Anda di halaman 1dari 212

Kenapa bakteri laboratorium diawetkan di dalam lemari es?

Karena bakteri dapat awet dalam suhu yang rendah, untuk itu digunakan

lemari es sebagai media pengawetan dari bakteri.

Pembuktian dari awetnya bakteri dalam lemari es dapat dilihat dari awetnya

makanan dalam lemari es karena suhu lemari es yang rendah dapat

mempertahankan mikroba yang berada di dalam makanan tersebut. Karena suhu

yang rendah hanya menurunkan jumlah mikroba.

Penyebab tidak tahan lamanya makanan adalah terdapatnya bakteri

pembusuk dalam makanan tersebut, dalam kondisi udara terbuka (temperatur ruang

tinggi, misalnya 30°C) perkembangbiakan bakteri terjadi sangat cepat akibatnya

makanan menjadi cepat busuk. Berdasarkan penelitian, perkembangbiakan ini bisa

dihambat (diperlambat) jika temperatur ruang diturunkan. Perkembangbiakan

bakteri yang signifikan ini ternyata ketika temperatur ruang diturunkan di bawah

10°C menjadi sangat lambat. Dengan demikian proses pembusukan makanan dapat

diperlambat juga.Maka dibuatlah suatu alat yang berfungsi untuk menjaga/

mengkondisikan temperatur untuk menjaga makanan  tersebut sehingga bisa

bertahan lebih lama.

Dahulu manusia mendinginkan makanan dengan tujuan agar makanan dapat

disimpan lebih lama dan tidak membusuk, meskipun sebab jadinya pembusukan ini

tidak mereka ketahui. Sekarang terjadinya pembusukan ini telah diketahui,

disebabkan oleh jasad renik (microbes) yang ada dalam bahan makanan, yaitu:

kuman, lumut, jamur, dan lain-lain. Pada suhu ruangan normal dalam keadaan

lembab, makanan cepat menjadi busuk karena pada temperatur biasa bakteri akan
dapat berkembang biak dengan cepat. Pada suhu udara yang lebih tinggi, jasad

renik atau bakteri dapat berkembangbiak lebih cepat atau bisa dibilang sangat

cepat, sehingga jumlahnya berlipat ganda menjadi beberapa kali. Telah diselidiki

bahwa pada suhu rendah 4-10 Derajat C atau 40 Derajat F batas suhu dimana jasad

renik atau bakteri sukar berkembang biak, sehingga makanan lebih tahan

lama.Menyimpan dengan didinginkan tidak akan membuat barang-barang yang

disimpan menjadi lebih baik mutu dan keadaannya, juga tidak untuk membuat steril,

tetapi hanya mengusahakan agar bahan makanan tidak cepat membusuk dan

menjadi rusak.

Proses pendinginan ini merupakan rangkaian dari berbagai tahapan

pengolahan pangan atau makanan yang seringkali menjadi salah satu acuan dalam

menentukan kualitas bahan pangan itu sendiri. Pendinginan tersebut sebenarnya

dapat memperlambat kecepatan reaksi-reaksi metabolisme, dimana pada umumnya

setiap penurunan suhu 800C, kecepatan reaksi akan berkurang menjadi kira-kira

setengahnya. Karena itu penyimpanan dapat memperpanjang masa hidup jaringan-

jaringan dalam bahan pangan, karena keaktifan respirasi menurun (Winarno dkk,

l982).

Sama halnya dengan pendinginan, proses pembekuan makanan melibatkan

pemindahan panas dari produk makanan. Hal ini akan menyebabkan membekunya

kadar air di dalam makanan dan menyebabkan berkurangnya aktivitas air di

dalamnya. Menurunnya temperatur dan menghilangnya ketersediaan air menjadi

penghambat utama pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas enzim di dalam

produk makanan, menyebabkan makanan menjadi lebih awet dan tidak mudah
membusuk. Keunggulan dari teknik pembekuan makanan adalah semua hal tersebut

dapat dicapai dengan mempertahankan kualitas makanan seperti nilai nutrisi, sifat

organoleptik, dan sebagainya.

Pembekuan adalah proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan

pangan membeku, yaitu jika suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar –180C,

meskipun umumnya produk beku mempunyai suhu lebih rendah dari ini. Pada

kondisi suhu beku ini bahan pangan menjadi awet karena mikroba tidak dapat

tumbuh dan enzim tidak aktif.

Suhu adalah salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi

kehidupan dan pertumbuhan mikroorganisme. Suhu dimana suatu makanan

disimpan sangat besar pengaruhnya terhadap jenis bakteri yang dapat tumbuh serta

kecepatan pertumbuhannya.Makanan yang disimpan di dalam lemari es masih

mungkin ditumbuhi bakteri yaitu yang tergolong psikrofil dan psikrotrop.Suhu dapat

mempengaruhi kecepatan pertumbuhan sel yaitu :

a) Pertumbuhan bakteri terjadi pada suhu dengan kisaran ( antara suhu

minimum dan maksimum ) 300C

b) Kecepatan pertumbuhan bakteri meningkat lambat dengan naiknya suhu

sampai mencapai kecepatan pertumbuhan maksimum.

c) Diatas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan menurun dengan cepat

dengan naiknya suhu.

Berdasarkan hal diatas beberapa hal sehubungan dengan suhu bagi

setiap organisme dapat digolongkan sebagai berikut :


a) Suhu minimum

Di bawah suhu ini pertumbuhan bakteri tidak terjadi.

b) Suhu optimum

Suhu dimana pertumbuhan paling cepat karena temperatur ini sangat

baik untuk kegiatan hidup bakteri.

c) Suhu maksimum

Di atas suhu ini pertumbuhan bakteri tidak mungkin terjadi. Suhu

optimum selalu lebih mendekati maksimum dari pada minimum.

Berdasarkan hubungan antara suhu tersebut,bakteri dapat digolongkan

menjadi kelompok Psikrofil, Psikrotof, Mesofil, Thermofil dan Thermotrof.

Pada suhu 00C atau lebih rendah maka pertumbuhan atau aktivitas

metabolik mikroba tidak terjadi dalam jangka waktu yang lama. Adanya peralatan

seperti lemari pendingin dan kamar pendingin memudahkan manusia dalam

mengontrol jumlah mikroba. Sebelum dibekukan, pada umumnya hasil bumi

dipanaskan terlebih dahulu menggunakan uap untuk menginaktifkan enzim yang

dapat mengubah produk tersebut sekalipun pada suhu rendah. Beberapa produk

yang tidak membutuhkan perlakuan demikian adalah cabai, bawang dan buah-

buahan. Metode yang dianggap paling efektif adalah pembekuan dibawah 32 0C

karena kristal es yang terbentuk berukuran kecil dan struktur sel dalam makanan

tidak rusak.

Jumlah dan tipe mikroba yang hidup atau mati yang terdapat pada makanan

beku, mencerminkan tingkat pencemaran produk mentahnya, sanitasi pabrik

pengolahannya serta kecepatan dan ketelitian pengolahannya. Pada umumnya

jumlah mikroba makanan beku akan berkurang selama penyimpanan, tetapi banyak
mikroba patogen seperti spesies Salmonella dapat bertahan hidup lama pada suhu

-90C sampai  -170C. Beberapa jenis mikroba pangan seperti Clostridium botulinum

tipe A dan B, Staphylococcus aureus dan Salmonella dapat dicegah pertumbuhannya

pada suhu 5,50C atau lebih rendah.

Secara kasat mata, bentuk kulkas laboratorium ini tak beda juah dengan

kulkas yang ada di rumah, paling yang membedakan adalah bentuknya lebih kecil.

Perbedaan lainnya adalah benda yang disimpan didalamnya. Kalau untuk kulkas

rumah tangga yang disimpan adalah barang – barang kebutuhan sehari – hari untuk

dikonsumsi, sementara kulkas laboratorium ini fungsinya adalah menyimpan benda –

benda kebutuhan laboratorium, termasuk juga untuk menyimpan plasma darah,

vaksin, obat – obatan, maupun benda farmasi lainnya. Perbedaan lain kulkas

laboratoriumdengan kulkas rumah tangga adalah pada kulkas laboratorium ini harus

benar – benar higienis dan dapat diandalkan. Artinya kulkas laboratorium harus

mampu mempertahankan suhu konsistennya supaya meminimalkan resiko

terkontaminasi bakteri. Selain itu, kulkas laboratorium juga harus memiliki

pembagian area untuk mencegah kontaminasi antar bahan yang disimpan di

dalamnya.

Secara umum, kulkas laboratorium dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :

 Lemari es lab yang khusus digunakan untuk menyimpan benda –

benda eksplosif yang mudah terbakar dan zat kimia berbahaya

 Lemari es yang dirancang untuk menjaga suhu stabil dan terdapat alat

monitor suhu secara digital untuk memudahkan pemantauan

 Kulkas untuk menyimpan darah


 Kulkas kromatografi yang dugunakan untuk alat dukung eksperimen

penelitian

Biasanya kulkas laboratorium ini beroperasi dari suhu 2 0C hingga 100C.

Biasanya kulkas laboratorium juga dilengkapi denganfungsi anti beku secara

otomatis, sehingga sekalipun pengaturannya pada level paling dingin, namun benda

yang disimpan didalamnya tidak akan sampai membeku.


Daftar Pustaka

 http://safitriendah1554.blogspot.co.id/2015/04/kulkas-rumahnya-

mikroba.html

 http://dhevinka.blogspot.co.id/2014/10/laporan-praktikum-teknik-

laboratorium.html

 http://dewirha93.blogspot.co.id/2015/03/mikrobiologi-pangan.html

 https://www.medicalogy.com/blog/fungsi-kulkas-laboratorium-yang-perlu-

anda-tahu/

 http://syarifahrahmah.blog.upi.edu/chilling-freezing-pendinginan-dan-

pembekuan/

 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-yulitriviy-5215-2-

bab2.pdf
e. Metabolit primer, kapan menghasilkan dan contoh ?

Metabolisme adalah reaksi kimia yang berlangsung didalam organisme hidup,

dan merupakan reaksi yang sangat terkoordinasi, mempunyai tujuan, serta

mencakup berbagai kerjasama dari banyak sistem muti enzim. Secara singkat,

metabolisme adalah proses pembentukan metabolit. Metabolit adalah senyawa-

senyawa organik yang dihasilkan dan terlibat dalam metabolisme. Metabolisme

memiliki empat fungsi yang spesifik yaitu :

1. Untuk memperoleh energy kimia dari degradasi makanan yang kaya energy

dari lingkungan atau dari energi solar.

2. Untuk mengubah molekul nutrisi menjadi precursor unit pembangun bagi

makromolekul sel.

3. Untuk membangun unit-unit pembangunan ini menjadi protein, asam nukleat,

lipid, polisakarida, dan komponen sel lainnya.

4. Untuk membentuk dan mendegradasi biomolekul yang diperlukan dalam

fungsi khusus sel.

Metabolisme terdiri dari dua proses yang berlawanan, keduanya berlangsung

serempak. Aspek metabolisme yang pertama adalah anabolisme, yaitu proses

sintesis makromolekul kompleks misalnya asam nukleat, lipid, dan polisakarida serta

penggunaan energi. Aspek metabolisme yang kedua adalah suatu proses yang

berlawanan disebut katabolisme. Proses katabolisme merupakan proses penguraian

bahan organic komples menjadi bahan organic yang lebih sederhana atau bahan

anorganik dan menghasilkan energy, misalnya adenosine trifosfat (ATP) atau

guanosine trifosfat (GTP).


Metabolit adalah hasil dari metabolisme. Metabolit dibedakan menjadi dua

macam, yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer

merupakan salah satu yang dibentuk selama fase pertumbuhan primer

mikroorganisme, sedangkan metabolit sekunder merupakan salah satu yang

dibentuk menjelang akhir fase pertumbuhan primer mikroorganisme, sering kali

menjelang ata fase stasioner pertumbuhan.

Metabolit primer adalah suatu metabolit atau molekul yang merupakan produk

akhir atau produk antara dalam proses metabolisme makhluk hidup, yang fungsinya

sangat esensial bagi kelangsungan hidup organism tersebut, serta terbentuk secara

intraseluler. Contohnya adalah protein, lemak, karbohidrat, dan DNA. Pada

umumnya metabolit primer tidak di produksi berlebihan. Pada sebagian besar

mikroorganisme, produksi metabolit yang berlebihan dapat menghambat

pertumbuhan, dan kadang-kadang dapat mematikan mikroorganisme tersebut.

Proses metabolisme tersebut untuk membentuk metabilit primer disebut

metabolisme primer.

Mikroorganisme menghasilkan metabolit primer, misalnya etanol, dan metabolit

sekunder, misalnya antibiotic. Metabolit primer di produksi pada waktu yang sama

dengan pembentukan sel baru, dan kurva produksinya mengikuti kurva

pertumbuhan populasi secara parallel. Metabolit sekunder mikroorganisme tidak di

produksi hingga sel mikroorganisme menyelesaikan secara lengkap fase

pertumbuhan logaritmiknya, dikenal sebagai fase tropofase dan memasuki fase

stasioner. Periode selanjutnya, ketika sebagian besar metabolit sekunder dihasilkan,


disebut sebagai idiofase. Metabolit sekunder mikroorganisme dapat merupakan

konversi dari metabolit primer mikroorganisme.

Ciri-ciri metabolit primer yaitu :

a. Terbentuk melalui metabolisme primer

b. Memiliki fungsi yang esensial dan jelas bagi kelangsungan hidup organism

penghasilnya (merupakan komponen esensial tubuh misalnya asam amino,

vitamin, nukleotida, asam nukleat dan lemak)

c. Sering berhubungan dengan pertumbuhan organism penghasilnya.

d. Bersifat tidak spesifik ( ada pada hamper semua makhluk hidup)

e. Dibuat dan disimpan secara intraseluler

f. Dibuat dalam kuantitas yang cukup banyak

g. Hasil akhir dari metabolisme energy adalah etanol.

Kondisi lingkungan yang dapat menghasilkan metabolit primer adalah dengan cara

memperpendek fase lag dan memperpanjang fase eksponensial dengan cara

menambahkan nutrien kunci). Kondisi lingkungan yang menghasilkan metabolit

sekunder adalah dengan cara memperpanjang fase stasioner, membatasi suplai

nutrient, dan menghadirkan bakteri patogen. Berikut adalah grafik dihasilkannya

metabolit primer dan metabolit sekunder.

Dalam proses metabolisme terdapat senyawa utama yang akan disintesis

menjadi senyawa baru yang disebut prekusor. Contohnya berupa Asam pimelat,

Vitamin A, Beta alanin, Asam pentotenat, Purin, Pirimidin, Asam nukleat, Niasin,

NAD, Asam pentotenat, Ko-A, Riboflafin. Cara memperoleh prekusor dapat diambil

pada kepadatan sel yang rendah, pertumbuhan secara cepat dan oleh sebab itu
metabolisme primer merupakan prioritas utama dan hanya pada saat pertumbuhan

menjadi perlahan saat kepadatan sel tinggi, menyebabkan sel mengeluarkan banyak

energi untuk bias memproduksi metabolit sekunder, yaitu berupa antibiotik. Banyak

organisme yang memproduksi antibiotik justru kurang produktif dengan adanya

kelebihan sumber karbon, seperti misalnya glukosa. Hal ini mengingatkan pada

fenomena catabolite repression yang kita ketahui dalam E. coli. Untuk mengatasi

katabolit repression, sumber karbon harus ditambahkan kedalam kultur medium

dengan hati-hati

Jadi metabolit primer itu :

a. Terlibat dalam pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi. Oleh

karena itu, penting untuk kelangsungan hidup dan keberadaan

organisme dan reproduksi.

b. Dibentuk pada waktu yang sama seperti sel-sel baru.

c. kurva Produksi mengikuti kurva pertumbuhan.

d. Dibentuk pada trophophase selama pertumbuhan eksponensial sebagai

akhir yang normal produk dari metabolisme primer.

e. Juga disebut metabolit pusat Ulasan ini mempertahankan seperti biasa

proses fisiologis.

f. Diproduksi dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan

pertumbuhan sel misalnya vitamin, asam amino, nukleosida dll

g. Sel menjaga konsentrasi optimum dari semua makromolekul (Protein,

DNA, RNA dll).


h. Kelebihan dapat genetik dimanipulasi. Auksotrofik (auxo,

"Meningkatkan," dan trophos, '' makanan '') mutan yang memiliki blok

dalam langkah-langkah dari jalur biosintesis untuk pembentukan

metabolit primer.

i. Tingkat pertumbuhan melambat karena terbatasnya pasokan dari

setiap nutrisi lainnya. Metabolisme tidak berhenti namun pembentukan

produk berhenti.

j. Secara industri penting misalnya etanol, aseton, asam laktat, CO2.

k. suplemen makanan umum, L-glutamat dan L-lisin, diproduksi dan

dimurnikan melalui produksi massal Corynebacterium glutamicum.

l. Asam sitrat, yang biasa digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik

diproduksi oleh Aspergillus niger.

Daftar pustaka

http://vle.du.ac.in/file.php/1/ADF/Primary_n_Secondary_metabolites_23.2.2016.pdf

Dewick, P.M,1999, Medicinal Natural Products, A Biosynthesis Approach, John Willey

& Sons Ltd, England

Hogg, S., Essential Microbiology, John Willey & Sons Ltd, England
Mikfar no 5 L

Kapsul bakteri adalah Lapisan gelatin yang mencakup seluruh bakteri, terdiri

dari polisakarida (yaitu poly: Banyak, Polisakarida: Berarti gula). Kapsul Bakteri

dapat membantu bakteri menghindari kekeringan (dehidrasi) dengan mencegah

kehilangan air. Kebanyakan kapsul adalah hidrofilik (“suka-air”) dan dapat

membantu bakteri menghindari kekeringan (dehidrasi) dengan mencegah kehilangan

air. Kapsul dapat melindungi sel bakteri tidak dimakan dan perusakan oleh sel darah

putih (fagositosis).

Sementara mekanisme yang tepat untuk melarikan diri fagositosis tidak jelas,

hal itu mungkin terjadi karena kapsul membuat komponen permukaan bakteri lebih

licin, membantu bakteri untuk melarikan diri tidak terperosok oleh sel fagosit.

Kehadiran kapsul pada Streptococcus pneumoniae adalah faktor yang paling penting

dalam kemampuannya untuk menyebabkan pneumonia. Strain mutan S.

pneumoniae yang telah kehilangan kemampuan untuk membentuk kapsul yang

mudah diambil oleh sel-sel darah putih dan tidak menyebabkan penyakit. Hubungan

virulensi dan pembentukan kapsul juga ditemukan di banyak spesies bakteri

lain.Lapisan kapsuler bahan polisakarida ekstraseluler dapat memagari banyak

bakteri dalam biofilm dan melayani banyak fungsi.Bacillus anthracis terdiri dari asam

D-glutamat terpolimerisasi).

Virulensi patogen sering berhubungan dengan produksi kapsul.

Strainvirulen Pneumococcus menghasilkan polimer kapsuler yang melindungi

bakteri dari
fagositosis. Bakteri tersebut membentuk koloni mukoid atau cair (tipe M)

atau koloni halus (tipe S) pada medium padat dan sebaliknya strain kasar

(tipe R) tidak membentuk kapsul. Hilangnya kemampuan untuk membentukkapsul

melalui mutasi berhubungan dengan kehilangan virulensi dan kerusakan oleh

fagosit tapi tidakmempengaruhi kelangsungan hidup bakteri.Bentuk kapsul yang

kental yang cenderung melekat kepada sel, sedangkanlendir dan polimer

ekstraseluler lebih mudah tercuci. Kapsul lebih mudah dilihatdengan pewarnaan

negatif. Di bawah mikroskop, dalam campuran tinta India kapsulkelihatan lebih

terang mengelilingi sel. Kapsul juga dapat diwarnai secarakhusus. Sel bakteri

yang tidak membentuk kapsul dan secaraserologi dapat bereaksi dengan 31serum

antikapsul, dikatakan menghasilkan mikrokapsul.

Kapsula terdiri atas molekul polisakarida kompleks yang tersusun dalam bentuk

gel yang terdapat di luar dinding sel. Komposisi kimia tiap kapsula sangat spesifik

untuk setiap strain bakteri yang mengekskresinya. Penyusun utama kapsul pada

umumnya adalah polisakarida yang terdiri atas glukosa, asam amino, rhamnosa,

serta asam organik seperti asam piruvat dan asam asetat. Ada pula yang

mengandung peptida seperti kapsul pada bakteri Bacillus sp. Selain itu Klebsiella

pneumonia juga mempunyai kapsul yang sangat tebal. Beberapa kapsul terdiri dari

polipeptida. Spesifitas komposisi kimiawi kapsul dapat dilihat pada beberapa jenis

bakteri misalnya pada Leoconostoc mesenteroides berupa glukosa (misalnya

dektrosa), pada Staphylococcus piogenic berupa polimer gula amino (misalnya asam

hialuronat), pada Bacillus antraksis berupa polipeptida (misalnya polimer asam D-

glutamat) atau pada bakteri penyebab disentri berupa kompleks polisakarida protein.
Komponen gula polisakarida bervariasi dalam spesies bakteri, yang

menentukan jenis serologi mereka. Contoh: Streptococcus pneumoniae memiliki 84

jenis serologi yang berbeda ditemukan sejauh ini.

Streptococcus mutans, yang menyebabkan karies gigi, membagi sukrosa dalam

makanan dan menggunakan salah satu gula untuk membangun kapsul, yang

menempel erat pada gigi. Bakteri yang terperangkap dalam kapsul menggunakan

gula lain untuk bahan bakar metabolisme dan menghasilkan asam kuat (asam laktat)

yang menyerang enamel gigi. Ketika Pseudomonas aeruginosa berkolonisasi pada

paru-paru orang dengan cystic fibrosis, menghasilkan kapsul polimer tebal asam

alginat yang memberikan kontribusi untuk kesulitan memberantas bakteri. Bakteri

dari genus Zoogloea mengeluarkan serat selulosa yang dalam jaring bakteri ke

dalam flok yang mengapung di permukaan cairan dan membuat bakteri terkena

udara, persyaratan untuk metabolisme genus ini. Beberapa bakteri berbentuk

batang, seperti Sphaerotilus, mengeluarkan selubung panjang tubular kimia

kompleks yang menyertakan jumlah besar dari bakteri. Selubung ini dan banyak

bakteri lingkungan lainnya dapat berlapiskan dengan besi atau oksida mangan.

Peran dan Fungsi Kapsul Bakteri

 Penentu virulensi: Kapsul anti fagositosis. Mereka membatasi kemampuan fagosi

tuntuk menelan bakteri. Jika bakteri patogen kehilangan kapsul (oleh mutasi),

mereka tidak dapat menyebabkan penyakit (yaitu perubahan bakteri patogenik).

 Identifikasi bakteri:

a. Menggunakan antiserum spesifik terhadap kapsul polisakarida. Misalnya reaksi

Quellung
b. Karakteristik koloni dalam media kultur: organisme berkapsul membentuk

koloni berlendir

 PengembanganVaksin: polisakarida kapsuler digunakan sebagai antigen dalam

vaksin tertentu. Misalnya Polisakarida kapsuler dimurnikan dari 23 jenis

pneumoniae hadir dalam vaksin saat ini.

Inisiasi infeksi: Kapsul membantu organisme untuk mengikuti sel inang.

 Contoh bakteri berkapsul:

Streptococcuspneumoniae

Neisseria meningitidis

Haemophilusinfluenzae

Kemampuan menghasilkan kapsula merupakan sifat genetis, tetapi produksinya

sangat dipengaruhi oleh komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang

bersangkutan. Komposisi medium juga dapat mempengaruhi ukuran kapsul. Ukuran

kapsul berbeda-beda menurut jenis bakterinya dan juga dapat berbeda diantara

jalur-jalur yang berlainan dalam satu spesies. Semua kapsul bakteri tampaknya

dapat larut dalam air.

Fungsi kapsul adalah untuk kehidupan bakteri tidak begitu esensial, namun

menyebabkan timbulnya sifat virulen terhadap inangnya. Keberadaan kapsula

mudah diketahui dengan metode pengecatan negatif menggunakan tinta cina atau
nigrosin. Kapsula akan tampak transparan di antara latar belakang yang gelap.

Berikut ini adalah gambar kapsula pada bakteri .

Kapsul dapat dilihat di bawah mikroskop cahaya dengan menempatkan sel-sel

dalam suspensi tinta India. Kapsul termasuk tinta akan muncul seperti lingkaran

cahaya yang jelas sekitar sel-sel bakteri. Kapsul biasanya polimer dari gula

sederhana (polisakarida), meskipun kapsul Bacillus anthracis terbuat dari asam

polyglutamic.
Daftar Pustaka

Sardjito,M & Sapardi. 1962. Bakteriologi Umum. Jakarta : Penerbit Universitas.

http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=408708&val=5016&title=Kapsula%20akteri%20dan%20Fungsinya

https://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj

4i5XszsfQAhWEtI8KHYyfCcYQFggvMAM&url=https%3A%2F

%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FBakteri&usg=AFQjCNFVwfhtThS3-

aB9XCIyO8yJW5_vmg&sig2=4GWFuzB2-U6r2GsRJuZ65A

5) n. Apa yang dimaksud dengan peritrik? Contoh minimal 2


Jawab:

Peritrik merupakan salah satu jenis bakteri berdasarkan jumlah, dan letak flagelnya.

Bakteri peritrik merupakan bakteri yang mempunyai flagella yang jumlahnya banyak

dan tersebar pada seluruh permukaan tubuhnya.

Fungsi umum flagela pada bakteri adalah sebagai alat untuk  pergerakan . Flagela

bukan merupakan alat untuk bertahan hdup. Flagela dapat dipisahkan dengan

guncangan atau dengan putaran dalam alat pengocok seperti sentrifugal. Sel tetap

hidup dan motilitas terjadi dengan pertumbuhan kembali flagela. Sel bakteri

berflagela dapat menghampiri sumber nutrisi dan menghindari racun dengan

menghampiri suatu kemoreaktan atau meninggalkan senyawa yang tidak diinginkan.

Pergerakan sel oleh flagela mendorong sel dengan putaran melingkar searah sumbu

panjangnya seperti baling-baling putaran flagel dikuatkan oleh arus listrik. Fungsi

flagela dibangun oleh respon  kemotaktik, menunjukkan suatu sistem regulasi

sensori umpan balik.

Flagela ganda memutar berlawanan dengan arah jarum jam. Untuk membentuk

suatu berkas yang terkoordinir dan efek pergerakan sel umumnya kearah nutrisi

(kemotaksis positif). Pengaruh adanya senyawa yang tidak diinginkan, menyebabkan

koordinasi menjadi hilang, berkas flagel mengalami kekacauan, dan sel berputar dan

cenderung menjauhi senyawa tersebut. Koordinasi fungsi flagel melibatkan

kemoreseptor yang disebut ”protein peningkat periplasmik”, yang berinteraksi dalam

proses metilasi suatu protein membran plasma secara spesifik. Adanya kemoreaktan
proses metilasi protein tersebut meningkat. Sebaliknya dengan adnya racun atau

senyawa yang tidak diinginkan, proses metilasi menurun.

Flagelum befungsi juga dalam motilitas pada bakteri. Tidak semua bakteri

mempunyai flagelum, banyak spesies basilus dan spirilium memilikinya tapi flagelum

jarang dijumpai dalam coccus. Flagelum terlampau kecil untuk dapat dilihat dengan

mikroskop cahaya tetapi dengan menggunakan pewarnaan mordan (substansi yang

mengikat zat warna pada permukaan) diameternya dapat diperbesar dengan cukup

sehingga tampak dibawah mikroskop cahaya (Ristiati:55). Hal ini sesuai hasil

praktikum kami pada bakteri coccus tidak memiliki flagel, tidak bergerak dan hanya

mengalami gerak brown. Pada hasil praktikum bakteri basil tidak bergerak, mungkin

hal ini disebabkan karena bakteri inokulum kami ambil dari medium lebih dari 3 hari,

sehingga motiltas bakteri terganggu dengan keadaan medium yang mengalami

penumpukan racun/sampah sisa sekresi metabolisme, dehidrasi, nutrisi menyusut.

Kebanyakan spesies bakteri dapat bergerak dengan menggunakan flagel, akan tetapi

ada pula bakteri yang tidak dapat bergerak menggunakan flagel karena tidaka

mempunyai flagel (Hastuti, 2006). Pada bakteri yang memiliki flagel polar atau

lopotrik pergerakannya hanya sat arah  (berputar dalam satu arah) gerakan yang

dihasilkannya biasanya tergolong cepat, berputar-putar dan berubah arah,

sedangkan yang mempunyai flagel peritrikus akan bergerak berputar-putar menuju

ke segala arah. Gerakan yang dihasilkannya biasanya lurus dan lambat pergerakan

flagela adalah dengan cara memutar flagela berbentuk heliks. Pergerakan ini dapat

disamakan dengan pergerakan memutar  ketika membuka botol gabus. Proses ini

memerlukan energi dari sel. Beberapa organisme prokariot dapat bergerak walaupun

tidak memiliki organ pergerakan atau flagel. Gerakan yang dihasilkan terjadi dengan
cara meluncur (menggelinding) dan hanya akan bergerak jika ada kontak dengan

suatu permukaan padat. Organisme ini tidak akan bergerak jika terdapat dalam

bentuk suspensi di dalam cawan (Noviar, 2001:24).

Kemampuan suatu organisme untuk bergerak sendiri disebut motilitas

(Volk&Wheeler, 1983).Untuk mengamati pergerakan bakteri dengan baik dapat

dilakukan dengan cara /metode ”tetesan bergantung”. Banyak spesies basilus dan

spirilium memiliki flagel, tapi flagel jaang dijumpai pada coccus (Pelczar, 1986).

Gambar 1. Jenis- jenis bakteri berdasarkan jumlah dan letak flagella


Gambar 2. Bakteri peritrik

Contoh bakteri peritrik seperti pada kelompok enterobakteri motil seperti Salmonella

atau Bacillus, Escherichia coli


Gambar 3. Bakteri Salmonella

Gambar 4. Bakteri Bacillus


DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-

KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/transparan_sel_bak

teri.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri#cite_note-Heritage-22

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-

KUSNADI/BUKU_SAKU_BIOLOGI_SMA,KUSNADI_dkk/Kelas_X/Bab.Bakteri.pdf
PLASMID

Plasmid adalah DNA ekstrakromosomal yang dapat bereplikasi secara autonom dan

bisa ditemukan pada sel hidup. Di dalam satu sel, dapat ditemukan lebih dari satu

plasmid dengan ukuran yang sangat bervariasi namun semua plasmid tidak

mengkodekan fungsi yang penting untuk pertumbuhan sel tersebut . Umumnya,

plasmid mengkodekan gen-gen yang diperlukan agar dapat bertahan pada keadaan

yang kurang menguntungkan sehingga bila lingkungan kembali normal, DNA plasmid

dapat dibuang. Sebagian besar plasmid memiliki struktur sirkuler, namun ada juga
plasmid linear yang dapat ditemukan pada  mikroorganisme  tertentu,

seperti Borrelia

burgdorferi dan Streptomyces. Plasmid ditemukan dalam bentuk DNA utas ganda

yang sebagian besar tersusun menjadi superkoil atau kumparan terpilin. Struktur

superkoil terjadi karena enzim topoisomerase membuat sebagian DNA utas ganda

lepas (tidak terikat) selama replikasi plasmid berlangsung. Struktur superkoil akan

menyebabkan DNA plasmid berada dalam konformasi yang disebut lingkaran

tertutup kovalen atau covalently closed circular (ccc), namun apabila kedua utas

DNA terlepas maka akan plasmid akan kembali dalam keadaan normal (tidak

terpilin) dan konformasi tersebut disebut sebagai open circuler (oc). Penemuan akan

plasmid telah dimulai sejak tahun 1887, ketika Robert Koch mempublikasikan

penelitiannya tentang bakteri Bacillus anthracis sebagai penyebab

penyakit antraks. Sekitar 100 tahun kemudian, para ilmuwan menemukan bahwa

bakteri tersebut memiliki 2 plasmid yang merupakan faktor virulensi penyebab

antraks. Keyakinan akan keberadaan DNA plasmid berhasil dibuktikan oleh J.

