Anda di halaman 1dari 16

Mikrobiologi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mikrobiologi

Disusun oleh kelompok 1

Agung Surya Raja Pardede 2010013221003

Fitriani Rosa bella Yunita Br Nainggolan 2010013221004

D. Pengampu : Dra. Lisa Deswati, M.Si

Universitas Bung Hatta


Kata pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
kepada kita semua, sehigga berkat karuniaNya kami dari kelompok 1 (satu) dapat menyelesaikan
makalah tentang “Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Mikrobiologi’’ dengan
sebaik-baiknya. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Mikrobiologi yang diampu oleh Dra. Lisa Deswati, M.Si

Dalam penyusunan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya sehingga kami mengharap kritik
dan saran yang dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya. Terimah kasih.

Padang, 03 Mei 2022

Fitri dan Agung

ii
Daftar isi

Kata pengantar.............................................................................................................................................ii
Daftar isi.....................................................................................................................................................iii
Bab 1.......................................................................................................................................................1
Pendahuluan............................................................................................................................................1
I. Latar Belakang.............................................................................................................................1
II. Rumusan Masalah........................................................................................................................1
III. Tujuan......................................................................................................................................1
Bab II.......................................................................................................................................................2
Pembahasan.............................................................................................................................................2
A. Faktor-Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Mikrobe..................................................................2
1. Faktor-faktor Alam......................................................................................................................2
B. Faktor-faktor Kimia.....................................................................................................................8
Bab III...................................................................................................................................................15
Penutup..................................................................................................................................................15
1. Kesimpulan................................................................................................................................15
Daftra Pustaka.......................................................................................................................................18

iii
Bab 1

Pendahuluan

I. Latar Belakang
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian juga jasad renik. Makhluk-
makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktor-faktor lingkungan, sehingga untuk hidupnya
sangat tergantung kepada keadaan lingkungan sekitar. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri dari
pengaruh factor lingkungan ialah dengan cara menyesuaikan diri (adaptasi) kepada pengaruh factor dari
luar. Penyesuaian mikroorganisme taerhadap factor lingkungan dapat terjadi secara cepat da nada bersifat
sementara, tetapi ada juga perubahan iti bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi
serta sifat-sifat fisiologis secara turun temurun.

Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh lingkungan. Beberapa golongan mikroorganisme sangat tahan
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungan, sehingga cepat menyesuaikan diri dengan
kondisi baru. Ada pula golongan mikroorginisme sama sekali tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.

Tetapi, kehidupan microbe tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, akan tetapi juga
mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya, bakteri termogenesiis menimbulkan panas didalam
medium tempat bakteri termogenesis menimbulkan panas didalam medium tempat tumbuhnya. Beberapa
mikroba dapat pula mengubah pH dari medium tempat hidupnya, perubahan ini dinamakan perubahan
secra kimia. Adapun factor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi mikroba dibagi atas factor-
faktor abiotic (factor-faktor alam dan factor-faktor kimia) dan faktor0faktor biotik (factor-faktor biologi).

II. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat simpulkan bahwa rumusan masalahnya yaitu Menjelaskan Faktor-Faktor
Lingkungan yang Mempengaruhi Mikroorganisme.

III. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi lingkungan.

