MIKROORGANISME
TERHADAP PROSES
PENGOLAHAN
Pengantar
Proses pengolahan dilakukan terhadap
bahan pangan dengan berbagai tujuan
:
1. Memperpanjang masa simpan atau
mengawetkan,
2. Membuat produk menjadi lebih
baik, baik yang setengah jadi maupun
yang siap untuk dikonsumsi,
1. Meningkatkan daya cerna dan
penerimaan,
2. Untuk mencegah kerusakan
fisik, kimia, atau kerusakan
biologis, serta kerusakan
mikroorganisme.
Dari berbagai proses pengawetan
yang telah dilakukan, beberapa belum
diketahui dengan jelas mekanismenya
secara biofisika, biokomia maupun
secara molekuler.
Akan dijelaskan mekanisme
pengawetan yang ditujukan untuk
mencegah kerusakan mikrobiologis
pada bahan pangan dan ketahanan
mikroorganisme terhadap proses
pengawetan tersebut.
proses pengawetan antimikrobial dapat dibedakan
atas tiga kelompok berdasarkan mekanisme
kerjanya, yaitu :
Adanya senyawa-senyawa
antimikroba yang terdapat di dalam
medium pemanasan dapat
menurunkan ketahanan panas
mikroorganisme.
contoh penambahan antibiotik
yang tahan panas, SO2 atau nitrit di
dalam
makanan sebelum pemanasan saja
tanpa penambahan bahan
pengawet.
Suhu dan Waktu Pemanasan
Pada suhu yang sama, maka waktu
pemanasan lebih besar pengaruhnya
terhadap kematian sel mikroorganisme.
Tetapi yang lebih besar pengaruhnya
sebenarnya adalah suhu
pemanasan, dimana suhu pemanasan
yang semakin tinggi lebih besar
pengaruhnya terhadap kematian sel.
Pada suhu yang lebih tinggi, waktu
pemanasan yang diperlukan untuk
membunuh sejumlah sel semakin
singkat.
Ketahanan Mikroorganisme
terhadap Aktivitas Air Rendah
Salah satu cara untuk menghambat
pertumbuhan sel vegetatif mikroorganisme
adalah dengan menurunkan aktivitas
air, yaitu dengan cara
pengeringan, penambahan
garam, gula, atau bahan-bahan lainnya
meskipun sebagian mikroorganisme
mungkin akan mati selama proses
pengeringan,
proses ini sebenarnya tidak bersifat
letal
terhadap mikroorganisme, sehingga
beberapa jenis mikroorganisme
Bakterimemerlukan aW relatif tinggi
untuk pertumbuhan, sedangkan khamir
memerlukan aW minimal lebih rendah
daripada bakteri, kapang memerlukan
aW minimal paling rendah.
Bakteri memerlukan aW lebih dari
0.90 untuk pertumbuhannya, oleh
karena itu pada bahan pangan
dengan aW sekitar
0,90 mikroba yang sering tumbuh
terutama adalah kapang dan khamir.
Khamir pada umumnya tidak dapat
tumbuh pada aW di bawah 0,88
kecuali beberapa khamir yang bersifat
osmofilik, misalnya Saccharomyces
cerevisiae yang dapat tumbuh pada
aW sekitar 0,65 pada aW
0,80 – 0,085 mikroorganisme yang
dapat tumbuh terutama kapang.
Kebusukan makanan dapat dicegah
dengan pengaturan aW di bawah
0,70 – 0,75.
Mekanisme ketahanan mikroorganisme
pada keadaan aW rendah diduga
disebabkan oleh sel mikroorganisme dapat
mengimbangi tekanan osmotik di luar sel
dengan cara memproduksi senyawa-
senyawa tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan osmotik di dalam
sel.
Contoh Bacillus subtilis akan
memproduksi asam amino prolin jika
aW medium pertumbuhannya
diturunkan misalnya dengan
penambahan NaCl.