Lederberg dan dan W. Hayes pada tahun 1950-an. Kedua ilmuwan tersebut berhasil

menyelidiki tentang peristiwa konjugasi pada Escherichia coli yang melibatkan

plasmid. Tidak beberapa lama setelah itu, plasmid terbukti merupakan DNA

ekstrakromosomal yang menyebabkan resistensiantibiotik pada

golongan bakteri enterik dan dapat ditransmisikan antar sel. Sejak saat itu, beberapa

laboratorium mulai membuat plasmid yang dapat ditransfer ke sel hidup, seperti sel

bakteri dan tanaman. Plasmid adalah unsur genetik yang terjadi secara alami yang

ditemukan dalam organisme mikroba. Mereka dapat ditemukan di semua tiga

domain mikroba - archaea, bakteri, dan eukariot / eukaryota. Artikel ini menguraikan
konsep plasmid bersama dengan fungsinya, jenis, dan aplikasi. Pada awalnya

penamaan plasmid didasarkan pada sifat fenotipe yang dikodekan oleh DNA plasmid

tersebut. Contohnya plasmid ColE1 yang berasal dari E. coli dapat

menyandikan bakteriocin colicin. Banyaknya laboratorium ataupun institusi yang

membuat plasmid kloning membuat sistem penamaan tersebut berubah. Untuk

standardisasi penulisan plasmid, digunakan huruf "p" yang diikuti oleh inisial huruf

kapital dan angka. Huruf kapital diambil dari nama institusi atau laboratorium tempat

plasmid tersebut berasal ataupun dari nama penemu plasmid tersebut . Sedangkan,

angka yang ada merupakan kode antara dua laboratorium tempat plasmid tersebut

dibuat. Contohnya: pBR322, "p" menyatakan plasmid, BR

merupakan laboratorium tempat plasmid tersebut pertama kali dikonstruksi (BR

dari Bolivar dan Rodriguez, perancang plasmid tersebut), sedangkan 322

menyatakan di laboratorium mana plasmid ini dibuat, banyak pBR lainnya seperti

pBR325, pBR327, dll. Untuk mencegah pembuang plasmid dari sel yang tidak lagi

membutuhkannya, terdapat beberapa mekanisme yang sudah diketahui.Salah

satunya adalah beberapa plasmid menyandikan protein yang dapat membunuh sel

yang membuangnya. Mekanisme ini disebut ketergantungan plasmid (plasmid

addiction) yang diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan aksi yang

dilakukan protein antitoksin yang disandikan plasmid. Ketiga jenis aksi tersebut

adalah berinteraksi dengan toksin, melindungi target yang akan diserang toksin, dan

menghambat ekspresi toksin tersebut.

Fungsi plasmid: Dewasa ini, plasmid telah diproduksi secara komersil oleh

sejumlah perusahaan untuk digunakan sebagai vektor kloning. Agar dapat

digunakan sebagai vektor kloning, plasmid harus memiliki beberapa kriteria, yaitu


berukuran kecil, relatif memiliki jumlah salinan yang tinggi (high copy number),

memiliki gen penanda seleksi dan gen pelapor, serta memiliki situs

pemotongan enzim restriksi untuk memudahkan penyisipan DNA ke dalam vektor

plasmid.

Plasmid: Jenis dan Fungsi

Plasmid Resistan (R-Plasmid):

Mereka memiliki gen yang memungkinkan host untuk menjadi resisten terhadap

antibiotik atau racun.

Plasmid degradatif:

Ini menanamkan sel inang dengan kemampuan untuk memetabolisme senyawa

organik biasanya sulit atau tidak biasa seperti toluena dan asam salisilat.

Plasmid fertilitas (F-Plasmid):

Mereka terlibat dalam konjugasi bakteri, dan memiliki gen (tra-) yang memulai

pembentukan F-pilus untuk memungkinkan konjugasi. Materi genetik ditransfer

melalui pilus ini antara sel-sel terkonjugasi. Ini adalah penularan sendiri, dan F-pilus

juga disebut pilus seks.

Col Plasmid atau coligenik:

Plasmid ini menghasilkan racun yang disebut bakteriosin yang mematikan bakteri,

tetapi kepemilikan plasmid ini membuat inang tahan terhadap racun.

Tumor-inducing Plasmid (Ti-Plasmid):

Mereka mampu mengubah sel inang menjadi patogen. Mereka terjadi di

Agrobacterium tumefaciens, patogen yang menyebabkan penyakit crown gall pada

tanaman. Saat infeksi, plasmid ditransfer ke sel-sel normal dari tanaman di mana ia

berproliferasi dan selanjutnya memperburuk penyakit dengan beralih ke keadaan


tumor. Dalam keadaan seperti itu, sel-sel mensintesis racun, dan faktor virulensi

lainnya.

Plasmid sebagai Vektor

Dalam konteks rekayasa genetika, plasmid yang dimodifikasi untuk membawa gen

non-diri disebut vektor. Hal ini digunakan untuk mengekspresikan atau

membungkam gen tertentu dalam organisme inang. Hal ini juga dapat digunakan

untuk menginduksi produksi beberapa salinan gen. Gen yang diinginkan dimasukkan

ke dalam plasmid vektor dengan cara pembatasan / ligasi dilakukan dengan

menggunakan enzim restriksi yang sesuai.

Vektor tidak hanya memiliki kemampuan untuk membawa gen tetapi juga berbagai

fitur lainnya. Fitur-fitur ini termasuk resistensi antibiotik (kanamisin atau Ampisilin),

asal situs replikasi, yang diidentifikasi oleh mesin replikasi inang dan digunakan

untuk meniru plasmid, dan situs beberapa kloning (MCS). Hal ini juga disebut situs

polylinker, dan merupakan hamparan DNA yang terdiri dari beberapa urutan target

enzim restriksi tertentu. Situs ini dapat digunakan untuk dengan mudah

memasukkan gen yang diinginkan untuk tujuan percobaan. Vektor juga memiliki

promotor urutan dekat MCS untuk ekspresi produk gen yang efisien. Selain itu, di

beberapa vektor, MCS ditempatkan dalam daerah pengkode gen reporter tersebut

sehingga jika gen yang diinginkan diikat dengan baik, gen yang mengandung MCS

terganggu, dan karenanya, tidak diungkapkan. Akibatnya, ekspresi gen reporter

akan menunjukkan gen non-ligasi yang diinginkan. Gen reporter dipilih sedemikian

rupa sehingga ekspresi dapat ditentukan secara visual (kromogenik).

Vektor yang diikat diperkenalkan dalam sel inang dengan proses yang disebut

transformasi, dan sel-sel inang ini dibiakkan dalam medium yang mengandung
antibiotik. Sel-sel yang berubah, karena kepemilikan gen resistensi plasmid itu, tidak

akan terpengaruh, tetapi akan bertahan dan berkembang biak, sedangkan sel-sel

non-berubah akan rentan terhadap antibiotik, dan karenanya, akan binasa. Karena

ketahanan gen membantu dalam memilih sel yang berubah, hal itu disebut penanda

seleksi. Sel-sel yang dipilih kemudian dipanen dan digunakan untuk eksperimen.

Kapasitas vektor dalam hal ukuran insert adalah 30 sampai 40 kbp (kilo pasangan

basa). Ketika gen yang lebih besar yang akan dimasukkan, vektor virus atau vektor

buatan yang digunakan.

Jenis Vektor Plasmid

Vektor Ekspresi:

Mereka digunakan untuk mengekspresikan protein non-diri dalam sel inang. Mereka

juga dapat digunakan untuk mengekspresikan gen yang berfungsi dalam genom

inang. Mereka berisi urutan promotor bersama dengan urutan terminator transkripsi

dan gen yang disisipkan. Daerah promoter mendorong transkripsi memasukkan gen

ke dalam transkrip RNA, dan urutan terminator transkripsi berhenti setelah gen telah
ditranskrip untuk mencegah generasi transkrip panjang yang bisa, pada gilirannya,

menyebabkan kesalahan RNA.

Vektor Kloning:

Ini adalah jenis vektor yang digunakan untuk tujuan memperkenalkan gen ke dalam

sel inang. Setelah gen ini berhasil dikloning dan diungkapkan dalam sel inang

melalui transformasi, dapat dimanipulasi sesuai kebutuhan selama percobaan. Ini

tidak setiap gen khusus terpisah dari MCS, gen reporter, dan penanda seleksi.

Vektor Shuttle: –

Mereka adalah vektor khusus yang dapat berkembang biak dan mengekspresikan

memasukkan gen pada dua sistem host yang berbeda. Hal ini memungkinkan para

ilmuwan untuk mempelajari efek dari produk gen dalam dua lingkungan host yang

berbeda. Vektor shuttle yang paling umum adalah mereka yang dapat berkembang

dalam Saccharomyces cerevisiae dan Escherichia coli.

Plasmid eksperimental:

Plasmid hasil modifikasi yang digunakan untuk mencegah infeksi virus, menargetkan

gen tertentu, dan mengatur pola pertumbuhan sel tertentu, yang disebut plasmid

eksperimental. Struktur yang unik mereka memungkinkan mereka untuk

mengangkut berbagai gen ke dalam sel inang. Berbagai jenis plasmid eksperimental

adalah sebagai berikut.

➺ RNAi (RNA Interference) – vektor ini mengungkapkan dan memanfaatkan konsep

Mirna dan siRNA untuk mengatur ekspresi gen. Molekul RNA ini mengikat molekul

mRNA dari gen target dan meningkatkan atau menurunkan ekspresi. Mekanisme ini

digunakan untuk memberikan perlawanan terhadap infeksi virus dengan mencegah

proliferasi partikel virus di dalam sel.


➺ Lentiviral, retroviral, dan vektor adenoviral – vektor ini adalah bentuk yang paling

efisien dari vektor untuk tujuan pengiriman gen. Virus ini mengangkut gen dalam sel

non-diving, dan karena sifat lisogenik virus ini, pemasukan gen dapat dimasukkan ke

dalam genom inang juga.

➺ Mouse Targeting – Teknik ini melibatkan penggunaan plasmid vektor untuk

mengubah sel, dan kemudian, mengganti gangguan fungsi alel gen di host dengan

fungsi alel gen yang sama yang dimiliki oleh plasmid. Teknik ini didasarkan pada

konsep rekombinasi homolog, dan dapat digunakan untuk memperbaiki atau

ekspresi gen diam, dan juga untuk memasukkan mutasi untuk tujuan percobaan.

➺ Luciferase – vektor ini memiliki gen luciferase, yang jika diungkapkan

menghasilkan enzim oksidatif neon. Gen ini bertindak sebagai gen pelapor dalam

vektor ekspresi.

➺ Cre / Lox – Ini mempekerjakan teknologi rekombinase spesifik lokasi, di mana

enzim rekombinase Cre recombines urutan Lox pendek untuk membawa inversi

DNA, inversi, inersi, dan translokasi dalam sel inang.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, 2010.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djembatan.:Jakarta

Volk, W.A., dan Wheeler, M.F., 1993. Mikrobiologi Dasar.Erlangga. Jakarta

Anonim. 2013. Plasmid. http://plasmid.wikipedia/ (Diakses pada 26 November 2016)

Anonim, 2009. Identifikasi Morfologi Bakteri dan Jamur. www.scribd.com (Diakses

pada tanggal 26 November 2016)


Pewarnaan Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan

sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak

berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.

Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk

diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga

berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel

bakteri melalui serangkaian pengecatan

Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora

dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula fosfat. Pewarnaan yang

digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus.

Sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memilahkan mikroorganisme disebut

pewarnaan diferensial yang memilahkan bakteri menjadi kelompok gram positif dan

gram negatif. Pewarnaan diferensial lainnya ialah pewarnaan ziehl neelsen yang

memilihkan bakterinya menjadi kelompok-kelompok tahan asam dan tidak tahan

asam.
Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan

pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas. Tujuan dari pewarnaan

adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran

jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad

terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat

diketahui (Hadiutomo. 1990).

Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat

warna basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan

memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan

memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak

digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan di dinding sel, membran sel

dan sitoplasma sewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan

berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas

terlihat.

Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk

mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai

mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang

sediaan pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat

berkaitan dengan muatan negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat

warna negatif digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif, perlu

diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat

berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan


Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut

pewarnaan positif dalam prosedur pewarnaan ini dapat digunakan zat warna

basa yang yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif.

Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar belakang disekeliling mikroorganisme

diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroorganisme yang tak berwarna.

Pewarnaan mencakup penyiapan mikroorganisme dengan melakukan preparat ulas

Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas kaca objek. Ulasan ini

kemudian difiksasi. Fiksasi adalah suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu

sampel agar tampak realistik dengan menggunakan grutaldehid dengan proses

pemabakaran. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri

pada objek glass tanpa merusak struktur selnya (Lay,1994). Jumlah bakteri yang

terdapat pada ulasan haruslah cukup banyak sehingga dapat terlihat bentuk dan

penataanya sewaktu diamati. Kesalahan yang sering kali dibuat adalah

menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat terutama bila suspensi tersebut

berasal dari bukan media padat. Sebaliknya pada suatu suspensi bakteri bila terlalu

encer, maka akan diperoleh kesulitan sewaktu mencari bakteri pada preparatnya.

Untuk pewarnaan yang mengamati morfologi sel mikroorganisme maka

seringkali setelah pembuatan preparat ulas dilakukan fiksasi diikuti oleh pewarnaan.

Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas api atau

merendamnya dengan metanol. Fiksasi digunakan untuk :

1. Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai

2. Melekatkan bakteri pada glass objek


3. Mematikan bakteri

Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk

meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Tujuan pewarnaan

sederhana hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi

dan susunan selnya Lazim, prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa

seperti seperti crystal violet, biru metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau

malakit. Kadang kala digunakan zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana : zat

warna asam yang sering digunakan adalah nigrosin dan merah kongo.

Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini

sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme

bakteri pada bakteri dikenal bentuk yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral.

Dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus

dapat terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur (stafilococcus),

pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae).

Prinsip pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yang digunakan

hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan

suatu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum.

Prinsip pewarnaan negatif yaitu suatu metode pewarnaan tidak langsung dimana

digunakan larutan zat warna yang tidak meresap kedalam sel bakteru melainkan ke

dalam latar belakangnya.

Beberapa mikroba sulit diwarnai dengan zat warna yang bersifat basa, tetapi

mudah dilihat dengan pewarnaan negatif, pada metode ini mikroba dicampur
dengan tinta cina atau nigrosin, kemudian digesekkan diatas kaca objek.Zat warna

tidak akan mewarnai bakteri, akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri.

Dengan mikroskop mikroba akan terlihat tidak berwarna dengan latar belakang

hitam (Lay.1994).Pewarnaan gram memberikan hasil yang baik, bila digunakan

biakan segar yang berumur 24-48 jam. Bila digunakan biakan tua, terdapat

kemungkinan penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel

mengalami kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini

menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan lartan pemucat. Ini

berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi dapat

memertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram negatif.

Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk

mengelompokan bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan

mempertahankan zat warna crystal violet dan akan tampak berwarna ungu tua di

bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat warna crystal

violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna air fucsin atau

safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh

perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan dalam

pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine.

Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan malachite

green dan safranin, yang dalam hasil pewarnaannya akan muncul warna hijau pada

sporanya, serta warna merah pada sel vegetatifnya yaitu pada Bacillus subtitulis

Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap. Yaitu

a. Pemberian cat warna utama (cairan Kristal violet) berwarna ungu


b. Pengintensifan cat warna dengan penambahan larutan mordan

c. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alcohol asam

d. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin

Banyak seenyawa organic berwarna (zat warna) digunakan untuk mewarnai

mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopis dan telah dikembangkan prosedur

pewarnaan gram untuk :

- Mengamati dengan baik morfologi mikroorganisme secara kasar

- Mengidentifikasi bagian-bagian structural sel mikroorganisme

- Membantu mengidentifikasi atau membedakan organisme yang serupa

Daftar Pustaka

Arrachman, Khairunnisa. 2016. Mikrobiologi Pewarnaan. Semarang

Dwidjoseputro, D.1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi Malang : Djambatan

Lay, Bibiana W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium . Jakarta : Rajawali


Senyawa Metabolit Sekunder

Hutan tropis yang kaya dengan berbagai jenis tumbuhan ( biodiversity)

merupakan sumber daya hayati dan sekaligus sebagai gudang senyawa kimia

(chemodiversity) baik berupa senyawa kimia hasil metabolisme primer yang disebut

juga sebagai senyawa metabolit primer seperti protein, karbohidrat, lemak yang

digunakan sendiri oleh tumbuhan tersebut untuk pertumbuhannya, maupun sebagai

sumber senyawa metabolit sekunder seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid

dan alkaloid. senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang

umumnya mempunyai kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung

tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau

lingkungannya. 

Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder atau metabolit sekumder telah

banyak digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan

sebagainya serta sangat banyak jenis tumbuh- tumbuhan yang digunakan obat-

obatan yang dikenal sebagai obat tradisional sehingga diperlukan penelitian tentang

penggunaan tumbuh- tumbuhan berkhasiat dan mengetahui senyawa kimia yang

berfungsi sebagai obat. Senyawa-senyawa kimia yang merupakan hasil metabolisme


sekunder pada tumbuhan sangat beragam dan dapat diklasifikasikan dalam

beberapa golongan senyawa bahan alam yaitu terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid

dan alkaloid.

Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu:

 Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan

hidrogen serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat.) Contohnya

monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer terpena.

 Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki

cincin benzena, hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya.) Contohnya

asam fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin.

 Senyawa yang mengandung nitrogen. Contohnya alkaloid dan glukosinolat.

Manfaat

Sebagian besar tanaman penghasil senyawa metabolit sekunder memanfaatkan

senyawa tersebut untuk mempertahankan diri dan berkompetisi dengan makhluk

hidup lain di sekitarnya. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder

(seperti: quinon, flavonoid, tanin, dll.) yang membuat tanaman lain tidak dapat

tumbuh di sekitarnya. Hal ini disebut sebagai alelopati. Berbagai senyawa metabolit

sekunder telah digunakan sebagai obat atau model untuk membuat obat baru,

contohnya adalah aspirin yang dibuat berdasarkan asam salisilat yang secara alami

terdapat pada tumbuhan tertentu. Manfaat lain dari metabolit sekunder adalah

sebagai pestisida dan insektisida, contohnya adalah rotenon dan rotenoid.Beberapa


metabolit sekunder lainnya yang telah digunakan dalam memproduksi sabun,

parfum, minyak herbal, pewarna, permen karet, dan plastik alami adalah resin,

antosianin, tanin, saponin, dan minyak volatil.

Terpenoid

Terpenoida adalah merupakan komponen-komponen tumbuhan yang

mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan disebut

sebagai minyak atsiri. Minyak

atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara

sederhana, yaitu dengan perbandingan aton hidrogen dan atom karbon dari suatu

senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan

bahwa senyawa tersebut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah

senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang kadangkala

terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagaian besar

komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan

hidrogen atau karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat aromatik yang

secara umum disebut terpenoid.

Sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau

lebih unit C-5 yang disebut unit isopren. Unit C-5 ini dinamakan demikian karena

kerangka karbonnya sama seperti senyawa isoprene.


Steroid

 Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan penegelompokan ini

didasarkan pada efek fisiologis yang diberikan oleh masing-masing senyawa.

Kelompok-kelompok itu adalah sterol, asam- asam empedu, hormon seks, hormon

adrenokortikoid, aglikon kardiak dan sapogenin. Ditinjau dari segi struktur molekul,

perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini ditentukan oleh jenis substituen R 1,

R2, R3 yang terikat pada kerangka dasar karbon. sedangkan perbedaan antara

senyawa yang satu dengan yang lain pada suatu kelompok tertentu ditentukan oleh

panjang rantai karbon R1, gugus fungsi yang terdapat pada substituen R 1, R2, R3,

jumlah serta posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari

pusat-pusat asimetris pada kerangka dasar karbon tersebut.

Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan bahwa steroid yang terdapat

dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan beasal

dari triterpenoid lanosterol sedangkan yang terdapat dalam jaringan tumbuhan

berasal dari triterpenoid sikloartenol setelah triterpenoid ini mengalami serentetan

perubahan tertentu. tahap- tahap awal dari biosintesa steroid adalah sama bagi

semua steroid alam yaitu pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan

skualen (suatu triterpenoid) menjadi lanosterol dan sikloartenol.


Struktur umum senyawa steroid

Alkaloida

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan

dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan

tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling

sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar

atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik.

Hampir semua alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan biologis

tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam

pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan

mempunyai efek sifiologis dan psikologis. Alakaloida dapat ditemukan dalam

berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alakloida

umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran

senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan. 

Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida

dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan stiknin. Hampir semua

nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloida. Beberapa contoh senyawa

alkaloida.
Flavonoid

Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang

ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan

biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemuykan dalam tumbuh-tumbuhan. 

Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,

dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3) sehingga

membentuk suatu susnan C6 – C3 – C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis

struktur senyawa flavonoida. Contoh senyawa flavonoida, diantaranya isoflavonoida.

Saponin

Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman.

Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian

tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi

dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan


karbohidrat, atau merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan.

Kemungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap serangan serangga.

Sifat-sifat Saponin adalah:

1) Mempunyai rasa pahit

2) Dalam larutan air membentuk busa yang stabil

3) Menghemolisa eritrosit

4) Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

5) Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya

6) Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi

7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris

yang mendekati.

Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan

(surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan

karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid).

Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok:

1) Steroids dengan 27 C atom.

2) Triterpenoids, dengan 30 C atom.


Macam-macam saponin berbeda sekali komposisi kimiawinya, yaitu berbeda

pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga tumbuh-tumbuhan

tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan, seperti:

·Quillage saponin : campuran dari 3 atau 4 saponin

·Alfalfa saponin : campuran dari paling sedikit 5 saponin

·Soy bean saponin : terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam sapogenin, atau

karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.

Daftar Pustaka

http://endiferrysblog.blogspot.co.id/2012/02/senyawa-metabolit-sekunder.html

http://www.slideshare.net/miomadre/senyawa-metabolit-sekunder?

from_action=save

http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Biosintesis%20Senyawa

%20Obat/METABOLISME%20SEKUNDER%20MIKROORGANISME.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Metabolit_sekunder
Reagensia yang dibutuhkan dalam pewarnaan gram adalah :

1. Ammonium oksalat kristal viole yang berfungsi untuk memberikan warnaungu

pada dinding sel bakteri

2. Iodium: memperkuat warna dengan cara memperbesar kristal violet

Iodium merupakan pewarna Mordan , yaitu pewarna yang berfungsimemfiksasi

pewarna primer yang diserap mikroorganisme target. Pemberianyodium pada

pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatanwarna oleh bakteri.

3. Alkohol: melunturkan warna dan melarutkan lemak

4. Safranin: memberi warna merah pada dinding sel bakteri.

Cara kerja keempat larutan tersebut berhubungan dengan

kandungan peptidoglikan pada dinding sel bakteri yang dicobakan. Pada langkah per

tama, pemberian ammonium oksalat kristal violet pada bakteri yang dicobakan akan

memberi warna ungu pada seluruh bagian dinding sel. Pada langkah kedua

(yangmerupakan langkah kunci dari keempat tahap pewarnaan gram), bakteri


diberiiodium atau mordant. Larutan ini bekerja sebagai penstabil (stabilizer )

yangmenyebabkan larutan pertama membentuk kristal violet yang besar

dalamlapisan peptidoglikan dinding bakteri. Dalam hal ini, apabila bakteri

yangdicobakan merupakan bakteri gram negatif yang memiliki lapisan

peptidoglikantipis, maka kristal violet tersebut hanya akan menempel pada membran

lipid.Sedangkan pada bakteri gram positif akan tertanam lebih

dalam(peptidoglikannya tebal)Penggunaan alkohol pada tahap ketiga ini yang akan

melarutkan lapisanlipid pada dinding bakteri (khususnya bakteri gram negatif) dan

melunturkanwarna ungu dari kristal violet tadi. Sebaliknya, pada bakteri gram

positif pemberian larutan ini tidak berpengaruh banyak karena kristal violet telahtert

anam pada lapisan peptidoglikannya yang tebal sehingga tidak mudah luntur.Karena

pemberian alkohol menyebabkan lunturnya warna ungu dari dinding sel bakteri gram

negatif (dinding sel tidak berwarna lagi), maka penambahan larutansafranin akan

menyebabkan dinding sel kembali berwarna lagi, namun denganwarna merah

(safranin merupakan larutan berwarna merah).Gambar .Teori teknik pewarnaan

gram (Talaro, 2002)


Dapat dikatakan, bakteri gram negatif merupakan jenis bakteri yang susahuntuk

dimusnahkan karena memiliki struktur membrane luar (outer

membrane) pada dinding selnya yang menyebabkan bakteri ini lebih resistant 

terhadapdesinfektan maupun cairan kimia antimikroba lainnya.

Terjadi perbedaan warna pada kelompok bakteri gram positif dan

negatif pada karena perbedaan susunan kimia dinding sel kedua kelompok bakteriter

sebut. Munculnya warna ungu pada bakteri gram positif karena dinding

bakteritersebut terdapat satu jenis lapisan, yakni peptidoglikan yang relatif

tebal(tersusun oleh banyak lapisan polimer peptidoglikan). Sementara itu, pada

bakterigram negatif, dinding selnya tersusun oleh 2 lapisan, yakni lapisan luar

yangtersusun oleh lipopolisakarida dan protein serta lapisan dalam yang tersusun

oleh peptidoglikan (hanya tersusun oleh 1 lapisan molekul). Kedua lapisan

dinding seltersebut yang kemudian mengakibatkan bakteri gram negatif berwarna


merah.Secara umum, perbedaan susunan kimia dinding sel bakteri gram positif

dannegatif sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8910795/Laporan_Mikrobiologi

Pengertian Tifus

Tifus (tipes) atau demam tifoid adalah penyakit yang terjadi karena infeksi

bakteri Salmonella typhidan umumnya menyebar melalui makanan dan minuman

yang telah terkontaminasi. Penyakit yang banyak terjadi di negara-negara

berkembang dan dialami oleh anak-anak ini dapat membahayakan nyawa jika tidak

ditangani dengan baik dan secepatnya. 

Tifus dapat menular dengan cepat. Infeksi demam tifoid terjadi ketika seseorang

mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi sejumlah kecil


tinja yang mengandung bakteri. Pada kasus yang jarang terjadi, penularan terjadi

akibat terkena urine yang terinfeksi bakteri.

Kasus Tifus (Tipes)

Berdasarkan sebuah penelitian, ditemukan bahwa tifus menjangkiti sebanyak 800

hingga 100 ribu penduduk Indonesia sepanjang tahun 2008. Ini membuktikan

bahwa tifus masih masih merupakan penyakit endemik dan masalah kesehatan yang

serius di negara ini.

Sanitasi yang buruk dan terbatasnya akses air bersih diduga menjadi penyebab

utama berkembangnya penyakit tifus. Belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh

diduga menjadi penyebab penyakit ini lebih banyak dialami anak-anak.

Gejala Utama: Demam Tinggi

Gejala tifus umumnya mulai muncul pada 1-3 minggu setelah tubuh terinfeksi,

dengan ciri-ciri sebagai berikut:


 Demam tinggi

 Diare atau konstipasi

 Sakit kepala

 Sakit perut

Kondisi ini dapat memburuk dalam beberapa minggu. Jika tidak segera ditangani

dengan baik, dapat terjadi komplikasi seperti pendarahan internal atau pecahnya

sistem pencernaan (usus). Risiko komplikasi juga akan berkembang menjadi

membahayakan nyawa jika situasi tersebut tidak segera ditangani dengan baik.

Pengobatan di Rumah atau Rumah Sakit?

Jika tidak ditangani dengan baik, diperkirakan 1 dari 5 orang akan meninggal karena

tifus. Sementara yang tetap hidup berisiko menderita komplikasi yang disebabkan

infeksi.

Umumnya tifus diobati dengan pemberian antibiotik. Keputusan pengobatan di

rumah atau di rumah sakit bergantung kepada tingkat keparahan yang dialami. Jika

tifus didiagnosis pada stadium awal, Anda dapat menjalani perawatan di rumah

dengan pengobatan antiobiotik selama 1-2 pekan.

Perawatan di rumah sakit diperlukan jika kasus tifus terlambat terdiagnosis atau

sudah dalam stadium lanjut.

Vaksinasi Tifoid

Di Indonesia, vaksin tifoid sebagai pencegahan tifus menjadi imunisasi yang

dianjurkan oleh pemerintah, tapi belum masuk ke kategori wajib. Vaksin tifoid
diberikan kepada anak yang berusia di atas dua tahun dan diulang tiap tiga tahun.

Imunisasi tifoid di Indonesia dilakukan dalam bentuk suntik pada balita dan dalam

bentuk oral pada anak yang berusia di atas enam tahun.

Seperti pada vaksin-vaksin lainnya, vaksin tifoid tidak memberikan perlindungan 100

persen. Anak yang sudah diimunisasi tifoid tetap dapat terinfeksi, namun tingkat

infeksi yang dialami anak yang sudah divaksin tidak akan seberat mereka yang

belum divaksin sama sekali.

Vaksinasi juga dianjurkan bagi orang yang berniat bekerja atau bepergian ke daerah

yang sedang dilanda kasus penyebaran tifus. Tindakan pencegahan lain yang juga

perlu dilakukan adalah memperhatikan makanan dan minuman yang akan

dikonsumsi.

Jika Anda dan anak Anda berniat makan di luar rumah, sebaiknya hindari makan di

tempat terbuka yang mudah terpapar bakteri dan disarankan untuk mengonsumsi

minuman dalam kemasan.

Penyebab Tifus

Bakteri penyebab tifus (tipes), Salmonella typhi, masuk ke usus melalui makanan

atau minuman yang terkontaminasi untuk kemudian berkembang biak di dalam

saluran cerna. Demam tinggi, sakit perut, sembelit, atau diare akan timbul ketika

bakteri ini telah berkembang biak.

Bakteri ini berkaitan, tapi tidak sama dengan bakteri salmonella yang menyebabkan

seseorang keracunan makanan.


Sanitasi Buruk adalah Penyebab Utama Penularan

Tinja yang mengandung bakteri Salmonella typhi  adalah sumber utama penularan

tifus. Tinja ini diproduksi oleh orang yang lebih dulu telah terinfeksi. Di negara

seperti Indonesia, persebaran bakteri Salmonella typhi  biasanya terjadi melalui

konsumsi air yang terkontaminasi tinja yang terinfeksi tersebut.

Dampak yang sama terjadi pada makanan yang dicuci dengan air yang

terkontaminasi. Kondisi ini terutama disebabkan oleh buruknya sanitasi dan akses

mendapatkan air bersih.

Bakteri ini juga dapat menyebar jika orang yang telah terinfeksi bakteri tidak

mencuci tangan sebelum menyentuh atau mengolah makanan. Penyebaran bakteri

terjadi ketika ada orang lain yang menyantap makanan yang tersentuh tangan

pengidap.

Orang yang menyantap makanan olahan pengidap juga akan terinfeksi jika pengolah

tidak mencuci tangannya setelah buang air kecil karena penularan juga dapat terjadi

dari urine pengidap bakteri, meski cara ini memang lebih jarang terjadi.