1
Bab II

Pembahasan

A. Faktor-Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Mikrobe

1. Faktor-faktor Alam
Factor –faktor alam terdiri dari:

a. Pengaruh Temperatur
Temperatur merupakan salah satu factor yang penting didalam kehidupan. Beberapa jenis mirobe
dapat hidup pada daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya pada daerah yang terbatas.
Pada umumnya bats daerah temperatur bagi kehidupan mikroba terletak antara 0◦-90◦c, dan kita
kenal ada temperatur minimum, optimum, dan maksimum. Temperatur minimum adalah nilai
paling rendah dimana kegiatan microbe masih dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah
temperatur tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas microbe, tetapi pada tingkatan
kegiatan fisiologi yang paling minimal. Sedangkan temperatur yang paling baik bagi kegiatan
hidup dinamakan temperatur optimum.
Daya tahan miikrobe terhadap temperatur tidak sama untuk tiap-tiap spesies. Ada spesies yang
mati setelah mengalami pemanasan beberapa menitdi dalam medium pada temperatur 60◦C,
sebaliknya, bakteri yang memnbentuk spora seperti genus Bacillus dan genus Clostridium tetap
hidup setelah dipanasi dengan uap 100◦C atau lebih dari 30 menit. Oleh karena itu, proses
sterilisasi untuk membunuh setiap spesies bakteri yakni dengan pemanasan selama 15-20 menit
dengan tekanan 1 atm dan temperatur 121◦C didalam oktoklaf.
Cara menentukan daya tahan temperatur terhadap suatu spesies ialah dengan memperhatikan
syarat-syarat berikut ini:
 Berapa tinggi temperatur ?
 Berapa lama spesies itu berada dalam temperatur tersebut?
 Apakah pemanasan bakteri itu dilakukan didalam keadaan kering atau dalam keadaan
basah?
 Berapa pH dari medium tempat mikroba dipanasi?
Mengenai pertanyaan kenapa pengaruh pemanasan bash lebih baik daripada pemanasan kering?.
Didalam keadaan basah maka protein dari mikroba lebih cepat menggumpal daripada keadaan
kering, pada temperatur yang sama.
Untuk menentukan temperatur maut bagi microbe, ada beberapa pedoman seperti berikut ini:
 Temperatur maut/ Titik Kematian Termal (Thermal Death Point) adalah temperatur
serendah-rendahnya yang dapat membunuh microbe yang berada dimedium standar
selama 10 menit pada kondisi tertentu.
 Laju Kematian Termal ( Thermal Death Rate) adalah kecepatan kematian microbe akibat
pemberian temperatur. Hal ini karena bahwa tidak semua spesies mati bersama-sama
pada suatu temperatur tertentu.
 Waktu Kematian Termal (Thermal Death Time) merupakan waktu yang diperlukan untuk
membunuh suatu jenis mikroba pada suatu temperatur tetap.

2
Pembekuan itu sebenarnya tidak berpengaruh pada spora, karena spora sangat sedikit
mengandung aor. Pembekuan bakteri didalam air lebih cepat membunuh dari pada kalau
pembekuan itu dilakukan didalam buih; karena buih tidak dapat membeku sekeras air beku.
Pembekuan air hanya dapat menyebabkan kerusakan mekanik pada bakteri.
Pembekuan secara perlahan-lahan dalam temperatur -16◦C (es campur dengan garam) lebih
efektif dari pada pembentukan secara mendadak dalam udara beku (-190◦C). Pembekuan secara
terputus-putus ternyata lebih efektif dari pada pembekuan secara terus-menerus. Misalnya,
piaraan basil tipus mati setelah dibekukan secara terputus-putus dalm waktu 2 jam, sedangkan
piaraan itu dapat bertahan beberapa minggu dalam keadaan beku terus-menerus.
Berdasarkan pada daerah aktivitas temperatur, microbe dapat dibagi menjadi tiga golongan
utama, yaitu:
 Mikroba Psikrofil/ Karyofil (Oligotermik), yakni golongan mikroba yang dapat tumbuh
pada 0-30◦C, dengan temperatur eptimum 10-15◦C. Kebanyakan dari golongan ini
tumbuh di tempat-tempat dingin, baik didaratan maupun dilautan.
 Microbe mesofi (mesotermik), adalah golongan mikroba yang dapat hidup dengan baik
temperatur 5-60◦C, sedangkan temperatur optimum 25-40◦C. Umumnya mikroba
mesotermik hidup dalam alat pencernaan.
 Mikroba termofil ( politermik), yaitu golongan mikroba yang tumbuh ada temperatur 40-
80◦C, dan temperatur optimumnya 55-65◦C. Golongan mikroba ini terutama terdapat
disumber-sumber air panas dan tempat-tempat lain yang bertemperatur tinggi.
Pada tahun 1967 di Yellowstone Park ditemukan bakteri yang hidup diar yang panasnya 93-94◦C
dan pada tahun 1969 beberapa spesies lagi ditemukan ditempat yang sama yang juga sangat
termofil. Spesies-spesies yang ditemukan ialah Thermus aquaticus, Bacillus caldolyticus, dan
Bacillus caldotenax.
Microbe termofil seringkali menyulitkan pekerjaan pasteurisasi, karena pada pemanasan
pasteurisasi hanya sekitar 70◦C, sedangkan pada suhu setinggi itu spora-spora tidak mati. Spora
mikroba termofil juga merepotkan perusahaan pengawetan makanan. Selama bahan makanan
yang disimpan didalam kaleng disimpan pada temperatur rendah, spora-spora tidak akan tumbuh.
Tetapi pada temperatur sedikit naik, maka makanan itu menjadi lebih mudah rusak, akibat
pertumbuhan spora-spora.
Sebaliknya, mikroba psikrofil dapat menggangu makanan yang disimpan terlalu lama didalam
almari es. Golongan bakteri yang dapat hidup pada batas-batas temperatur yang sempit, misalnya
Genococcus yang hanya dapat hidup pada kisaran 30-40◦C. Golongan microbe yang memiliki
batas antara temperatur minimum dan maksimum tidak terlampau besar, disebut stenotermik.
Tetapi Esebericbia coli tumbuh pada kisaran temperatur 8-46◦C, sehingga beda (rentang) antara
temperatur minimum dan temperatur maksimum besr, inilah yang disebut golongan euritermik.
Bila microbe dipiara dibawah temperatur minimum atau sedikit diatas temperatur maksimum
tidak segera mati, melainkan dalam keadaan dormansi (tidur).
b. Pengaruh Kebasahan dan Kekeringan
Microbe mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan
bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85%, sedangkan untuk jamur dan aktinomisetes
memerlukan kelembabann yang rendah di bawah 80%. Kadar air bebas didalam larutan (aw)
merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau

3
1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnya terletak di antara0,90-0,99,
sedangkan bakteri halofilik mendekati 0.75
Bakteri sebernanya makhluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air.
Hanya di dalam air yang tertutup tak dapat hidup subur; hal ini disebabkan karena kurangnya
udara. Tanah yang cukup basah baik untuk kehidupan bakteri. Tetapi banyak bakteri mati, jika
udara kering. Meningococcus, yakni bakteri yang menyebabkan meningitis akan mati dalam
waktu kurang dari 1 jam bila digesekan diatas kaca objek. Sebaliknya spora-spora bakteri,
konidia, arhrospora, klamidospora dari jamur, dan kista dari Amoeba dapat bertahan beberapa
tahun dalam keadaan kering.
Keadaan kekeringan menyebabkan proses pengeringan protoplasma secara perlahan-lahan
menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosis dan pengaruh lainnya dengan
naiknya kadar zat terlarut.
Adapun syarat-syarat yang menentukan matinya bakteri karena kekeringan antara lain adalah:
 Pengeringan dalam keadaan terang pengaruhnya lebih buruk dari pada dalam gelap.
 Pengeringan pada suhu tubuh (37◦C) atau temperatur kamar (±26◦C) lebih jelek daripada
pengeringan pada temperatur titik beku
 Pengeringan pada udara efeknya efeknya lebih buruk daripada di dalam vakum atau
ditempat yang berisi nitrogen
 Bakteri yang dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama daripada
pada gesekan pada kaca objek.
c. Pengaruh Perubahan Nilai Osmotik
Pada umumnya larutan hipertonik menghambat pertumbuhan microbe karena dapat menyebabkan
plasmolysis. Medium yang paling cocok bagi kehidupan microbe adalah medium yang isotonic
terhadap isi sel mikrob. Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah menyebabkan
plasmolysis. Sebaliknya, microbe yang ditempatkan di air suling (aquades) akan kemasukan air
singga dapat menyebabkan pecahnya sel microbe tersebut, hal ini dinamakan plasmaptisis.
Berdasarkan hal ini, maka pembuatan suspense bakteri dengan menggunkan air murni tidak dapat
digunakan
Beberapa mikrobedapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar gula yang tinggi,
missal ragi yang osmofil (dapat tumbuh pada kadar garam tinggi ), bahkan beberapa microbe
dapat bertahan didalam substrat dengan kadar garam sampai 30%, golongan ini bersifat
halodurik.