Bakteri lain yang mungkin memproduksi
asam glutamat, asam gama-amino
butirat dan / atau prolin, dan
kemungkinan konsentrasi kalium dan
glukosa intraseluler juga naik untuk
mengimbangi tekanan osmotik di luar
sel.
Dengan kenaikan komponen-komponen
tersebut maka sel akan menyerap air
kembali dan dapat tumbuh berkembang
biak.
Tetapi sintetis komponen-komponen
intraseluler tersebut memerlukan energi
tinggi, oleh karena itu kecepatan
pertumbuhan sel pada aW rendah
menjadi lambat karena sebagian energi
digunakan untuk mensistesis
komponen- komponen tersebut.
Jika bakteri terutama menggunakan
asam-asam amino, K+ dan glukosa
untuk mengatur tekanan osmotik di
dalam sel, khamir menggunakan
senyawa lain yaitu alkohol polihidrat
untuk tujuan yang sama.
Beberapa khamir jika ditempatkan pada
aW rendah akan memproduksi etanol
dan gliserol di dalam selnya, dan
kadang-kadang produksinya sedemikian
tingginya sehingga mempengaruhi
viabilitas sel.
Beberapa ganggang laut misalnya
Dunaliela memproduksi gliserol dalam
jumlah tinggi pada aW rendah.
Komponen pengikat air yang dapat
menembus sel, misalnya gliserol yang
dapat menembus membran sel
bakteri, tidak terlalu berpengaruh
terhadap sintetis komponen-komponen
pengatur aliran air ke atau dari sel.
Oleh karena itu bakteri dapat
mengatur aliran air ke atau dari sel jika
ditempatkan di dalam larutan gliserol.
Mesakipun sel mikroorganisme dapat
mengimbangi perubahan aW di
sekelilingnya, tetapi kemampuan sel
terbatas sehingga pada aW yang sangat
rendah atau tekanan osmotik yang sangat
tinggi, pertumbuhan sel akan berhenti.
Salah satu hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pengawetan
makanan dengan aW rendah adalah
karena sel mikroorganisme yang
kehilangan air atau mengalami
pengeringan tersebut menjadi lebih tahan
panas.
Salmonella typhimurium ketahanan
panasnya akan meningkat menjadi 700
kali setelah sel-selnya ditempatkan di
dalam larutan-larutan
sukrosa, glukosa, fruktosa atau
sorbital, yaitu komponen-komponen yang
tidak dapat menembus membran sel
sehingga menyebabkan dehidrasi
sitoplasma.
Perendaman sel di dalam larutan gliserol
yaitu komponen-komponen yang dapat
menembus membran sel sehingga tidak
menarik air dari sel, mempunyai
pengaruh
yang kecil tehadap ketahanan panas sel
Hasil penelitian telah membuktikan
pengaruh yang sama terhadap
Oleh karena khamir.
ituketahanan panas dapat diduga
sel yang bahwa
mengalami
dehidrasi mungkin mempunyai
mekanisme yang sama seperti halnya
spora yang juga mempunyai
kandungan air jauh lebih rendah
daripada sel vegetatif.
Pada beberapa makanan yang
mempunyai kadar garam
tinggi, misalnya ikan
asin, kecap, tauco, sering ditemukan
bakteri yang tahan garam.
Bakteri semacam ini dapat
dibedakan atas dua kelompok yaitu
bakteri halofilik dan halodurik.
Bakteri halofilik adalah bakteri yang
tahan terhadap konsentrasi garam
tinggi, dan untuk pertumbuhannya
juga memerlukan garam dengan
konsentrasi garam tertentu,
bakteri halodurik adalah bakteri yang
tahan terhadap konsentrasi garam
tinggi tetapi untuk pertumbuhannya
tidak memerlukan konsentrasi garam
tinggi.
Pada beberapa makanan
yang
mempunyai kadar gula tinggi sering kali
ditemukan khamir yang tahan akan
tekanan osmotik tinggi.