Beberapa situasi berikut juga dapat menjadi penyebab penyebaran tifus:

 Mengonsumsi seafood dari air yang terkontaminasi urin dan tinja terinfeksi

 Mengonsumsi seafooddari air yang terkontaminasi urine dan tinja terinfeksi

 Mengonsumsi sayur-sayuran yang menggunakan pupuk yang terdiri dari

kotoran manusia yang terinfeksi

 Mengonsumsi produk susu yang telah terkontaminasi


 Menggunakan toilet yang terkontaminasi bakteri. Anda akan terinfeksi jika

menyentuh mulut sebelum mencuci tangan setelah buang air.

 Melakukan seks oral dengan pembawa bakteri Salmonella typhi.

Jika tidak segera diobati, Salmonella typhi akan menyebar ke seluruh tubuh dengan

memasuki pembuluh darah. Gejala tifus akan memburuk jika bakteri telah menyebar

ke luar sistem pencernaan. Selain itu, bakteri yang menyebar dapat merusak organ

dan jaringan dan menyebabkan komplikasi serius. Kondisi yang paling umum terjadi

adalah pendarahan internal atau usus bocor.

Gejala Tifus

Pada umumnya, masa inkubasi bakteri penyebab tifus (tipes) adalah 7-14 hari,

namun juga bisa lebih pendek, yaitu tiga hari, atau bahkan 30 hari. Ini adalah durasi

antara bakteri pertama memasuki jaringan tubuh sampai gejala pertama muncul.

Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi pengidap tifus dapat memburuk dalam

beberapa minggu. Bahkan perlu waktu hingga bulanan sebelum tubuh dapat

sepenuhnya pulih ditambah dengan meningkatnya risiko berkembangnya komplikasi.

Gejala juga dapat muncul kembali karena tidak mendapat pengobatan.

Padahal jika dirawat dengan baik, kondisi pengidap bisa mulai membaik dalam 3-5

hari. Berikut gejala yang umum terjadi begitu Anda terinfeksi:

 Demam yang dapat meningkat secara bertahap tiap hari di minggu pertama.

Demam biasanya meninggi pada malam hari

 Otot terasa sakit


 Sakit kepala

 Merasa sakit atau tidak enak

 Pembesaran ginjal dan hati

 Kelelahan dan lemas

 Berkeringat

 Batuk kering

 Penurunan berat badan

 Sakit perut

 Kehilangan nafsu makan

 Anak-anak sering mengalami diare, sementara orang dewasa cenderung

mengalami konstipasi

 Muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik kecil berwarna merah muda

 Linglung. Merasa tidak tahu sedang berada di mana dan apa yang sedang

terjadi di sekitar dirinya

Gejala tifus berkembang dari minggu ke minggu, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Minggu pertama

Gejala-gejala awal di sini perlu diperhatikan, terutama terkait perkembangan suhu

badan penderita.

 Demam. Awalnya tidak tinggi, kemudian meningkat menjadi 39°C-

40°C. Temperatur tubuh dapat naik atau turun di minggu ini

 Sakit kepala

 Lemas dan tidak enak badan


 Batuk kering

 Mimisan

Minggu kedua

Jika tidak segera ditangani, Anda akan memasuki stadium kedua dengan gejala:

 Demam tinggi yang masih berlanjut yang cenderung memburuk di daerah

perut dan dada

 Mengigau

 Sakit perut

 Diare atau sembelit parah

 Tinja umumnya berwarna kehijauan

 Perut sangat kembung akibat pembengkakan hati dan empedu.

Minggu ketiga

Temperatur tubuh akan menurun di akhir minggu ketiga, namun jika tidak segera

ditangani, komplikasi mungkin akan muncul di tahap ini, seperti:

 Pendarahan pada usus

 Pecahnya usus

Minggu keempat:

Suhu demam akan menurun secara perlahan-lahan

Jika tidak segera ditangani, maka akan muncul gejala-gejala lain, antara lain

mengigau dan berbaring kelelahan tanpa gerakan dengan mata setengah tertutup,
hingga komplikasi yang membahayakan nyawa. Pada sebagian kasus, gejala dapat

kembali muncul dua minggu setelah demam mereda.

Segera konsultasikan kepada dokter jika Anda atau anak Anda mengalami demam

tinggi dan beberapa gejala di atas. Ingatlah bahwa walaupun telah menerima vaksin

atau imunisasi, seseorang masih berkemungkinan mengidap tifus. Pemeriksaan juga

sebaiknya dilakukan jika Anda terserang demam setelah berkunjung ke tempat yang

memiliki kasus penyebaran tifus.

Diagnosis Tifus

Di Indonesia, pemeriksaan Widal (uji serologi untuk mendeteksi keberadaan bakteri

salmonella) masih banyak dilakukan untuk menentukan diagnosis. Walau demikian,

interpretasi hasil tes Widal harus hati-hati. Hal ini dikarenakan pada daerah endemis,

seperti di Indonesia, semua orang sudah pernah terpapar Salmonella thyphosa.

Secara alami, tubuh telah membentuk antibodi terhadap bakteri ini. Itu sebabnya,

ketika pemeriksaan Widal dilakukan, antibodi dalam tubuh akan memberi reaksi

positif. Namun ini bukan berarti Anda positif mengidap tifus. Walau demikian, tes ini

sangat membantu terutama di daerah yang tidak memiliki tes diagnostik yang lebih

canggih dan mahal.

Selain tes Widal, terdapat juga tes yang lebih cepat dan akurat mendeteksi tifus,

yaitu tes TUBEX. Tes imunologi ini dilakukan menggunakan partikel berwarna untuk

meningkatkan sensitivitas.
Tifus juga didiagnosis dengan menganalisis sampel darah, tinja, atau urine di

laboratorium. Selain pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, akurasi diagnosis juga

dapat dilakukan dengan memeriksa sampel cairan tulang belakang. Namun tes ini

hanya digunakan jika pemeriksaan lain tidak mendatangkan hasil yang meyakinkan.

Waktu yang panjang dan rasa sakit yang ditimbulkan membuat tes ini lebih jarang

dilakukan.

Jika Anda positif mengidap tifus, ada baiknya untuk turut memeriksakan anggota

keluarga lain demi mendeteksi kemungkinan penularan.

Pengobatan Tifus

Terapi antibiotik adalah cara paling efektif dalam menangani tifus dan harus

diberikan sesegera mungkin. Sampel darah, tinja, dan urine Anda akan diperiksa di

laboratorium untuk menentukan jenis antibiotik yang tepat untuk diberikan. Selain

itu, obat penurun demam juga dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh.

Perawatan tifus (tipes) dapat dilakukan di rumah sakit, tapi jika lebih cepat

terdeteksi dan gejala masih ringan, Anda dapat menjalani perawatan di rumah.

Pengobatan Tifus (Tipes) di Rumah Sakit

Antibiotik di rumah sakit akan diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diperlukan,

asupan cairan dan nutrisi juga akan dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui

infus. Anda mungkin harus mengikuti pengobatan antibiotik hingga hasil tes

terhadap tinja dan urin benar-benar bersih dari bakteri penyebab tifus .
Infus diberikan karena perawatan tifus yang dilakukan di rumah sakit umumnya

diiringi muntah terus-menerus, diare parah, serta perut kembung. Infus berisi cairan

diberikan untuk mencegah dehidrasi akibat gejala diare. Penderita anak yang

mengalami demam tifus dapat direkomendasikan untuk melalui perawatan di rumah

sakit sebagai tindak pencegahan.

Pada sebagian kecil kasus, operasi mungkin diperlukan jika terjadi komplikasi yang

membahayakan nyawa, seperti pendarahan dalam atau rusaknya sistem

pencernaan.

Hampir semua kondisi pengidap berangsur membaik setelah dirawat di rumah sakit

selama 3-5 hari. Tubuh akan pulih dengan perlahan-lahan bahkan setelah

berminggu-minggu pascainfeksi hingga Anda sepenuhnya pulih kembali.

Pengobatan Tifus (Tipes) di Rumah

Umumnya orang yang terdiagnosis tifus pada stadium awal membutuhkan 1-2

minggu pengobatan dengan tablet antibiotik yang diresepkan.  Meski tubuh akan

mulai membaik setelah 2-3 hari mengonsumsi antibiotik, sebaiknya jangan

menghentikan konsumsi sebelum antibiotik habis. Ini penting untuk memastikan

agar bakteri benar-benar hilang dari tubuh.

Meski begitu pemberian antibiotik untuk mengobati tifus mulai menimbulkan

masalah tersendiri di negara-negara di Asia Tenggara. Beberapa

kelompok Salmonella typhi  menjadi kebal terhadap antibiotik. Beberapa tahun

terakhir, bakteri ini juga menjadi kebal terhadap antibiotik golongan kloramfenikol,

ampicillin dan trimotheprim-silfamethoxazole.
Segera konsultasikan dengan dokter jika kondisi Anda memburuk saat menjalani

perawatan di rumah. Pada sebagian kecil pengidap, penyakit ini dapat saja kambuh

lagi. Agar tubuh segera pulih dan mencegah risiko tifus datang lagi, pastikan Anda

menjalani langkah-langkah sederhana berikut ini:

 Istirahat cukup

 Makan teratur. Anda dapat makan sesering mungkin dalam kadar sedikit

dibandingkan jika makan dengan porsi besar sebanyak tiga kali sehari

 Minum banyak air putih

 Cuci tangan teratur dengan sabun dan air hangat untuk mengurangi risiko

penyebaran infeksi

Bakteri Menetap dalam Tubuh

Beberapa orang yang telah pulih sudah tidak menunjukkan gejala-gejala tifus,

namun mereka dapat tetap mengidap bakteri Salmonella typhi dalam saluran usus

mereka selama bertahun-tahun.  Sekitar 5 persen pengidap tifus yang tidak

menjalani pengobatan yang cukup tetapi kemudian pulih, akan terus membawa

bakteri ini di dalam tubuhnya. Tanpa mereka sadari, para pembawa ini bisa

membuat orang lain terinfeksi melalui tinja mereka.

Umumnya orang-orang ini juga dapat segera kembali bekerja atau bersekolah.

Namun beberapa profesi perlu mendapat perhatian  khusus. Mereka disarankan

untuk memastikan bahwa tubuhnya tidak lagi memiliki bakteri Salmonella typhi

sebelum kembali ke aktivitas sehari-sehari. Profesi yang berisiko ini, antara lain:
 Orang yang pekerjaannya berhubungan dengan pengolahan dan penyiapan

makanan

 Perawat yang sering berhadapan atau mengurus orang yang rentan sakit

 Pengasuh balita atau perawat lansia

Pengobatan Tambahan Saat Tifus (Tipes) Kambuh

Sebagian orang mengalami gejala tifus yang kembali kambuh sepekan setelah

pengobatan antibiotik selesai dijalani. Biasanya dokter akan kembali meresepkan

antibiotik meski gejala-gejala yang dirasakan tidak separah sebelumnya.

Jika setelah menjalani pengobatan ternyata hasil tes tinja menemukan bahwa Anda

masih mengidap bakteri Salmonella typhi,  Anda mungkin akan disarankan untuk

menjalani 28 hari pengobatan antibiotik kembali untuk membersihkan sisa-sisa

bakteri. Ini untuk mengurangi potensi Anda menjadi pembawa bakteri tifus jangka

panjang.

Selama Anda masih terdiagnosis terinfeksi, sebaiknya hindari aktivitas mengolah

makanan. Selain itu pastikan Anda mencuci tangan setelah buang air.

Komplikasi Tifus

Sekitar 10 persen pengidap tifus (tipes) menderita komplikasi. Komplikasi terjadi

ketika pengidap tifus terlambat atau tidak diobati dengan antibiotik yang tepat.

Komplikasi terjadi rata-rata tiga minggu setelah infeksi. Komplikasi yang paling

umum terjadi adalah sistem pencernaan yang mengalami pendarahan internal dan
infeksi yang menyebar ke jaringan sekitarnya hingga mengakibatkan usus atau

sistem pencernaan pecah.

Gejala Pendarahan Dalam

Pengidap tifus yang mengalami pendarahan dalam biasanya merasakan gejala-gejala

seperti merasa lelah sepanjang waktu, sesak napas, muntah darah, kulit pucat,

denyut jantung tidak teratur, dan tinja berwarna hitam pekat.

Umumnya pendarahan dalam akibat tifus tidak mengancam nyawa. Meski demikian,

transfusi darah mungkin dibutuhkan untuk mengganti hilangnya darah dari tubuh.

Operasi juga mungkin diperlukan untuk memperbaiki kerusakan pada daerah

pendarahan.

Luka pada Dinding Sistem Pencernaan

Perforasi terjadi ketika dinding sistem pencernaan terluka dan sebuah lubang pun

terbentuk sehingga isi sistem pencernaan dapat tertumpah ke rongga perut. Tidak

seperti kulit, lapisan perut bernama peritoneum tidak memiliki mekanisme

pertahanan untuk melawan infeksi. Maka nyawa pasien akan terancam ketika bakteri

penyebab tifus menyebar hingga ke perut dan menginfeksi peritoneum. Kondisi ini

dikenal sebagai peritonitis.

Peritonitis adalah penyakit yang gawat karena peritoneum biasanya steril dan bebas

dari kuman. Dalam situasi ini, infeksi dapat menyebar dengan cepat melalui darah

ke berbagai organ lainnya. Infeksi ini dapat mengakibatkan berbagai organ berhenti

berfungsi, bahkan membawa kematian jika tidak segera ditangani.


Tanda utama perforasi adalah sakit perut yang tidak tertahankan. Gejala lain

adalah infeksi dalam darah (sepsis), mual dan muntah.  Di rumah sakit, pengidap

peritonitis akan diobati dengan suntikan antibiotik sebelum dioperasi untuk menutup

lubang pada dinding usus.

Pencegahan Tifus

Vaksinasi tifus (tipes) di Indonesia termasuk dalam jadwal imunisasi anak. Vaksinasi

ini sangat dianjurkan untuk diberikan kepada anak berusia dua tahun untuk

selanjutnya diulangi tiap tiga tahun sekali. Pemberian vaksin juga idealnya diberikan

sebulan sebelum Anda berkunjung ke tempat yang merupakan endemi tifus.

Beberapa reaksi dan efek samping yang mungkin muncul dan dirasakan setelah

pemberian vaksin tifus, yaitu:

 Rasa sakit dan kemerahan atau bengkak di sekeliling area suntikan

 Mual

 Pusing

 Sakit perut

 Diare

Meski demikian, pemberian vaksin tifoid tidak membuat tiap orang yang divaksin

menjadi 100 persen kebal terhadap bakteri ini. Risiko masih tetap ada, meski

gejalanya tidak akan separah yang terjadi pada mereka yang belum divaksin.

Langkah Pencegahan Selain Vaksin


Terkait dengan negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, adalah daerah endemi

tifus. Penyakit ini umumnya terjadi di negara-negara dengan kebersihan dan sanitasi

buruk. Selain Asia, negara-negara di Amerika Selatan dan Tengah, Timur Tengah,

serta Afrika juga merupakan daerah dengan tingkat kasus tifus yang tinggi.

Sayangnya di negara-negara berkembang, penyakit ini tumbuh subur seiring

meningginya tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik untuk mengobati tifus. Ini

mengakibatkan beberapa antibiotik sudah tidak mampu melawan tifus. Diperlukan

penyusunan dan penyebaran terhadap daftar obat-obatan yang sudah tidak efektif

agar pasien mendapat pengobatan yang tepat.

Untuk mencegah penyakit ini, vaksinasi tifus harus dipadukan dengan perbaikan

sanitasi dan penyediaan air bersih, serta kebiasaan hidup sehat. Perhatikan hal-hal

berikut ini untuk menghindari risiko tertular tifus:

 Cuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan dan minuman, serta

setelah buang air atau membersihkan kotoran, misalnya saat mencuci popok

kain. Gunakan hand-sanitizer jika tidak tersedia air untuk mencuci tangan

 Jika Anda akan bepergian ke tempat yang memiliki kasus penyebaran tifus,

sebaiknya pastikan air yang akan diminum sudah direbus dengan baik terlebih

dulu

 Jika harus membeli minuman, sebaiknya minum air dalam kemasan

 Minimalkan konsumsi makanan yang dijual di pinggir jalan karena mudah

terpapar bakteri

 Hindari es batu dalam minuman Anda. Juga sebaiknya hindari membeli dan

mengonsumsi es krim yang dijual di pinggir jalan.


 Hindari konsumsi buah dan sayuran mentah, kecuali Anda mengupas atau

mencucinya sendiri dengan air bersih.

 Batasi konsumsi makanan boga bahari (seafood), terutama yang belum

dimasak.

 Sebaiknya gunakan air matang untuk menggosok gigi atau

berkumur, terutama jika Anda sedang berada di tempat yang tidak terjamin

kebersihan airnya.

 Bersihkan toilet secara teratur. Hindari bertukar barang pribadi, seperti

handuk, sprei, dan alat mandi. Cuci benda-benda tersebut secara terpisah di

dalam air hangat.

 Hindari konsumsi susu yang tidak terpasteurisasi.

 Bawalah selalu antibiotik yang telah diresepkan dokter dan ikutilah petunjuk

yang telah diberikan. Pengobatan antibiotik harus dilakukan hingga periode

pengobatan berakhir untuk mencegah resistensi obat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.alodokter.com/tifus/pencegahan
5. f. Apa yang dimaksud dengan Internal
Metabolit ? Jelaskan !

Internal metabolit adalah hasil metabolisme yang digunakan untuk

pertumbuhan bakteri. Metabolit yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri

umumnya adalah metabolit primer.

Metabolit primer yang diproduksi untuk pertumbuhan bakteri antara lain:

1. Enzim

Setiap organisme menghasilkan berbagai enzim, sebagian besar dihasilkan dalam

jumlah yang kecil dan dilibatkan dalam proses seluler.  Bagaimanapun, enzim
tertentu dihasilkan dalam jumlah yang besar oleh beberapa organisme, dan

dibutuhkan dalam sel, dikeluarkan ke dalam medium. Enzim ekstraseluler biasanya

dapat menguraikan bahan nutrien yang tak-larut misalnya selulosa, protein, pati,

dan hasil pencernaan selanjutnya diangkut ke dalam sel, dimana enzim digunakan

sebagai nutrien untuk pertumbuhan. Beberapa enzim ekstraseluler digunakan dalam

makanan, perusahaan susu, pabrik obat, dan industri tekstil dan dihasilkan dalam

jumlah yang besar melalui sintesis mikrobiologi. Enzim tersebut sering digunakan

karena spesifisitas dan efisiensi pada reaksi katalisis yang dibutuhkan, pada suhu

dan pH yang wajar. Reaksi yang sama dapat dicapai dengan bahan kimia yang

umumnya membutuhkan kondisi suhu dan pH ekstrim, dan kurang efisien dan

kurang spesifik. Secara komersial enzim dihasilkan dari fungi dan bakteri. Proses

produksi biasanya aerobik, dan medium biakan sama dengan yang digunakan pada

fermentasi antibiotik. Enzim itu sendiri umumnya hanya sedikit dibentuk selama fase

pertumbuhan aktif tetapi akumulasi dalam jumlah besar terjadi selama fase

stasioner pertumbuhan.

Enzim mikroorganisme dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak pada suatu

industri dasar adalah protease bakteri, digunakan sebagai tambahan dalam deterjen

pencuci. Sejak tahun 1969, 80% deterjen pencuci mengandung enzim, khususnya

protease, juga amilase, lipase, reduktase, dan enzim lain. Tetapi mulai tahun 1971,

penggunaannya menurun setelah terjadi alergi pada pemakai dan konsumen,

sehingga dikembangkan teknik pemrosesan khusus misalnya ‘microencapsulation’

untuk menjamin pengolahan bebas-debu.


Enzim penting lain yang dibuat secara komersial adalah amilase dan glukoamilase,

yang digunakan dalam produksi glukosa dari pati. Setelah dihasilkan glukosa,

selanjutnya dengan bantuan glukosa isomerase akan diubah menjadi fruktosa (yang

lebih manis dari glukosa dan sukrosa) dan menghasilkan produk akhir pemanis

fruktosa-tinggi dari pati jagung, gandum, atau kentang. Penggunaan proses tersebut

dalam industri makanan mengalami peningkatan, khususnya dalam produksi

minuman ringan.
2. Asam sitrat dan senyawa organik lain

Beberapa senyawa organic dihasilkan oleh mikroorganisme dalam jumlah yang

cukup sehingga dapat dibuat melalui fermentasi secara komersial. Asam sitrat

digunakan secara luas dalam makanan dan minuman, asam itakonat digunakan

dalam pembuatan resin akrilik, dan asam glukonat digunakan dalam bentuk kalsium

glukonat untuk membantu defisiensi kalsium pada manusia dan dalam industry

digunakan sebagai pelembut dan pencuci, dihasilkan oleh fungi. Sorbose dihasilkan

ketika Acetobacter mengoksidasi sorbitol, digunakan dalam pembuatan asam

askorbat, vitamin C. Gibberellin merupakan hormone pertumbuhan tanaman

dihasilkan oleh fungi, digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan tanaman.

Dihidroksiaseton dihasilkan melalui oksidasi gliserol oleh Acetobacter digunakan

sebagai pemoles tubuh saat berjemur (suntanning agents), Dextran, suatu getah

yang digunakan untuk menggabungkan plasma darah dan sebagai reagen biokimia,

dan asam laktat digunakan dalam industry makanan untuk mengasamkan makanan

dan minuman, dihasilkan oleh bakteri asam laktat. Aseton dan butanol dapat

dihasilkan melalui fermentasi oleh Clostridium acetobutylicum tetapi saat ini

diproduksi dari industry perminyakan melalui sintesis senyawa kimia secara ketat.
3. Vitamin

Vitamin digunakan sebagai tambahan ada makanan manusia dan pakan ternak.

Sebagian besar vitamin dibuat secara komersial melalui sintesis bahan kimia.

Sejumlah vitamin terlalu sulit disintesis dengan biaya murah tapi keuntungannya

vitamin dapat dibuat dengan fermentasi microbial. Vitamin B12 dan riboflavin yang

terpenting dalam kelompok vitamin. Vitamin B12, disintesis secara khusus di alam

oleh mikroorganisme. Kebutuhan vitamin ini pada hewan dipenuhi melalui ambilan

makanan atau melalui absorpsi vitamin yang dihasilkan mikroorganisme dalam usus

hewan. Tetapi pada manusia vitamin B12 diperoleh melalui makanan atau sebagai

tambahan vitamin, karena seandainya vitamin ini disintesis oleh mikroorganisme

dalam jumlah yang besar di dalam usus besar, tetapi tidak masuk ke dalam saluran

darah. Strain mikroorganisme dipilih dan digunakan untuk menghasilkan banyak

vitamin. Anggota bakteri dari genus Propionibacterium menghasilkan vitamin mulai

dari 19-23 mg/liter pada proses dua-tahap, sedangkan bakteri lain, Pseudomonas

denitrificans menghasilkan 60 mg/liter pada proses satu-tahap yang menggunakan

molase gula-bit sebagai sumber karbon. Vitamin B12 mengandung kobalt sebagai

bagian esensial strukturnya, dan untuk meningkatkan produksi vitamin, dilakukan

dengan menambahkan kobalt pada medium biakan. Riboflayin disintesis oleh

beberapa mikroorganisme termasuk bakteri,fungi, dan ragi. Fungi Ashbya gossypii

menghasilkan sejumlah besar Riboflayin (>7 gram/liter) dan oleh karena itu sering

digunakan dalam proses produksi microbial. Hasil perolehan yang sangat banyak ini

menyebabkan persaingan ekonomi tinggi diantara proses mikrobiologi dengan

proses sintesis secara kimia.


4. Asam Amino

Asam amino digunakan secara luas dalam industry makanan, tambahan pakan,

dalam obat dan sebagai bahan pemula pada industry kimia. Sebagian besar asam

amino yang penting secara komersial adalah asam glutamate yang digunakan untuk

meningkatkan rasa. Dua asam amino yang juga penting, ialah asam aspartate dan

fenilalanin, yang menyusun bahan pemanis buatan, aspartate, merupakan unsur

penting dalam minuman ringan, diet dan makanan lain yang dijual sebagai produk

bebas gula. Lisin, merupakan asam amino esensial untuk manusia, dihasilkan oleh

Brevibacterium flayum, juga digunakan sebagai tambahan makanan. Meskipun

sebagian besar asam amino dapat dibuat secara kimia, sintesis bahan kimia

menyebabkan pembentukan bentuk DL inaktif. Jika secara biokimia bentuk L

dibutuhkan, maka diperlukan metode enzimatik atau metode mikrobiologi pada

pembuatannya. Produksi asam amino secara mikrobiologi juga dapat melalui

fermentasi langsung, dimana mikroorganisme menghasilkan asam amino dalam

suatu proses fermentasi standard, atau melalui proses enzimatik, dimana

mikroorganisme sebagai sumber enzim dan enzim tersebut digunakan dalam proses

produksi.
DAFTAR PUSTAKA

Brock,TD. & Madigan,MT.,1991. Biology of Microorganisms. Sixth ed.


Prentice-Hall International,Inc
Penyakit Tuberculosis (TBC)

A. Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberculosis complex. Pasien dapat dikatakan suspek TB jika terdapat gejala atau
tanda TB yang meliputi batuk produktif lebih dari 2 minggu dan disertai dengan
gejala pernapasan (sesak napas, nyeri dada, hemoptisis) dan/atau gejala tambahan
meliputi tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam, dan mudah
lelah). Sedangkan yang dimaksud dengan kasus TB pasti adalah pasien TB dengan
ditemukan Mycobacterium tuberculosis complex yang diidentifikasi dari spesimen
klinik (jaringan, cairan tubuh, usap tenggorok,dll) dan kultur. Pada negara dengan
keterbatasan kapasitas laboratorium dalam mengidentifikasi M. Tuberculosis maka
kasus TB paru dapat ditegakkan apabila ditemukan satu atau lebih dahak BTA
positif. Definisi lainnya yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kasus TB
adalah seorang pasien yang setelah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk TB
sehingga didiagnosis TB oleh dokter maupun petugas kesehatan dan diobati dengan
panduan dan lama pengobatan yang lengkap.

B. Patogenesis

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru sehingga akan terbentuk sarang pneumonik, yang disebut dengan sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja
dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Perdangan
tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis
regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai
komplek primer. Kompleks primer akan mengalami salah satu hal di bawah ini:

1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali


2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas

Menyebar dengan cara: perkontinuitatum menyebar ke sekitarnya, penyebaran


secara bronkogen, secara hematogen atau limfogen.

C. Klasifikasi Kasus TB

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan suatu


“definisi kasus” yang meliputi empat hal, yaitu:

1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru.
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif atau
BTA negatif; BTA = Basil Tahan Asam.
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati.

Beberapa istilah dalam definisi kasus:

1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau


didiagnosis oleh dokter.
2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk
Mycobacterium tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-
kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

1) Tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru,


tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

2) Tuberkulosis ekstra paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu


pada TB Paru:

1) Tuberkulosis paru BTA positif

 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.


 Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
 Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.

2) Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB
paru BTA negatif harus meliputi:
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative.
 Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
 Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

c. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

1). TB paru BTA negatif foto toraks positif

Dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.

2). TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:

 TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa


unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
 TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih
dan alat kelamin.

Catatan:

 Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk
kepentingan pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB
paru.
 Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka
dicatat sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.

d. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya


Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa
tipe pasien, yaitu:

1) Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

2) Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan


tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

3) Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.

4) Kasus setelah gagal (Failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

5) Kasus pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.

6) Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.
Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal,
default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan
secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis
spesialistik.

D. Diagnosis

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih.Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batukdarah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun,malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih
dari satubulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru
selainTB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-
lain.Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orangyang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai
seorangtersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secaramikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada
pasienanak.

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan


pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk
penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan
berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat
pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada
hari kedua.

• P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot
dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.

• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan
dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

Pemeriksaan Bakteriologi (Pemeriksaan Sputum)

Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru.


Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan
meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme penyebab.
Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum. Pemeriksaan
sputum mencakup pemeriksaan :
1.     Pewarnaan Gram,biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi
tentang organism yang cukup untuk menegakkan diagnose presumtif.
2.     Kultur Sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan
diagnose definitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan
sebelum dilakukan terapi antibiotic dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran
terapi.
3.     Basil Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis, yang
setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh
alcohol asam.

Pengumpulan Sputum
Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan dapat
dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk pemeriksaan ini. Instruksikan
pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari dalam paru-paru.
(Karena sering kali jika klien tidak di jelaskan demikian, klien akan mengumpulkan
saliva dan bukan sputum). Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu
pemeriksaan laboraturium. Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum
termasuk :
a. Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat
banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi, perbanyak asupan cairan
klien.
b. Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah karena
batuk.
c. Instruksikan klien untuk berkumur dengan air sebelum mengumpulkan specimen
untuk mengurangi kontaminasi sputum.
d. Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter segera setelah specimen terkumpul
sehingga spesimen dapat dikirim ke laboraturium secepatnya.

1.Pengambilan Spesimen
Pengumpulan sputum yang terbaik adalah sputum pagi hari atau sputum
semalam dengan jumlah yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap wadah 
penampung sputum. 
Cara pengambilan sputum : 
Pasien berkumur dengan air garam dahulu, kemudian di beri wadah yang
bermulut lebar, mempunyai tutup berulir,  suci hama, tidak mudah pecah, tidak
bocor, sekali pakai dibuang (disposible). Pasien dalam posisi berdiri, jika tidak
memungkinkan dapat dengan duduk agak membungkuk. Pagi  hari setelah bangun
tidur biasanya rangsangan batuk sangat kuat, tetapi penderita di anjurkan untuk
menahanya dan menarik nafas dalam-dalam. Kemudian segera di suruh batuk
sekuat-kuatnya sehingga merasakan dahak yang dibatukkan keluar dari
tenggorokan. Sputum yang keluar di tampung dalam wadah yang di sediakan, mulut
wadah penampung dibersihkan dari tetesan dahak lalu di tutup. Wadah diberi label
yang yang berisi  nama, alamat, tanggal pengambilan serta nama pengirim.

2.  Pembuatan Sediaan


a.  Pembuatan Preparat
Gelas kaca di beri nomor kode, nomor pasien, nama pasien, pada sisi kanan kaca
obyek baru. Pilih bagian sputum yang kental, warna kuning kehijauan, ada pus atau
darah, ada perkejuan. Ambil sedikit bagian tersebut dengan menggunakan ose yang
sebelumnya dibakar dulu sampai pijar, kemudian didinginkan. Ratakan diatas kaca
obyek dengan ukuran  + 2-3 cm. Hapusan sputum yang dibuat jangan terlalu tebal
atau tipis. Keringkan dalam suhu kamar. Ose sebelum dibakar dicelupkan dulu
kedalam botol berisi campuran alkohol 70% dan pasir dengan perbandingan 2 : 1
dengan tujuan untuk melepaskan partikel  yang melekat pada ose (untuk mencegah
terjadinya percikan atau aerosol pada waktu ose dibakar yang dapat menularkan
kuman tuberkulosis).Rekatkan / fiksasi dengan cara melakukan melewatkan preparat
diatas lidah api dengan cepat sebanyak 3  kali selama 3-5 detik. Setelah itu sediaan
langsung diwarnai dengan pewarna Ziehl Neelsen. 

b.  Pembuatan Ziehl Neelsen. 