4
Atas dasar daerah-daerah pH bagi kehidupan microbe dapat dibedakan adanya golongan 3 besar , yakni:

 Mikroba asidofilik, yaitu microbe yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0
 Mikroba mesofilik (netrofilik), yaitu mikroba dapat tumbuh pada pH antara 5,5-8,0
 Mikroba alkalifilik, yakni microbe yang dapat tumbuh pada pH antara 8,4-9,5

d. Pengaruh sinar
Pada umumnya sel mikroorganisme rusak akibat cahaya, terutama pada mikroba yang tidak
mempunyai pigmen fotosintetik. Sinar dengan gelombang pendek akan berpengaruh buruk
terhadap microbe. Sedangkan sinar dengan gelombang panjang mempunyai daya fotodinamik dan
daya biofisik, misalnya cahaya matahari.
kebanyakan bakteri tidak dapat mengadaakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya
bagi kehidupannya. Sinar tampak yakni yang mempunyai panjang gelombang 390m-760m, tidak
begitu berbahaya ; yang berbahaya adalah sinar-sinar gelombang pendek, yakni gelombang antara
240m-300m. spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultraviolet. Sinar ultra
violet biasanya dipakai untuk mensterilakn udara, air, plasma darah, dan bahan-bahan lainnya.
Kesulitan yang kita dapatkan pada wajtu sterilisasi adalah bakteri atau virus atau mikroba
lainnya mudah sekali ketutupan benda-benda kecil, sehingga dapat terhindar dari pengaruh
penyinaran. Sinar X dan sinar radium yang bergelombang lebih pendek dari pada sinar ultra
violet dapat juga membunuh mikroorganisme , tetapi memerlukan lebih banyak dosis daripada
sinar ultra violet. Bakteri yang disinari dengan sinar X seringkali mengalami mutasi. Sebaliknya
aliran listrik Nampak tidak berbahaya bagi kehidupan bakteri. Jika ada bakteri yang mati
kerenanya, hal ini disebabkan oleh panas atau oleh zat-zat timbul di dalam medium sebagai akibat
dari arus listrik, seperti misalnya karena gas ozon dan persenyawaan dari klor.

e. Pengaruh Penghancuran secara Mekanik

5
Pengaruh tekanan udara terhadap kehidupan bakteri sangat kecil. Untuk menghentikan
pembiakkan bakteri diperlukan tekanan 600 atm; untuk mematikan diperlukan tenaga 6.000 atm,
dan untuk membunuh sporanya diperlukan tekanan 12.000 atm. Mengguncang-guncangkan
bakteri tidak membawa kematian, kecuali kalau bekteri dicampur dengan benda keras, seperti
pecahan kaca, tanah radiolarian, tanah foraminifera dan sebagainya. Untuk memecahkan bakteru
diperlukan perguncangan 9.000 kali per detik. Proses-proses ini sering digunakan untuk
melepaskan enzim-enzim dan endotoksin yang terkandung dalam bakteri.

B. Faktor-faktor Kimia
1. Penggunaan Antiseptik dan Disenfektan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disenfeksi secara kimia:
 Rongga yang cukup diantara alat-alat yang dididinfeksi, sehingga seluruh permukaan alat
tersebut dapat berkontak dengan disenfektan.
 Sebaliknya disenfektan yang dipakai bersifat membunuh(germisida).
 Lamanya disenfeksi harus tepat, alat-alat yang didisinfeksi jangan diangkat sebelum
waktunya.
 Bila untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat mudah menguap sehingga ventilasi
ruangan perlu diperhatikan
 Pengenceran disenfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan, dan setiap kali harus
dibuat pengenceran baru
 Sebaliknya menyediakan band lation untuk merawat tangan setelah berkontak dengan
disenfektan.
2. Beberapa disenfektan dan Antiseptik
a. Logam –logam Berat
Logam berat berfungsi sebagai anti microbe oleh karena dapat mempresipitasikan enzim-
enzim atau protein esensial dalam sel.
b. Fenol dan Senyawa-senyawa Sejenis
Fenol untuk pertama kalinya dipergunakan Lister di dalam ruang bedah sebagai germisida,
untuk mencegah timbulnya infeksi pascabedah. Fenol merupakan standar pembanding untuk
menentukan aktivitas atau kasiat suatu disenfektan. Kresol (Kreolin) lebih baik khasiatnya
dari pada fenol, Lisol adalah disenfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol
lebih banyk digunakan dari pada disenfektan. Karbol adalah nama lain dari fenol. Seringkali
orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga disenfektan menjadi lebih menarik.

