenis Pseudomonas, Flavobacterium dan Alcaligenes, meskipun jenis lainnya seperti
Micrococcus, Lactobacillus, Enterobacter dan Arthrobacter mungkin juga mengandung spesies
yang bersifat psikrotropik. Suhu optimum yang dibutuhkan mikroorganisme adalah 14-20 oC,
tetapi dapat tumbuh lambat pada suhu refrigerator (4oC). Kelompok mikroorganisme ini yang
penting pada makanan kaleng adalah Clostridium botulinum tipe E dan strain non-proteolitik tipe
B dan F.

F. BAKTERI HALOFILIK
1. Bakteri Halofilik
Bakteri halofilik merupakan salah satu kelompok mikroorganisme yang dapat hidup
di lingkungan berkadar garam tinggi. Lingkungan berkadar garam tinggi antara lain danau
air asin (Great Salt Lakes, Utah), kolam penguapan di ladang pemanenan garam dari air
laut, tanah atau gurun

berkadar

garam

tinggi,

bahkan

makanan

yang

diawetkan

dengan penggaraman, contohnya ikan asin, keju, ikan sarden, hering dan ikan cod. Kadar
garam

di lingkungan bakteri halofilik tersebut berkisar antara 2% hingga 30% sedangkan

pertumbuhan optimalnya di kadar garam 3% hingga 15%.


Potensi

bioteknologi bakteri halofilik ternyata lebih

negatifnya. Potensi

bioteknologi tersebut antara lain potensi enzim dan compatible solute.

Potensi enzim misalnya penggunaan


Halophilus dalam produksi
digunakan
amilase,

dalam
amilopektin

bertanggung
stabilisator

jawab

banyak daripada dampak

penyedap

penguraian
dan

enzim
rasa,

selulosa

nuklease
enzim

amilase

varians subsp.

dari Bacillus sp.

yang

dengan menghidrolisis ikatan 1-4 glukosidik

glikogen. Compatible

dalam keseimbangan

dari Micrococcus

solute (zat

osmotik

sel)

terlarut

yang

dalam

dimanfaatkan

sel

yang

sebagai

dalam teknologi enzim dan kosmetik, polisakarida ekstraseluler dari bakteri

halofilik yang digunakan dalam penemuan tambang minyak, dan enzim organophosporus
acid anhydrase dapat mendegradasi ikatan toksik organo-phosporus.
2. Habitat Bakteri Halofilik

Bakteri halofilik merupakan salah satu mikroorganisme yang pertumbuhannya


tergantung pada kadar NaCl oleh karena itu bakteri halofilik dengan mudah dapat
ditemukan di lingkungan yang berkadar garam. Kadar NaCl habitat bakteri halofilik
berkisar antara 2% (setara dengan 0,3 M) hingga 30% (setara dengan 5 M). Tempat-tempat yang
memiliki kadar NaCl dengan kisaran 2% hingga 30% antara lain, permukaan tanah yang
terletak di dekat Laut Merah memiliki kadar NaCl sebesar 2% dengan kadar NaCl 5%-6%
dan lumpurnya mengandung kadar NaCl 8% .
3. Kebutuhan NaCl dan Mekanisme Adaptasi Bakteri Halofilik
Bakteri halofilik hidup di lingkungan dengan kadar NaCl 2% hingga lingkungan
yang memiliki kadar NaCl jenuh (lebih dari 20%) tetapi tingkat kebutuhan bakteri
halofilik terhadap NaCl untuk pertumbuhannya berbeda-beda. Bakteri

