MIKROBA
Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan sekitarnya,
terlebih-lebih mikro organisme. Makhlukmakhluk halus ini tidak dapat menguasai faktor-
faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan
sekelilingnya. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri ialah dengan menyesuaikan diri
(adaptasi) kepada pengaruh faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat
serta bersifat sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu bersifat permanen
sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologi yang turun menurun.
Kehidupan bakteri tidak hanya di pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga
dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor
abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas mahluk-mahluk hidup, sedang faktor-faktor abiotik
Faktor abiotik adalah faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan yang bersifat fisika dan
kimia. Di antara faktor-faktor yang perlu di perhatikan ialah suhu, pH, tekanan osmose,
1. Suhu
Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan
suatu mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan maksimum.
psikhrofil, mesofil, dan termofil. Untuk tujuan tertentu suatu mikrobia perlu di tentukan titik
kematian termal (thermal death point) dan waktu kematian termal (thermal death time)- nya.
Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati
setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu 60°C,
sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan Clostridium itu tetap
hidup setelah di panasi dengan uap 100°C atau lebih selama kira-kira setengah jam. Untuk
sterilisali, maka syaratnya untuk membunuh setiap spesies untuk membunuh setiap spesies
bakteri ialah pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15 pound serta suhu 121°C di
dalam autoklaf.
Dalam cara menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu di perhatikan syarat-syarat
sebagai berikut:
3. Apakah pemanasan bakteri itu di lakukan di dalam keadaan kering ataukah di dalam
keadaan basah.
Mengenai pengaruh basah dan kering ini dapat diterangkan sebagai berikut. Di dalam
keadaan basah, maka protein dari bakteri lebih cepat menggumpal daripada di dalam
keadaan kering, pada temperartur yang sama. Berdasarkan ini, maka sterilisasi barang-
barang gelas di dalam oven kering itu memerlukan suhu yang lebih tinggi daripada 121° C
dan waktu yang lebih lama daripada 15 menit. Sedikit perubahan pH menju ke asam atau ke
basa itu sangat berpengaruh kepada pemanasan. Berhubung dengan ini, maka buah-buahan
yang masam itu lebih mudah disterilisasikan daripada sayur-sayur atau daging.
Untuk menentukan suhu maut bagi bakteri orang mengambil pedoman sebagai berikut:
Suhu maut (Thermal Death Point) ialah suhu yang serendahrendahnya yang dapat
membunuh bakteri yang berada di dalam standard medium selama 10 menit. Ketentuan ini
mencakup kelima syarat-syarat tersebut diatas. Perlu diperhatikan kiranya, bahwa tidak
semua individu dari suatu spesies itu mati bersama-sama pada suatu suhu tertentu.
Biasanya, individu yang satu lebih tahan daripada individu yang lain terhadap
suatupemanasan, sehingga tepat jugalah bila kita katakana adanya angka kematian pada
suatu suhu (Thermal Death Rate). Sebaliknya jika suatu standard suhu sudah ditentukan
seperti pada perusahaan pengawetan makanan atau dalam perusahaan susu, maka lamanya
pemanasan merupakan faktor yang berbeda-beda bagi tiap-tiap dapatlah kita adakan
penentuan waktu maut (Thermal Death Rate). Biasanya standard suhu itu diatas titik didih
dan pemanasan setinggi ini perlu bagi pemusnahan bakteri yang berspora. Umumnya
bakteri lebih tahan suhu rendah daripada suhu tinggi. Hanya beberapa spesies neiseria mati
karena pendinginan sampai 0° C dalam kedaan basah. Bakteri patogen yang bias hidup di
dalam tubuh hewan atau manusia dapat bertahan sampai beberapa bulan pada suhu titik
beku.
Pembekuan itu sebenarnya tidak berpengaruh kepada spora, karena spora sangat sedikit
mengandung air. Pembekuan bakteri di dalam air lebih cepat membunuh bakteri daripada
kalau pembekuan itu di dalam buih, buih tidak membeku sekeras air beku. Bahwa
pembekuan air itu menyebabkan kerusakan mekanik pada bakteri mudahlah dimaklumi,
tentang efek yang lain misalnya secara kimia, kita belum tahu. Pembekuan secara perlahan-
lahan dalam suhu -16°C ( es campur garam ) lebih efektif dari pada pembekuan secara
mendadak dalam udara beku (-190° C ). Juga pembekuan secara terputus-putus ternyata
lebih efektif dari pada pembekuan secara terusmenerus. Sebagai contoh, piaraan basil tipus
mati setelah dibekukan putus – putus dalam waktu 2 jam, sedang piaraan itu dapat bertahan
Mengenai pengaruh suhu terhadap kegiatan fisiologi, maka seperti halnya dengan mahluk-
mahluk lain, mikrooganisme pun dapat bertahan di dalam suatu batas-batas suhu tertentu.