6
Fenol dan kresol berbau khas dan bersifat korosif terhadap jaringan. Heksaklorofen
merupakan dervat fenol paling berguna.

c. Alcohol
Alcohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan
disenfeksi. Alcohol mendenaturasikan protein dengan jalan dehidrasi, dan juga merupakan
pelerut lemak. Ada 3 jenis alcohol yang dipergunakan sebagai disenfektan, yaitu methanol,
etanol, dan isopropanol.

d. Aldehid
Cara bekerjanya aldehid adalah dengan cara membunuh sel mikroba dengan
mendenaturasikan protein. Suatu larutan formaldehid 40% biasa disebut formalin, formalin
banyak dipergunakan untuk merendam bahan-bahan laboratorium. Senyawa lain aldehid
yakni glutaraldehid merupakan solusi seefektif formaldehid.

e. Yodium
Larutan yodium, baik dalam air maupun dalam alcohol bersifat sangat antiseptic dan telah
lama dipakai sejak lama sebagai antiseptic kulit sebelum proses pembedahan. Yodium
tinktur , yakni yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak digunakan orang untuk
mendisinfeksikan luka-luka kecil. Kulit dapat terbakar karena yodium, oleh sebab itu luka-
luka yang agak lebar tidak diperkenakan mengunakan yodium.

f. Klor dam Senyawa Klor


Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang tajam. Klorin dijadikan standar
pengolahan air minum diseluruh lingkungan. Solusi (larutan) hipoklorit paling banyak
dipakai untuk maksud-maksud didinfeksi dan menghilangkan bau, karena bersifat relative
tidak membahayakan jaringan manusia, mudah ditangani, tidak berwarna dan tidak mewarnai
meskipun memudarkan warna. Persenyawaan klor dengan kapur atau natrium merupakan
disinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.

g. Peroksida

7
Peroksida merupakan antiseptic yang efektif dan nontosi. Molekulnya tidak stabil dan apabila
dipanaskan akan terurai menjadi air dan oksigen, dengan reaksi kimia sebagai berikut :
2H202 → 2 H 2O+ 02

h. Zat warna
Beberapa zat warna dapat menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatik), misalnya
derivate akridin dan zat warna rosanilin.

i. Deterjen
Sabun tidak banyak khasiatnya seabagai zat pembunuh bakteri (bakterisida), tetapi kalau
dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Deterjen merupakan
senyawa organic, yang karena strukturnya dapat berkaitan dengan air dengan molekul-
molekul oraganik nonpolar. Moleku deterjen memiliki satu ujung hidrofobik yang tidak dapat
bercampur dengan air, dan satu ujung hidrofobik yang tidak dapat bercampur dengan air.

j. Sulfonamida
Sejak tahun 1937 banyak digunakan persenyawa-persenyawaan yang mengandung belerang
sebagai penghambat pertumbuhan bakteri yang tidak memiliki sifat tidak merusak jaringan
manusia. Microbe yag pek terhadap sufonamida, antara lain Streptococcus yang menggangu
tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus
Khasiat sulfonamide terganggu oleh asam-p-aminobenzoat. Asam ini memegang peranan
sebagai pembantu enzim-enzim pernafasan

k. Antibiotika
Antibiotika adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh dari atau dibentuk dan
dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalm jumlah yang sedikit pun mempunyai
daya penghambat kegiatan mikroorganisme lain.
Antibiotic yang pertama dikenal adalah penisilin, suatu zat yang dihasilkan oleh jamur
Penicillum. Penisilin ditemukan oleh A. Fleming pada tahun 1929, namun baru tahun 1943
antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri.
Antibiotika ada yang mempunyai spectrum luas, artinya antibiotika yang efektif digunakan
bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril; ada juga antibiotika
berspektrum sempit, artinya hanya efektif digunakan untuk spesies tertentu.