halofilik

terbagi

menjadi beberapa kelompok berdasarkan kebutuhan NaCl untuk pertumbuhannya yaitu slight
halophiles, halofilik moderat dan halofilik ekstrem. Slight halophiles hidup di kadar NaCl
0,2-2,0 M dengan pertumbuhan optimal terjadi di kadar NaCl 0,2-0,5 M, misalnya bakteri
laut. Halofilik moderat hidup di kadar NaCl 0,4-3,5 M dengan pertumbuhan optimal
terjadi di kadar NaCl 0,5-2,5 M. Halofilik ekstrem hidup di kadar NaCl 2,0-5,2 M dengan
pertumbuhan optimal terjadi di kadar NaCl 2,5-5,2 M (kadar NaCl jenuh). Lingkungan dengan
kadar NaCl tinggi memiliki potensial air atau aktivitas air (aw) yang rendah dan konsentrasi
ion anorganiknya tinggi. Untuk melindungi aktivitas metabolisme bakteri halofilik pada
habitat dengan salinitas tinggi (2%-30%) tersebut dan mencegah hilangnya air dari dalam sel
maka bakteri halofilik mengakumulasi compatible solute. Compatible solute didefinisikan
sebagai molekul organik terlarut, sifatnya netral, berat molekulnya kecil dan tidak
bercampur dengan hasil metabolisme sel. Compatible solute disintesis dari dalam sel atau
diambil dari medium. Compatible solute, berdasarkan berat molekulnya, terdiri dari beberapa
kelompok yaitu asam amino (misalnya alanin yang disintesis oleh Halomonas elongata, glisin
yang disintesis oleh Halobacillus halophilus, prolin yang disintesis oleh Salinicoccus roseus
dan Salinicoccus hispanicus), glycine betain yang disintesis oleh Halobacillus halophilus dan
Halomonas elongata ectoin dan hydroxyectoin disintesis oleh Halomonas elongata. Kelompok
compatible solute lain yaitu sakarida (trehalosa dan sukrosa), polyols (misalnya gliserol yang

disintesis oleh alga halofilik, Dunaliella) cholin dan cholin-O-sulfate yang disintesis oleh
Halomonas elongata.
4. Potensi Bakteri Halofilik
Bakteri halofilik dapat bersifat merugikan tetapi dapat juga dikembangkan potensi
dan compatible

solute-nya.

Bakteri

halofilik

dapat

enzim

merusak makanan yang diawetkan

dengan penggaraman, misalnya ikan asin, keju atau medium

untuk menumbuhkan

mikroorganisme.
Bakteri halofilik juga menyebabkan penurunan kualitas pada bisnis kulit. Potensi enzim
dan compatible solute bakteri halofilik juga banyak diteliti dan dimanfaatkan dalam bidang
bioteknologi. Untuk kepentingan industri, enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri
halofilik merupakan produk yang bernilai komersial, terlebih lagi enzim tersebut mampu
beraktivitas optimal pada kondisi kadar garam tinggi. Enzim ekstraseluler adalah enzim
yang dikeluarkan dari dalam sel yang kemudian berdifusi ke lingkungan atau diangkut ke
organ lain pada makhluk hidup bersel banyak. Enzim-enzim tersebut merupakan enzim
hidrolase, yaitu amilase, nuklease fosfatase, protease dan polisakaridase. Enzim-enzim tersebut
berperan sebagai
biokatalis dalam proses industri yang berlangsung pada kondisi ekstrem, kondisi yang
melibatkan salinitas tinggi, misalnya industri pembuatan detergen atau kondisi dengan sumber
karbon yang sedikit, misalnya industri oli, industri kosmetik, dan industri obat-obatan.
Enzim lain, organophosphorus acid anhydrase, dapat digunakan untuk mendegradasi ikatan
toksik organo-phosphorus.

Bakteri

mendegradasi selulosa. Dalam

halofilik

juga menghasilkan enzim yang dapat

industri makanan, Tetragenococcus

halophilus digunakan

sebagai starter dalam pembuatan kecap dengan kadar NaCl 3 M. Adanya mikroorganisme
tersebut dapat menaikkan kekentalan kecap dengan kandungan sel bakteri hingga 108CFU/ml. 8
Compatible

solute yang

diakumulasi

oleh

bakteri

halofilik

juga dimanfaatkan dalam

bioteknologi sebagai stabilisator dalam teknologi enzim (teknologi biosensor, PCR, dll.) dan
untuk industri kosmetik. Glycine betain dan ectoin digunakan sebagai stabilisator pada
industri obat-obatan. Mekanisme akumulasi compatible solute pada bakteri halofilik juga
menjadi model untuk mempelajari adaptasi osmotik prokariota secara molekuler. Rekayasa
genetika

memanfaatkan

gen

bakteri

halofilik

(gen

yang mengkode

sifat

dapat

beradaptasi pada salinitas tinggi) untuk ditransfer ke tanaman yang akan ditumbuhkan di
tanah berkadar garam atau air payau, seperti gandum,
tersebut,

gen

halofilik

mudah

minimum.

bakteri

padi,

atau barley. Selain

sifat

halofilik dimanfaatkan untuk rekayasa genetika karena bakteri

tumbuh dalam lingkungan laboratorium yang memiliki kondisi aseptik

Anda mungkin juga menyukai