Batas-batas itu ialah suhu minimum dan suhu maksimum, sedang suhu yang paling baik
bagi kegiatan hidup itu disebut suhu optimum. Berdasarkan itu adalah tiga golongan bakteri,
yaitu:
Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri yang tumbuh dengan baik sekali pada suhu
setinggi 55° sampai 65°C, meskipun bakteri ini juga dapat berbiak pada suhu lebih rendah
atau lebih tinggi daripada itu, yaitu dengan batas-batas 40°C sampai 80°C. Golongan ini
terutama terdapat didalam sumber air panas dan tempat-tempat lain yang bersuhu lebih
Bakteri mesofil (mesotermik), yaitu bakteri yang hidup baik di antara 5° dan 60°C, sedang
suhu optimumnya ialah antara 25° sampai 40°C, minimum 15°C dan maksimum di sekitar
55°C. Umumnya hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang dapat hidup
Bakteri psikrofil (oligotermik), yaitu bakteri yang dapat hidup di antara 0° sampai 30°C,
sedang suhu optimumnya antara 10° sampai 20°C. Kebanyakan dari golongan ini tumbuh di
tempat-tempat dingin baik di daratan ataupun di lautan.
Pada tahun 1967 di Yellowstone Park di temukan bakteri yang hidup dalam air yang
panasnya 93 – 94 °C dan pada tahun 1969 berapa spesies lagi di tempat yang sama yang
juga sangat termofil. Spesies-spesies itu di tabiskan menjadi Thermus aquaticus, Bacillus
itu sukar di tentukan, juga di antara beberapa individu di dalam satu golongan pun batas-
menyulitkan pekerjaan pasteurisasi, karena pemanasan pada pasteurisasi itu hanya sekitar
70 ° C saja, sedang pada suhu setinggi itu spora-spora tidak mati. Spora bakteri termofil
juga merepotkan perusahaan pengawetan makanan. Selama bahan makanan di dalam kaleng
itu di simpan pada suhu yang rendah, spora-spora tidak akan tumbuh menjadi bakteri. Akan
tetapi, jika suhu sampai naik sedikit, besarlah bahaya akan rusaknya makanan itu sebagai
Sebaliknya, bakteri psikrofil dapat mengganggu makanan yang di simpan terlalu lama di
dalam lemari es. Golongan bakteri yang dapat hidup pada bata-batas suhu yang sempit,
misalnya, Conococcus itu hanya dapat hidup subur antara 30 ° dan 40 ° C, jadi batas antara
minimum dan maksimum tidak terlampau besar, maka bakteri semacam itu kita sebut
stenotermik. Sebaliknya Escherichia coli tumbuh baik antara 8 °C sampai 46 °C, jadi beda
antara minimum dan maksimum suhu di sini ada lebih besar daripada yang di sebut di atas,
maka Escherichia coli itu termasuk golongan bakteri yang kita sebut euritermik. Pada
umumnya dapat di pastikan, bahwa suhu optimum itu lebih mendekati suhu maksimum
daripada suhu minimum.Hal ini nyata benar bagi Gonococcus dan Escherichia coli,
Suhu berpengaruh terhadap kinerja reaksi dalam mikroorganisme. Kecepatan reaksi kimia
merupakan fungsi langsung daripada suhu dan mengikuti hubungan yang dikemukakan
2.303RT
v ialah kecepatan reaksi, ΔH* ialah energi aktivitas pada reaksi, R ialah konstante gas, T
ialah suhu dalam derajat Kelvin. Karena itu, kecepatan reaksi kimia sebagai fungsi T ¯¹
menghasilkan garis lurus dengan lereng negatif (Gambar 10.6). Gambar 10.7 menunjukkan
kecepatan tumbuh E. coli yang dapat disamakan dengan fungsi T ¯¹. Kurvenya linear hanya
pada bagian kisaran suhu untuk tumbuh. Sebab kecepatan tumbuh dengan tibatiba sangat
menurun pada batas atas dan bawah kisaran suhu. Kecepatan tumbuh pada suhu tinggi yang
menurun tiba-tiba disebabkan oleh denaturasi panas protein dan mungkin pula denaturasi
struktur sel seperti membran. Pada suhu maksimum untuk tumbuh maka reaksi yang
merusak menjadi sangat besar. Suhu itu biasanya hanya berapa derajat lebih tinggi daripada
Gambar 5.3 Hubungan antara kecepatan reaksi kimiawi dan suhu menurut rumus arrthenius
Dari pengaruh suhu pada kecepatan reaksi kimia, dapat diramalkan bahwa semua bakteri
dapat melanjutkan tumbuhnya (meskipun dengan kecepatan yang makin lama makin lebih
rendah) selama suhu diturunkan sampai sistem itu membeku. Akan tetapi, kebanyakan
bakteri berhenti tumbuh pada suhu (suhu minimum untuk tumbuh ) jauh di atas titik beku
air. Setiap mikroorganisme mempunyai suhu yang tepat untuk pertumbuhan, tetapi di
bawah suhu ini pertumbuhan tidak terjadi betapa pun lamanya masa
inkubasi.