8
a. Sifat-sifat Antibiotika
Antibiotika haruslah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
 Menghambat atau membunuh pathogen tanpa merusak inang ( bost)
 Bersifat bakterida dan bukan bakteriostatik
 Tidak menyebabkan resistensi pada kuman
 Berspektrum luas
 Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila dipergunakan
dalam jangka waktu lama
 Tetap aktif dalam plasma, cairan badan aatau eksudat
 Larut didalm air serta stabil
 Bacterisidal level, didalm tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama.

b. Mekanisme Kerja Antibiotika


 Antibiotika yang mempengaruhi dinding sel
 Antibiotika yang menggangu fungsi membrane sel
 Antibiotika yang menghambat sinstesis protein
o Aktinomisin, aktif terhadap banyak kuman-kuman gram positif dan
negative
o Rifampisin, mempunyai spectrum antibakteri yang luas dan terutama
efektif terhadap kuman-kuman.
o Streptomisin, bersifat bakterisida terhadap sejumlah besar kuman-
kuman gram negative dan positif dan terhadap Mycobacterium
tuberculosis
o Tetrasikilin, mempunyai spectrum sangat luas dan memcakup spectrum
penisilin, streptomisim, dan kloramfenikol.
o Kloramfenikol, bersifat bakteriostatik, aktif terhadap sejumlah kuman
gram positifdan negative, Rikettsia dan Klamidia.
o Eritromisin, tergolong antibiotika makrolida.
o Klindamisin, penggunaannya terutama untuk infeksi-infeksi oleh kuman
anaerob, seperti Bacteriodes fragilis
 Antibiotika yang mengahambat sintesis asam nukleat
3. Tes Uji Disinfektan dan Antiseptik
Zat mikroba yang dipergunakan, baik untuk antiseptic dan disinfeksi harus diuji keefektivannya.
Cara menentuka daya sterlisasi zat-zat tersebut adalah dengan melukakan tes koefisien fenol. Tes
ini dilakukan untuk membandinfkan aktivitas suatu produk dengan daya bunuh fenol dalam
kondisi tes yang sama.

C. Factor-faktor Biotik (Biologi)


1. Netralisme
Hubungan netralisme merupakan hubungan antar spesies yang saling tidak mengganggu
2. Kompetisi
Kebutuhan akan zat makanan yang sama dapat menyebabkan terjadinya persaingan antar
spesies. Spesies yang dapat menyesuaikan diri paling baik, itulah spesies yang akan
mengalami pertumbuhan subur.

9
3. Antagonisme
Antagonisme menyatakan hubungan yang berlawanan, dapat juga dikatakan sebagai
hubungan yang asocial. Spesies yang satu menghasilkan sesuatu yang meracuni spesies yang
lain, sehingga pertumbuhan spesies yang terakhir sangat terganggu.
4. Komensalisme
Asosiasi jenis ini terjadi bila 2 spesies hidup bersama, kemudian spesies yang satu
mendapatkan keuntungan, sedangkan spesies yang lain tidak dirugikan oelhnya, maka
hubungan hidup antara kedua spesies ini disebut komensalisme (metabiosis). Spesies yang
beruntung disebut komensal, sedangkan spesies yang memberikan keuntungan disebut inang
(hospes). Komensal tidak dapat hidup tanpa hospes.
5. Mutualisme
Mutualisme merupakan suatu bentuk simbiosis antara 2 spesies, dimana masing-masing yng
bersekut mendapatkan keuntungan.
6. Sinergisme
Sinergisme adalah asosiasi (hubungan hidup) antara kedua spesies, bila mengadakan kegiatan
tidak saling mengganggu, akan tetapi kegiatan masing-masing justru merupakan urut-urutan
yang saling menguntungkan.
7. Parasitisme
Parasitisme merupakan suatu bentuk asosiasi diantara 2 spesies, dimana satu pihak dirugikan
dan pihak yang menguntungkan. Misalnya , antara virus dengan bakteri.
8. Predatorisme
Hubungan antara amoeba dengan bakteri disebut predatorisme. Amoeba merupakan
pemangsa(predator), sedangkan bakteri merupakan mangsa. Parasitisme adalah dalam hal
ukuran besar kecilnya saja; parsit lebih kecil dari pada hospes, sedangkan predator lebih besar
daripada organisme yang di mangsa.
9. Sintropisme
Sintropisme merupakan kegiatan bersama antara berbagai jasad renik terhadap suatu nutrisi.
Proses ini penting untuk peruraian bahan organic tanah dan didalam proses pengolahan air
buangan.
10. Ikhtisar Macam Asosiasi Antar Spesies

