Anda di halaman 1dari 3

A.

BAKTERI TERMOFILIK
1. Bakteri Termofilik
Bakteri Termofilik adalah Bakteri yang memiliki suhu pertumbuhan atau dapat hidup
pada suhu 45C - 70C dengan suhu pertumbuhan optimumnya adalah 45C - 55C. Bakteri ini
sering tumbuh pada makanan yang disimpan pada suhu tinggi. Contoh Bakteri Termofilik :
Clostridium thermosacchardrolyticum ( penyebab busuk kembung pada makanan kaleng).
Termofilik secara umum diartikan sebagai organisme yang hidup pada suhu di atas 450C.
Bakteri termofil menghasilkan enzim termostabil yang sangat penting dalam proses industri dan
bioteknologi, seperti dalam teknik-teknik biologi molekuler untuk kegunaan penelitian dan
diagnostik (enzim yang memproses DNA dan RNA) dan kemampuan enzim untuk mengubah
tepung, makanan, pengelolaan sampah, pembuatan kertas dan sintesis zat-zat organik.
Mikroorganisme termofil telah berhasil diisolasi dari berbagai sumber air panas, berhasil
mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Pseudomonassp dan Vibriosp dari sumber air panas
Songgoriti.

Bakteri

ini

menghasilkan

enzim

termostabil.

Bacillusumumnya

merupakan

mikroorganisme yang dominan dalam suatu lingkungan. Pada lingkungan yang kurang
cocok, bakteri ini membentuk endospora, sementara bakteri lain yang tidak memiliki
endospora menuntut kondisi yang spesifik untuk dapat bertahan hidup.

2. Habitat Bakteri Termofilik


Bakteri termofilik menyukai kondisi panas. Mereka hidup dan berkembang biak dalam
suhu ekstrem, yaitu antara 45C hingga 80C. Bahkan, ada bakteri termofilik yang bereproduksi
pada suhu 121C. Bakteri ini diberi nama Strain 121. Suhu 121C lebih panas daripada suhu air
mendidih. Tidak banyak tempat di muka bumi yang mampu menyediakan habitat ekstrem bagi
bakteri termofilik.
Beberapa di antaranya adalah di sumber air panas, kawah gunung berapi, dan di celah
hidrotermal kedalaman laut. Celah tersebut adalah rekahan permukaan bumi di bawah laut
tempat magma merembes dan memanaskan air. Bakteri termofilik pertama kali ditemukan pada
1960 oleh Thomas Brock. Bakteri ini ditemukan di sumber air panas di Yellowstone.

3. Pertahanan Diri di Suhu Ekstrem


Dalam suhu yang sedemikian ekstrem, Enzim, protein, dan DNA, bakteri ini stabil dan
bekerja optimal pada suhu ekstrem. Bakteri termofilik memiliki beberapa cara untuk menjaga
DNA mereka utuh. Kimiawi sel mereka mampu mencegah denaturasi protein. Stabilitas mereka
juga diperoleh karena formasi dan jumlah ikatan protein yang lebih banyak. Kandungan garam,
seperti potassium dan magnesium yang tinggi, mencegah penurunan ikatan fosfodiester.
Beberapa DNA bakteri termofilik berupa lilitan. DNA untai ganda memiliki lilitan yang lebih
banyak sehingga lebih tahan panas.
4. Toleransi
Bakteri termofilik ekstrem (hyperthermofil) membutuhkan suhu 80C hingga 105C
untuk berkembang. Banyak bakteri termofilik yang membutuhkan elemen belerang untuk
tumbuh dan berkembang.
Beberapa di antaranya merupakan bakteri anaerob yang menggunakan belerang sebagai akseptor
elektron dalam proses respirasi selular. Ada juga bakteri termofilik litotrof yang mengoksidasi
belerang menjadi asam sulfat sebagai sumber energi. Bakteri termofilik litotrof mampu
beradaptasi dengan pH yang sangat rendah. Oleh karena itu, bakteri ini juga termasuk golongan
acidofil.
Bakteri termofilik litotrof menghuni habitat bersuhu tinggi yang kaya belerang. Biasanya,
mereka terdapat di kawah gunung berapi, sumber air panas, geyser, dan fumarol. Beberapa
bakteri termofilik litotrof berwarna karena memiliki pigmen fotosintesis. Contoh bakteri
termofilik adalah Thermus aquaticus dan Thermococcus litoralis.

B. BAKTERI

Anda mungkin juga menyukai