Nilai suhu kardinal menurut angka (minimum, optimum, dan maksimum) dan kisaran suhu
yang memungkinkan pertumbuhan, sangat beragam pada bakteri. Beberapa bakteri yang
diisolasi dari sumber air panas dapat tumbuh pada suhu setinggi 95°C; yang diisolasi dari
lingkungan dingin, dapat tumbuh sampai suhu serendah –10°C jika konsentrasi solut yang
tinggi mencegah mediumnya menjadi beku. Berdasarkan kisaran suhu untuk tumbuh,
bakteri seringkali dibagi atas tiga golongan besar: termofil, yang tumbuh pada suhu tinggi
(diatas 55°C); mesofil, yang tumbuh baik antara 20°C sampai 45°C dan psikrofil, yang
Seperti juga dalam sistem klasifikasi biologis yang kerap kali benar, terminologi ini
menunjukan perbedaan yang lebih jelas di antara tipe-tipe daripada yang di jumpai di alam.
Klasifikasi reaksi suhu tiga pihak tidak memperhitungkan seluruh variasi di antara bakteri
Perbedaan dalam kisaran suhu di antara termofil kadang-kadang dinyatakan dengan istilah
dan euritermofil (organisme yang dapat tumbuh di bawah 37 °C). psikrofil yang masih
dapat tumbuh di atas 20 °C di sebut psikrofil fakultatif; dan yang tidak dapat tumbuh di atas
Garis dengan satu tanda panah menunjukkan batas suhu tumbuh untuk paling sedikit satu
galur spesies itu terdapat variasi di antara bermacam galur beberapa spesies. Tanda dengan
dua panah menunjukkan bahwa pada batas suhu sebenarnya terletak di antara tanda panah
Kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan itu berubah-ubah seperti halnya suhu-suhu
maksimum dan minimum. Kisaran suhu beberapa bakteri kurang dari 10°C, sedangkan
Faktor yang menentukan batas suhu untuk tumbuh telah disingkapkan oleh dua macam
penelitian; perbandingan antara sifat organisme dengan kisaran suhu yang sangat berbeda;
dan analisis sifat mutan yang peka terhadap suhu, kisaran suhunya menjadi lebih sempit
oleh perubahan satu mutan. Ada dua macam mutan yang peka terhadap suhu; mutan peka
panas, dengan suhu tumbuh maksimum yang menurun ; dan mutan peka dingin, dengan
Studi mengenai kinetika denaturasi panas pada enzim dan struktur sel yang berprotein
(misalnya flagelum, ribosom) menunjukkan bahwa banyak protein khusus pada bakteri
termofil lebih tahan panas daripada protein homolognya dari bakteri mesofil. Mungkin pula
untuk mengira-ngirakan ketahanan panas menyeluruh protein sel yang dapat larut, dengan
mengukur kecepatan protein di dalam ekstrak bakteri menjadi tidak larut karena denaturasi
panas pada beberapa suhu yang berbeda. Percobaan seperti ini (Tabel 10.6). Dengan jelas
menunjukkan bahwa pada hakekatnya semua protein bakteri termofilik setelah perlakuan
panas tetap pada tingkat asalnya yang sebenarnya menghilangkan semua protein mesofil
sekitarnya hanya dapat dicapai dengan perubahan mutasional yang mempengaruhi struktur
utama kebanyakan (jika tidak semua) protein sel tersebut. Meskipun adaptasi evalusionar
protein khusus ( misalnya enzin) mengurangi ketahanan panas protein tersebut, walaupun
banyak di antara mutasi ini mungkin berpengaruh sedikit atau tidak sama sekali pada sifat-
sifat katalitik. Akibatnya, dengan tidak adanya seleksi tandingan oleh tantangan panas,
maka suhu maksimum untuk pertumbuhan mikroorganisme apa pun harus menurun secara
berangsur-angsur sebagai akibat mutasi acak yang berpengaruh pada struktur pertama
yangdiisolasi dari air antartik mengandung sejumlah besar protein yang luar biasa labilnya
terhadap panas.
Pada suhu rendah, semua protein mengalami sedikit perubahan bentuk, yang dianggap
berasal dari melemahnya ikatan hidrofobik yang memegang peran penting dalam penentuan
struktur tartier (berdimensi tiga). Semua tipe ikatan lain pada protein menjadi lebih kuat bila
suhu diturunkan. Pentingnya bentuk yang tepat untuk fungsi sebenarnya protein alosterik
dan untuk perakitan sendiri protein ribosomal menjadi kedua kelas protein ini teramat peka
terhadap inaktivasi dingin. Oleh karen aitu, tidaklah mengherankan bahwa mutasi yang
menaikkan suhu minimum untuk pertumbuhan biasanya terjadi di dalam gen yang
Susunan lipid pada hampir semua organisme, baik prokariota maupun eukariota, berubah-
ubah menurut suhu tumbuh. Bila suhu turun, kandungan relatif asam lemak tidak jenuh
didalam lipid selular meningkat. Ilustrasi kejadian ini pada E. coli tampak pada perubahan
dalam susunan lemak ini adalah komponen penting daripada adaptasi suhu pada bakteri.