Pada dasarnya prinsip pewarnaan mycobacterium yang dinding selnya tahan asam 
karena mempunyai lapisan lemah atau lilin sehingga sukar ditembus cat. Oleh
pengaruh phenol dan pemanasan maka lapisan lemak dapat ditembus cat basic
fuchsin. Pada pengecatan Ziehl Neelsen  setelah BTA mengambil warna dari basic
fuchshin kemudian dicuci dengan air mengalir, lapisan lilin yang terbuka pada waktu
dipanasi akan merapat kembali karena  terjadi pendinginan pada waktu dicuci.
Sewaktu dituangi dengan asam sulfat  dan alkohol 70% atau HCI alkohol, warna
merah dari basic fuchsin pada BTA tidak akan dilepas/luntur.Bakteri yang tidak tahan
asam akan melepaskan warna merah, sehingga menjadi pucat atau tidak bewarna.
Akhirnya pada waktu dicat dengan Methylien Blue BTA tidak mengambil warna biru
dan tetap merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan mengambil warna
biru dari Methylien Blue. 

c. Cara Pengecatan Basil Tahan Asam


 Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan Carbol Fuchsin
sampai menutupi seluruh sediaan. Panasi sediaan secara hati-hati diatas api selama
3 menit sampai keluar uap, tetapi jangan  sampai mendidih. Biarkan selama 5 menit
(dengan memakai pinset). Cuci dengan air mengalir, tuang HCL alkohol 3% (alcohol
asam) sampai warna merah dari fuchsin hilang. Tunggu 2 menit. Cuci dengan air
mengalir, tuangkan larutan Methylen Blue 0,1% tunggu 10-20 detik. Cuci dengan air
mengalir, keringkan di rak pengering. 

d.  Cara Melakukan Pemeriksaan


Setelah preparat terwarnai dan kering, dilap bagian bawahnya dengan kertas  tissue,
kemudian sediaan ditetesi minyak  imersi dengan 1 tetes diatas sediaan. Sediaan
dibaca mikroskop dengan perbesaran kuat. Pemeriksaan dimulai dari ujung kiri dan
digeser ke kanan kemudian digeser kembali ke kiri (pemeriksaan system benteng).
Diperiksa 100 lapang pandang (kurang lebih 10 menit). Pembacaan dilakukan secara
sistematika, dan setiap lapang pandang dilihat, kuman BTA berwarna merah
berbentuk batang lurus atau bengkok, terpisah, berpasangan atau berkelompok
dengan latar belakang biru. 

3.  Pelaporan Hasil


Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan menggunakan skala
International Union Against Tuberculosis (IUAT) .Pemeriksaan sputum untuk Basil
Tahan Asam biasanya dilakukan pemeriksaan terhadap sputum sewaktu, sputum
pagi dan sputum sewaktu (SPS). Hasil yang positif ditandai dengan sekurang –
kurangnya 2 dari 3 spesimen sputum sewaktu,  pagi, sewaktu adalah positif
ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA).Pemeriksaan mikrokopis BTA ini digunakan
untuk menbantu diagnosis penyakit tuberculosis. Metode yang dipakai biasanya
dengan pengecatan langsung (metode pewarnaan Ziehl Nelsen ), dan metode
penghitungan BTA dengan skala IUAT (Intrenational Union Against Tuberculosis)
yaitu dalam 100 lapang pandang tidak ditemukan BTA disebut negatif. Ditemukan :

1.  1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
2.  10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+). 
3.  1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ atau (2+). 
4.  > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ atau (3+).
Penulisan gradasi hasil bacaan penting, untuk menunjuk keparahan penyakit dan
tingkat penularan penderita.
Daftar Pustaka

https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/jurnal-tuberkulosis-indonesia-
vol7-okt2010.pdf

http://www.smallcrab.com/kesehatan/941-klasifikasi-penyakit-dan-tipe-pasien-
tuberkulosis

http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/respirasi-kedokteran-
klinis/tuberkulosis-diagnosis-dan-tatalaksananya/

http://www.health.nsw.gov.au/Infectious/tuberculosis/Documents/Language/factshe
et-ind.pdf
5.o . Apa yang dimaksud dengan atrik , contoh min 2?

Jawaban:
Atrik ialah jenis bakteri yang di kelompokan berdasarkan jumlah dan letak

flagella di tubuhnya .

Flagella

Flagella merupakan struktur tambahan pada bakteri seperti untaian benang ,

Istilah Flagella lainnya adalah bulu cambuk. Flagella pada bakteri pada umumnya

memili diameter berkisar antara 12-20 nm dan panjang antara 6-8 m. Yang penting,

diameter flagela individu dalam suatu budaya biasanya konstan; Namun, panjang

mungkin berbeda-beda.Flagela disusun oleh tiga bagian: filamen, hook (sudut), dan

basal body (bagian dasar). Flagella ini yang menyediakan motilitas bagi bakteri dan

protozoa tertentu (satu, sedikit atau banyak per sel) dan untuk spermatazoa (satu

per sel), dengan kata lain fungsi utama flagella adalah sebgai alat gerak bakteri

Pengelompokkan Bakteri berdasarkan jumlah dan letak flagella :

– Atrich : bakteri tidak berflagel.


– Monotrich : mempunyai satu flagel salah satu ujungnya
: mempunyai lebih dari satu flagel pada salah satu
– Lopotrich
ujungnya.
: mempunyai satu atau lebih flagel pada kedua
– Ampitrich
ujungnya. contoh:
– Peritrich : mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
Jadi , Atrik ialah jenis bakteri yang di kelompokan berdasarkan jumlah dan letak

flagella di tubuhnya

Atrik adalah bakteri yang tidak memiliki flagellah sebagai alat geraknya

Adapun contoh dari bakteri atrik ini adalah : Lactobacillus sp. dan E.coli

DAFTAR PUSTAKA

http://ffarmasi.unand.ac.id/bahanajar,rpkps,jurnal,buku,cv/BA.RPKPS/Akmal/Akmal

%20Djamaan%20(Pharmaceutical-Microbiology1).pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-

KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/BAB__3_sruktur_sel

_bakteri.pdf

RESISTENSI BAKTERI DAN PENYEBABNYA

Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri

dengan pemberian antibiotic secara sistemik dengan dosis normal yang seharusnya

atau kadar hambat minimalnya. Sedangkan multiple drugs resistance didefinisikan


sebagai resistensi terhadap dua atau lebih obat maupun klasifikasi obat. Sedangkan

cross resistance adalah resistensi suatu obat yang diikuti dengan obat lain yang

belum pernah dipaparkan (Tripathi,2003). Resistensi terjadi ketika bakteri berubah

dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas obat,

senyawa kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk mencegah atau mengobati

infeksi.

Bakteri yang mampu bertahan hidup dan berkembang biak, menimbulkan

lebih banyak bahaya. Kepekaan bakteri terhadap kuman ditentukan oleh kadar

hambat minimal yang dapat menghentikan perkembangan bakteri

(Bari,2008).Timbulnya resistensi terhadap suatu antibiotika terjadi berdasarkan salah

satu atau lebih mekanisme berikut:

1. Bakterimensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotika.

Misalnya Stafilokoki, resisten terhadap penisilin G menghasilkan beta-

laktamase, yang merusak obat tersebut. Beta-laktamase lain dihasilkan oleh

bakteri batang Gram-negatif.

2. Bakteri mengubah permeabilitasnya terhadap obat. Misalnya tetrasiklin,

tertimbun dalam bakteri yang rentan tetapi tidak pada bakteri yang resisten.

3. Bakteri mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat.

Misalnya resistensi kromosom terhadap aminoglikosida berhubungan dengan

hilangnya (atau perubahan) protein spesifik pada subunit 30s ribosom bakteri

yang bertindak sebagai reseptor pada organisme yang rentan.

4. Bakteri mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung dihambat

oleh obat. Misalnya beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak
membutuhkan PABA ekstraseluler, tetapi seperti sel mamalia dapat

menggunakan asam folat yang telah dibentuk.

5. Bakteri mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan

fungsi metabolismenya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat dari pada

enzim pada kuman yang rentan. Misalnya beberapa bakteri yang rentan

terhadap sulfonamid, dihidropteroat sintetase, mempunyai afinitas yang jauh

lebih tinggi terhadap sulfonamid dari pada PABA (Jawetz, 1997).

Penyebab utama resistensi antibiotika adalah penggunaannya yang meluas dan

irasional.Lebih dari separuh pasien dalam perawatan rumah sakit menerima

antibiotik sebagai pengobatan ataupun profilaksis. Sekitar 80% konsumsi antibiotik

dipakai untuk kepentingan manusia dan sedikitnya 40% berdasar indikasi yang

kurang tepat, misalnya infeksi virus. Terdapat beberapa faktor yang mendukung

terjadinya resistensi,antara lain:

1. Penggunaannya yang kurang tepat (irrasional): terlalu singkat, dalam dosis

yang terlalu rendah, diagnose awal yang salah, dalam potensi yang tidak

kuat.

2. Faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien dengan pengetahuan yang

salah akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotik dalam

penanganan penyakit meskipun disebabkan oleh virus, misalnya flu, batuk-

pilek, demam yang banyak dijumpai di masyarakat. Pasien dengan

kemampuan finansial yang baik akan meminta diberikan terapi antibiotik yang

paling baru dan mahal meskipun tidak diperlukan. Bahkan pasien membeli

antibiotika sendiri tanpa peresepan dari dokter (self medication). Sedangkan


pasien dengan kemampuan finansial yang rendah seringkali tidak mampu

untuk menuntaskan regimen terapi.

3. Peresepan: dalam jumlah besar, meningkatkan unnecessary health care

expendituredan seleksi resistensi terhadap obat-obatan baru. Peresepan

meningkat ketika diagnose awal belum pasti. Klinisi sering kesulitan dalam

menentukan antibiotik yang tepat karena kurangnya pelatihan dalam hal

penyakit infeksi dan tata laksana antibiotiknya.

4. Penggunaan monoterapi: dibandingkan dengan penggunaan terapi kombinasi,

penggunaan monoterapi lebih mudah menimbulkan resistensi.

5. Perilaku hidup sehat: terutama bagi tenaga kesehatan, misalnya mencuci

tangan setelah memeriksa pasien atau desinfeksi alat-alat yang akan dipakai

untuk memeriksa pasien.

6.C PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI : PADA MATA

1. Mata merah
Mata yang merah juga bisa disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang paling

umum bisa membuat mata menjadi meradang dan berwarna merah

adalah Staphylococci, pneumococci, dan streptococci. Sedikit berbeda dengan gejala

sakit mata yang disebabkan oleh virus, mata merah yang disebabkan oleh bakteri

tidak disertai dengan gejala-gejala yang mirip dengan influenza. Gejala yang paling

umum adalah mata terasa sakit dan nyeri, terlihat bengkak, bagian putih menjadi

kemerahan dan berurat, hingga terdapat kotoran-kotoran (belek) yang bisa sedikit

bisa banyak dan kadang berwarna kekuningan atau kehijauan.

Kotoran pada mata umumnya terakumulasi saat kita tidur sehingga ketika

terbangun mata terasa lengket dan sulit untuk dibuka karena kotoran pada mata

sudah mengering. Untuk menghilangkan kotoran tersebut gunakan handuk yang

hangat dan diusap secara perlahan. Air hangat akan melembutkan kotoran yang

mengering dan memudahkannya untuk dibersihkan. Pada anak kecil, agar ia tenang

Anda bisa mengalihkan perhatiannya dengan menyetel video yang ia suka sambil

Anda bersihkan kotoran matanya. Setelah dibersihkan, teteskan obat antibiotik di

matanya atau obat salep yang telah diresepkan oleh dokter.

Gunakan obat yang hanya diresepkan dokter untuk Anda saja, menggunakan

obat yang diresepkan untuk orang lain atau menggunakan obat dari infeksi
sebelumnya bisa tidak efektif dan tidak menghilangkan bakteri secara tuntas.

Menggunakan obat lama juga bisa meningkatkan resiko terjadnya infeksi lain karena

obat sudah tercemar oleh bakteri lain karena telah lama disimpan.

Jika anak Anda mengalami infeksi di matanya dan Anda bingung bagaimana

cara memberikan obatnya, gunakan trik ini. Mintalah anak Anda untuk berbaring lalu

minta ia menutup matanya kemudian pegang kepalanya sementara tangan Anda

yang lain meneteskan obat mata ke bagian pojok dalam mata dekat dengan bagian

pangkal hidung. Teteskan beberapa tetes obat mata sampai membentuk suatu

genangan kecil, sehingga ketiak anak membuka matanya, obat akan mengalir masuk

ke mata. Dengan demikian Anda bisa memberikan obat mata secara aman, efektif,

dan tidak membuat anak Anda takut dan merasa dipaksa.

Untuk mengetahui apakah mata merah disebabkan oleh bakteri atau virus,

jika Anda atau anak mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas,

sebaiknya segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Jika memang disebabkan oleh bakteri, dokter akan memberikan antibiotic yang

diperlukan oleh sistem imun yang melawan infeksi bakteri.

Jika gejala mata merah disertai dengan gejala lain seperti hidung

mengeluarkan ingus, batuk, sakit telinga, dan lainnya, kemungkinan mata merah

disebabkan oleh bakteri yang sama yang pernah menginfeksi mata sebelumnya.

Untuk mengatasinya bisa diberikan obat antibiotic oral bersamaan dengan obat tetes

atau obat salep. Penanganan dengan cara yang tepat akan mengurangi resiko

infeksi menyebar ke organ tubuh yang lain.


2. Bacterial conjunctivitis (konjungtivitis bakteri)

Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri.

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut

dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae,

Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh

Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering

pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli,

sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada

pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata

yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya

terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan

imunodefisiensi

Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti

streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme

pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat

menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya

kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah .

Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab

perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotic.

Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi

konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang

berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada

lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya
gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi

pada konjungtiva

Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi

konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis

bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang

ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata .

Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis

bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air

mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak

mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.

Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja

penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih

tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular

seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi

lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik,

obat-obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada

hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan

riwayat penggunaan lensa-kontak

Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali pada

pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva paling

sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan

duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat mengurangi komponen akueosa dalam film air

mata prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian

sel goblet. Luka parut juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan
menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat menggesek kornea dan

menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada kornea

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen

mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada

setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif

harus segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan

mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk

menghilangkan sekret konjungtiva

Bila penyakit ini disebabkan oleh bakteri, maka dokter akan memberikan

pengobatan tetes mata yang mengandung antibiotika. Infeksi akan sembuh dalam

beberapa hari. Salep mata antibiotika biasanya diberikan untuk penderita anak-anak.

Pemberian Salep mata lebih mudah diberikan kepada anak-anak dari pada

pemberian tetes mata. Meskipun demikian, pemberian salep mata akan membuat

penglihatan kabur selama 20 menit setelah diberikan.

3. Hordeolum ( Bintittan )
Bintitan atau timbilan dikenal dalam istilah medis sebagai hordeolum, yang

merupakan infeksi ringan pada kelenjar yang terletak di kelopak mata. Ciri infeksi

adalah benjolan merah pada kelopak mata (mirip) jerawat yang biasanya

menimbulkan rasa sakit. Ada dua jenis hordeolum:

 Internal (interna) - infeksi terjadi di dalam garis bulu mata

 Eksternal (eksterna) - infeksi terjadi di luar garis bulu mata.

Hordeolum mudah didiagnosis dan pengobatan yang tepat akan mencegah

perkembangan infeksinya.

Penyebab hordeolum

Hordeolum disebabkan karena penyumbatan pada kelenjar minyak yang terletak di

sepanjang tepi kelopak mata. Kelanjar ini menghasilkan minyak, dan penyumbatan

akan memblokir kelancaran drainase kelenjar. Jika terdapat bakteri yang terjebak di

dalam kelenjar, maka akan terjadi infeksi, lalu bernanah dan menyebabkan

kemerahan dan peradangan. Sekitar 90 persen lebih kasus hordeolum disebabkan

oleh bakteri Staphylococcus aureus atau "Staph". Hordeolum dapat muncul di dua

lokasi mata dalam satu waktu dan sangat mungkin untuk kambuh kembali.

Faktor risiko
Hordeolum sangat umum terjadi, meskipun angka kasusnya di Indonesia belum

diketahui secara pasti. Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko

seseorang terkena hordeolum, antara lain:

 Kurang kebersihan kelopak mata

 Menderita penyakit mata lainnya

 Sebelumnya pernah terkena hordeolum (hordeolum sering kambuh di lokasi

yang sama).

Gejala hordeolum

Gejala awal hordeolum biasanya adalah kemerahan dan bengkak pada kelopak

mata, dan muncul benjolan yang menyakitkan. Selain itu ada beberapa gejala lain

hordeolum, yakni:

 Mata berair

 Penglihatan kabur

 Sensasi adanya benda asing di mata

 Terkadang terdapat titik kekuning-kekuningan pada area yang membengkak.

Ini akan menjadi jalan keluar nanah ketika hordeolum pecah.

Hordeolum internal biasanya lebih menyakitkan dan cenderung harus ditangani oleh

dokter. Segeralah ke dokter jika Anda mengalami:

 Gangguan penglihatan

 Terdapat krusta pada kelopak mata

 Putih mata merah


 Hordeolum mengeluarkan darah

 Rasa sakit yang hebat.

Diagnosis hordeolum

Pada banyak kasus hordeolum, pemeriksaan mata sederhana sudah cukup untuk

memastikan seseorang terkena hordeolum. Selain pemeriksaan mata, biasanya tidak

diperlukan pemeriksaan lain.

Pengobatan hordeolum

Hordeolum seringkali sembuh tanpa pengobatan dalam waktu 1-2 minggu. Namun

kompres hangat akan membantu drainase sehingga mempercepat penyembuhan.

Kompres hangat dapat diterapkan 4-6 kali sehari selama beberapa menit setiap

sesinya. Jika drainase kelenjar mata tetap tidak lancar atau dengan kata lain

hordeolum tidak kunjung sembuh, maka pengobatan dari dokter biasanya akan

efektif.

Kondisi hordeolum yang berlarut-larut memang perlu mendapatkan pengobatan

dokter karena dapat menyebabkan infeksi semakin parah dan menyebabkan

gangguan lain, seperti selulitis. Selulitis terjadi ketika infeksi sudah menyebar ke

jaringan mata atau lebih jauh, yang merupakan suatu kondisi darurat medis.

Antibiotik

Pada beberapa kasus hordeolum, diberikan antibiotik untuk menghilangkan infeksi.

Antibiotik untuk hordeolum ini dapat diberikan dalam bentuk topikal (salep atau
tetes mata) dan bentuk oral (mulut). Namun pada sebagian kasus, antibiotik saja

tidak efektif untuk mengatasi hordeolum.

Contoh antibiotik topikal dan oral untuk mengatasi hordeolum:

 Antibiotik topikal: Gentamycin, Neomycin, Chloramphenicol, dan Polimyxin B.

 Antibiotik oral: Amoksisilin, Ampisilin, Eritromisin, Doksisiklin. 

Insisi (sayatan)

Jika hordeolum tidak kunjung sembuh, dokter biasanya melakukan insisi

(sayatan) pada hordeolum agar drainasenya lancar. Dengan insisi, nanah atau isi

dari hordeolum dapat dikuras, sehingga mempercepat proses penyembuhan. Jangan

pernah mencoba menusuk sendiri hordeolum tanpa bantuan dokter, karena risiko

kerusakan pada mata atau kelopak mata.

Pencegahan hordeolum

Langkah terbaik untuk mencegah hordeolum adalah dengan menjaga area

mata dan kelopak mata tetap bersih. Terutama bagi yang sering terkena hordeolum,

biasakanlah mencuci tangan sebelum menyentuh mata, dan hindari menggosok-

gosok mata.

Tidak ada metode efektif untuk mencegah hordeolum, namun menerapkan

perawatan yang tepat merupakan langkah terbaik untuk mencegah hordeolum

kambuh. Jangan pernah memencet atau melukai hordeolum sendiri karena dapat

menyebabkan kerusakan dan infeksi yang lebih parah dan menyebar jauh hingga

terjadi kerusakan mata.

4. Dakriosistitis
Dakriosistitis adalah suatu keradangan pada sakus lakrimalis, yang biasanya

terjadi unilateral.

EPIDEMIOLOGI

Dakriosistitis akut 70 - 83 % terjadi pada wanita. Umumnya terjadi pada

orang dewasa yang berumur > 40 tahun. Prosentase kejadian dakriosistitis

kongenital sama antara laki-laki atau perempuan. Ras kulit hitam jarang mengalami

dakriosistitis karena ostium nasolacrimal ke hidung lebar, selain itu canalis lakrimalis

lebih pendek dan lebih lurus disbanding dengan ras Caucasians.

ETIOLOGI

Dacriosistitis dapat disebabkan karena obstruksi ductus nasolakrimalis atau

karena infeksi bakteri atau jamur. Obstruksi ductus nasolakrimalis pada dakriosistitis

kongenital terjadi karena adanya stenosis valvula Hasner. Obstruksi ductus

nasolakrimalis dapat juga disebabkan oleh adanya kelainan yang terdapat pada

daerah hidung antara lain karena polip nasi, deviasi septum nasi, sinusitis, rhinitis,

ataupun karena adanya trauma di daerah naso orbita. Pada anak-anak infeksi

biasanya disebabkan oleh Haemophyllus influenzae, sedangkan pada dewasa

dakriosistitis akut disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus ß

hemolyticus, Pneumococcus. Dakriosistitis kronis disebabkan antara lain oleh

Streptococcus pneumoniae, trakoma, TB, Lepra, ataupun karena jamur (jarang).


GEJALA KLINIS

Gejala umum pada penyakit ini adalah mata keluarnya air mata dan kotoran.

Subyektif : penderita mengeluh nyeri pada daerah canthus medialis dan menjalar ke

daerah dahi, orbita sebelah dalam dan gigi depan.

Obyektif : pada keradangan akut ditemukan epifora, pembengkakan dan eritema

pada daerah sakus lakrimalis, adanya nyeri tekan di daerah sakus lakrimalis,

keluarnya sekret mukopurulen jika sakus lakrimalis ditekan. Pada keradangan kronis

pasien tidak merasakan nyeri, ada epifora, keluar sekret mukoid dengan nanah di

daerah punctum lakrimalis.

DIAGNOSA

Dakriosistitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis. Mengingat

dakriosistitis dapat merupakan infeksi sekunder terhadap obstruksi duktus

nasolakrimalis, maka pemeriksaan imaging dapat dilakukan guna mengetahui

penyebab obstruksi.

Foto polos ( Water’s) dan CT Scan bertujuan untuk melihat adanya massa

atau fraktur pada daerah nasal, selain itu untuk mengetahui ada atau tidaknya

sinusitis. Sementara MRI dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya divertikuli

dari sakus lakrimalis yang dapat mengakibatkan kekambuhan dakriosistitis.

Intubasi dan irigasi dari sistem kanalikuli dengan kanula lakrimal dan studi

sinar-X dengan media kontras (dakriosistografi) dapat menentukan tempat obstruksi,

kelainan abnormal anatomi dari sistem lakrimal. Untuk dakriosistitis yang disebabkan
oleh infeksi karena bakteri perlu dilakukan kultur dengan memulas hapus

konjungtiva yang diambil setelah memeras sakus lakrimalis.

DIAGNOS BANDING

Diagnosa banding dakriosistitis antara lain selulitis orbita, sinusitis ethmoidal,

dan sinusitis frontalis.

TERAPI

Pada dakriosistitis akut dapat dilakukan kompres dengan air hangat serta

pemijatan pada sakus lakrimalis. Selain itu pemberian antibiotika topical maupun

sistemik sesuai dengan hasil kultur dan tes kepekaan antibiotika. Apabila

pengobatan tersebut tidak berhasil, merupakan indikasi dilakukan bedah korksi

(dakriosistorinostomi) bila keadaan radang sudah tenang.

Pada dakriosistitis kronis congenital pada anak, tempat stenosis biasanya

pada valvula Hesner. Pengurutan kantung air mata ke arah pangkal hidung. Selain

itu dapat diberikan tetes mata antibiotika. Jika stenosis menetap lebih dari enam

bulan atau jika timbul dakriosistitis maka hal itu merupakan indikasi pelebaran

duktus dengan probe.

KOMPLIKASI

Dakriosistitis merupakan kontra indikasi untuk dilakukan tindakan bedah

membuka bola mata, seperti operasi katarak, glaucoma, karena dapat menyebabkan

infeksi intraokuler, seperti endoftalmitis ataupun panoftalmitis. Penyulit dakriosistitis

dapat berbentuk pecahnya pus yang mengakibatkan fistula, abses palpebra, ulkus

dan selulitis orbita.


Obat-obatan yang dapat digunakan pada dakriosistitis :

Augmentin : berisi amoksisilin dan asam klavulanat ; dosis dewasa

500 mg 3 kali sehari selama 7 – 10 hari ; dosis anak 40 mg/kgBB/hari ;

kontra indikasi jika terdapat riwayat hipersensitif terhadap penisilin.

Levofloksasin ( Levaquin ) : dosis dewasa 500 mg 4 kali sehari I.V

lambat dalam 60 menit ; tidak di anjurkan untuk penderita di bawah 18

tahun ; kontra indikasi jika terdapat riwayat hipersensitif terhadap

golongan fluorkinolon.

Ampisilin dan Sulbaktam ( Unasyn ) : dosis dewasa 1,5 g 4 kali sehari

I.V dengan infus lambat selama 10 – 15 menit ; dosis dikurangi jika

tedapat kelainan fungsi ginjal ; anak usia 3 bulan sampai dengan 12

tahun, ampisilin 100 – 200 mg/kgBB/hari dan sulbaktam 150 – 300

mg/kgBB/hari I.V diberikan 4 kali sehari; lebih dari 12 tahun sama

dengan dosisi dewasa tetapi untuk ampisilin tidak boleh lebih dari 8

g/hari dan sulbaktam tidak boleh lebih dari 4 g/hari ; kontra indikasi jika

terdapat riwayat hipersensitif terhadap golongan penisilin.

Polytrim : berisi trimethoprim sulfat dan polymyxin B sulfat, tersedia

dalam bentuk sediaan ointment dan solusio, diberikan 3 kali sehari 1

tetes mata ; kontra indikasi jika terdapat hipersensitifitas terhadap salah

satu golongan obat tersebut ; pemakaian jangka panjang dapat

menyebabkan infeksi sekunder.


Tobramycin ( AKTob, Tobrex ) ; diberikan 3 kali sehari 1 tetes mata ;

kontra indikasi jika terdapat riwayat hipersensitif, infeksi pada mata,

serta pada penggunaan steroid ; pemberian bersama gentamisin dapat

menurunkan efektivitasnya.

Apa yang dimaksud dengan Prokariotik ?

Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari mahluk hidup.

Ilmuyang mempelajari tentang sel disebut sitologi. Semua organisme yang

hidup terdiridari sel, dapat berupa organisme bersel tunggal atau bersel

banyak. Setiap selmerupakan unit fungsional dan struktural dari bentuk

hidup.
Penemuan mikroskop elektron mendukung para ahli biologi

dalammengidentifikasi struktur internal dari berbagai macam sel. Para ahli

menggolongkansel menjadi dua kelompok, yaitu sel prokariotik dan sel

eukariotik berdasarkankeadaan intinya. Semua sel dibatasi oleh membran

plasma, di dalamnya terdapatsitosol yang mengandung organel-organel,

mengandung kromosom yang membawagen-gen (DNA, asam nukleat

deoksiribosa) dan mengandung ribosom yangberfungsi membentuk protein

menurut instruksi dari gen.

Prokariotik, dari asal katanya pro berarti sebelum dan karyon artinya

kernel atau juga disebut nukleus, berasal dari bahasa Yunani, sel prokariotik

tidak memiliki nukleus. Struktur selnya diselimuti oleh membran plasma

(membran sel) yang tersusun dari lemak lapis ganda. Di sela-sela lapisan

lemak ini terdapat sejumlah protein integral yang memungkinkan terjadinya

lalu lintas molekul-molekul tertentu dari dalam dan ke luar sel. Kebanyakan

prokariot juga memiliki dinding sel yang kuat di luar membran plasma untuk

melindungi sel dari lisis, terutama ketika sel berada di dalam lingkungan

dengan osmolaritas rendah. Materi genetik (DNA) terkonsentrasi pada suatu

daerah yang disebut nukleoid, tetapi tidak ada membran yang memisahkan

daerah nukleoid ini dengan bagian sel lainnya. Contoh sel prokariotik ialah

bakteri, dan gangang biru yang termasuk Monera. Sel bakteri dibatasi oleh

membran plasma. Di dalamnya terdapat nukleoid (DNA) tanpa dibatasi oleh

membran inti, dan ribosom. Yang berukuran lebih kecil dibandingkan sel-sel

eukariotik. Permukaan sel prokariot adakalanya membawa sejumlah struktur

berupa rambut-rambut pendek yang dinamakan pili dan beberapa struktur


rambut panjang yang dinamakan flagela. Pili memungkinkan sel untuk

menempel pada sel atau permukaan lainnya, sedangkan flagela digunakan

untuk berenang apabila sel berada di dalam media cair.

Sebagian besar prokariot bersifat uniseluler meskipun ada juga

beberapa yang mempunyai bentuk multiseluler dengan sel-sel yang

melakukan fungsi-fungsi khusus. Prokariot dapat dibagi menjadi dua subdivisi,

yaitu Eubacteria dan Archaebacteria atau Archaea. Namun, di atas telah

disinggung bahwa Archaea merupakan kelompok peralihan antara prokariot

dan eukariot. Dilihat dari struktur selnya, Archaea termasuk dalam kelompok

prokariot, tetapi evolusi molekul rRNA-nya memperlihatkan bahwa Archaea

lebih mendekati eukariot.

Perbedaan antara Eubacteria dan Archaea terutama terletak pada sifat

biokimianya. Misalnya, Eubacteria mempunyai ikatan ester pada lapisan lemak

membran plasma, sedangkan pada Archaea ikatan tersebut berupa ikatan

eter.

Salah satu contoh Eubacteria (bakteri), Escherichia coli, mempunyai

ukuran genom (kandungan DNA) sebesar 4.600 kilobasa (kb), suatu informasi

genetik yang mencukupi untuk sintesis sekitar 3.000 protein. Aspek biologi

molekuler spesies bakteri ini telah sangat banyak dipelajari. Sementara itu,

genom bakteri yang paling sederhana, Mycoplasma genitalium, hanya terdiri

atas 580 kb DNA, suatu jumlah yang hanya cukup untuk menyandi lebih
kurang 470 protein. Dengan protein sesedikit ini spesies bakteri tersebut

memiliki kemampuan metabolisme yang sangat terbatas.

Kelompok Archaea biasanya menempati habitat ekstrim seperti suhu

dan salinitas tinggi. Salah satu contoh Archaea, Methanocococcus jannaschii,

mempunyai genom sebesar 1.740 kb yang menyandi 1.738 protein. Bagian

genom yang terlibat dalam produksi energi dan metabolisme cenderung

menyerupai prokariot, sedangkan bagian genom yang terlibat dalam replikasi,

transkripsi, dan translasi cenderung menyerupai eukariot.

Ciri – ciri sel Prokariotik adalah :

1. Diameter : 0,2 – 5 µm

2. Tidak memiliki membran inti

3. Tidak memiliki nukleolus

4. Tidak memiliki retikulum endoplasma

5. Tidak memiliki mitokondria

6. Tidak memiliki lisosom

7. Tidak memiliki sitoskeleton

8. Dinding sel mengandung peptidoglikan

9. Ukuran ribosom : 70 S

Diagram skematik sel prokariot :


Bagian – bagian dari sel prokariotik ( Escherichia coli ) :

1. Dinding sel

 Struktur tersusun atas : Polisakarida, Lemak, Protein.

 Fungsi :Sebagai pelindung, pemberi bentuk tetap, terdapat pori -

pori sebagai jalan keluar masuknya molekul-molekul.

2. Membran plasma

 Struktur tersusun atas : Molekul lemak dan Protein.

 Fungsi : Sebagai pelindung molekuler sel terhadap lingkungan

sekitar, mengatur lalu intas molekul dan ion2 dari dan kedalam

tubuh.

3. Sitoplasma

 Struktur tersusun atas : Air, protein, lemak, mineral, dan enzim

– enzim.

 Fungsi : Enzim2 digunakan untuk mencerna makanan ekstraseluler

dan melakukan metabolisme sel.

4. Mesosom
 Struktur : Terdapat pada membran plasma yang melekuk ke

dalam membentuk organel sel.

 Fungsi : Sebagai penghasil energi, terdapat enzim - enzim

pernafasan yang berperan dalam reaksi - reaksi oksidasi untuk

menghasilkan energi.