Seperti halnya bakteri yang tahan
terhadap konsentrasi gula tinggi, khamir
yang tahan terhadap konsentrasi gula
tinggi juga dapat dibedakan atas khamir
osmofilik dan osmodurik.
Khamir osmofilik adalah khamir yang
selain tahan terhadap tekanan osmotik
tinggi juga memerlukan konsentrasi gula
tinggi untuk pertumbuhannya, sedangkan
khamir osmodurik meskipun tahan
terhadap tekanan osmotik tinggi tetapi
tidak memerlukan tekanan osmotik tinggi
untuk pertumbuhannya.
Salah satu contoh khamir yang bersifat
osmofilik misalnya Saccharomyces rouxii
yang sering ditemukan pada sirup atau
madu. Dimana khamir ini masih dapat
tahan sampai konsentrasi gula mencapai
60%.
Ketahanan Mikroorganisme terhadap
Keasaman Tinggi dan Senyawa
Lipofilat
Pengasaman adalah salah satu
cara pengawetan makanan yang
telah dilakukan sejak dahulu
Proses pengasaman atau
penurunan pH makanan dapat
dilakukan dengan cara menambahkan
asam atau melalui cara fermentasi
asam.
Asam yang umum ditambahkan ke dalam
makanan terutama adalah asam cuka
(asam asetat), sedangkan asam yang
terbentuk selama fermentasi misalnya
asam laktat pada produk-produk susu
dan
pikel, serta asam asetat pada produk-
produk lainnya.
Berbeda dengan proses adaptasi terhadap
aW rendah, sel vegetatif mikroorganisme
yang tiba-tiba dipindahkan ke dalam
medium dengan pH rendah tidak
menunjukkan proses adaptasi, tetapi
kecepatan pertumbuhannya akan segera
berubah.
Apakah yang terjadi
selama
sel tumbuh di dalam medium
dengan pH yang tidak
optimal tersebut ?
Sel pada umumnya
bereaksi
untuk mempertahankan pH
konstan di dalam sel.
Pada waktu pH diturunkan proton
yang terdapat dalam jumlah tinggi di
dalam medium akan masuk ke dalam
sitoplasma sel, dan proton ini harus
dihilangkan dari dalam sel untuk
mencegah terjadinya pengasaman
dan denaturasi komponen-komponen
sel.
Oleh karena itu pertumbuhan sel
menjadi sangat lambat, bahkan
terhenti sama sekali pada pH yang
sangat rendah.
Untuk menghilangkan proton ke luar
sel dimana terjadi gradien konsentrasi
tinggi yang besarnya beberapa ratus
atau ribu kali, diperlukan energi.
Jadi semakin rendah pH semakin
banyak energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan pH konstan di
dalam sel, akibatnya energi yang
tersedia untuk sintesis komponen-
komponen sel berkurang.
Pada kecepatan pertumbuhan sel yang
sangat lambat maka persediaan energi
untuk mempertahankan hidup dan
mengeluarkan proton ke luar sel sangat
terbatas, akibatnya sel-sel menjadi mati
karena homeostatik yang memerlukan
energi, maka pembatasan suplai energi
akan menyebabkan pengawetan
makanan dengan pH rendah menjadi
lebih efektif.
Contoh kombinasi pengasaman dengan
penurunan aW atau dengan pengepakan
vakum yang lebih efektif untuk
mengawetkan makanan, karena kedua
proses tersebut membatasi produksi
energi oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme mempunyai pH
minimal, optimal dan maksimal yang
berbeda-beda untuk pertumbuhannya.
Bakteri pada umumnya mempunyai pH
optimal sekitar netral, dengan pH
minimal 3 – 5, dan pH maksimal 8 – 10.
Khamir mempunyai pH optimal lebih
rendah daripada bakteri, yaitu berkisar
antara 4,5 dan 5,5 dengan pH minimal
2 – 3 dan pH maksimal 7 –
8, sedangkan kapang pada umumnya
mempunyai pH minimal lebih rendah
yaitu sekitar pH 1 – 2.