Titik cair lipid berhubungan langsung dengan asam lemak jenuh. Akibatnya, derajat
kejenuhan asam lemak pada lipid membran menentukan derajat keadaan cairnya pada suhu
tertentu. Karena fungsi membran bergantung pada keadaan cair komponen lipid, dapatlah
dipahami bahwa pertumbuhan pada suhu rendah haruslah diikuti dengan penambahan
2. pH
Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada pH 6,5 –
7,5; khamir pada pH 4,0 – 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah pH yang
dibedakan mikrobia yang asidofil, mesofil ( neutrofil ) dan alkalofil. Untuk menahan
perubahan dalam medium sering ditambahkan larutan bufer. pH optimum pertumbuhan bagi
kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam
keaadaan sangat masam atau sangat alkalin, bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu medium
yang mula-mula disesuaikan pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah sebagai
akibat adanya senyawasenyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya.
organisme itu. Pergeseran pH dapat dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga
dalam medium, larutan penyangga adalah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat
Istilah pH pada suatu symbol untuk derajat keasaman atau alkanitas suatu larutan; pH=log
(1/[H+]) dengan [H+] sebagai konsentrasi ion hydrogen. pH air suling ialah 7,0 (netral);
cuka 2,25; sari tomat, 4,2; susu, 6,6; natrium bikarbonat (0,1N), 8,4; susu magnesia, 10,5.
ASAM – BASA
Biru timol 8,0 – 9,6 1,7 Merah – kuning
Biru brom fenol 3,0 – 4,6 4,1 Kuning – biru
Merah metal 4,4 – 6,2 5,0 Merah – kuning
Biru brom timo l 6,0 – 7,6 7,1 Kuning – biru
Merah feno 6,8 – 8,4 7,8 Kuning – merah
Merah kresol 7,0 – 8,8 8,2 Kuning – merah
Fenolftalein 8,2 – 9,8 9,6 Tak berwarna -merah muda
Tabel 5.8 pH minimum, optimum, dan maksimum untuk pertumbuhan beberapa spesies
bakteri
Thermos aquaticus
Mikroorganisme yang asidofilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0
Mikroorganisme yang mesofilik (neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH
antara 5,5-8,0
Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 8,4-9,5
Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah faktor-faktor fisik utama yang harus dipertimbangkan
fotoautotrofik (fotosintetik) harus diberi sumber pencahayaan, karena cahaya adalah sumber
energinya. Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan tekanan osmotik (tenaga
atau tegangan yang terhimpun ketika air berdifusi melalui suatu membran) atau tekanan
hidrostatik (tegangan zat alir). Bakteri tertentu, yang disebut bakteri halofilik dan dijumpai
di air asin, wadah berisi garam, makanan yang diasin, air laut, dan danau air asin, hanya
tumbuh bila mediumnya mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Air laut mengandung
3,5 persen natrium klorida; di danau air asin, konsentrasi natrium kloridanya dapat
sebut halofil obligat – mereka tidak akan tumbuh kecuali bila konsentrasi garamnya tinggi,
yang dapat tumbuh dalam larutan natrium kloride tetapi tidak mensyaratkannya disebut
halofil fakultatif – mereka tumbuh dalam lingkungan berkonsentrasi garam tinggi atau
rendah. Ini menunjukkan adanya tanggapan terhadap tekanan osmotik. Telah diisolasi
bakteri dari parit-parit terdalam dilautan yang tekanan hidrostatiknya mencapai ukuran ton
meter persegi.
Kondisi Fisik Tipe Bakteri Kondisi Biakan
pertumbuhan) : Mesofil 25 – 40°c
suatu titik didalam Termofil obligat 45 – 75°c
spesies Aerob Hanya tumbuh bila
Persyaratan akan gas tanpa oksigen
oksigen bebas
dalam jumlah
sedikit
Kebanyakan bakteri
berkaitan dengan
heterotrof)
Cahaya sumber cahaya
3. Kelembaban
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85°C, sedangkan
untuk jamur dan aktinomises diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80°C. Kadar air
bebas didalam lautan (aw) merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan
dengan tekanan uap air murni, atau 1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri
pada umumnya terletak diantara 0,90 – 0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik mendekati
0,75. Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk waktu yang
lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, klamidospora dan kista. Seperti
akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.
4. Tekanan osmosis
Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan yang hipotonis sel
mengalami plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia dapat
menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada larutanya dapat
dibedakan jasad osmofil dan halofil atau halodurik. Medium yang paling cocok bagi
kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri di
tempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan
mengalami plasmolisis. Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar
menyebabkan terjadinya plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air
suling akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata
lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka pembuatan suspense
bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak kena, yang digunakan seharusnyalah
medium cair.
Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi sekonyongkonyong, akan tetapi
perlahan-lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri,
6. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar sangat
rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam berat dapat
bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut
daya ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida, nitrat dan benzoat mempengaruhi
kegiatan fisiologi mikroorganisme. Karena adanya perbedaan sifat fisiologi yang besar pada
masing-masing mikroorganisme maka sifat meracun dari anion tadi juga berbeda-beda.
Sifat meracun alakali juga berbeda-beda, tergantung pada jenis logamnya. Ada beberapa
senyawa asam organik seperti asam benzoat, asetat dan sorbet dapat digunakan sebagai zat
pengawet didalam industry bahan makanan. Sifat meracun ini bukan disebabkan karena
nilai pH, tetapi merupakan akibat langsung dari molekul asam organik tersebut terhadap
7. Tegangan Muka
mikroorganisme terdapat didalam sel yang dilindungi dinding sel. Dengan adanya
perubahan bahan pada tegangan muka dinding sel, akan mempengaruhi permukaan
morfologinya. Bakteri yang hidup didalam alat pencernaan dapat berkembangbiak didalam
medium yang mempunyai tegangan permukaan relatif rendah. Tetapi kebanyakan lebih
Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup didalam samudra pasifik dengan tekanan lebih
dari 1208 kg tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut barofilik. Selain itu tekanan yang
tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberapa reaksi kimia, sedang tekanan diatas 7500
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam
air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan
karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah bagi kehidupan
bakteri. Banyak bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering. Meningococcus, yaitu
bakteri yang menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu kurang daripada satu jam, jika
digesekkan di atas kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan beberapa
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan
metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan mematikan sel.
Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering, misalnya mikrobia yang
membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun syarat-syarat yang menentukan matinya
Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama
daripada di dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa,
apabila bakteri berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di dalam
gelap.
Pengeringan pada suhu tubuh (37°C) atau suhu kamar (+ 26 °C) lebih buruk daripada
Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada pengeringan di dalam vakum
ataupun di dalam tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan faktor-maut.
Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek (misalnya sinar, sinar Ultra violet,
sinar gama), mempunyai daya penetrasi yang cukup besar terhadap mikribia. Sinar-sinar
dan pengawetan bahan makanan. Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis,
tidak begitu berbahaya; yang berbahaya ialah sinar yang lebih pendek gelombangnya, yaitu
yang bergelombang antara 240 m μ sampai 300 m μ. Lampu air rasa banyak memancarkan
sinar bergelombang pendek ini. Lebih dekat, pengaruhnya lebih buruk. Dengan penyinaran
pada jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat mati seketika, sedang pada jarak yang agak
jauh mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah yang terganggu. Spora-spora dan virus
lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu. Sinar ultra-ungu biasa dipakai untuk
mensterilkan udara, air, plasma darah dan bermacam-macam bahan lainya. Suatu kesulitan
ialah bahwa bakteri atau virus itu mudah sekali ketutupan benda-benda kecil, sehingga
penyinaran ultra-ungu. Sinar X dan sinar radium yang bergelombang lebih pendek daripada
sinar ultra-ungu juga dapat membunuh mikroorganisme, akan tetapi memerlukan lebih
banyak dosis daripada sinar ultra-ungu. Bakteri yang disinari dengan sinar X kerap kali
mengalami mutasi. Aliran listrik tidak nampak berbahaya bagi kehidupan bakteri. Jika ada
bakteri yang mati karenanya, hal ini di sebabkan oleh panas atau oleh zat-zat yang timbul di
dalam medium sebagai akibat daripada arus listrik, seperti ozon dan klor (chlor).
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan itu menyerupai membran
yang elastik. Demikian juga permukaan cairan yang menyelubungi sel mikrobia. Tekanan
dari membran cairan ini di teruskan ke dalam protoplasma sel melalui dinding sel dan
tegangan muka yang relatif rendah. Misalnya bakteri-bakteri yang hidup dalam saluran
pencernaan. Sabun mengurangi ketegangan permukaan, dan oleh karena itu dapat
Empedu juga mempunyai khasiat seperti sabun; hanya bakteri yang hidup di dalam usus
mempunyai daya tahan terhadap empedu. Bolehlah dikatakan pada umumnya, bahwa
bakteri yang Gram negatif lebih tahan terhadap pengurangan (depresi) tegangan permukaan
Ion-ion logam berat seperti Hg++ , Cu++ , Ag++ dan Pb++ pada kadar yang sangat rendah
bersifat toksis terhadap mikrobia. Karena ion-ion tersebut dapat bereaksi dengan bagian-
bagian penting dalam sel. Daya bunuh logam-logam berat pada kadar yang sangat rendah
ini di sebut daya oligodinamik. Garam dari beberapa logam berat seperti air rasa dan perak
dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, daya mana di sebut oligodinamik.
Hal ini mudah sekali di pertunjukkan dengan suatu eksperimen. Sayang benar garam dari
logam berat itu mudah merusak kulit, makan alatalat yang terbuat dari logam, dan lagipula
(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai
merkurokrom, metafen atau mertiolat. Persenyawaan air rasa yang organic dapat pula
dipergunakan untuk membersihkan biji-bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur.
Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk menetesi selaput lender, misalnya pada
mata bayi yang baru lahir untuk mencegah gonorhoea. Banyak juga orang yang
mempergunakan persenyawaan perak dan protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai
bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk menyemprot tanamantanaman mematikan
13. Desinfektan
Pada umumnya bakteri muda itu kurang daya-tahannya terhadap desinfektan daripada
bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lama berada dibawah pengaruh desinfektan,
merupakan faktor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan suhu menambah daya
desinfektan. Selanjutnya, medium dapat juga menawar daya desinfektan. Susu, plasma
darah, dan zat-zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh
tersebut dibawah ini. Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu jaringan, apakah ia
tidak menyebabkan rasa sakit, apakah ia tidak memakan logam, apakah ia dapat diminum,
dihilangkan dari pakaian apabla desinfektan tersebut sampai kena pakaian, dan apakah ia
murah harganya. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan orang sulit untuk menilai suatu
desinfektan. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat
dibagi atas garam-garam logam, fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis,
formaldehida, alcohol, yodium, klor dan persenyawaan klor, zat warna, detergen,
Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan
kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol
ialah lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga
desinfektan menjadi menarik.
b. Formaldehida (CH2O)
Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak sekali
digunakan untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa digunakan
untuk jaringan tubuh manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk merendam bahanbahan
laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan lain-lainnya pada ahli kecantikan.
c. Alkohol
Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur dengan air murni,
efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak digunakan sebagai desinfektan.
d. Yodium
Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak digunakan orang
untuk mendesinfeksikan luka-luka kecil. Larutan 2 sampai 5% biasa dipakai. Kulit dapat
terbakar karenanya , oleh sebab itu untuk luka-luka yang agak lebar tidak digunakan
yodium-tinktur.
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan kapur atau
natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan
minum.
f. Zat Warna
Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada umumnya
bakteri gram positif iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna daripada bakteri gram
negative. Hijau berlian, hijau malakit, fuchsin basa, kristal ungu sering dicampurkan kepada
medium untuk mencegah pertumbuhanbakteri gram positif. Kristal ungu juga dipakai untuk
mendesinfeksikan luka-luka pada kulit. Dalam penggunaan zat warna perlu diperhatikan
Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri, tetapi kalau
dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak lama obat
pencuci yang mengandung ion (detergen) banyak digunakan sebagai pengganti sabun.
Terutama bakteri yang gram positif itu peka sekali terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai
garam amonium yang mengandung empat bagian. Persenyawaan ini terdiri atas garam dari
suatu basa yang kuat dengan komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan
untuk sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam pembedahan dan
persalinan, karena zat ini tidak merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai
larutan yang encer pun zat ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula beberapa genus
bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Agaknya alkil-dimentil bensil-amonium klorida
makin lama makin banyak dipakai sebagai pencuci alat-alat makan minum di restoran-
restoran. Zat ini pada konsentrasi yang biasa dipakai tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.
h. Sulfonamida
sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi pula tidak merusak jaringan manusia.
Penggunaan obat-obat ini, jika tidak aturan akan menimbulkan gejalagejala alergi, lagi pula
obat-obatan ini dapat menimbulkan golongan bakteri menjadi kebal terhadapnya. Khasiat
sulfonamida itu terganggu oleh asam-p-aminobenzoat. Asam-p-aminobenzoat memegang
peranan sebagai pembantu enzim-enzim pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan
antara sulfanilamide dan asam-paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang diambil
dari darah atau cairan tubuh orang yang habis diobati dengan sulfanilamide itu tidak dapat
i. Antibiotik
Menurut Waksman, antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-
zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan
mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu zat
yang dihasilkan oleh jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh Fleming dalam tahun
1929, namun baru sejak 1943 antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri.
akhir ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara sintetik, obat-obatan ini terkenal
sebagai kloramfenikol. Diharapkan antibiotik-antibiotik yang lain pun dapat dibuat secara
sintetik pula.
Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat dihasilkan oleh golongan jamur,
melainkan oleh golongan bakteri sendiri, misalnya tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus brevis,
basitrasin oleh Bacillus subtilis, polimiksin oleh Bacillus polymyxa.Antibiotik yang efektif
bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril, dikatakan mempunyai
spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu,
disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Pinisilin hanya efektif untuk membrantas
terutama jenis kokus, oleh karena itu pinisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit.
Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu, oleh karena itu tetrasiklin
dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebelum suatu antibiotik digunakan untuk keperluan
pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu antibiotik itu diuji efeknya terhadap spesies
bakteri tertentu. Pada medium agar-agar yang telah disebari spesies bakteri tertentu
diletakkan beberapa kepingan kertas yang masing-masing mengandung antibiotik yang diuji
dalam kontrentasi yang tertentu. Jika sesudah 24 jam kemudian tidak nampak pertumbuhan
bakteri sekitar bahwa bakteri itu tercekik pertumbuhannya oleh antibiotik yang terkandung
dalam kepingan kertas. Besar kecilnya daerah kosong sekitar kepingan kertas itu sesuai
Sesuai dengan keperluan, maka suatu antibiotik dapat diberikan kepada seorang pasien
dengan jalan penelanan atau penyuntikan. Penyuntikan dapat dilakukan intra vena (dalam
a. daerah pertumbuhanbakteri
c. daerah kosong
a. daerah pertumbuhanbakteri
c. daerah kosong
Gambar 5.6 Pengaruh antibiotic terhadap pertumbuhan bakteri, M adalah agar-agar
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja
dapat menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali
Sayang benar garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alat–alat yang terbuat
dari logam, dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian orang masih bisa
Persenyawaan air rasa yang organik dapat pula dipergunakan untuk membersihkan biji –
bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak
digunakan untuk menetesi selaput lendir, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk
protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan
renang.
ukuran pokok. Adapun zat yang dipakai ialah fenol. Mikroorganisme yang dipakai sebagai
penguji khasiat desinfektan ialah Salmo nella typhosa, kadang-kadang digunakan juga
Micrococcus aureus. Desinfektan yang akan diuji itu di encerkan menurut perbandingan
tertentu. Misal, kita membuat 2 larutan fenol, yang satu (1:90) dan yang lain (1:100). Di
samping itu kita membuat beberapa larutan suatu desinfektan A yang akan kita banding
khasiatnya dengan khasiat fenol. Katakan, larutan desinfektan A itu (1:300), (1:350),
(1:400), (1:450). Dari tiap-tiap larutan kita ambil 5 ml untuk kita masukkan dalam tabung
steril banyaknya tabung sesuai dengan banyaknya larutan fenol dan desinfektan A. kita
memerlukan 3 perangkat dalam pengujian ini, yaitu 12 tabung untuk desinfektan 0,5 ml
inokulum Salmonella typhosa yang masih muda. Setelah 5 menit berada di dalam larutan,
maka diambillah satu kolong inokulum untuk digesekkan pada agar-agar lempengan, dan
piaraan ini kemudian disimpan dalam suhu 37 °C. Setelah berselang 48 jam piaraan dapat
diperiksa tentang ada tidaknya koloni-koloni Salmonella. Jika tak ada pertumbuhan, hal ini
berarti bahwa bakteri telah mati ketika diambil dari tabung yang berisi larutan desinfektan.
Hal semacam ini dikerjakan pula dengan perangkat kedua, dimana Salmonella dibiarkan
berada dalam larutan selama 10 menit. Di dalam perangkat yang ketiga bakteri dibiarkan
atau kegiatannya yang dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia
lain. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah adanya asosiasi atau kehidupan bersama
Komensalisme
Merupakan asosiasi yang sangat renggang, dimana salah satu jenis mendapatkan
Mutualisme
Merupakan bentuk assosiasi dimana masing-masing jenis mendapat keuntungan. Sering
simbiosis dipakai untuk menyatakan bentuk assosiasi yang mutualistik, tetapi sekarang
orang lebih banyak menggunakan istilah mutualisme. Sebagai contoh mutualisme antara
Parasitisme
Merupakan bentuk assosiasi diantara parasit dengan jasad inang. Jasad parasit yang obligat
dapat merusak jasad inang dan pada akhirnya memusnahkan. Keadaan ini akan dapat pula
kehidupannya.
Simbiosis
Simbiosis ialah asosiasi antara dua atau lebih jasad (mikrobia) di mana satu jenis (spesies)
di antara jasad yang berasosiasi tersebut mendapat keuntungan, Sedangkan jasad yang lain
mungkin mengalami kerugian atau tidak, tergantung pada macamnya simbiose. Simbiose
parasitisme.
Sinergisme
Sinergisme ialah suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan
untuk melakukan perubahan kimia tertentu dalam suatu subtrat atau medium. Tanpa
Antibiosis
Antibiosis disebut juga antagonisme atau amensalisme ialah suatu bentuk asosiasi antara
jasat (mikkroba) yang menyebabkan salah satu pihak dalam asosiasi tersebut terbunuh.
suatu asosiasi.