5. Ribosom

 Fungsi : Tempat berlansungnya proses sintesis protein.

6. DNA ( Asam Deoksiribonukleat )

 Struktur : Merupakan persenyawaan atas gula deoksiribosa, fosfat

dan basa – basa Nitrogen.

 Fungsi : Sebagai pembawa informasi genetik, merupakan sifat -

sifat yang akan diwariskan pada keturunannya.

7. RNA ( Asam Ribonukleat )

 Struktur : Merupakan hasil transkripsi (hasil cetakan, hasil kopian)

DNA.

 Fungsi : Membawa kode - kode genetik sesuai dengan pesanan

DNA.

Daftar Pustaka
http://ppprodtk.fti.itb.ac.id/tjandra/wp-content/uploads/2010/04/Publikasi-No-82.pdf

http://biologi.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/PETUNJUK-PRAKTIKUM-BIOSEL-
2012.pdf

http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB%2001%20PENDAHULUAN_1.pdf

https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjviNS4isTQAhWLKY8KHX
FhAH8QFgggMAE&url=http%3A%2F%2Fppku.ipb.ac.id%2Fmateri-kuliah%2Fcategory%2F8-bio
%3Fdownload%3D86%253Abiologi-
sel&usg=AFQjCNFk8WHgLObO9e8FmrXh5vMTl9cDOQ&bvm=bv.139782543,d.c2I

http://www.biologi-sel.com/2012/06/struktur-sel-dan-fungsi-sel-prokariotik.html

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-
KUSNADI/BUKU_SAKU_BIOLOGI_SMA,KUSNADI_dkk/Kelas_XI/1._S_sel_
%26_transport/Bab_struktur_dan_fungsi_sel.pdf

Nevi Syafitri
1611011056

A. FASE-FASE PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

FASE STATIONER

- Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama

dengan jumlah sel yang mati.

- Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah

meskipun zat-zat nutrisi sudah habis.

- Karena kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang

berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik.

- Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas,

dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.

- Pada fase ini terjadi penumpukan produk beracun dan atau kehabisan

nutrien. Beberapa sel mati sedangkanyang lain tumbuh dan membelah.

Jumlah sel hidup menjadi tetap (Pelczar, 2005).


- Fase ini menunjukan jumlah bakteri yang berbiak sama dengan jumlah

bakteri yang mati, sehingga kurva menunjukan garis yang hampir horizontal

(Dwidjoseputro, 1998).

- Alasan bakteri tidak melakukan pembelahan sel pada fase statis

bermacammacam. Beberapa alasan yang dapat dikemukan akan adalah :

a. Nutrien habis

b. Akumulasi metabolit toksik (misalnya alkohol,asam, dan basa)

c. Penurunan kadar oksigen

d. Penurunan nilaiaw (ketersediaan air)

- Bentuk kasus kedua dijumpai pada fase fermentasi alkohol dan asam laktat,

untuk kasus ketiga dijumpai pada bakteri aerob dan untuk kasus keempat

dijumpai pada fungi/jamur (Purwoko, 2007).

- Pada fase statis biasanya sel melakukan adaptasi terhadap kondisi yang

kurang menguntungkan. Adaptasi ini dapat menghasilkan senyawa yang di

inginkan manusia misalnya antibiotika dan antioksidan (Purwoko, 2007).

Sumber :
http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/MIKROBIOLOGI/document/Pertumbuh
an

REKAYASA GENETIKA PADA BAKTERI

Rekayasa genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja

mikroba tersebut dan untuk menghasilkan bahan obat –obatan dan kosmetika.
Dewasa ini mucul keanekaragaman dan variasi genetik pada bakteri disebabkan

oleh proses rekombinasi gen antara jenis bakteri yang satu dengan bakteri lain.

Rekombinasi atau pertukaran gen ini melalui berbagai cara yaitu:

1. Transfer Gen

Materi genetik dan plasmid dapat berpindah atau dipindahkan melalui berbagai

mekanisme sebagai berikut:

a. Transduksi

DNA dari plasmid masuk ke dalam genom bakteriofaga. Oleh bakteriofaga

plasmid ditransfer ke populasi bakteri lain. Transduksi biasa terjadi pada bakteri

Gram positif seperti Staphylococcus, tapi diketahui pula terjadi pada Salmonella

b. Transformasi

Fragmen DNA bebas dapat melewati dinding sel dan kemudian bersatu dalam

genom sel tersebut sehingga mengubah genotipnya. Hal ini biasanya dikerjakan di

laboratorium dalam penelitian rekayasa genetika, tapi dapat pula terjadi secara

spontan meskipun dalam frekuensi yang kecil.

c. Konyugasi

Transfer unilateral materi genetik antara bakteri sejenis maupun dengan jenis lain

dapat terjadi melalui proses konyugasi (“mating” = kawin). Hal ini dimungkinkan

karena adanya faktor F yang menentukan adanya pili seks pada virus bakterial

tertentu. Kuman yang mempunyai pili seks disebut kuman F+, dan melalui pilinya
materi genetik dari sel donor (F+) termasuk plasmid DNA-nya dapat berpindah ke

dalam sel resipien. Jadi gengen tertentu yang membawa sifat resistensi pada obat

dapat berpindah dari populasi kuman yang resisten ke dalam kuman yang sensitif.

Dengan cara inilah sebagian besar dari sifat resisten obat tersebar dalam populasi

kuman dan menimbulkan apa yang disebut multi drug resistance.

Gambar 6.4 Mekanisme pertukaran materi gentik pada bakteri, A)

Transformasi, fragmen DNA lepas dari bakteri donor yang diterima oleh bakteri

penerima B) Transduksi perpindahan materi genetik melalui bakteriofage (virus). C)

Konyugasi perpindahan materi genetik dengan kontak langsung melalui hubungan

sitoplasma (sumber: Randall K. Holmes & Michael G. Jobling,2001)

d. Transposisi
Transposisi adalah pemindahan rantai DNA pendek (hanya beberapa urutan saja)

antara satu plasmid ke plasmid lain, atau dari kromosom ke plasmid dalam sel

tersebut.

C. MUTASI

Mutasi mengarah pada suatu perubahan senyawa kimia pada DNA. Mutan

merupakan individu yang mengalami perubahan pada satu atau lebih basa DNAnya:

perubahan ini dapat diwariskan dan irreversibel (kecuali terjadi mutasi-balik ke

urutan awal). Kerusakan gen tersebut dapat disebabkan oleh:

1). Perubahan pada proses transkripsi

2). Perubahan pada urutan asam amino dari protein yang merupakan produk gen

Mutasi melibatkan sejumlah gen pada DNA bakteri: beberapa mutasi tidak pernah

dideteksi karena tergantung pada mutasi mempengaruhi suatu fungsi yang dapat

dikenali (contoh, penyebab resistensi antibiotik). Dan yang lain dapat mematikan

sehingga tidak terdeteksi.

Mutasi dikelompokkan berdasarkan :

1. Ukuran

Mutasi titik. suatu perubahan pada sebagian kecil segmen DNA; biasanya yang

terjadi pada suatu nukleotida tunggal atau pasangan nukleotida


1). Samesense (silent) mutasi: perubahan pada suatu kodon (biasanya pada posisi

ke tiga) yang gagal untuk memindahkan asam amino spesifik dari tempat yang

tidak mengalami mutasi

2). Nonsense mutasi : suatu pemendekan produk protein , pada signal rantai-

terminasi

3). Missense mutasi: suatu perubahan urutan asam amino dengan asam amino yang

mengalami salah cetak ditempatkan pada rantai polipeptida

4). Frameshift mutasi: suatu pergeseran reading frame, menghasilkan sejumlah

kodon missense dan nonsense melalui sisa cistron

“Gross Mutasi”: perpindahan yang melibatkan lebih dari satu pasangan nukleotida,

dapat memasukkan gen, kromosom, atau rangkaian kromosom (pada eukariota)

2. Kualitas

Struktural mutasi: perubahan pada nukleotida yang mengandung gen

1). Substitusi mutasi: penggantian satu nukleotida untuk yang lainnya, dapat

dibedakan menjadi, Transisi: pertukaran dalam satu purindengan satu pirimidin

atau sebaliknya (contoh, GC menjadi AT); Transversi: perubahan pada

purin/pirimidin (contoh, GC menjadi CG).

2). Delesi mutan: kehilangan beberapa bagian suatu gen.

3). Insersi mutan: penambahan satu atau lebih ekstra nukleotida terhadap suatu
gen.

”Rearragement Mutasi” merupakan perubahan lokasi suatu gen dalam genom, sering

diikuti oleh efek posisi.

1). Dalam suat gen: dua mutasi dalam gen yang sama fungsinya dapat

menghasilkan efek yang berbeda, tergantung pada terjadinya apakah pada posisi

cis atau trans

2). Sejumlah gen tiap kromosom: efek fenotip berbeda dapat dihasilkan jika

sejumlah gen yang mengalami replikasi nonequivalen pada kromosom homolog

(eukariota)

3). Pergerakan lokus gen dapat menghasilkan fenotip baru, khususnya ketika gen

dipindahkan dekat heterokromatin (eukariot)

3. Asal

Mutasi spontan awalnya tidak diketahui, sering disebut “backgrooun

mutation”. Kontrol genetik mutabilitas beberapa gen yang diketahui dapat

disebabkan oleh “mutator gen” lain. Mutasi spontan dapat dibedakan menjadi

1)mutasi spesifik yang pengaruhnya terbatas pada satu lokus dan 2)mutasi

nonspesifik secara simultan mempengaruhi pada beberapa lokus.

Mutasi terinduksi dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang tidak normal,

misalnya: radiasi pengion (perubahan valensi senyawa kimia melalui penembahan

elektron yang dihasilkan oleh proton, neutron, atau oleh sinar X. Radiasi nonpengion
penambahan tingkat energi atom (eksitasi), yang membuatnya kurang stabil

(contoh, radiasi UV, panas), radiasi UV sering menghasilkan dimer timin, contoh,

ikatan timin di antara dua rantai yang sama. Mutagen senyawa kimia (senyawa

kimia yang meningkatkan mutabilitas gen) dapat dibedakan menjadi: Salah cetak

mutan meningkat selama replikasi DNA (contoh, mutagen analog basa dengan sifat

kimia yang sama dengan basa asam nukleat dapat masuk karena kesalahan, akridin

penyebab penambahan mutasi tunggal atau delesi kemungkinan karena interkalasi di

antara dua urutan basa)].; Perubahan gen lansung [(dihasilkan pada DNA

“nonreplicating” (contoh, asam nitrat oleh deaminasi secara langsung merubah

adenin menjadi hipoksantin dan sitosin menjadi

urasil)]

Lima tipe utama perubahan fenotipik yang dapat dihasilkan melalui mutasi, yaitu:

1). Suatu perubahan dari prototrofik menjadi auksotrofik atau sebaliknya,

contohnya, kehilangan atau memperoleh kembali kemampuan untuk menghasilkan

produk dari jalur biosintetik. Sebagai contoh, suatu mutasi yang menghasilkan

kerusakan/cacat pada gen yang menghasilkan enzim khusus untuk merubah

glutamat menjadi glutamin menyebabkan sel menjadi tergantung pada lingkungan

untuk glutamin.

2). Kehilangan atau memperoleh kembali kemampuan untuk menggunakan nutrien

pengganti. Sebagai contoh, suatu mutasi pada gen untuk merubah laktosa menjadi

glukosa dan galaktosa membuat sel tidak mampu tumbuh pada medium dimana

laktosa merupakan satu-satunya sumber karbon. Macam mutasi ini yang dilibatkan
dalam reaksi katabolik (degradatif) tidak tergantung pada prototrofik atau

auksotrofik.

3). Suatu perubahan dari sensitifitas obat menjadi resistensi obat atau sebaliknya.

Sebagai contoh, sebagian besar bakteri sensitif terhadap antibiotik streptomisin,

tetapi strain resisten dapat dihasilkan melalui mutasi.

4). Suatu perubahan dari sensitifitas faga menjadi resistensi faga atau sebaliknya.

Sebagai contoh, suatu mutasi pada reseptor bakteri untuk faga akan membuat sel

resisten terhadap infeksi.

5). Kehilangan atau memperoleh kembali komponen struktural permukaan sel.

Sebagai contoh, satu strain Pneumococcus yang dapat menghasilkan kapsul

polisakarida, sedangkan strain lain tidak memiliki kapsul.

DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-

KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/BAB_VI_GENETIKA

_BAKTERI.pdf

http://www.e-jurnal.com/2013/09/teknologi-rekayasa-genetika.html
Salmonella adalah suatu genusbakterienterobakteriagram-negatif berbentuk

tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies-

spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.

Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun

sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada

anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.

Klasifikasi ilmiah

 Kerajaan: Bacteria

 Filum: Proteobacteria

 Kelas: Gamma Proteobakteria

 Ordo: Enterobakteriales

 Famili: Enterobakteriakceae

 Genus: Salmonella

 Spesies : S. bongori , S. enterica

Patogenitas

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan

(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit

pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut

salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram

perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang

terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual

dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S.

typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus


(Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis,

yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi

demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya

menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat

fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini

disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella

dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang

dikonsumsi.

Media tumbuh

Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah

satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan

adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-

deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini

tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan

bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media

diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya

dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa,

dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat

memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya

berasal dari fermentasi glukosa saja.Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan

berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator

yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.
Salmonella typhi

Salmonella typhi yang juga dikenal sebagai Salmonella typhimurium merupakan

sejenis bakteri penyebab penyakit. Bakteri ini hidup dalam tubuh manusia, hanya

berada dalam aliran darah dan usus dari penderitanya.Bakteri ini dapat

menyebabkan kasus demam tifoid. Salmonella typhi disebarkan melalui air, makanan

maupun minuman yang terkontaminasi. Dimana kontaminasi bakteri S. Typhi ini

masuk ke dalam air yang digunakan untuk konsumsi sehari – hari dan pada akhirnya

menjangkit ke tubuh dari orang yang mengkonsumsi makanan, minuman atau

menggunakan air yang telah terkontaminasi tersebut.

Salah satu cara mudah untuk mengurangi penyebaran bakteri S. Typhi adalah

dengan cara membiasakan mencuci tangan. Gejala demam tifoid yang mungkin

terjadi seperti adanya demam yang tingi, sakit kepala, sakit perut dan munculnya

ruam. Demam tifoid dengan beberapa gejala tersebut masih dapat diobati dengan

antibiotik yang dapat mengatasi penyakit tipes ini.

Antibiotik Fluorokuinolon

Dengan adanya penemuan dan pengujian terhadap bagaimana pengobatan untuk

demam tifoid, antibiotik disinyalir dapat mengurangi durasi dari penyakit tersebut.

Dalam artikel tentang perjalanan dunia kedokteran yang terbit tahun 2005 dalam

jurnal Clinical Infectious Diseases atau Penyakit Infeksi Klinis, Basnyat

mengemukakan bahwa antibiotik dari jenis fluorokuinolon seperti ciprofloxacin  telah

digunakan untuk mengobati demam tifoid.


Hal ini disebabkan beberapa jenis dari bakteri telah mengalami perkembangan

resistensi terhadap antibiotik yang telah dikembangkan lebih dulu seperti

kloramfenikol. Bahkan pada beberapa jenis bakteri Salmonella Typhi juga menjadi

lebih resisten terhadap antibiotik tersebut.

Karenanya muncul rekomendasi untuk dilakukan pengujian tambahan akan

kemungkinana adanya keturunan dari bakteri ini yang dikemukakan oleh Clinical and

Laboratory Standards Institute (CLSI).

Antibiotik Sefalosporin

Menurut informasi resep pada antibiotik ciprofloxacin dari jenis  fluorokuinolon,

untuk penggunaan antibiotik pada beberapa kondisi, seperti wanita hamil atau anak

– anak, antibiotik fluorokuinolon tidak dianjurkan untuk diberikan kepada mereka.

Untuk anak – anak, wanita hamil dan pasien yang terjangkit S. Typhi yang resistan

terhadap antibitok dari jenis fluorokuinolon, antibiotik ceftriaxone dapat dianjurkan

untuk digunakan sebagai ganti dari antibiotik tersebut.

Ceftriaxone adalah antibiotik dari jenis Sefalosporin yang diberikan dengan cara

disuntikkan untuk mengobati demam tifoid dengan dosis yang diberikan selama 7

hingga 14 hari. Kedua jenis antibiotik ini dapat digunakan untuk mengobati demam

tifoid dengan kadar resistansi yang berbeda pada jenis S. Typhi yang terdapat dalam

tubuh pasien demam tifoid tersebut.

Antibiotik Lain Untuk Salmonella Typhi


Selain antibiotik dari jenis Fluorokuinolon dan Sefalosporin ada beberapa jenis

antibiotik lain yang dapat digunakan untuk melawan bakteri S. Typhi ini. Menurut

Basnyat, antibiotik lain tersebut antara lain: azitromisin, ampisilin and amoksilin.

Penggunaan untuk antibiotik dari beberapa jenis ini diberikan selama satu hingga

dua minggu pada pasien yang mengalami demam tifoid. Selain itu, terdapat pula

antibitoik Bactrim, yang merupakan kombinasi dari beberapa jenis antibiotik yang

juga bisa digunakan untuk mengobati demam tifoid.

Bactrim dapat diberikan melalui mulut atau intravena dan memerlukan waktu dua

minggu dengan dosis tepat untuk mengobati gejala penyakit akibat terjangkit bakteri

S. Typhi.

Cara mencegah

 Cuci tangan setelah menggunakan kamar mandi untuk mengurangi

kemungkinan tertular atau membawa bakteri salmonella.

 Hindari resiko keracunan salmonella dengan tidak mengonsumsi daging,

unggas atau telur yang tidak matang atau setengah matang dan cuci tangan

Anda dengan baik setelah menangani daging mentah.

 Lebih disarankan menggunakan sarung tangan pada saat menangani makhluk

reptil atau amfibi dan/atau lingkungannya. Pastikan Anda mencuci tangan jika

tidak menggunakan sarung tangan.

 Pastikan Anda selalu mengonsumsi telur matang, telur mentah dapat

menyebabkan salmonella.
Bakteri bentuk comma

1. Vibrio cholera atau vibrio comma

Pengertian Kolera (sering disebut Colera Asiatik atau Epedemi kolera) adalah
penyakit penyakit diare parah yang disebabkan oleh bakteri vibrio cholera. Penularan
kemanusia adalah dengan air atau makanan.

Karakteristik umum vibrio cholera

1. V. cholera O1 adalah penyebab cholera Asiatik Atau Cholera Epidemik. Kasus


Cholera sangat jarang terjadi Dieropa dan Amerika Utara. Sebagian Besar kasus
cholera terjadi didaerah –daerah (sub) tropis. Cholera selalu disebabkan Oleh air
yang tercemar atau ikan (kerang) yang berasal dari perairan yang tercemar.
2. V. Cholera non O1 hanya menginfeksi manusia dan hewan primate lainnya.
Organisme Ini berkerabat dengan V. cholera O1, tetapi penyakit yang
ditimbulkannya tidak separah Cholera. Strain Phatogenik dan Non Phatogenik dari
Organisme ini merupakan Penghuni Normal dilingkungan air laut dan muara.
Organism ini pada masa lalu disebut sebagai non-Cholera Vibrio (NCL) dan
noaglutinable Vibrio (NAG).

Mekanisme perkembangan bakteri vibrio cholera dalam tubuh

Mekanisme genetik dari bakteri ini dimana vibrio cholera bakteri mematikan produksi
beberapa protein dan menghidupkan produksi protein lain sebagai respon mereka terhadap
serangkaian lingkungan kimia yang mereka hadapi, melewati perut, melalui lapisan mukosa
dari usus kecil, dan masuk ke usus dinding.

Akibat penyakit dari bakteri vibrio cholera

Bakteri Vibrio Cholerae akan mengeluarkan enterotoksin atau racunnya di saluran


usus sehingga terjadinya diare yang dapat berakibat pada kehilangan banyak cairan tubuh
atau dehidrasi. Jika dehidrasi tidak segera ditangani atau mendapatkan penanganan yang
tepat dapat berlanjut ke arah hipovolemik dan asidosis metabolik sampai akhirnya
menyebabkan kematian. Hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah di mana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ. Sedangkan
asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonatdalam darah.
2. Vibrio vulnificus

Vibrio vulnificus merupakan bakteri yang relatif baru dalam identifikasinya sebagai
bakteri yang patogen bagi manusia. Bakteri ini ditemukan sebagai patogen di tiram pada
tahun1976 dan kasus infeksi pertama pada manusia oleh Vibrio vulnificus didokumentasikan
pada tahun1979. Bakteri ini hidup dengan memfermentasi laktosa baik dalam keadaan
aerobik maupun anaerobik dan tergolong jenis parasit oportunistik. Walaupun infeksi Vibrio
vulnificus tergolong cukup berbahaya, namun infeksi oleh bakteri ini tidak pernah terjadi
secara meluas. Kasus-kasus inveksi oleh Vibrio vulnificus ditemukan secara sporadik di
daerah-daerah pantai Amerika Serikat, New Zealand, dan Jepang. Infeksi Vibrio vulnificus di
Amerika Serikat 95% terjadi saat laut hangat antara Bulan Mei dan Oktober. Vibrio vulnificus
merupakan kerabat dekat Vibrio cholerae penyebab kolera dan Vibrio parahaemolytic
penyebab diare akut. Jenis-jenis bakteri Vibrio ini dicirikan dengan penyakit yang
berhubungan dengan saluran gastrointestinal.

Klasifikasi

Filum : Bacteria
Classis : Proteobacteria
Divisio : Gammaproteobacteria
Ordo : Vibrionales
Familia : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio vulnificus

Lingkungan pertumbuhan bagi Vibrio vulnificus:

 Temperatur :temperatur optimum berkisar 37ºC. Dalam tubuh tiram, suhu optimal
pertumbuhan adalah 30ºC.
 pH : pH optimum adalah 7,8. Range pH untuk hidup 5-10.
 Salinitas : konsentrasi NaCl optimum 2,5 %. Range konsentrasi NaCl untuk hidup 0,5-5,0 %.

Daur hidup

Vibrio vulnificus merupakan bakteri basillus gram negatif, motil, memiliki fimbria dan
kapsul. Kapsul pada Vibrio vulnificus memegang peranan penting dalam penentuan sifat
patogeniknya. Bakteri Vibrio vulnificus yang tidak berkapsul ditemukan tidak bersifat
patogen. Munculnya galur Vibrio vulnificus yang berkapsul dan tidak berkapsul tidak
diketahui mekanismenya. Adanya fimbria (pilli tipe IV) juga menentukan virulensi Vibrio
vulnificus. Pilli tipe IV yaitu N-metilfenilalanin, yang merupakan karakteristik genus Vibrio,
diperlukan bakteri untuk melekat pada sel tubuh. Citraan mikroskop elektron dari Vibrio
vulnificus. Tanda panah menunjukkan fimbria bakteri Sebagai bakteri Gram negatif,
lipopolisakarida Vibrio vulnificus (endotoksin) memegang peranan penting, terutama dalam
mekanisme demam dan shock yang timbul pada infeksi. Daur hidup Vibrio vulnificus belum
diketahui.

pengobatan

Penggunaan antibiotk untuk penanganan antara lain:

Doxycycline (100 mg PO/IV dua kali sehari untuk 7-14 hari) dan generasi ketiga
cephalosporin ( Misal: ceftazidime 1-2 g IV/IM setiap delapan jam), maupun tetrasiklin.Pada
anak-anak, dimana tidak dapat digunakan doxycycline, dapat digunakan trimethoprim-
sulfamethoxazole ditambah aminoglycoside.

Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi Vibrio vulnificus dilakuakan antara lain dengan:

o Mengkonsumsi makanan laut yang telah dimasak dengan sempurna, jangan makan
makanan laut yang mentah

o Untuk kerang yang dimasak : a) kerang direbus sampai cangkang membuka dan lanjutkan
perebusan selama lima menit, b) kerang diuapkan sampai cangkang membuka dan
lanjutkan penguapan selama sembilan menit

o Bagi orang yang beresiko tinggi terhadap munculnya gejala serius oleh infeksi Vibrio
vulnificus, sebaiknya menghindari makanan laut, terutama tiram, walupun telah dimasak
dengan baik

o Tidak membiarkan luka terbuka terpapar air laut

o Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan atau sepatu bot saat mengerjakan
kegiatan di daerah perairan asin

3. Vibrio harveyi

Vibrio Harveyi, merupakan suatu bakteri gram-negative, bakteri bercahaya, adalah


salah satu dari agen mikrobia yang penting yang dapat membuat kematian massal larva
udang windu dalam suatu sistem pembesaran. Sejumlah besar udang di hatcheries yang
memproduksi benih udang sering menderita kemunduran dalam kaitan dengan penyakit
bakteri luminescent dan menderita kerugian ekonomi yang sangat besar. Vibriosis adalah
disebabkan oleh sejumlah Vibrio Jenis bakteri, termasuk: V. harveyi, V. vulnificus, V.
parahaemolyticus, V. alginolyticus, V. penaeicida (Lightner et al, 1992;). Telah dilaporkan
berkali – kali mengenai vibriosis yang disebabkan oleh V. damsela, V. fluvialis dan Vibrio
lain yang terdefinisi jenisnya. Di antara isolate Vibrio harveyi, beberapanya mematikan dan
beberapanya tidak mematikan. Vibriosis ada diseluruh dunia dan semua binatang laut
berkulit keras, termasuk udang, adalah yang paling mudah terkena. Infeksi vibrio terjadi
dalam semua tingkat kehidupannya, tetapi kejadian umum di hatcheries. Infeksi vibriosis
paling banyak yang telah dilaporkan untuk P. monodon dari kawasan Indo-Pacific, P.
japonicus dari Jepang, dan P. vannamei dari Ecuador, Negara Peru, Kolumbia dan Amerika
Tengah ( Lightner, 1996). Vibriosis dinyatakan melalui sejumlah sindrom. Hal ini meliputi:
mulut dan lenteric (demam) vibriosis, anggota badan dan cuticular vibriosis, luka vibriosis
yang terlokalisir, penyakit kulit, systemic vibriosis dan pembusukan hepatopancreatitis
( Lightner, 1990).
4. Vibrio parahaemolyticus 

adalah bakteri laut yang bersifat halofil (habitatnya ada pada lingkungan dengan


kondisi garam yang tinggi).Bakteri ini pertama kali diisolasi dari Shirasu, sarden muda yang
dikeringkan kurang sempurna, karena terjadi wabah keracunan makanan di Jepang pada
tahun 1950. Setelah penelitian lebih lanjut, ditemukan bahwa hampir setengah kasus
keracunan makanan hingga timbul penyakit gastroenteritis yang terjadi di Jepang
merupakan akibat dari bakteri ini. Hal ini dipengaruhi pola konsumsi dan budaya masyarakat
Jepang yang terbiasa untuk mengonsumsi hidangan laut dalam keadaan mentah atau
setengah matang, sehingga bakteri ini masih dapat tumbuh. Bakteri ini sangat banyak
ditemukan di perairan Jepang pada musim panas. Kasus keracunan makanan lainnya
dilaporkan berasal dari luar Jepang pada tahun 1971 di Pantai Timur wilayah Amerika
Serikat. Kasus bakteri patogen untuk makanan laut mulai terungkap dan diketahui
penyebabnya adalah bakteri ini.

Karakteristik

Bakteri ini dapat diisolasi dari perairan dekat pesisir dengan suhu di atas 15 °C. Organisme
ini dapat dideteksi pada sedimen dengan suhu di bawah 15 °C. Bakteri ini berasosiasi
dengan zooplankton yang akan naik ke permukaan pada suhu hangat. Sebagian
besar strain bakteri ini menunjukkan aktivitas hemolisis tipe β bila ditumbuhkan pada agar
darah khusus, yaitu Wagatsuma agar
Daftar Pustaka
Fratamico PM, Bhunia AK, Smith JL. 2005. Foodborne Pathogens: Microbiology and
Molecular Biology. Norfolk : Caister Academic.

Miliotis MD, Bier JW. 2003. International Handbook of Foodborne Pathogens. New York :
Marcel Dekker.

Molenda,J.R.,Johnson,W.G.,Fishbein,M.,Wentz,B.,Mehlman,I.J.,and Dadisman, T.A.Jr.(1972).


Vibrioparahaemolyticus gastroenteritisinMaryland: laboratoryaspects. Appl.Microbiol. 24,
444–448.
V. Sebutkan 3 Bakteri yang tumbuh didaerah V dan apa obatnya

dan pencegahannya

Vaginosis Bakterialis

Vaginosis bakterialis merupakan salah satu masalah kewanitaan yang terjadi akibat

terganggunya keseimbangan bakteri di dalam vagina. Gejala utama vaginosis

bakterialis adalah keputihan dengan tekstur encer dan berwarna kelabu atau

putih.Selain itu, vaginosis bakterialis juga bisa menyebabkan vagina terasa gatal dan

nyeri, serta perih ketika buang air kecil.

Penyebab Vaginosis Bakterialis

Bakteri yang terdapat di dalam vagina didominasi oleh bakteri lactobacillus, yaitu

sekitar 95 persen. Ini merupakan bakteri baik karena membantu membatasi

pertumbuhan bakteri-bakteri jahat (salah satunya bakteri anaerob) di dalam vagina

dengan cara menjaga keasaman organ tersebut. Namun pada kasus vaginosis

bakterialis, jumlah bakteri lactobacillus menjadi lebih sedikit dibandingkan

keberadaan bakteri lain.

Vaginosis bakterialis merupakan sindrom klinik akibat pergantian Bacillus

Duoderlin yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam

konsentrasi tinggi seperti Bacteroides Spp, Mobiluncus Sp,Peptostreptococcus Sp

dan Gardnerella vaginalis bakterialis dapat dijumpai tubuh vagina yang

banyak,
3 Bakteri yang tumbuh didaerah V

1. Lactobacillus

Lactobacillus adalah genusbakterigram-positif , anaerobik fakultatif atau

mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok bakteri

asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat mengubah

laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri ini umum dan

tidak berbahaya bagi kesehatan. Dalam manusia, bakteri ini dapat ditemukan di

dalam vagina dan sistem pencernaan, di mana mereka bersimbiosis dan merupakan

sebagian kecil dari flora usus. Banyak spesies dari Lactobacillus memiliki kemampuan

membusukkan materi tanaman yang sangat baik. Produksi asam laktatnya membuat

lingkungannya bersifat asam dan mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri

merugikan. Beberapa anggota genus ini telah memiliki genom sendiri.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Bacteria

Divisi: Firmicutes

Kelas: Bacilli

Ordo: Lactobacillales

Famili: Lactobacillaceae

Genus: Lactobacillus
2. Bacteroides 

Bacteroides adalah genus dari bakteri Gram negatif, berbentuk tongkat.

Spesies Bacteroides tidak membentuk endospora, anaerob, dan bergerak ataupun

tidak dapat bergerak, tergantung spesiesnya.Komposisi dasar DNA

adalah 40-48% GC. Tidak biasa pada organisme bakteri, membran

Bacteroides mengandung sphingolipid. Mereka juga mengandung

 meso-diaminopimelic acid pada lapisan peptidoglikan mereka.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Bacteria

Filum: Bacteroidetes

Ordo: Bacteroidales

Famili: Bacteroidaceae

Genus: Bacteroides
3. Gardnerella vaginalis

Berbagai kepustakaan selama 30 tahun terakhir membenarkan observasi

Gardner dan Dukes’ bahwa Gardnerella vaginalis sangat erat hubungannya dengan

bakterial vaginosis. Organisme ini mula-mula dikenal sebagai H. vaginalis kemudian

diubah menjadi genus Gardnerella atas dasar penyelidikan mengenai fenetopik dan

asam dioksi-ribonukleat. Tidak mempunyai kapsul, tidak bergerak dan berbentuk

batang gram negatif atau variabel gram. Tes katalase, oksidase, reduksi nitrat,

indole, dan urease semuanya negatif. Gardnerella vaginalis yang mengelilingi sel

epitel vagina Kuman ini bersifat fakultatif, dengan produksi akhir utama pada

fermentasi berupa asam asetat, banyak galur yang juga menghasilkan asam laktat

dan asam format. Ditemukan juga galur anaerob obligat. Dan untuk

pertumbuhannya dibutuhkan tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, biotin, purin, dan

pirimidin. Berbagai literatur dalam 30 tahun terakhir membuktikan bahwa G.

vaginalis berhubungan dengan bacterial vaginalis. Bagaimanapun dengan media

kultur yang lebih sensitive G. Vaginalis dapat diisolasi dalam konsentrasi yang tinggi

pada wanita tanpa tanda-tanda infeksi vagina. Saat ini dipercaya bahwa G. vaginalis
berinteraksi dengan bakteri anaerob dan hominis menyebabkan bakterial vaginosis.