10
Bab III

Penutup
1. Kesimpulan
Beberapa jenis mirobe dapat hidup pada daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya pada daerah
yang terbatas.Temperatur maksimum adalah temperatur tertinggi yang masih dapat digunakan untuk
aktivitas microbe, tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal.Ada spesies yang mati
setelah mengalami pemanasan beberapa menitdi dalam medium pada temperatur 60◦C, sebaliknya,
bakteri yang memnbentuk spora seperti genus Bacillus dan genus Clostridium tetap hidup setelah dipanasi
dengan uap 100◦C atau lebih dari 30 menit.Untuk menentukan temperatur maut bagi microbe, ada
beberapa pedoman seperti berikut ini: Temperatur maut/ Titik Kematian Termal (Thermal Death Point)
adalah temperatur serendah-rendahnya yang dapat membunuh microbe yang berada dimedium standar
selama 10 menit pada kondisi tertentu.

Berdasarkan pada daerah aktivitas temperatur, microbe dapat dibagi menjadi tiga golongan utama, yaitu:
Mikroba Psikrofil/ Karyofil (Oligotermik), yakni golongan mikroba yang dapat tumbuh pada 0-30◦C,
dengan temperatur eptimum 10-15◦C.Microbe mesofi (mesotermik), adalah golongan mikroba yang dapat
hidup dengan baik temperatur 5-60◦C, sedangkan temperatur optimum 25-40◦C.Pada tahun 1967 di
Yellowstone Park ditemukan bakteri yang hidup diar yang panasnya 93-94◦C dan pada tahun 1969
beberapa spesies lagi ditemukan ditempat yang sama yang juga sangat termofil.Golongan bakteri yang
dapat hidup pada batas-batas temperatur yang sempit, misalnya Genococcus yang hanya dapat hidup pada
kisaran 30-40◦C.Tetapi Esebericbia coli tumbuh pada kisaran temperatur 8-46◦C, sehingga beda (rentang)
antara temperatur minimum dan temperatur maksimum besr, inilah yang disebut golongan euritermik.

Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85%,
sedangkan untuk jamur dan aktinomisetes memerlukan kelembabann yang rendah di bawah 80%.Nilai aw
untuk bakteri pada umumnya terletak di antara0,90-0,99, sedangkan bakteri halofilik mendekati 0.75
Bakteri sebernanya makhluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air.Pengeringan
pada suhu tubuh (37◦C) atau temperatur kamar (±26◦C) lebih jelek daripada pengeringan pada temperatur
titik beku Pengeringan pada udara efeknya efeknya lebih buruk daripada di dalam vakum atau ditempat
yang berisi nitrogen Bakteri yang dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama
daripada pada gesekan pada kaca objek.