Sintropisme
Sintropisme disebut juga nutrisi bersama atau mutualnutrition ialah bentuk asosiasi yang
lebih komplek . sebab biasanya terdiri atas berjenis-jenis mikroorganisme yang satu dengan
jenis pertama akan menguraikan suatu subtrad yang hasilnya dapat digunakan dan di
uraikan oleh mikrobia jenis kedua dan yang hasil hasilnya dapat digunakan oleh mikrobia
jenis ketiga dan seterusnya yang hasil hasilnya akhirnya dapat menstimulasi kegiatan
fungi) dan 3) fungi perusakan lanjutan (advanced decay fungi). Golongan 3) merupakan
1978). Fungi lapangan menyerang bijian yang sedang dan masak penuh dengan kandungan
air paling sedikit 20% atau keseimbangan lembab relatif (Rh) 90 – 100%; fungi
penyimpanan menyerang bijian yang tersimpan setelah panen dengan kandungan air sekitar
(Uraguci dan yamazaki, 1978). Juga termasuk pula Curvularia, Stemphylium, Epicoccum
dan Nigospora yang umumnya menyerang dekat atau saat panen (Bothast, 1978). Menurut
Christensen dan Kauftmann (1969) dilaporkan lebih dari 150 spesies fungi telah diisolasi
dari bagian biji tanaman. Fungi yang dominan pada suatu komoditas tergantung atas macam
tanaman, wilayah atau lokasi geografis dan keadaan iklim. Alternaria, umumnya banyak
terdapat pada biji sayuran atau biji serealia, namun tidak hanya terbatas pada biji serealia.
Cladosporium umumnya pada biji serelia dalam kondisi basah selama panennya, dan pada
tempat
penyimpanan fungi ini hamper tidak terdapat. Helminthosporium banyak didapat pada jenis
padi, barley, dan obat khususnya bila terjadi cuaca lembab sebelum panen. Fusarium
banyak terdapat pada serealia yang baru dipanen. Pada barley, gandum, dan jagung dikenal
sebagai bentuk “kudis” biji-biji yangdemikian dapat mendatangkan kercunan pada hewan
Fungi penyimpanan juga terdiri dari beberapa spesies antara lain Penicillium, Aspergillus
dan Sporendomena dan kadang-kadang beberapa jenis khamir (Uraguchi dan Yamazaki,
1978). Penicillium dan Aspergillus merupakan fungi yang diketahui ada dimana-mana dan
hamper terdapat disetiap wilayah. Kebanyakan fungi penyimpanan terdiri dari dari 5 atau 6
golongan Apergillus dan baru kemudian dan beberapa spesies Penicillium sampai terjadi
spesies Aspergillus dan 66 spesies Penicillium yang dapat diisolasi pada produk simpanan.
Selain Aspergillus dan Penicillium dikategorikan pula dalam fungi penyimpanan adalah
Ibasidia, Mucor dan Rhizopus pada umumnya ada hubungannya dengan kerusakan pada
kondisi lembab, karena mereka menghendaki suatu lembab relatif (Rh) minimum 88%
menyerang bahan dilapangan (meski termasuk fungi penyimpanan) demikian pula Fusarium
akan dapat melanjutkan kerusakan bahan bijian dalam gudang (meski termasuk fungi
lapangan) bila kandungan air bahan cukup tinggi (Lillehoj dkk,1975;1976; Caldwell dan
Tuite, 1974).
Terdapat beberapa faktor pokok yang akan mempengaruhi perkembangan fungi pada bahan
pangan yang disimpan, antara lain: 1) Kandungan air bijian yang disimpan, 2) suhu ruang
sampai tempat penyimpanan, 5) banyknya benda-benda asing (bukan bahan sejenisnya) dan
6) terdapatnya aktivitas serangga dan kutu dalam ruang simpan (Uraguchidan Yamazaki,
1978). Faktor-faktor seperti disebutkan diatas ditujukan pada bahan dimana fungi tumbuh,
maka untuk pertumbuhan fungi endiri memerlukan faktor fisik-khemis antara lain 1) suhu,
(Eskin dkk, 1975). Suhu dan aktivitas air sangatlah penting dan perlu mendapat perhatian,
disamping faktor lainnya. Lihatlah dua table dibawah ini. Fungi pada umumnya akan dapat
berkembang baik pada aw sekitar 0,65- 0,80, sedangkan golongan fungi hidrofil diinginkan
aw mencapai 0,89. Dalam kaitannya dengan kelembaban relatif (Rh) yang dapat diukur dari
Setiap jenis fungi selain adalah batasan-batasan normal, mempunyai kekhususan diantara
spesies dan lainnya seperti terlihat pada beberapa table kelembaban relatif, suhu dan
lainnya. Dibawah ini diberikan gambaran Rh ruang penyimpanan dan suhu untuk
Kelembaban relatif minimum untuk perkecambahan fungi umumnya adalah 75% pada suhu
biasa, dalam keadaan iniuntuk setiap bahan bijian akan berbeda kandungan airnya sesuai
komposisi (Pomeranz, 1974). Keseimbangan lembab relatif bijian lebih penting daripada
kandungan air guna mengendalikan kerusakan fungi dalam ruang penyimpanan, meskipun
keduanya mempunyai hubungan erat. Pertumbuhan fungi berkaitan dengan kenaikan suhu
yang dipengaruhi berbagai faktor antara laininaktivitas thermal enzim, kehilangan substrat,
mengecilnya oksigen dan kandungan air atau akumulasi CO2 menjadi terbatas. Hubungan
antara bagian-bagian tersebut sangat kompleks maka kondisi minimum, optimum dan
maksimum
sebagaimana tercantum dalam tabel diatas adalah perkiraan (Christensen dan Kaufmann,
1974)