Scientific classification

Kingdom: Bacteria

Phylum: Actinobacteria

Class: Actinobacteria

Order: Bifidobacteriales

Family: Bifidobacteriaceae

Genus: Gardnerella

Species: G. vaginalis

Pengobatan Vaginosis Bakterialis

Karena vaginosis bakterialis disebabkan oleh bakteri, maka pengobatannya bisa

dilakukan dengan antibiotik, misalnya antibiotik metronidazole. Metronidazole tidak

hanya tersedia dalam bentuk tablet, namun juga dalam bentuk salep yang

diperuntukkan bagi wanita yang sedang menyusui dengan mengingat bahwa efek
penggunaan metrodinazole tablet dapat berdampak kepada ASI.Pengobatan dengan

antibiotik pada umumnya berlangsung dalam jangka panjang untuk mencegah

vaginosis bakterialis muncul kembali.

Agar terhindar dari efek samping yang lebih parah, jangan mengonsumsi minuman

beralkohol selama menjalani pengobatan dengan metronidazole. Selain itu, mintalah

dokter meresepkan antibiotik alternatif jika metronidazole menimbulkan efek

samping yang cukup mengganggu

Antibiotik alternatif yang biasanya diresepkan untuk penanganan vaginosis

bakterialis adalah salep clindamycin.

Pencegahan Vaginosis Bakterialis

Anda bisa meminimalkan risiko terkena vaginosis bakterialis dengan melakukan hal-

hal yang dapat mengganggu keseimbangan bakteri di dalam vagina, misalnya:

 Jangan menggunakan deodoran khusus untuk vagina.

 Jangan membersihkan bagian dalam vagina dengan cara menyemprot

(douching), menggunakan sabun kecantikan, atau dengan pembersih

berbahan antiseptik.

 Jangan mencuci celana dalam dengan menggunakan sabun cuci dengan

kandungan kimia yang keras.


Daftar Pustaka

http://www.alodokter.com/vaginosis-bakterialis

https://en.wikipedia.org/wiki/Gardnerella_vaginalis

https://id.wikipedia.org/wiki/Bacteroides

https://id.wikipedia.org/wiki/Lactobacillus
Fase pertumbuhan bakteri dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase lag, fase

logaritma (eksponensial), fase stasioner dan fase kematian.

FASE LAG

Fase lag merupakan fase penyesuaian bakteri dengan lingkungan yang baru.

Lama fase lag pada bakteri sangat bervariasi, tergantung pada komposisi media, pH,

suhu, aerasi, jumlah sel pada inokulum awal dan sifat fisiologis mikroorganisme

pada media sebelumnya.

Pada fase ini perubahan bentuk dan pertumbuhan jumlah individu tak secara

nyata terlihat. Karena fase ini dapat juga dinamakan sebagai fase adaptasi

(penyesuaian). Maka dari itu apabila dilihat pada kurva pertumbuhan mikroba, grafik
selama fase ini umumnya mendatar. Ini disebabkan tidak atau belum adanya

sumber nutrien untuk makanan mikroba.

Dikenal pula dengan initial phase atau lag phase atau laten phase. Dalam

fase ini bakteri belum mengadakan perbanyakan sel, bahkan sebagian sel bakteri

mati, hingga hanya sel yang kuat saja yang bertahan hidup. Ukuran sel membesar

yang disebabkan oleh adanya pemasukan air imbibisi ke dalam sel.  Secara teoritis,

keadaan laten atau lag dari populasi bakteri ini diakibatkan oleh pasokan metabolit

yang tidak mencukupi, atau oleh tidak aktifnya suatu enzim hingga keseluruhan

metabolisme terhambat. Ini disebabkan oleh keberadaan sel bakteri dalam

lingkungan baru sehingga sel harus menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru

tersebut.

Disamping itu, secara khusus ada dua peristiwa lain yang memungkinkan

terjadinya fase ini, yaitu:

1. Fase lag yang terjadi karena pembentukan enzim induktif

2. Fase lag yang terjadi karena germinasi spora


5. m. Apa yang dimaksud dengan granula pada bakteri, fungsi, dan guna

dari granula tersebut ?

Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang

dibutuhkan.Bakteri, meskipun kesederhanaan mereka, berisi struktur sel yang

berkembang dengan baik bertanggung jawab untuk banyak sifat biologis yang unik

tidak ditemukan di antara archaea atau eukariota. Karena kesederhanaan bakteri

dibandingkan dengan organisme yang lebih besar, dan kemudahan yang mereka

dapat dimanipulasi secara eksperimental, struktur sel bakteri telah dipelajari dengan

baik, mengungkapkan banyak prinsip biokimia yang telah kemudian diterapkan pada

organisme lain.

Kebanyakan bakteri tidak hidup dalam lingkungan yang mengandung banyak

nutrisi setiap saat. Untuk mengakomodasi tingkat transien nutrisi, bakteri


mengandung beberapa metode yang berbeda dari penyimpanan nutrisi yang

digunakan pada saat banyak, untuk digunakan pada saat inginkan. Misalnya, banyak

bakteri menyimpan kelebihan karbon dalam bentuk polyhydroxyalkanoates atau

glikogen. Beberapa mikroba menyimpan nutrisi yang larut, seperti nitrat dalam

vakuola. Sulfur yang paling sering disimpan sebagai unsur butiran (S0) yang dapat

disimpan baik intra maupun ekstrasel. butiran sulfur terutama umum pada bakteri

yang menggunakan hidrogen sulfida sebagai sumber elektron. Sebagian besar

contoh yang disebutkan di atas dapat dilihat menggunakan mikroskop, dan dikelilingi

oleh membran non-unit yang tipis untuk memisahkan mereka dari sitoplasma.

badan inklusi adalah agregat nuklir atau sitoplasma zat stainable, biasanya protein.

Mereka biasanya mewakili situs perkalian virus pada bakteri atau sel eukariotik, dan

biasanya terdiri dari protein kapsid virus. badan inklusi memiliki membran non-

satuan lipid. badan protein inklusi secara klasik diduga mengandung protein yang

gagal melipat. Namun, ini baru-baru ini diperebutkan, seperti protein fluorescent

hijau kadang-kadang akan berpendar di badan inklusi, yang menunjukkan beberapa

kemiripan struktur asli dan peneliti telah pulih protein dilipat dari badan inklusi.
Sumber : https://www.boundless.com/microbiology/textbooks/boundless

microbiology-textbook/cell-structure-of-bacteria-archaea-and-eukaryotes-

4/specialized-internal-structures-of-prokaryotes-36/cell-inclusions-and-storage-

granules-267-4287/

Bakteri,Penyakit yang disebabkan,Gejala dan Pengobatan

No Nama Bakteri Penyakit Gejala Pengobatan


1 Brucella Brucellosis -Demam undulam Pemberian antibiotik

abortus yang intermiten dosisiklin,streptomisin,rifa

-Sakit Kepala mpisin setiap hari selama

-Depresi,Kelemahan 6 minggu, TMP9

- trimethoprim

Arthralgia,Myalgia,Orc sulfamethoxazole) untuk

hitis anak anak


2 Clostridium Botulisme -Mual,muntah,kram Pemberian antitoksin yang

botulinum (keracunan perut sesuai

makanan -Diare Pemberian antibiotik

pada -Mulut kering penicilin,metronidazole,rif

makanan -Pandangan kabur ampisin,dan eritromicin


kaleng) -Fotofobia

-kaku sendi

-Susah Bicara

-Susah Menelan
3 Neisseria Meningitis -Demam -Sulfonida

meningitidis -Sakit Kepala -Penisilin G/Kloramfenikol

- Kaku Leher apabila orang tsb alergi

-Sakit Tenggorokan penisilin.

-Rasa mual,muntah -Antibiotik intravena dan

-Linglung kortikosteroid intravena

-Gangguan makan seperti cephalosporin

-Pembengkakan

Jaringan otak
4 Bacillus Anthrax -Benjolan merah Suntikan penisilin dengan

anthracis kecoklatan yang gatal tetrasiklin atau eritromisin

dan tidak nyeri per oral

-Sakit nyeri otot

-Sakit kepala,demam

-Berkeringat

-Nyeri badan,perut

-Sesak/Batuk
5 Streptokokus Endokarditi -Demam terus -Pemberian antibiotik

viridans s menerus intravena

-Anemia -Obat pengencer darah

-Adanya pembesaran seperti aspirin/warfavin


pada bagian limfa - Operasi untuk

-Sesak Napas memperbaiki kerusakan

-Nadi diatas normal parah pada jaringan

-Sianosis jantung

6 Helicobacter Gastritis -Nyeri panas pada Pemberian obat

pylori lambung lansoprazol,pantoprazole,o

-Cepat merasa meprazole,rabeprazole

kenyang -Antibiotik seperti

-Mual,muntah,sakit klsritromisin,amoksisilin,

perut metronidazol

-Muntah darah

-BAB jitam pekat


7 Vibrio Kolera -Mulut terasa kering -Pemberian Oralit untuk

Cholerae -Aritmia/gangguan menggantikan cairan yang

irama jantung hilang

-Mudah marah -Pemberian infus untuk

-Merasa sangat haus orang yang mengalami

-Hipotensi dehidrasi parah

-Letargi -Pemberian antibiotik

-Urine yang keluar untuk mengurangi jumlah

sedikit bakteri sekaligus

-Kulit berkerut dan mempersingkat diare

kering akibat kolera


8 Mycobacteriu Tuberculos -Batuk terus menerus Pemberian antibiotik yang
m is (TBC) selama 3 harus dihabiskan oleh

tuberculosis minggu/lebih disertai pengidap TBC selama

keluarnya soutum dan jangka waktu tertentu

kurangnya berat seperti

badan adalahisoniazol,rifampicin,

-Dahak bercampur pyrazinamide

darah danethambutol

-Berkeringat malam

walau tanpa kegiatan

-Demam meriang

lebih satu bulan


9 Legionella Leggiomair -Sakit dan kaku otot -Pemberian antibiotik

pneumophila e -Tidak enak eritromicin

badan/demam -Pemberian oralit sebgai

-Batuk kering dan pengganti kekurangan

berdarah cairan

-Diare -Oksigen tambahan

-Nyeri dada

-Ataksia
10 Treponema Sifilis -Lesi primer,terjadi Injeksi antibiotik benzil

pallidum papuli(kumpulan dari penicilin bagi penderita

limfosit,makrofag dan yang tidak tahan dengan

sel plasma) penicilin dapat diganti

-Timbul obliterasi dengan tertrasiklin/eritrom

lumen kapiler isin


Reagensia yang dibutuhkan dalam pewarnaan gram adalah :

1. Ammonium oksalat kristal viole yang berfungsi untuk memberikan warnaungu

pada dinding sel bakteri

2. Iodium: memperkuat warna dengan cara memperbesar kristal violet

Iodium merupakan pewarna Mordan , yaitu pewarna yang berfungsimemfiksasi

pewarna primer yang diserap mikroorganisme target. Pemberianyodium pada

pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatanwarna oleh bakteri.

3. Alkohol: melunturkan warna dan melarutkan lemak

4. Safranin: memberi warna merah pada dinding sel bakteri.

Cara kerja keempat larutan tersebut berhubungan dengan

kandungan peptidoglikan pada dinding sel bakteri yang dicobakan. Pada langkah per

tama, pemberian ammonium oksalat kristal violet pada bakteri yang dicobakan akan

memberi warna ungu pada seluruh bagian dinding sel. Pada langkah kedua

(yangmerupakan langkah kunci dari keempat tahap pewarnaan gram), bakteri

diberiiodium atau mordant. Larutan ini bekerja sebagai penstabil (stabilizer )

yangmenyebabkan larutan pertama membentuk kristal violet yang besar


dalamlapisan peptidoglikan dinding bakteri. Dalam hal ini, apabila bakteri

yangdicobakan merupakan bakteri gram negatif yang memiliki lapisan

peptidoglikantipis, maka kristal violet tersebut hanya akan menempel pada membran

lipid.Sedangkan pada bakteri gram positif akan tertanam lebih

dalam(peptidoglikannya tebal)Penggunaan alkohol pada tahap ketiga ini yang akan

melarutkan lapisanlipid pada dinding bakteri (khususnya bakteri gram negatif) dan

melunturkanwarna ungu dari kristal violet tadi. Sebaliknya, pada bakteri gram

positif pemberian larutan ini tidak berpengaruh banyak karena kristal violet telahtert

anam pada lapisan peptidoglikannya yang tebal sehingga tidak mudah luntur.Karena

pemberian alkohol menyebabkan lunturnya warna ungu dari dinding sel bakteri gram

negatif (dinding sel tidak berwarna lagi), maka penambahan larutansafranin akan

menyebabkan dinding sel kembali berwarna lagi, namun denganwarna merah

(safranin merupakan larutan berwarna merah).Gambar .Teori teknik pewarnaan

gram (Talaro, 2002)


Dapat dikatakan, bakteri gram negatif merupakan jenis bakteri yang susahuntuk

dimusnahkan karena memiliki struktur membrane luar (outer

membrane) pada dinding selnya yang menyebabkan bakteri ini lebih resistant 

terhadapdesinfektan maupun cairan kimia antimikroba lainnya.

Terjadi perbedaan warna pada kelompok bakteri gram positif dan

negatif pada karena perbedaan susunan kimia dinding sel kedua kelompok bakteriter

sebut. Munculnya warna ungu pada bakteri gram positif karena dinding

bakteritersebut terdapat satu jenis lapisan, yakni peptidoglikan yang relatif

tebal(tersusun oleh banyak lapisan polimer peptidoglikan). Sementara itu, pada

bakterigram negatif, dinding selnya tersusun oleh 2 lapisan, yakni lapisan luar

yangtersusun oleh lipopolisakarida dan protein serta lapisan dalam yang tersusun

oleh peptidoglikan (hanya tersusun oleh 1 lapisan molekul). Kedua lapisan

dinding seltersebut yang kemudian mengakibatkan bakteri gram negatif berwarna


merah.Secara umum, perbedaan susunan kimia dinding sel bakteri gram positif

dannegatif sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8910795/Laporan_Mikrobiologi

i. Jelaskan perbedaan bakteri gram positif dan gram negatif minimal 3 dan

berikan contohnya minimal 3?

Adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses

pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah

mikroskop, sedangkan bakteri gram-negatif akan berwarna merah atau merah

muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenisbakteri ini terutama didasarkan pada

perbedaan strukturdinding sel bakteri.


Karakteristik bakteri gram positif :

*Memiliki cytoplasmic lipid membrane

*Memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal

*Terdapat asam teichoic dan lipoid yang membentuk lapisan asam lipoteichoic yang

berguna untuk chelating agen dan untuk adhesi tipe tertentu.

*Beberapa spesies memiliki kapsul polisakarida

*Beberapa spesies memiliki flagellum

*Jika terdapat akan diperkuat oleh 2 cincin, berbeda dengan bakteri gram negative

yang flagellumnya diperkuat oleh 4 cincin.

Bakteri Gram Positif

Berdasarkan klasifikasi phyla bakteri yang asli, bakteri gram positif termasuk dalam

filum Firmicutes. Didalamnya terdapat kelompok- kelompok bakteri yang sudah

banyak dikenal, yaitu :


·         Staphylococcus

·         Streptococcus

·         Enterococcus

·         Bacillus

·         Corynebacterium

·         Nocardia

·         Clostridium

·         Actinobacteria

·         Listeria

 Bakteri gram-negatif

Adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warnametil ungu pada

metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif  akan mempertahankan warna

ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif

tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna  penimbal ( counterstain)

ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-

negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna

untuk mengklasifikasikan kedua tipebakteri ini berdasarkan perbedaan

struktur  dinding sel mereka.


Karakteristik bakteri gram negative :

*Memiliki Cytoplasmic membrane

*Lapisan peptidoglikan tipis

*Memiliki membran tambahan diluar lapisan peptidoglikan yang dipisahakan oleh

spasium periplasmik.

*Membran luar terdiri atas Lipopolisakarida (LPS) yang tersusun oleh lipid A, inti

polisakarida, antigen O

*Terdapat porin di membran luar sebagai pori-pori untuk molekul tertentu.

*Memiliki S-layer (Surface layer) yang melekat langsung pada membran luar.

*Jika memiliki flagella, maka akan disokong oleh 4 buah cincin.

*Tidak memiliki asam teichoic ataupun asam lipoteichoic.

*Lipoprotein merekat pada polisakarida.

~ Bakteri Gram Negatif

Bakteri gram negatif termasuk dalam divisi Gracillicutes. Proteobacteria adalah grup

mayor dalam kelompok bakteri gram negatif.Jenis-jenisnya yaitu :

·         Enterobacteriaceae;

Escherichia Coli

  Salmonella

Sigella

·         Pseudomonas

·         Moraxella

·         Helicobacter

·         Stenotrophomonas
·         Bdellovibrio

·         Bakteri asam asetat

·         Legionella

·         Alpha-proteobacteria  Wolbachia

·         Cyanobacteria

·         Spirochaeta

·         green sulfur & green non-sulfur bacteria.

Pembeda Bakteri gram positif Bakteri gram negatif


Dinding sel : lebih tebal lebih tipis
Lapisan peptidoglikan 1-4 % 11-22%
Kadar lipid
Resistensi terhadap alkali tidak larut larut
(1% KOH)
Kepekaan terhadap Iodium lebih peka kurang peka
Toksin yang dibentuk eksotoksin endotoksin
Resistensi terhadap tellurit lebih tahan lebih peka
Sifat tahan asam ada yang tahan asam tidak ada yang tahan asam
kepekaan terhadap lebih peka kurang peka
penisilin
kepekaan terhadap tidak peka peka
streptomisin

contoh - contoh bakteri gram positif dan gram negatif serta perannya dalam

kehidupan manusia.

gram positif :

Staphylococus  : penyebab impetigo, keracunan makanan, bronkitis

Streptococus   : penyebab pneumonia, meningitis, karies gigi

Enterococus     : penyebab enteritis

Listeria           :  penyebab listeriosis


Basillus            :penyebab anthrax ( Basillus antharx)

Clostridium     : penyebab tetanus ( Clostridium tetani), botulisme 

Mycobacterium : penyebab tuberkulosa, difteri

Mycoplasma     : penyebab jerawat, peumonia

gram negatif :

Salmonella        : penyebab thypus (Salmonella thyposa), salmonelosis 

Escherichia       : penyebab gastroenteritis / radang saluran cerna ( Escherichia coli)

Shigella           : penyebab disentri

Pseudomonas   : penyebab infeksi luka bakar 

Hellicobacter   : penyebab tukak lambung

Haemophilus     : penyebab bronkhitis , pneumonia (Heumophilus influenzae)

Bordetella       : penyebab batuk rejan  (Bordetella pertusis)

Chlamydia       : penyebab pneumonia, uretritis, trakoma

Bakteri gram negatif lebih berbahaya saat menimbulkan penyakit dibanding gram

positif karena bakteri jenis gram negatif dapat menghasilkan endotoksin, dan

memiliki enzym pada kapsula yang dapat menimbulkan resistensi terhadap

antibiotik.

Namun bakteri juga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan mnusia ,contohnya: 

- Escherichia coli yang benyak ditemukan di dalam usus besar berperan dalam

pembusukan makanan dan penghasil vitamin K (gram negatif)


- Rhizobium dapat menyuburkan tanah

- Pseudomonas denitrificans dapat menghasilkan vitamin B12 (gram negatif)

- Lactobasillus casei membantu dalam pembuatan keju (gram positif )

- Lactobacillus bulgaris membantu pembuatan yoghurt (gram positif)

- Acetobacer cylinum membantu pembuatan nata de coco (gram negatif)

- Acetobacer membantu dalam pembuatan cuka (gram negatif)

- Sterptococus griseus untuk pembuatan antibiotik (gram positif)

BAKTERI TRANSGENIK

A. PENGERTIAN TRANSGENIK

Transgenik berasal dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang artinya

pembawa sifat.  Jadi transgenik berarti memindahkan gen dari  satu makhluk hidup

ke makhluk hidup yang lain. Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan

organisme baru yang memiliki sifat lebih baik. Organisme transgenik sendiri
merupakan organisme yang mendapatkan transfer gen dari organisme lain yang

pada umumnya transformasi gen tersebut berasal dari spesies yang sama, namun

juga dapat berasal dari spesies atau jenis yang berbeda. Transformasi gen ini

dilakukan terhadap embrio sebelum organisme transgenik tersebut dilahirkan atau

tumbuh dan berkembang lebih dewasa.

*Hewan Transgenik adalah hewan yang diinjeksi dengan DNA dari hewan lain

dengan tujuan untuk mendapatkan hewan yang memiliki karakter yang diharapkan.

*Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun

kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba atau virus

yang dilakukan untuk suatu tujuan tertentu

B. CONTOH PENERAPAN BAKTERI TRANSGENIK :

 Rekayasa Genetika Bakteri Escherichia coli dalam Pembuatan Insulin

Insulin

Insulin pertama kali di ekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun 1921 oleh

para ahli fisiologi asal kanada Sir Federick Glant Banting dan Charles Hebert Best

serta ahli fisiologi asal Inggris John James Richard Macleod. Seorang ahli boikimia

James Betram Collip kemudian memproduksi dengan tingkat kemurnian yang cukup

baik untuk digunakan sebagai obat pada manusia. Pada tahun 1965 insulin manusia

telah berhasil disintesis secara kimia. Insulin merupakan protein manusia pertama

yang disintesis secara kimia. Secara tradisional, insulin untuk pengobatan pada

manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi. Walaupun insulin hewan secara
umum cukup memuaskan tetapi untuk penggunaan pada manusia dapat

menimbulkan dua masalah. Pertama, adanya perbedaan kecil dalam asam amino

penyusunnya yang dapat menimbulkan efek samping berupa alergi pada beberapa

penderita. Kedua, prosedur pemurnian sulit dan cemaran berbahaya asal hewan

tidak selalu dapat dihilangkan secara sempurna. Pada tahun 1981 telah terjadi

perbaikan secara berarti cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Insulin

yang diperoleh dengan cara ini mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia.

Melalui teknologi DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba

yang tidak patogen. Karena kedua hal tersebut di atas, insulin hasil rekayasa

genetika ini mempunyai efek samping yang relatif sangat rendah dibandingkan

dengan insulin yang diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan efek

alergi serta tidak mengandung kontaminan berbahaya.

Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus merupakan suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya

hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan hormon ini

mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproduksi

secara sempurna, sehingga kadar glukosa di dalam tubuh akan meningkat. Gula

yang meliputi polisakarida, digosakarida, disakarida, dan monosakarida merupakan

sumber tenaga yang menunjang keseluruhan aktivitas manusia. Seluruh gula ini

akan diproses menjadi tenaga oleh hormon insulin tersebut karena penderita

diabetes mellitus biasanya akan mengalami lesu, kurang tenaga, selalu merasa haus,

sering buang air kecil, dan penglihatan menjadi kabur. Gejala lain akibat adanya
kadar glukosa yang terlalu tinggi akan terjadi ateroma sebagai penyebab awal

penyakit jantung koroner( Filhazany, 2010).

Bakteri Escherichia Coli

Escherichia coli ( E-coli) merupakan salah satu jenis spesies utama bakteri gram

negatif. E. coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2

micrometer dan diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7

micrometer kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat

C, optimum pada 37 derajat.

Bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich pada 1885 ini dapat ditemukan

dalam usus besar manusia. Di usus besar manusia terkandung sejumlah E-coli yang

berfungsi membusukkan sisa-sisa makanan. Di samping berfungsi membantu

membusukkan sisa pencernaan, E-coli juga menghasilkan vitamin B12 dan vitamin K

yang penting dalam proses pembekuan darah. Sedangkan fungsi E-coli dalam organ

pencernaan hewan, semisal kuda, adalah membantu mencernakan selusosa rumput

menjadi zat yang lebih sederhana agar dapat diserap oleh dinding usus( Waluyo,

2005).

Teknik Pembuatan Insulin dari Bakteri Escherichia coli

Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel β kelenjar

Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah

(kadar gula darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh

tubuh kita dikenal juga sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar

pankreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat


inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat

buatan manusia atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen. Kekurangan

insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus tergantung insulin

(diabetes tipe 1). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul insulin disusun oleh 2

rantai polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida. Rantai A

terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.

Produk hormon insulin manusia dapat dihasilkan dari teknik rekayasa genetika

dengan teknologi Plasmid. Insulin adalah hormon yang berfungsi menurunkan kadar

gula dalam darah. Hormon ini sangat diperlukan oleh penderita diabetes mellitus

karena kelenjar pankreas penderita tidak mampu menghsilkan hormone tersebut.

Hormon insulin berfungsi untuk mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen.

C. KEGUNAAN BAKTERI TRANSGENIK

Rekayasa genetika dapat memberikan hasil yang menguntungkan. Misalnya,

memaksa suatu mikroorganisme, yaitu bakteri untuk membentuk insulin yang mirip
sekali dengan insulin yang dihasilkan manusia,sehingga sekarang para penderita

diabetes dapat menerima insulin manusia yang dibuat melalui bakteri. Dan

dinyatakan bahwa insulin ini (insulin yang diperoleh dari hewan) dapat diterima

dengan baik oleh tubuh manusia.

Akan tetapi belakangan perkembangan dan pemanfaatan bioteknologi rekayasa

genetika atau transgenik atau modifikasi genetika semakin luas hingga tidak bisa

dibendung, dimana penggunaannya tidak lagi hanya pada pemenuhan kebutuhan

manusia yang sangat memaksa, juga mulai ditemukan banyak kejadian yang

menunjukkan dampak negatif dari pemanfaatan modifikasi genetika itu sendiri,

penyebarluasan penggunaan modifikasi genetika menuai kontroversi. Dimana para

ahli mulai melihat kejadian-kejadian yang merupakan dampak negative dari

modifikasi genetika. Dalam Suara Karya Online edisi 9 Maret 2010 Dr. Rosari Saleh

dari Lembaga Penelitian Universitas Indonesia (UI) mengatakan bahwa, “Pada

awalnya, teknologi rekayasa genetika ditujukan untuk memperoleh organisme yang

identik demi kepentingan riset dan produksi, seperti tanaman pangan dan hewan

riset. Modifikasi gen dilakukan dengan memanipulasi kode genetik tumbuhan dan

hewan serta merekayasa sifat-sifat tertentu dari kedua makhluk hidup tersebut agar

diperoleh organisme yang lebih baik. Kemajuan dalam mengetahui kemampuan

kognitif dan kesehatan manusia secara genetika membantu pendidikan dan program

penyembuhan, tetapi dapat disalahgunakan untuk mendiskriminasi manusia dengan

keterbatasan tertentu dan memperuncing permasalahan sosial


DAFTAR PUSTAKA

http://wulanpurnma.blogspot.co.id/

https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/12/rekayasa-genetika-bakteri-

escherichia-coli-dalam-pembuatan-insulin/

Bakteri Patogen Saluran Pencernaan

Pada saluran pencernaan terdapat berbagai penyakit yang dapat terjadi. Salah satu
penyebabnya adalah bakteri. Begitu banyak bakteri yang dapat menjangkit saluran
pencernaan. Maka dari itu akan diperkenalkan bakteri-bakteri yang terdapat pada saluran
pencernaan.

II.2.1. Escherichia coli


a. Ciri-ciri:
         Berbentuk batang
         Bakteri gram negatif
         Tidak memiliki spora
         Memiliki pili
         Anaerobik fakultatif
         Suhu optimum 370C
         Flagella peritrikus
         Dapat memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan gas
         Patogenik, menyebabkan infeksi saluran kemih

Gambar 1. Esherichia coli

b. Habitat
Habitat utama Escherichia coli adalah dalam saluran pencernaan manusia tepatnya di
saluran gastrointestinal dan juga pada hewan berdarah hangat. Bakteri ini termasuk umumnya
hidup pada rentang 20-40 derajat C, optimum pada 37 derajat. Total bakteri ini sekitar 0,1%
dari total bakteri dalam saluran usus dewasa.

c. Virulensi dan Infeksi


Penyebab diare dan Gastroenteritis (suatu peradangan pada saluran usus). Infeksi
melalui konsumsi air atau makanan yang tidak bersih. Racunnya dapat menghancurkan sel-
sel yang melapisi saluran pencernaan dan dapat memasuki aliran darah dan berpindah ke
ginjal dan hati. Menyebabkan perdarahan pada usus, yang dapat mematikan anak-anak dan
orang tua. E. coli dapat menyebar ke makanan melalui konsumsi makanan dengan tangan
kotor, khususnya setelah menggunakan kamar mandi. Solusi untuk penyebaran bakteri ini
adalah mencuci tangan dengan sabun.
d. Patogenesis
Untuk Escherichia coli, penyakit yang sering ditimbulkan adalah diare. E. coli sendiri
diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya dan setiap grup klasifikasinya memiliki
mekanisme penularan yang berbeda-beda.

a. E. Coli Enteropatogenik (EPEC)


E. coli ini menyerang manusia khususnya pada bayi. EPEC melekatkan diri pada sel
mukosa kecil. Faktor yang diperantarai oleh kromosom akan menimbulkan pelekatan yang
kuat. Pada usus halus, bakteri ini akan membentuk koloni dan menyerang pili sehingga
penyerapannya terganggu. Akibatnya adalah adanya diare cair yang biasanya sembuh diri
tetapi dapat juga menjadi kronik. EPEC sedikit fimbria, ST dan LT toksin, tetapi EPEC
menggunakan adhesin yang dikenal sebagai intimin untuk mengikat inang sel usus. SelEPEC
invasive (jika memasuki sel inang) dan menyebabkan radang.

b. E. Coli Enterotoksigenik (ETEC)


Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk menimbulkan pelekatan ETEC pada sel
epitel usus kecil. Lumen usus terengang oleh cairan dan mengakibatkan hipermortilitas serta
diare, dan berlangsung selama beberapa hari. Beberapa strain ETEC menghasilkan eksotosin
tidak tahan panas. Prokfilaksis antimikroba dapat efektif tetapi bisa menimbulkan
peningkatan resistensi antibiotic pada bakteri, mungkin sebaiknya tidak dianjurkan secara
umum. Ketika timbul diare, pemberian antibiotic dapat secara efektif mempersingkat
lamanya penyakit. Diare tanpa disertai demam ini terjadi pada manusia, babi, domba,
kambing, kuda, anjing, dan sapi. ETEC menggunakan fimbrial adhesi (penonjolan dari
dinding sel bakteri) untuk mengikat sel – sel enterocit di usus halus. ETEC dapat
memproduksi 2 proteinous enterotoksin: dua protein yang lebih besar, LT enterotoksin sama
pada struktur dan fungsi toksin kolera hanya lebih kecil, ST enterotoksin menyebabkan
akumulasi cGMP pada sel target dan elektrolit dan cairan sekresi berikutnya ke lumen usus.
ETEC strains tidak invasive dan tidak tinggal pada lumen usus.

c. E. Coli Enterohemoragik (EHEC)


Menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksinya pada sel Vero, suatu sel
hijau dari monyet hijau Afrika. Terdapat sedikitnya dua bentuk antigenic dari toksin. EHEC
berhubungan dengan holitis hemoragik, bentuk diare yang berat dan dengan sindroma uremia
hemolitik, suatu penyakit akibat gagal ginja akut, anemia hemolitik mikroangiopatik, dan
trombositopenia. Banyak kasus EHEC dapat dicegah dengan memasak daging sampai
matang. Diare ini ditemukan pada manusia, sapi, dan kambing.

d.     E. Coli Enteroinvansif (EIEC)


Menyebabkan penyakit yang sangat mirip dengan shigellosis. Memproduksi toksin
Shiga, sehingga disebut juga Shiga-toxin producing strain(STEC). Toksin merusak sel
endotel pembuluh darah, terjadi pendarahan yang kemudian masuk ke dalam usus. EIEC
menimbulkan penyakit melaluii invasinya ke sel epitel mukosa usus.

e. E. Coli Enteroagregatif (EAEC)


Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di Negara berkembang. Bakeri
ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia. EAEC menproduksi hemolisin
dan ST enterotoksin yang sama dengan ETEC.