Mekanisme pH homeostatik juga
terjadi dalam pengawetan pangan
menggunakan asam lipofilat lemah
seperti asam sorbat, benzoat, dan
propionat.
Asam-asam lipofilat tersebut dapat
mencegah kerusakan
mikrobiologis karena beberapa
sifatnya yang unik yaitu
kelarutannya dalam bentuk tidak
terdisosiasi di dalam larutan
membran sel dan aktivitasnya
sebagai ionofor proton.
Senyawa semacam ini
mengakibatkan
proton lebih cepat masuk ke dalam sel
sehingga meningkatkan kebutuhan
energi untuk mempertahankan pH
alkali di dalam sel
Asam lipofilat meningkatkan aliran
proton ke dalam sel ekuivalen dengan
terjadinya pada pH rendah.
Gangguan aliran proton menembus
membran mengganggu fungsi
kimiostatik sel, misalnya transform
asam amino.
Hal ini dibuktikan dengan
penelitian yang melaporkan
bahwa sorbat dapat menghambat
germinasi spora Bacillus cereus
dan Clostridium botulinum secara
kompetetif dengan asam amino
yang berfungsi sebagai germanian
yatu L-alanin.
Semakin rendah pH semakin tinggi
presentase asam lipofilat yang terdapat
dalam bentuk tidak terdisosiasi, sehingga
semakin banyak proton yang dapat
menembus membran sel.
Peggunaan asam lipofilat sebagai bahan
pengawet makanan lebih efektif pada pH
rendah dibandingkan dengan pH tinggi.
Sebagai contoh pada pH 6,0 sebanyak
1,5% asam benzoat terdapat dalam
bentuk tidak terdisosiasi, sedangkan pada
pH 4.0 sebanyak 60% terdapat dalam
bentuk tidak terdisosiasi.
Demikian pula asam sorbat dan
propionat, dimana sebanyak 6% asam
sorbat dan 6,7% asam propionat tidak
terdisosiasi pada pH 6,0 sedangkan pada
pH 4,0 sebanyak 86% asam sorbat dan
88% asam propionat terdapat dalam
bentuk tidak terdisosiasi.
Berbagia senyawa lipofilat lainnya juga
bersifat efektif sebagai pengawet, misalnya
asam-asam lemak, lipid dan lain-
lainnya, beberapa antosianin dan
fenol, alkohol dan glikol, ester, amida, dan
amina.
Struktur alifatik dari komponen-
komponen tersebut biasanya
mempunyai aktivitas optimun pada
panjang rantai sekitar C12, dan
umumnya lebih efektif terhadap
bakteri gram negatif dibandingkan
dengan gram positif.
Mekanisme pengawetannya
mungkin serupa dengan
mekanisme pengawetan asam
lipofilat lemah, yaiu mengganggu
fungsi membran.
Beberapa mikroorganisme lebih tahan
terhadap asam-asam lipofilat tersebut
dibandingkan dengan mikroorganisme
lainnya.
Mekanisme ketahanan atau
kemampuan sel untuk beradaptasi
dengan senyawa-senyawa tersebut
diduga melalui proses
homeostatis, yaitu melalui suatu
system yang secara efektif dapat
mengeluarkan asam-asam tersebut
keluar sel.
Pengeluaran senyawa-senyawa
tersebut dari sel juga dipengaruhi oleh
tersedianya energi, dimana semakin
tinggi sember energi yang
ditambahkan ke dalam
system, semakin berkurang efektifitas
senyawa-senyawa tersebut sebagai
pengawet.
Bahan-bahan pengawet
asam
organik, misalnya sulfit dan nitrit seperti
halnya asam organik yang juga lebih
efektif pada pH rendah dibandingkan
dengan pH mendekati netral.
Hal ini juga disebabkan bentuk
antimikroba yang efektif adalah dalam
bentuk tidak terdisosiasi.
Ketahanan Mikroorganisme
terhadap Suhu Rendah