Berdasarkan hal ini, maka pembuatan suspense bakteri dengan menggunkan air murni tidak dapat
digunakan Beberapa mikrobedapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar gula yang tinggi,
missal ragi yang osmofil (dapat tumbuh pada kadar garam tinggi ), bahkan beberapa microbe dapat
bertahan didalam substrat dengan kadar garam sampai 30%, golongan ini bersifat halodurik.Atas dasar
daerah-daerah pH bagi kehidupan microbe dapat dibedakan adanya golongan 3 besar , yakni: Mikroba
asidofilik, yaitu microbe yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0 Mikroba mesofilik (netrofilik), yaitu
mikroba dapat tumbuh pada pH antara 5,5-8,0 Mikroba alkalifilik, yakni microbe yang dapat tumbuh
pada pH antara 8,4-9,5 Sinar X dan sinar radium yang bergelombang lebih pendek dari pada sinar ultra
violet dapat juga membunuh mikroorganisme , tetapi memerlukan lebih banyak dosis daripada sinar ultra
violet.Jika ada bakteri yang mati kerenanya, hal ini disebabkan oleh panas atau oleh zat-zat timbul di

11
dalam medium sebagai akibat dari arus listrik, seperti misalnya karena gas ozon dan persenyawaan dari
klor.

Faktor-faktor Kimia Penggunaan Antiseptik dan Disenfektan Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
disenfeksi secara kimia: Rongga yang cukup diantara alat-alat yang dididinfeksi, sehingga seluruh
permukaan alat tersebut dapat berkontak dengan disenfektan. Kresol (Kreolin) lebih baik khasiatnya dari
pada fenol, Lisol adalah disenfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih banyk
digunakan dari pada disenfektan. Moleku deterjen memiliki satu ujung hidrofobik yang tidak dapat
bercampur dengan air, dan satu ujung hidrofobik yang tidak dapat bercampur dengan air.Antibiotika
Antibiotika adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh dari atau dibentuk dan dihasilkan oleh
mikroorganisme, dan zat-zat itu dalm jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan
mikroorganisme lain.Antibiotika ada yang mempunyai spectrum luas, artinya antibiotika yang efektif
digunakan bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril; ada juga antibiotika berspektrum
sempit, artinya hanya efektif digunakan untuk spesies tertentu.

Sifat-sifat Antibiotika Antibiotika haruslah memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Menghambat atau
membunuh pathogen tanpa merusak inang ( bost) Bersifat bakterida dan bukan bakteriostatik Tidak
menyebabkan resistensi pada kuman Berspektrum luas Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek
samping bila dipergunakan dalam jangka waktu lama Tetap aktif dalam plasma, cairan badan aatau
eksudat Larut didalm air serta stabil Bacterisidal level, didalm tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk
waktu lama.

Mekanisme Kerja Antibiotika Antibiotika yang mempengaruhi dinding sel Antibiotika yang menggangu
fungsi membrane sel Antibiotika yang menghambat sinstesis protein Aktinomisin, aktif terhadap banyak
kuman-kuman gram positif dan negative Rifampisin, mempunyai spectrum antibakteri yang luas dan
terutama efektif terhadap kuman-kuman.Klindamisin, penggunaannya terutama untuk infeksi-infeksi oleh
kuman anaerob, seperti Bacteriodes fragilis Antibiotika yang mengahambat sintesis asam nukleat Tes Uji
Disinfektan dan Antiseptik Zat mikroba yang dipergunakan, baik untuk antiseptic dan disinfeksi harus
diuji keefektivannya.

Factor-faktor Biotik (Biologi) Netralisme Hubungan netralisme merupakan hubungan antar spesies yang
saling tidak mengganggu Kompetisi Kebutuhan akan zat makanan yang sama dapat menyebabkan
terjadinya persaingan antar spesies.Spesies yang satu menghasilkan sesuatu yang meracuni spesies yang
lain, sehingga pertumbuhan spesies yang terakhir sangat terganggu.Komensalisme Asosiasi jenis ini
terjadi bila 2 spesies hidup bersama, kemudian spesies yang satu mendapatkan keuntungan, sedangkan
spesies yang lain tidak dirugikan oelhnya, maka hubungan hidup antara kedua spesies ini disebut
komensalisme (metabiosis).

2. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis sangat menunggu kritik dan saran yang membangun dari pembaca semua sehingga
penulis bisa menyusun makalah berikutnya dengan lebih baik

12
Daftra Pustaka

Waluyo, Lud, 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang

13

Anda mungkin juga menyukai