Gambar 2. Patogenesis Escherichia coli

e. Penularan
Penularan pada bakteri ini adalah dengan kontak dengan tinja yang terinfeksi
secara langsung, seperti :
-          makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau kontaminasi oleh tangan yang kotor
-          Tidak mencuci tangan dengna bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja
yang terinfeksi, sehingga kontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

II.2.2. Shigella sp.


a. Ciri-ciri:
         Batang pendek
         gram negatif
         Tunggal
         Tidak bergerak
         Suhu optimum 370c
         Tidak membentuk spora
         Aerobik, anaerobik fakultatif
         Patogenik, menyebabkan disentri
Secara morfologis tidak dapat dibedakan dari salmonella, tetapi dapat dibedakan
berdasarkan reaksi-reaksi fermentasi dan uji serologis. Tidak seperti salmonella, shigella
memfermentasikan berbagai karbohidrat, dengan pengecualian utama laktosa untuk
menghasilkan asam tanpa gas.
Produks Pencaira Produks
Reduksi Fermentasi Karbohidrat
Organism i n i
e Glukos Laktos Sukros Manito
H2S Gelatin Nitrat Indol Dulsitol
a a a l
Shigella
- - + - Asam - - - -
dysentriae
Shigella
- - + + Asam - - Asam -
flexneri
Shigella Variabe
- - + Variabel Asam - - Asam
boydii l
Shigella
- - + - Asam - Asam Asam -
sonnei

Tabel 1. Reaksi biokimiawi spesies-spesies Shigella


Shigella dysentriae merupakan penyebab penyakit yang paling parah karena
menghasilkan eksotoksin yang mempunyai sifat neurotoksik dan enterotoksik. Jadi, anak-
anak yang terjangkiti shigelosis dapat menderita kejang. Eksotoksin ini adalah protein terlarut
yang tidak tahan panas. Darah dan lendir dalam tinja penderita penyakit diare yang mendadak
merupakan petunjuk kuat bagi shigelosis.

Gambar 3. Shigella sp.

b. Habitat
Habitat pada Shigella sp. ini adalah saluran pencernaan manusia. Dia dapat tumbuh
subur di usu manusa.

c. Virulensi dan Infeksi


Bakteri Shigella sp. dalan infeksinya melewati fase oral. Bakteri ini mampu
mengeluarkan toksin LT. Bakteri ini mampu menginvasi ke epitel sel mukosa usus halus,
berkembang biak di daerah invasi tersebut. Lalu, mengeluarkan toksin yang merangsang
terjadinya perubahan sistem enzim di dalam sel mukosa usus halus(adenil siklase). Akibat
invasi bakteri ini, terjadi infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan menyebabkan matinya sel-sel
epitel tersebut, sehingga terjadi tukak-tukak kecil di daerah invasi. Akibatnya, sel-sel darah
merah dan plasma protein keluar dari sel dan masuk ke lumen usus dan akhirnya keluar
bersama tinja lalutinja bercampur lendir dan darah.
Masa inkubasi berkisar 1-7 hari, yang paling umum yaitu sekitar 4 hari. Gejala mula-
mulanya yaitu demam dan kejang perut yang nyeri. Diare biasanya terjadi setelah 48 jam,
diikuti oleh disentri 2 hari kemudian. Pada kasus yang parah, tinja terutama terdiri dari darah,
lendir, dan nanah.

d. Patogenesis Shigella sp.

 Shigella mempenetrasi intraseluler epitel usus besar


 Terjadi perbanyakan bakteri
 Menghasilkan edotoksin yang mempunyai kegiatan biologis
 S. Dysenteriae menghasilkan eksotoksin yang mempunya sifat neorotoksik dan
enterotoksik

Gambar 4. Patogenesis Shigella sp.


e. Penularan
Infeksi Shigella sp. dapat diperoleh dari makanan yang sudah terkontaminasi,
walaupun keliatannya makanan itu terlihat normal. Air pun juga dapat menjadi salah satu hal
yang terkontaminas dengan bakteri ini. Artinya, infeksi Shigella dapat terjadi jika ada kontak
dengan feses yang terkontaminasi dan makanan yang terkontaminasi.

Daftar Pustaka

https://www.google.com/search?q=gambar+e.colli&client=firefox-b-
ab&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwiryJT_49DQAhUBKY8KHYvRDAAQsAQIGw&
biw=1024&bih=489#imgrc=XFrjJXOQx1EKvM%3A

https://www.google.com/search?q=gambar+patogenesis+e+colli&client=firefox-b-
ab&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwj_lcCi5NDQAhXFwI8KHUChB_4QsAQIGw&b
iw=1024&bih=489#imgrc=rxHFOFNZxMT8tM%3A

https://www.google.com/search?q=Gambar+Shigella+sp&client=firefox-b-
ab&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjd9cOs0dDQAhXIsY8KHVIvCYwQsAQIGw&b
iw=1024&bih=489#imgrc=_az1lGdmryHBfM%3A

https://www.google.com/search?q=Gambar+Patogenesis+Shigella+sp&client=firefox-b-
ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwic0NTr5NDQAhUMp48KHcKdD8QQ_AUICCgB&biw
=1024&bih=489#imgdii=-WJ6CBRbD2aZVM%3A%3B-WJ6CBRbD2aZVM%3A%3B7pPbPftgTJmDVM
%3A&imgrc=-WJ6CBRbD2aZVM%3A

Pelczar Jr, Michael J. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi jilid 2 terjemahan. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Todar Kenneth. 2009. Bacteri pathogenesis. www.textbookofbacteriology.net
Plasmid adalah molekul DNA sirkuler (lingkaran tertutup)

yang berantai ganda dan dapat bereplikasi sendiri diluar kromosom dan tidak

mengandung gen-gen esensial.

Plasmid terdapat secara alami maupun sudah mengalami modifikasi yang

disesuaikan dengan keperluan manipulasi genetik.Plasmid terdapat pada organisme

prokariot maupun eukariot. Plasmid inilah yang berfungsi sebagai pembawa sifat

rekombinan pada organisme yang akan direkayasa.

Plasmid berukuran 1 – 300 kb, sehingga dapat dibedakan dengan mudah dari

kromosom bakteri yang berukuran 3000 – 5000 kb. Plasmid yang terlibat dalam

proses konjugasi (plasmid F) biasanya berukuran besar. Untuk replikasi plasmid


dapat berada dalam keadaan terpisah dari kromosom (non-integratif) dan

terintegrasi dalam kromosom bakteri (episom).

Plasmid terdapat di dalam sitoplasma organisme prokaryot dan eukaryot

sederhana uniseluler. Selain terdapat dalam bakteri, plasmid juga terdapat pada

Saccharomyces cerevisiae (plasmid 2 um).

Plasmid memilki ciri-ciri antara lain :

a. Berbentuk lingkaran tertutup dan untaiannya ganda (double stranded) 

b. Dapat melakukan replikasi sendiri di luar kromosom inti. Terdapat di luar

kromosom d.

Secara genetik dapat ditransfer secara stabil Agar dapat digunakan sebagai

vektor, plasmid harus memiliki syarat-syarat diantaranya sebagai berikut :

1. Ukurannya relatif kecil dibanding dengan pori dinding sel inangnya

2. Mempunyai sekurang-kurangnya 2 gen marker yang dapat menandai

masuktidaknya plasmid ke dalam sel inang

3. Mempunyai tempat pengenalan restriksi sekurang-kurangnya di dalam salahsatu

marker yang dapat digunakan sebagai tempat penyisipan fragmen DNA asing

 4. Memiliki titik awal replikasi sehingga dapat melakukan replikasi dalam selinang

Menurut tujuan penggunaannya, plasmid dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Plasmid untuk kloning prokariot, sebagai contoh adalah plasmid pUC 19

dan pBR 3222. Plasmid yang digunakan untuk kloning eukariot yang

digunakan adalah plasmid Ti
Gambar plasmid pBR 322 dengan tempat pengenalan pemotonganDNAnya

dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Plasmid pBR 322

Gambar plasmid pUC 19 dan tempat pengenalan pemotongan DNAnyadapat

dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Plasmid pUC 19

Plasmid dapat dikelompokkan berdasarkan sifat yang disandi oleh gen yang

dikandungnya, yaitu :
(i) Plasmid F (fertilitas) membawa gen tra, yang bertanggung jawab terhadap

proses konjugasi

(ii) Plasmid R (resistensi) mengandung gen resistensi terhadap antibiotic

atau logam berat

(iii) Plasmid yang mengandung gen penyandi toksin dan bakteriosin seperti

ColE1 dari E.coli

(iv) Plasmid degradatif yang mempunyai kemampuan untuk melakukan

metabolisme molekul organic seperti toluene (TOL dari Pseudomonas

putida)

(v) (v) Plasmid virulensi yang bertanggung jawab terhadap patogenitas dari

sel inang (pTi pada Agrobacterium tumefaciens)

B. Kegunaan Plasmid

Plasmid digunakan sebagai vektor dalam rekayasa genetika. Dalam hal ini

plasmid digunakan untuk membawa suatu rangkaian fragmen DNA asing masuk

dalam sel inang dengan harapan plasmid rekombinan itu mengalami replikasi dan

mengekspresikan sifat baru pada DNA asing tersebut, sehingga sifat yang diinginkan

dapat diperoleh dari plasmid rekombinan tersebut.

■ Untuk membuat organisme transgenik dengan memperkenalkan gen yang

bermanfaat ke dalam sel inang. Sebagai contoh, plasmid Ti digunakan dalam

patologi tanaman untuk mengembangkan resistensi pada tanaman terhadap

penyakit seperti tempat holcus pada daun dan tumor mahkota empedu. Plasmid

diberikan avirulent dengan menyembuhkan itu, sebelum digunakan sebagai vektor.


■ membuat dan hemat biaya produksi massal antibiotik dapat dicapai dengan

menggabungkan vektor ekspresi untuk antibiotik dalam sel mikroba. Demikian pula,

biomolekul lainnya juga dapat diproduksi.

■ Mereka dapat digunakan untuk mengelola terapi gen, yaitu teknik yang digunakan

untuk memperbaiki gen yang cacat yang bertanggung jawab untuk pengembangan

penyakit.

■ Mereka juga digunakan untuk mempelajari peran berbagai produk gen dan gen

dalam sistem biologi. Hal ini dicapai dengan membungkam atau mengekspresikan

gen tertentu dan mengamati efek, jika ada.

Daftar Pustaka

Anam, Khairul. 2009. LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MOLEKULAR: DNA

Rekombinasi. Bogor: INSTITUT PERTANIAN BOGOR

http://usaha321.net/plasmid-fungsi-jenis-dan-penggunaan.html

https://khairulanam.files.wordpress.com/2010/08/dna-rekombinasi.pdf

http://www.academia.edu/16149547/MAKALAH_VEKTOR_PLASMID
h. sebutkan fungsi dari dinding sel pada bakteri

Jawab :

Sebagian besar sel bakteri memiliki lapisan pembungkus sel, berupa membran

plasma, dinding sel yang mengandung protein dan polisakarida. Sejumlah bakteri

dapat membentuk kapsul dan lendir, juga flagela dan pili. Dinding selnya

merupakan struktur yang kaku berfungsi membungkus dan melindungi protoplasma

dari kerusakan akibat faktor fisik dan menjadi pengaruh lingkungan luar

seperti kondisi tekanan osmotik yang rendah.


Protoplasma terdiri dari membran sitoplasma beserta komponen-komponen

seluler yang ada di dalamnya. Beberapa jenis bakteri dapat membentuk

endospora sebagai pertahanan dikala lingkungan tidak sesuai untuk

pertumbuhannya. Struktur dinding sel dapat menentukan perbedaan tipe sel

bakteri, seperti bakteri Grampositif dan Gram-negatif.

Sel bakteri terdiri atas beberapa bagian. Bagian-bagian bakteri adalah kapsul,

dinding sel, membran plasma, mesosom, sitoplasma, ribosom, DNA, granula

cadangan makanan, klorosom, vakuola gas, flagela, dan pilus (fimbria).

Untuk dinding sel yaitu :

1. Dinding Sel 

Dinding sel bakteri tersusun dari senyawa pepetidoglikan. Peptidoglikan adalah suatu

polimer yang terdiri dari polipeptida pendek.Peptidoglikan memiliki ketebalan lapisan

yang bervariasi dari ketebalan lapisan ini berpengaruh terhadap respons pewarnaan,

yang digunakan dalam penggolongan bakteri, yaitu bakteri Gram posisitf dan bakteri

Gram negatif. Dinding sel dari pada Eubacteria mengandung peptidoglikan,


sedangkan pada dinding sel Archaebacteria adalah tidak mengandung peptidoglikan.

Fungsi Dinding Sel 

 Mempertahankan bentuk dari sel

 Memberikan sebuah perlindungan fisik

 Membantu menjaga organel-organel berada di dalam sel

 Menjaga sel agar tidak pecah dalam lingkungan yang memiliki tekanan

osmotik yang lebih rendah (hipotonis)

 Mengindari agar sel bakteri tidak mengalami plasmolisis jika berada pada

lingkungan yang tekanan osmotik lebih tinggi (hipertonis) karena bakteri akan

mati jika berada pada larutan yang pekat misalnya mengandung banyak

garam atau banyak gula.

DAFTAR PUSTAKA

Laila,siti dan Bagod Sudjadi. 2006. BIOLOGI SMA1A. Jakarta : Yudhistira .

Kusnadi,dkk. 2004. Struktur Sel Bakteri. Direktori File UPI: FMIPA BIOLOGI.
e. Metabolit primer, kapan menghasilkan dan contoh ?

Metabolisme adalah reaksi kimia yang berlangsung didalam organisme hidup,

dan merupakan reaksi yang sangat terkoordinasi, mempunyai tujuan, serta

mencakup berbagai kerjasama dari banyak sistem muti enzim. Secara singkat,

metabolisme adalah proses pembentukan metabolit. Metabolit adalah senyawa-

senyawa organik yang dihasilkan dan terlibat dalam metabolisme. Metabolisme

memiliki empat fungsi yang spesifik yaitu :

5. Untuk memperoleh energy kimia dari degradasi makanan yang kaya energy

dari lingkungan atau dari energi solar.


6. Untuk mengubah molekul nutrisi menjadi precursor unit pembangun bagi

makromolekul sel.

7. Untuk membangun unit-unit pembangunan ini menjadi protein, asam nukleat,

lipid, polisakarida, dan komponen sel lainnya.

8. Untuk membentuk dan mendegradasi biomolekul yang diperlukan dalam

fungsi khusus sel.

Metabolisme terdiri dari dua proses yang berlawanan, keduanya berlangsung

serempak. Aspek metabolisme yang pertama adalah anabolisme, yaitu proses

sintesis makromolekul kompleks misalnya asam nukleat, lipid, dan polisakarida serta

penggunaan energi. Aspek metabolisme yang kedua adalah suatu proses yang

berlawanan disebut katabolisme. Proses katabolisme merupakan proses penguraian

bahan organic komples menjadi bahan organic yang lebih sederhana atau bahan

anorganik dan menghasilkan energy, misalnya adenosine trifosfat (ATP) atau

guanosine trifosfat (GTP).

Metabolit adalah hasil dari metabolisme. Metabolit dibedakan menjadi dua

macam, yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer

merupakan salah satu yang dibentuk selama fase pertumbuhan primer

mikroorganisme, sedangkan metabolit sekunder merupakan salah satu yang

dibentuk menjelang akhir fase pertumbuhan primer mikroorganisme, sering kali

menjelang ata fase stasioner pertumbuhan.

Metabolit primer adalah suatu metabolit atau molekul yang merupakan produk

akhir atau produk antara dalam proses metabolisme makhluk hidup, yang fungsinya

sangat esensial bagi kelangsungan hidup organism tersebut, serta terbentuk secara
intraseluler. Contohnya adalah protein, lemak, karbohidrat, dan DNA. Pada

umumnya metabolit primer tidak di produksi berlebihan. Pada sebagian besar

mikroorganisme, produksi metabolit yang berlebihan dapat menghambat

pertumbuhan, dan kadang-kadang dapat mematikan mikroorganisme tersebut.

Proses metabolisme tersebut untuk membentuk metabilit primer disebut

metabolisme primer.

Mikroorganisme menghasilkan metabolit primer, misalnya etanol, dan metabolit

sekunder, misalnya antibiotic. Metabolit primer di produksi pada waktu yang sama

dengan pembentukan sel baru, dan kurva produksinya mengikuti kurva

pertumbuhan populasi secara parallel. Metabolit sekunder mikroorganisme tidak di

produksi hingga sel mikroorganisme menyelesaikan secara lengkap fase

pertumbuhan logaritmiknya, dikenal sebagai fase tropofase dan memasuki fase

stasioner. Periode selanjutnya, ketika sebagian besar metabolit sekunder dihasilkan,

disebut sebagai idiofase. Metabolit sekunder mikroorganisme dapat merupakan

konversi dari metabolit primer mikroorganisme.

Ciri-ciri metabolit primer yaitu :

h. Terbentuk melalui metabolisme primer

i. Memiliki fungsi yang esensial dan jelas bagi kelangsungan hidup organism

penghasilnya (merupakan komponen esensial tubuh misalnya asam amino,

vitamin, nukleotida, asam nukleat dan lemak)

j. Sering berhubungan dengan pertumbuhan organism penghasilnya.

k. Bersifat tidak spesifik ( ada pada hamper semua makhluk hidup)

l. Dibuat dan disimpan secara intraseluler


m. Dibuat dalam kuantitas yang cukup banyak

n. Hasil akhir dari metabolisme energy adalah etanol.

Kondisi lingkungan yang dapat menghasilkan metabolit primer adalah dengan cara

memperpendek fase lag dan memperpanjang fase eksponensial dengan cara

menambahkan nutrien kunci). Kondisi lingkungan yang menghasilkan metabolit

sekunder adalah dengan cara memperpanjang fase stasioner, membatasi suplai

nutrient, dan menghadirkan bakteri patogen. Berikut adalah grafik dihasilkannya

metabolit primer dan metabolit sekunder.

Dalam proses metabolisme terdapat senyawa utama yang akan disintesis

menjadi senyawa baru yang disebut prekusor. Contohnya berupa Asam pimelat,

Vitamin A, Beta alanin, Asam pentotenat, Purin, Pirimidin, Asam nukleat, Niasin,

NAD, Asam pentotenat, Ko-A, Riboflafin. Cara memperoleh prekusor dapat diambil

pada kepadatan sel yang rendah, pertumbuhan secara cepat dan oleh sebab itu

metabolisme primer merupakan prioritas utama dan hanya pada saat pertumbuhan

menjadi perlahan saat kepadatan sel tinggi, menyebabkan sel mengeluarkan banyak

energi untuk bias memproduksi metabolit sekunder, yaitu berupa antibiotik. Banyak

organisme yang memproduksi antibiotik justru kurang produktif dengan adanya

kelebihan sumber karbon, seperti misalnya glukosa. Hal ini mengingatkan pada

fenomena catabolite repression yang kita ketahui dalam E. coli. Untuk mengatasi

katabolit repression, sumber karbon harus ditambahkan kedalam kultur medium

dengan hati-hati

Jadi metabolit primer itu :


m. Terlibat dalam pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi. Oleh

karena itu, penting untuk kelangsungan hidup dan keberadaan

organisme dan reproduksi.

n. Dibentuk pada waktu yang sama seperti sel-sel baru.

o. kurva Produksi mengikuti kurva pertumbuhan.

p. Dibentuk pada trophophase selama pertumbuhan eksponensial sebagai

akhir yang normal produk dari metabolisme primer.

q. Juga disebut metabolit pusat Ulasan ini mempertahankan seperti biasa

proses fisiologis.

r. Diproduksi dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan

pertumbuhan sel misalnya vitamin, asam amino, nukleosida dll

s. Sel menjaga konsentrasi optimum dari semua makromolekul (Protein,

DNA, RNA dll).

t. Kelebihan dapat genetik dimanipulasi. Auksotrofik (auxo,

"Meningkatkan," dan trophos, '' makanan '') mutan yang memiliki blok

dalam langkah-langkah dari jalur biosintesis untuk pembentukan

metabolit primer.

u. Tingkat pertumbuhan melambat karena terbatasnya pasokan dari

setiap nutrisi lainnya. Metabolisme tidak berhenti namun pembentukan

produk berhenti.

v. Secara industri penting misalnya etanol, aseton, asam laktat, CO2.

w. suplemen makanan umum, L-glutamat dan L-lisin, diproduksi dan

dimurnikan melalui produksi massal Corynebacterium glutamicum.


x. Asam sitrat, yang biasa digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik

diproduksi oleh Aspergillus niger.

Daftar pustaka

http://vle.du.ac.in/file.php/1/ADF/Primary_n_Secondary_metabolites_23.2.2016.pdf

Dewick, P.M,1999, Medicinal Natural Products, A Biosynthesis Approach, John Willey

& Sons Ltd, England

Hogg, S., Essential Microbiology, John Willey & Sons Ltd, England

6. f.Nama Media untuk Pertumbuhn Bakteri dan Komposisinya

Nutrient Agar
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana
yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media
yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air,
sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel
pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5
g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan
disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah
sesuai yang dibutuhkan.
Nama medium : Nutrient Agar (NA)
Nutrient agar (NA) termasuk medium semi alamiah karena tersusun atas
bahan alami (daging) dan bahan sintesis (pepton dan agar). PDA digunakan untuk
menumbuhkan semua mikroba.
Fungsi bahan yang digunakan pada medium NA :
- Daging : sebagai sumber vitamin B, mengandung nitrogen organik dan senyawa
karbon.
- Pepton : sebagai sumber utama nitrogen organic dan sumber nutrisi
- Agar : Untuk memadatkan medium NA.
- Aquadest : Untuk melarutkan agar, pepton, dan daging.
Medium Nutrient Agar (NA)
• Untuk komposisi 1000 mL
- Daging : 3 gram
- Pepton : 15 gram
- Agar : 15 gram
- Aquadest : 1000mL
Cara kerja :
• Mencuci danging dengan air bersih kemudian menimbang dagingsebanyak 0,3 gr,
pepton 1,5 gr, agar 1,5 gr, dan aquadest sebanyak 100 mL.
• Memasukkan potongan daging dan aquadest tadi ke dalam erlenmeyer kemudian
mendidihkannya pada penangas.
• Setelah mendidih, mengangkat larutan tersebut dan menyaring ekstraknya dengan
menggunakan kertas saring dan corong lalu memasukkannya ke dalam erlenmeyer.
• Menambahkan pepton dan agar lalu menambahkan aquadest hingga volumenya 100
mL dan mengaduknya.
• Memanaskan kembali hingga mendidih dan homogen lalu mengangkat dan menutup
mulut erlenmeyer dengan menggunakan aluminium foil
• Menaruhnya dalam otoklaf dengan tekanan 2 atm selama 15- 20 menit .
• Menyimpan di dalam lemari pendingin.

Lactose Broth
Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform
dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment
broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri
pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk
memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat
difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas
adalah presumptive test untuk koliform.
Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan
0,5% laktosa.
Komposisi yang dibutuhkan antara lain peptone 5 gr/L, ekstrak daging (sapi)
3 gr/L, laktosa 5 gr/L.
Lactose Broth (LB)
campurkan 13 gr atau lebih dalam 1 L air, didihkan 1 menit, tuangkan dalam
tabung reaksi yang berisi tabung durham, autoklaf 15 menit pada suhu 121 oC.
pHnya 6,9 ± 0,2 pada 25oC. Lactose broth ini akan berwarna kekuningan dan jernih.
Menimbang seluruh bahan dengan teliti kemudian melarutkan dalam
aquadest 500 ml. mengaduk hingga homogen (melakukan pemansan bila perlu).
Menutup wadah dengan kapas dan aluminium foil, lalu mensterilkan dalam otoklaf.
EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa
dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti   S.
aureus, P. aerugenosa, danSalmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa
menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan
mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan
metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika
media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P.
Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun
media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah
E.coli. Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk
menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB
yang menggunakan eosin dan metilin bklue sebagai indikator memberikan
perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak.
Medium tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih
cepat meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli
umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most
probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat
digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh
air.

Nutrient Broth
Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair.
Intinya sama dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan cara sebagai
berikut.
1.Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air distilasi/akuades.
2.Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada langkah pertama.
3.Atur pH sampai 7,0.
4.Beri air distilasi sebanyak 1.000 ml.
5.Sterilisasi dengan autoklaf.
Medium Nutrien Broth (NB)
Menimbang dengan teliti masing-masing bahan, melarutkan dalam air suling
500 ml, melakukan pemanasan sambil mengaduk hingga homogen. Menutup wadah
dengan baik menggunakah kapas dan aluminium foil, mensterilkan dengan
menggunakan otoklaf pada tekanan 2 atm, suhu 121°C selama 15 menit.
Salmonella Shigella Agar (SSA)
Adalah Untuk menumbuhkan bakteri Salmonela dan Sigela
Komposisi (gram/liter)
Laktosa 10.00
Sacarosa 10.00
Garam empedu N º 3 5.00
Natrium Sitrat 5.00
Pepsic Jaringan Hewan Digest 4.00
Kasein Pankreas Diges 4.00
Ekstrak daging sapi 3.00
Natrium tiosulfat 2.00
Ferri Amonium Sitrat 1.00
Netral Merah 0.02
Bromocresol Purple 0.01
Agar bakteriologis 15.00
Prinsip
SS Agar dan Salmonella Shigella Agar ditujukan sebagai media selektif
berdasarkan tingkat inhibisi gram-positif mikroorganisme yang menghambat mereka
karena mereka kandungan garam empedu, hijau brilian dan sitrat. Diferensiasi
organisme enterik dicapai dengan penggabungan laktosa dalam medium. Organisme
yang menghasilkan asam fermentasi laktosa yang di hadapan indikator merah netral,
menghasilkan pembentukan koloni merah. Nonfermenters laktosa bentuk berwarna
koloni. Kelompok terakhir berisi mayoritas patogen usus, termasuk Salmonella dan
Shigella.

SCB (Salenite Cystein Broth)


Adalah media pengaya untuk bakteri Salmonella sp.
Komposisi/Liter
Pankreas Intisari dari Kasein 5.0 g
Laktosa 4.0 g
Natrium Fosfat 10,0 g
Sodium Selenite 4,0 g
L-sistin 0,01 g

Prinsip
Pepton menyediakan asam amino dan lainnya nitrogen zat. Laktosa
menyediakan sumber energi, dan natrium fosfat buffer medium untuk
mempertahankan pH. Sodium Selenite menghambat bakteri gram positif dan
menekan pertumbuhan enterics gram-negatif yang paling lain selain Salmonella. L-
sistin didirikan untuk meningkatkan pemulihan Salmonella. Selenite cystine Broth
digunakan sebagai pengayaan selektif media untuk isolasi Salmonella dari kotoran,
makanan, artikel farmasi, air dan bahan lainnya sanitasi penting.
Leifson menemukan Selenite yang menghambat streptokokus kotoran dan
koli selama 8-12 jam pertama inkubasi, sehingga memungkinkan untuk meniru
tanpa berlebihan gangguan dari anggota lain dari flora usus.
North Utara dan Bartram dimodifikasi Pengayaan kaldu's Selenite-F dengan
menambahkan sistin, yang merangsang pertumbuhan Salmonella.
mengandung formulasi sistin termasuk dalam USP untuk digunakan dalam kinerja
Mikroba prosedur Batas uji Salmonella spesies dan direkomendasikan oleh
Administrasi, Internasional Publik dan Amerika AOAC. Asosiasi Kesehatan untuk
mendeteksi Salmonella pada makanan dan perairan.

BSA (Bismut Sulfit Agar)


Adalah media selektif untuk bakteri Salmonella sp.
Komposis /Liter
Intisari enzimatik dari kasein 5g
Enzimatik Intisari dari Jaringan Hewan 5 g
Ekstrak daging sapi 5g
Dekstrosa 5g
Dinatrium Fosfat 4g
Ferrous Sulfate 0,3 g
Bismuth sulfit Indikator 8g
Brilliant Green 0,025 g
Agar 20 g
Bismut Sulfite Agar merupakan jenis media agar digunakan untuk
mengisolasi Salmonella spesies. Menggunakan glukosa sebagai sumber utama
karbon . BLBG dan berhenti bismut gram positif pertumbuhan. sulfit Bismuth agar-
agar tes kemampuan untuk memanfaatkan ferro sulfat dan mengubahnya menjadi
hidrogen sulfida .
Salmonellosis terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di
seluruh dunia. Salmonella sering menyebabkan ringan, membatasi diri penyakit.
Salmonellosis dapat hasil dari konsumsi bahan baku matang, atau tidak semestinya
diproses makanan yang terkontaminasi dengan Salmonella. pedoman federal
memerlukan berbagai produk unggas secara rutin dipantau sebelum distribusi untuk
konsumsi manusia. Bismuth sulfite Agar merupakan modifikasi dari Wilson dan
formula Blair.
Organisme tifus tumbuh subur pada medium, membentuk koloni hitam yang
khas. Bakteri Gram-positif dan koli terhambat di Agar bismut sulfit. Tindakan hambat
Bismuth sulfite Agar memungkinkan penggunaan inokulum besar, meningkatkan
kemungkinan pemulihan patogen yang mungkin ada dalam jumlah kecil. Bismuth
sulfit Agar secara umum diterima untuk mendeteksi Salmonella spp rutin paling.
Bismuth sulfite Agar digunakan untuk isolasi S.typhi dan Salmonella spp. dari
makanan, kotoran, urine, kotoran, dan lain menular bahan. Bismuth sulfite Agar
adalah metode standar medium untuk aplikasi industri dan klinis
VJA (Vogel Johnson Agar)
Adalah media selektif untuk bakteri Stapphylococcus aureus.
Komposisi gram/liter
Glycine 10.00
Trypton 10.00
Lithium Klorida 5.00
Fenol Merah 0,025
Manitol 10.00
Fosfat Dipotassium 5.00
Ekstrak Ragi 5.00
Agar bakteriologis 15.00

Prinsip
Suspend 60 gram media dalam satu liter air suling. Aduk rata dan panas
dengan agitasi sering. Didihkan selama satu menit atau sampai medium benar-benar
dibubarkan. Mensterilkan pada 121 ° C selama 15 menit. Cool ke 45 - 50 ° C dan
menambahkan 6 ml tellurite Kalium 3,5%. Aduk rata dan mengeluarkan. Untuk
mempersiapkan media selektif kurang tambahkan hanya 3 ml 3,5 tellurite% Kalium.
Vogel-JOHNSON AGAR digunakan untuk deteksi dini Staphylococcus aureus,
dengan mengidentifikasi koagulase-positif dan-fermentasi manitol strain. Medium
yang sangat baik untuk mendeteksi StaphylococciStaphylococcus pembawa serta
studi kepedulian sanitasi. S. aureusS. aureus mengurangi tellurite kalium ke tellirium
logam dan menghasilkan pertumbuhan koloni hitam. Fermentasi manitol ini
ditunjukkan dengan zona kuning di sekitar koloni hitam dan mengubah warna merah
medium menjadi kuning.
Peptone merupakan sumber karbon, nitrogen, vitamin dan mineral. Ekstrak
ragi persediaan vitamin B-kompleks yang merangsang pertumbuhan bakteri. Manitol
merupakan karbohidrat. Penghambatan organisme nonstaphylococcal dicapai
dengan kalium yang hambat untuk beberapa spesies dari kedua gram positif dan
gram negatif bakteri, oleh lithium klorida dan oleh isi glisin tinggi. Staphylococci
mungkin sedikit dihambat oleh kehadiran tiga inhibitor, namun ini dikompensasikan
dengan penambahan manitol dan glisin. Merah Fenol merupakan indikator pH dan
agar-agar adalah agen solidifying.

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_bio_045082_chapter3.pdf

Bakteri Endofit
Bakteri endofit adalah bakteri yang hidup di dalam jaringan tanaman selama periode tertentu
dari siklus hidupnya. Bakteri endofit dapat membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa
membahayakan inangnya. Dalam satu jaringan tanaman kemungkinan ditemukan beberapa
jenis mikroba endofit.[3] Bakteri endofit dapat diisolasi dari jaringan tanaman dan
ditumbuhkan pada medium fermentasi tertentu. Di dalam medium fermentasi tersebut bakteri
endofit umumnya dapat menghasilkan senyawa sejenis yang terkandung pada tanaman inang
dengan bantuan aktivitas suatu enzim.[4] Bakteri endofit mempunyai potensi yang dapat
dimanfaatkan sebagai penghasil metabolit sekunder seperti yang terkandung di dalam
tanaman inangnya.[5] Asal isolat bakteri endofit, jenis bakteri dan kondisi perakaran tanaman
inang akan menyebabkan kemampuan yang berbeda dalam menghasilkan suatu senyawa
metabolit sekunder. Hampir semua tanaman vascular memiliki endofit. Endofit masuk ke
dalam jaringan tanaman umumnya melalui akar atau bagian lain dari tanaman.[6] Pada situasi
ini tanaman merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme endofit dalam melengkapi
siklusnya.[7]

Beberapa bakteri endofit dapat menghasilkan hormon yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Salah satu hormon yang dihasilkan oleh mikroba endofit adalah IAA (Indole Acetic
Acid) atau yang lebih dikenal dengan sebutan auksin. Auksin berperan sebagai hormon
pemacu pertumbuhan pada tanaman dan biasanya ditemukan pada jaringan meristem.[8]
Bakteri endofit tersebut dapat diisolasi dari beberapa tanaman vascular salah satunya adalah
tanaman padi (Oryza sativa L.) yang digunakan sebagai tanaman pertanian di Indonesia. Padi
merupakan tanaman turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang dan menjadi
makanan pokok masyarakat Indonesia. Umur tanaman padi yang sangat lama memungkinkan
bakteri endofit masuk ke dalam jaringan tanaman padi tersebut dan menetap serta
menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi
atau transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman inangnya ke dalam mikroba
endofit.[9] IAA yang dihasilkan oleh bakteri dalam tanaman meningkatkan jumlah rambut
akar dan akar lateral tanaman.[10]Hormon yang dihasilkan oleh bakteri akan diserap oleh
tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Hormon IAA ini
mampu mensintesis substansi yang secara biologis dapat meningkatkan perkecambahan biji,
tinggi dan pertumbuhan tanaman

Mikroba endofit adalah mikroorganisme seperti fungi ( dapat berupa kapang, jamur dan
khamir), alga, serta bakteri yang membentuk koloni dalam jaringan sehat makhluk hidup
lain. Umumnya, mikroba endofit tidak menimbulkan gejala apapun pada jaringan
inangnya hingga sulit dideteksi tanpa bantuan pengecatan khusus dan penggunaan
mikroskop.

Interaksi antara mikroba endofit dan inangnya dapat bersifat parasitik seperti pada
beberapa jenis alga endofit patogen, serta dapat pula bersifat mutualistik seperti pada
beberapa bakteri endofit dan kapang endofit serta mikoriza.

Jenis-Jenis Mikroorganisme Endofit


Fungi (Cendawan, Jamur) Endofit

Fungi endofit adalah seluruh jenis fungi yang pada satu fase pertumbuhannya, mampu hidup
dan berkembang dalam jaringan hidup tumbuhan.

Contoh dari fungi endofit adalah beberapa fungi dari kelompok mikoriza seperti
ectendomycorrhizae, ericoid mycorrhizae serta pseudomycorrhizae dan kelompok
Balansiaceae serta Ascomycota.

Fungi endofit dapat bersifat patogen maupun mutualistik. Contoh fungi endofit patogen
adalah Ephichloë sp. Sedangkan yang bersifat mutualistik adalah kelompok mikoriza yang
mampu menambat nitrogen, fosfor dan mencegah serangan hama yang bermanfaat bagi
inangnya.

untuk memahami lebih dalam fungi endofit dan peranannya, silahkan download jurnal
berikut:
Bakteri Endofit

Definisi bakteri endofit adalah bakteri yang hidup di dalam jaringan tumbuhan selama
periode tertentu dari siklus hidupnya. Bakteri endofit dapat membentuk koloni dalam jaringan
tumbuhan [Source:Wikipedia].

Beberapa jenis bakteri endofit bermanfaat sebagai anti-hama dan antipatogen alami serta
mampu menghasilkan zat pengatur pertumbuhan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.

Contoh dari bakteri endofit adalah Serratia marcescens atau bakteri merah yang ditemukan
pada padi (Oryza sativa) dan Bacillus megaterium  yang ditemukan pada Citrus, Jagung (Zea
mays) dan Wortel (Dautus carota).

Interaksi Antara Inang dan Mikroorganisme Endofit


Organisme endofit dapat menguntungkan inang dengan mencegah pertumbuhan organisme
patogen. Umumnya, mikrob endofit membentuk semacam barier effect yang melindungi
jaringan inang dari pertumbuhan patogen yang merugikan.

Beberapa jenis endofit dilaporkan mampu memproduksi beberapa zat kimia yang
menghambat pertumbuhan kompetitor,termasuk mikroorganisme patogen. Beberapa bakteri
endofit, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mampu menghasilkan zat pengatur
pertumbuhan tanaman yang meningkatkan pertumbuhan inang.

Beberapa jenis mikoriza mampu menghasilkan antibiotik, hormon pertumbuhan, dan


membantu inangnya menghadapi stress lingkungan seperti kekeringan dan panas.

Namun, ada beberapa endofit yang memiliki virulensi dan dapat mengakibatkan penyakit
pada inangnya dalam keadaan tertentu. Virulensi ini sendiri adalah akibat mikrob endofit
mensekresikan enzim-enzim ekstreseluler seperti protease, amilase dan selulase yang
merusak sel inang. Selain itu, dilaporkan pula bahwa beberapa endofit mampu menghasilkan
toksin yang berbahaya bagi inangnya.

Pertahanan Tumbuhan Terhadap Virulensi Endofit

Tumbuhan inang tidak terpengaruh terhadap virulensi endofit karena memiliki beberapa
respon pertahanan.

Perhatikan penjelasan berikut:

1. Respon Pertahanan Terinduksi: Merupakan pembentukan papila yang terbentuk karena sel-
sel jaringan terinfeksi endofit terinduksi oleh kolonisasi mikroorganisme tersebut. Sel-sel
tersebut menjadi lebih tebal akibat aposisi materi pembentuk dinding sel. Umumnya dapat
diamati pada penebalan dinding sel akar Kubis cina yang terinfeksi Fusarium verticilloides.
2. Respon pertahanan biokimia: Tanaman inang merespon virulensi dengan menghasilkan
enzim peroksidase dan sekaligus hidrogen peroksida sebagai pertahanan kilat. Beberapa
tumbuhan yang memiliki koloni endofit pada jaringannya memiliki kandungan dua substansi
tersebut, namun tidak ditemukan saat patogen menginfeksi
Pemanfaatan dan Peranan Mikroorganisme Endofit
Beberapa mikroorganisme endofit seperti kapang endofit merupakan salah satu sumber
senyawa bioaktif yang dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti pertanian dan kesehatan.

Contoh peranan bakteri endofit pada pertanian adalah dengan menggunakan berapa bakteri
endofit yang menghasilkan fitohormon. Fitohormon  dapat pertumbuhan tanaman. Contoh
fitohormon yang dihasilkan oleh mikroba endofit adalah IAA (Indole Acetic Acid). Hingga
dengan menggunakan bakteri endofit tersebut, produktivitas tanaman dapat ditingkatkan.

Kapang endofit juga mampu menghasilkan enzim dengan baik. Kapang endofit adalah
sumber enzim komersial seperti xilanase, selulase, dan hemiselulase. Yang dapat
dimanfaatkan dalam industri pembuatan kertas.

Sedangkan dalam dunia kesehatan, kapang endofit Phoma medicaginis yang berasosialisasi


dengan tanaman obat Medicago sativa dan Medicago lupulina menghasilkan antibiotik
antikanker brefeldine. Antibiotik brefeldine tersebut merupakan antibiotik yang menginisiasi
apoptosis (kematian sel yang terprogram) pada kanker.

Mikroba endofit adalah mikroorganisme seperti fungi ( dapat berupa kapang, jamur dan
khamir), alga, serta bakteri yang membentuk koloni dalam jaringan sehat makhluk hidup
lain. Beberapa mikroorganisme endofit seperti kapang endofit merupakan salah satu sumber
senyawa bioaktif yang dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti pertanian dan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Rodriguez, R. J., et al. “Fungal endophytes: diversity and functional roles.”New Phytologist
182.2 (2009): 314-330.

Rosenblueth, Mónica, and Esperanza Martínez-Romero. “Bacterial endophytes and their


interactions with hosts.” Molecular plant-microbe interactions 19.8 (2006): 827-837.
10 NAMA ANTIBIOTIK BESERTA BAKTERI PENGHASILNYA,DAN NAMA
PATENNYA DIPASARAN

1. Streptomycin

Dihasilkan oleh bakteri Streptomycesgriseus

Nama paten : Streptomycin Meiji

2. Tetracycline

Dihasilkan oleh bakteri Streptomycesaureofaciens

Nama paten:Supertetra,Tetrin,Dumocycline,

3. Chloramphenicol

Dihasilkan oleh bakteri : Streptomycesvenezuelae

Nama paten : Colme, Chloramex, Enkacetyn, Kalmicetin


4. Penicillium, penisilin

Dihasilkan oleh bakteri : Penicillium

NO. NAMA GENERIK NAMA PATEN


1. Benzyl Penicillin Procaine
Penicillin-G
2. Penisilin V Fenocin
( Phenoxymethyl Ospen
Penicillin )
3. Ampisilin Penbritin
Kalpicillin
Omnipen
Viccillin
4. Amoksisilin Amoxi
Topcillin
Ospamox

5. Polymixin

Dihasilkan oleh bakteri : Bacilluspolymyxa

Nama paten : POLYMYXIN B SULFATE

6. Rifampisin

Dihasilkan oleh bakteri : Streptomyces mediterranei.

Nama Paten : isoniazid,rifampisin,pirazinamida

7. Basitrasin

Dihasilkan oleh bakteri: Bacillussubtilis

Nama Paten : Basitrant,Enbatic,Liposin,N b topical,Nebacetin,Neocitrin,Tigalin


,Tracetin

8. Mitomisin C
Dihasilkan oleh bakteri : Streptomyceslavendulae
Nama Paten: Mutamycin

9. Bleomisin

Dihasilkan oleh bakteri : Streptomycesverticillium


Nama paten : Bleomycin

10. Sefalosporin
Dihasilkan oleh bakteri : Acremoniumsp
Nama paten: cefuroxime, cefaclor, cefadroxil, cefoxitin

https://sites.google.com/site/emodulbiologi/materi/bab-iii---bioteknologi-dalam-bidang-
kedokteran-dan-farmasi/3-2-produksi-antibiotik-oleh-mikroorganisme

https://petruskabul.wordpress.com/2013/02/07/macam-macam-antibiotika-dosis-dan-
mekanisme-kerjanya-ke-2/

Febrina Isti

BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT KULIT DISELURUH TUBUH

Selulitis

Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan oleh

bakteri streptokokus atau stafilokokus atau bakteri lainnya.

Dalam keadaan normal kulit memiliki berbagai jenis bakteri, tetapi kulit yang utuh

merupakan penghalang yang efektif untuk mencegah masuknya bakteri dan

mencegah pertumbuhan bakteri di dalam tubuh.

Jika kulit robek, bakteri bisa masuk dan berkembangbiak, menyebabkan infeksi dan

peradangan.

Faktor resiko terjadinya selulitis: Gigitan dan sengatan serangga, gigitan hewan,

gigitan manusia, Luka di kulit, Riwayat penyakit pembuluh darah perifer, diabetes,
Baru menjalani prosedur jantung, paru-paru atau gigi, Pemakaian obat

imunosupresan atau kortikosteroid.

Gejala nya adalah : kerusakan kulit akibat cedera ringan, luka terbuka di kulit, infeksi

jamur diantara jari-jari kaki

Sindroma Kulit Terbakar Karena Stafilokokus

Sindroma Kulit Terbakar Karena Stafilokokus adalah suatu infeksi kulit yang luas

dimana kulit mengelupas seperti terbakar. Sindroma ini hampir selalu menyerang

bayi, anak-anak dan penderita gangguan sistem kekebalan. Yang disebabkan oleh

Bakteri stafilokokus.

Jenis stafilokokus tertentu menghasilkan zat racun yang menyebabkan lapisan kulit

paling atas (epidermis) terpisah dari lapisan kulit di bawahnya.

Infeksi kulit oleh stafilokokus kadang dapat menyebabkan sindroma syok toksik.

Gejala Sindroma biasanya berawal sebagai suatu infeksi berkeropeng yang terisolasi,

yang menyerupai impetigo.

Infeksi mungkin terjadi di daerah yang tertutup popok atau di sekitar pusar (pada

bayi baru lahir).

 Eritrasma

Eritrasma adalah infeksi pada lapisan kulit paling atas yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium minutissimum. Disebabkan oleh Bakteri Corynebacterium

minutissimum.

Eritrasma banyak menyerang dewasa dan penderita diabetes; paling banyak


ditemukan di daerah tropik.

Gejala Sering ditemukan di daerah dimana kulit bersentuhan dengan kulit, misalnya

di bawah payudara dan ketiak, sela-sela jari kaki dan daerah kelamin (terutama

pada pria, dimana kantung zakar menyentuh paha). Infeksi menyebabkan

terbentuknya bercak-bercak pink dengan bentuk yang tidak beraturan, yang

kemudian akan berubah menjadi sisik-sisik halus berwarna coklat.

Lymphangitis

Lymphangitis adalah peradangan pada satu atau lebih pembuluh darah lymphatic,

biasanya disebabkan oleh infeksi streptococcal. Disebakan oleh Bakteri streptococci

biasanya memasuki pembuluh darah lymphatic (bagian dari sistem kekebalan tubuh)

dari goresan atau luka pada lengan atau kaki. Seringkali, infeksi streptococcal pada

kulit dan jaringan hanya di bawah kulit (cellulitis) menyebar menuju pembuluh getah

bening. Kadangkala, staphylococci atau bakteri lain adalah penyebab tersebut.

Gejalanya adalah Merah, tidak teratur, hangat, lapisan lembut terbentuk di atas kulit

pada lengan atau kaki yang terkena. Lapisan tersebut biasanya merenggang dari

daerah yang terinfeksi menuju kelompok kelenjar getah bening, seperti pada lipatan

paha atau ketiak. Kelenjar getah bening menjadi membesar dan terasa lunak.

Gejala umum termasuk demam, panas-dingin, detak jantung cepat, dan sakit

kepala. Kadangkala gejala-gejala ini terjadi sebelum goresan merah timbul.


Penyebaran pada infeksi yang berasal dari sistem getah bening ke dalam aliran

darah bisa menyebabkan infeksi seluruh tubuh, seringkali dengan kecepatan

mengejutkan. Kulit atau jaringan sepanjang pembuluh getah bening menjadi

meradang. Jarang, borok kulit terbentuk. Kadangkala, bakteri memasuki aliran darah

(bakteremia).

Pengobatan Kebanyakan orang cepat sembuh dengan antibiotik yang membunuh

staphylococci dan streptococci, seperti dicloxacilin, nafcillin, atau oxacillin. 

Bisul

Bisul merupakan salah satu penyakit kulit yang mengganggu. Rasa nyeri yang luar

biasa pada bagian yang diserang bisul mengakibatkan terganggunya beberapa

aktivitas.

Penyakit kulit yang bernama bisul ini disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri

Stafilokus aureus pada kulit. Penginfeksian oleh bakteri Stafilokus aureus tersebut

biasanya masuk melalui kelenjar minyak, rambut folikel, dan kelenjar keringat yang

kemudian mengakibatkan infeksi lokal.

Seperti yang terjadi pada penyakit kulit lainnya bahwa bisul juga disebabkan oleh

kurang bersihnya seseorang dalam menjaga kebersihannya. Tidak hanya masalah

kebersihan saja tetapi juga dikarenakan oleh pemakaian kosmetik yang terlalu lama

dan proses pembersihannya yang kurang rapi sehingga kosmetik menyumbat pori-

pori kulit.

Penyebab lainnya yang juga mampu mendatangkan penyakit bisul pada kulit adalah

luka luar yang terbuka dan akhirnya terkena infeksi bakteri Stafilokokus aureus.
Selain itu juga disebabkan oleh terjadinya pelemahan karena diabetes. Untuk

pencegahan agar tidak terkena penyakit bisul amatlah mudah caranya. Menjaga

kebersihan diri dengan mandi yang bersih dan menggunakan sabun serta menjaga

juga kebersihan lingkungan maka penyakit bisul yang menyiksa kulit akan mampu

dihindari. Jangan lupa juga untuk selalu menjaga asupan gizi yang cukup diperlukan

oleh tubuh. Bukankah badan yang sehat akan mampu menghindarkan diri dari

penyakit serta meningkatkan imunitas tubuh.

Eritmatsa

adalah infeksi kulit yang terjadi pada lapisan kulit paling atas. Eritrasma biasanya

akan muncul pada daerah kulit yang bersentuhan dengan kulit lain, seperti pada

ketiak, sela-sela jari kaki, juga area kulit lainnya. Eritrasma disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium minutissimum. Seroang penderita diabetes sangat rentan terkena

infeksi kulit ini. Adapun beberapa metode pencegahan yang bisa dilakukan adalah:

 Menghindari tempat atau ruangan yang bisa memicu kelembaban dan juga

kepanasan bagi tubuh.

 Selalu menjaga kebersihan tubuh.

 Gunakanlah pakaian yang bersih dan terbuat dari bahan yang aktif menyerap

keringat.

 Jagalah kondisi kulit agar selalu dalam kondisi kering.

Itulah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri. Untuk mencegah infeksi kulit yang

disebabkan oleh bakteri tersebut Anda sebenarnya cukup menjaga kebersihan diri

dan juga lingkungan sehingga infeksi bakteri bisa dicegah.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar , Anis Irawan . 2014. Jenis-jenis penyakit kulit yang menyerang tubuh kita.

https://web.facebook.com/DrAnisIrawanAnwar/posts/788641901154382?

_rdr. Diakses pada tanggal 1 Desember 2016

Anonim. 2014. 7 Infeksi Kulit karena Bakteri. http://halosehat.com/penyakit/kulit-

dan- kelamin/infeksi-kulit-karena-bakteri. Diakses tanggal 1 desember

2016

https://www.google.com/search?

q=penyakit+kulit+yang+disebabkan+bakteri&ie=utf-8&oe=utf-8
FASE LOG/PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL

Kurva Pertumbuhan Bakteri.

Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan jumlah atau volume serta

ukuran sel. Pada organisme prokariot seperti bakteri, pertumbuhan merupakan

pertambahan volume dan ukuran sel dan juga sebagai pertambahan jumlah sel.

Pertumbuhan sel bakteri biasanya mengikuti suatu pola pertumbuhan tertentu

berupa kurva pertumbuhan sigmoid.

Perubahan kemiringan pada kurva tersebut menunjukkan transisi dari satu fase

perkembangan ke fase lainnya. Nilai logaritmik jumlah sel biasanya lebih sering
dipetakan daripada nilai aritmatik. Logaritma dengan dasar 2 sering digunakan,

karena setiap unit pada ordinat menampilkan suatu kelipatan-dua dari populasi.

Kurva pertumbuhan bakteri dapat dipisahkan menjadi empat fase utama : fase lag

(fase lamban atau lag phase), fase pertumbuhan eksponensial (fase pertumbuhan

cepat atau log phase), fase stationer (fase statis atau stationary phase) dan fase

penurunan populasi (decline). Fase-fase tersebut mencerminkan keadaan bakteri

dalam kultur pada waktu tertentu. Di antara setiap fase terdapat suatu

periodeperalihan dimana waktu dapat berlalu sebelum semua sel memasuki fase

yang baru.

Gambar 4.1. Kurva Pertumbuhan Bakteri, menunjukkan empat fase pertumbuhan:

a=fase lag; b=fase eksponensial; c=fase stasioner dan d=fase kematian populasi

FASE LAG. Setelah inokulasi, terjadi peningkatan ukuran sel, mulai pada waktu sel

tidak atau sedikit mengalami pembelahan. Fase ini, ditandai dengan peningkatan
komponen makromolekul, aktivitas metabolik, dan kerentanan terhadap zat kimia

dan faktor fisik. Fase lag merupakan suatu periode penyesuaian yang sangat penting

untuk penambahan metabolit pada kelompok sel, menuju tingkat yang setaraf

dengan sintesis sel maksimum.

FASE LOG/PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL. Pada fase eksponensial atau logaritmik,

sel berada dalam keadaan pertumbuhan yang seimbang. Selama fase ini, masa dan

volume sel meningkat oleh faktor yang sama dalam arti rata-rata komposisi

sel dan konsentrasi relatif metabolit tetap konstan. Selama periode ini pertumbuhan

seimbang, kecepatan peningkatan dapat diekspresikan dengan fungsi eksponensial

alami. Sel membelah dengan kecepatan konstan yang ditentukan oleh sifat intrinsik

bakteri dan kondisi lingkungan. Dalam hal ini terdapat keragaman kecepatan

pertumban berbagai mikroorganisme. Waktu lipat dua untuk E. coli dalam kultur

kaldu pada suhu 37oC, sekitar 20 menit, sedangkan waktu lipat dua minimal sel

mamalia sekitar 10 jam pada temperatur yang sama.

FASE STASIONER. Pada saat digunakan kondisi biakan rutin, akumulasi produk

limbah, kekurangan nutrien, perubahan pH, dan faktor lain yang tidak diketahui

akan mendesak dan mengganggu biakan, mengakibatkan penurunan kecepatan

pertumbuhan. Selama fase ini, jumlah sel yang hidup tetap konstan untuk periode

yang berbeda, bergantung pada bakteri, tetapi akhirnya menuju periode penurunan

populasi. Dalam beberapa kasus, sel yang terdapat dalam suatu biakan yang

populasi selnya tidak tumbuh dapat memanjang, membengkak secara abnormal,


ataumengalami penyimpangan, suatu manifestasi pertumbuhan yang tidak

seimbang.

FASE PENURUNAN POPULASI ATAU FASE KEMATIAN. Pada saat medium

kehabisan nutrien maka populasi bakteri akan menurun jumlahnya, Pada saat ini

jumlah sel yang mati lebih banyak daripada sel yang hidup.

FASE LOG/PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL.

Pada fase eksponensial ataulogaritmik, sel berada dalam keadaan pertumbuhan

yang seimbang. Selama fase ini, masa dan volume sel meningkat oleh faktor yang

sama dalam arti rata-rata komposisi sel dan konsentrasi relatif metabolit tetap

konstan. Selama periode ini pertumbuhan seimbang, kecepatan peningkatan dapat

diekspresikan dengan fungsi eksponensial alami. Sel membelah dengan kecepatan

konstan yang ditentukan oleh sifat intrinsik bakteri dan kondisi lingkungan. Dalam

hal ini terdapat keragaman kecepatan pertumban berbagai mikroorganisme. Waktu

lipat dua untuk E. coli dalam kultur kaldu pada suhu 37oC, sekitar 20 menit,

sedangkan waktu lipat dua minimal sel mamalia sekitar 10 jam pada temperatur

yang sama.

Kecepatan/Laju Pertumbuhan dan Waktu Generasi.


Pengetahuan mengenai kecepatan pertumbuhan bersifat penting dalam

menentukan keadaan atau status kultur sebagai kesatuan. Jika satu dugaan waktu

lipat-dua jumlah sel bakteri awal No pada waktu g, konsentrasi akhir

mikroorganisme Nt ialah:

Nt = No2 n …………………………. (1)

Dimana n adalah jumlah pembelahan sel pada waktu t. Persamaan

t
g = --------…………………………… (2)
n
mengekspresikan waktu lipat-dua atau waktu generasi. Istilah waktu lipat-dua

menampilkan waktu generasi rata-rata dalam biakan sebagai kesatuan, biasanya

ditentukan oleh kelipatan-dua masa mikroba dalam biakan. Sebaiknya waktu

generasi ditentukan dengan perhitungan. Peningkatan massa sel ditentukan dalam

interval waktu yang diketahui dan waktu generasi dihitung dari nilai yang diperoleh.

Persamaan (2) disusun kembali menjadi :

t
n = -------- ......(2)
g

Kemudian dimasukkan ke dalam persamaan (1), maka

Nt = No2 n ....(1)

Nt = No2 t/g ....(3)

Dengan mengkonversi mejadi bentuk logaritmik, maka diperoleh


ln 2 t 0,69 t
g = ------------------- = ---------------------------..... (4)
ln Nt - ln No ln Nt - ln No

Persamaan (4) merupakan rumus untuk menghitung waktu generasi dari dua

pengukuran yang memberikan peningkatan masa pada waktu t.Pengukuran harus

dilakukan dalam kondisi konstan, dan sebaiknya sejumlah mikroorganisme

ditentukan sebagai berat kering.

Untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik atau laju pertumbuhan eksponensial

suatu mikroorganisme, digunakan bentuk logaritmik dengan persamaan (3) :

ln 2 t
ln Nt = t ------------- + ln No ....(5)
g

Untuk fase pertumbuhan eksponensial, ekspresi (ln 2)/g konstan. Oleh karena itu,

pada persamaan (5) kita dapat menggantinya dengan (. Menghasilkan persamaan :

ln Nt = ( t + ln No) .....(6)

Ketika nilai t dipetakan pada absis dan nilai ln Nt pada ordinat, diperoleh garis lurus

dan ( konstan merupakan lereng dari garis lurus tersebut. Hal tersebut menentukan

laju pertumbuhan masa bakteri sebagai fungsi waktu. Oleh karena itu disebut laju

pertumbuhan spesifik (specific growth rate atau instataneous growth rate) konstan.

Nilainya dapat ditentukan dengan grafik atau dengan perhitungan :


ln 2 0,69
μ = -------- = ----------- ......(7)
g g

atau dapat dihitung langsung dari persamaan (6):

ln Nt - ln No
μ = -------------------------------- (8)
∆t
dimana waktu t merupakan interval waktu t1 - t2 selama masa bakteri meningkat

menjadi nilai Nt.

Laju pertumbuhan instantaneous (spesifik untuk setiap mikroorganisme dan

medium biakan. Hal tersebut awalnya dibentuk oleh faktor-faktor seperti kapasitas

pertumbuhan mikroorganisme tetapi dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam

mengekspresikan nilai maksimum yang ril, nilai yang tercatat untuk fase

eksponensial pada kurva pertumbuhan, biakan harus tumbuh di bawah kondisi

lingkungan optimal pada medium yang tidak dibatasi oleh kelebihan substrat dan

faktor pertumbuhan, jadi laju pertumbuhan tidak bergantung pada faktor tersebut.
Daftar Pustaka

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-

KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/BAB_IV_PERTUMB.

BAKTERI.pdf
3 bakteri yang menginfeksi miss v dan nama penyakitnya

1. Haemophilus ducreyi (Streptobacillus ducreyi)

Ulkus Mole adalah infeksi genital akut yang tertular melalui hubungan seksual,

penyebabnya adalah Haemophilus ducreyi (Streptobacillus ducreyi). Penyakit ini

lebih sering menyerang pria dibanding wanita, terutama pria yang sering melakukan

prostitusi, dan sering menyerang wanita penjajah seks. Penyakit ini biasanya

berkembang dinegara tropis subtropis dan negara berkembang seperti Afrika,

Karibia, dan Asia. Bakteri ulkus mole tertular langsung melalui hubungan seksual,

dan bakteri tersebut akan mati dengan suhu 50 derajat dalam 1 jam dan dapat juga

disembuhkan dengan menggunakan antiseptik. Gejala mengalami masa inkubasi

selama 1-2 minggu yang akan terlihat adalah borok pada pangkal paha sepanjang 3-
30cm, dan mengalami sakit yang luar biasa setelah 3-10 hari terjadi infeksi. Namun

pada wanita kemungkinan gejala akan keputihan, sakit ketika buang air kecil,

mengalami borok di dalam vagina.

2. Neisseria gonorrhoeae

Gonore atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual yang umum

dan disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus. Pria

maupun wanita bisa terjangkit penyakit ini. Bakteri gonococcus biasanya ditemukan

di cairan penis dan vagina dari orang yang terinfeksi.Bakteri penyakit ini bisa

menyerang dubur, serviks (leher rahim), uretra (saluran kencing dan sperma), mata,

dan tenggorokan.

Gonore paling sering menular melalui hubungan seks, seperti seks oral atau anal,

mainan seks yang terkontaminasi atau tidak dilapisi dengan kondom baru tiap

digunakan, dan berhubungan seks tanpa menggunakan kondom. Tapi bayi juga bisa

terinfeksi saat proses kelahiran jika ibunya mengidap penyakit gonore dan umumnya

menjangkiti mata bayi.

Bakteri gonore tidak bisa bertahan hidup di luar tubuh manusia untuk waktu yang

lama, itu sebabnya gonore tidak menular melalui dudukan toilet, peralatan makan,

berbagi handuk, kolam renang, berbagi gelas, ciuman, dan pelukan.

3. Treponema pallidum

Sifilis atau raja singa adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi

bakteri Treponema pallidum. Gejala awal sifilis adalah munculnya lesi atau luka pada

alat kelamin atau pada mulut. Luka ini mungkin tidak terasa sakit, tapi sangat
mudah untuk menularkan infeksi. Luka atau lesi ini akan bertahan antara 1-2.5

bulan.

Jika sifilis tidak ditangani, infeksi ini akan berlanjut ke tahap yang berikutnya. Pada

tahap berikutnya, ruam akan berlanjut dan gejala yang mirip gejala

flu seperti demam, nyeri pada persendian, dan sakit kepala akan muncul.

Kerontokan rambut hingga pitak juga bisa dialami penderita.

Jika dibiarkan, sifilis bisa menyebabkan kelumpuhan, kebutaan,

demensia, impotensi, masalah pendengaran dan bahkan kematian.

Untuk memastikan diagnosis sifilis, tes darah biasa bisa dilakukan. Terkadang gejala

yang muncul sulit dikenali sebagai penyakit sifilis, maka segera lakukan tes darah

jika mencurigai diri berisiko terkena sifilis.

Antibiotik seperti suntikan penisilin digunakan untuk mengobati sifilis. Jika sifilis

diobati dengan benar, tahapan sifilis yang lebih parah bisa dicegah. Hindari

hubungan seksual sebelum memastikan infeksi sifilis benar-benar hilang. Pastikan

juga untuk memeriksakan kesehatan pasangan Anda saat ini atau orang yang

pernah berhubungan seksual dengan Anda jika Anda terdiagnosis sifilis.

Anda mungkin juga menyukai