Anda di halaman 1dari 4

Penggolongan hewan berdasarkan lingkungnnya ada 2 yaitu hewan yang homeotermal dan kelompok

hewan poikilotermal, jika pada suhu lingkungn yang berubah, maka hewan yang homeotermal akan
mempertahankan suhu tubuhnya, sehingga akan menjadi kira-kira sama, sedangkan suhu tubuh hewan
yang poikilotermal mengikuti perubahan suhu itu.

Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat diklasifikasikan


menjadi dua, yaitu:

Poikiloterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu
lingkungan. Pada hewan-hewan poikiloterm ini panas tubuhnya sangat tergantung pada sumber panas
dari lingkungannya. Kemampuan mengatur suhu tubuh pada hewan ektoterm atau poikiloterm sangat
terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi mengikuti suhu lingkungannya atau disebut juga sebagai
penyelaras (konformer).

Homeoterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan/tidak berubah sekalipun suhu
lingkungannya sangat berubah.

B. Konsep waktu-suhu

Suhu lingkungan menentukan suhu tubuh bagi hewan poikiloterm atau yang sering disebut hewan
berdarah dingin. Dan yang lebih pentingnya lagi suhu menjadi faktor pembatas bagi makhluk hidup
terutama hewan poikiloterm. Suhu tubuh menentukan kerja enzim-enzim yang diperlukan oleh tubuh
makhluk hidup yang berfungsi membantu proses metabolisme dalam tubuh. Dari sudut pandang
ekologi, suhu lingkungan sangat penting terutama bagi hewan poikiloterm untuk aktivitas dan pengaruh
terhadap laju perkembangannya. Dalam suatu kisaran suhu tertentu, antara laju perkembangan dengan
suhu lingkungan terdapat hubungan linier. Hewan poikiloterm lama waktu perkembangan akan berbeda
pada suhu lingkungan yang berbeda. Jadi setiap lama waktu perkembangan selalu disertai dengan
kisaran suhu proses berlangsungnya perkembangan tersebut. Pada hewan poikiloterm, waktu
merupakan fungsi dari suhu lingkungan, maka kombinasi waktu-suhu yang sering dinamakan waktu
fisiologis itu mempunyai arti penting . sebagai contoh, suhu ambang terjadi perkembangan sejenis
belalang adalah 16⁰C lama waktu yang diperlukan untuk perkembangan telur hingga menetas 17,5 hari,
maka jika pada suhu 30⁰C maka lama waktu untuk menetas hanya 5 hari.

Konsep waktu –suhu ini penting artinya untuk memahami hubungan antara waktu dengan dinamika
populasi hewan poikiloterm. Dengan mengetahui konsep waktu-suhu ini kita mampu mengetahui atau
memprediksi kapan akan terjadi peledakan populasi, mungkin saja tiap tahun peledakan populasi akan
terjadi dan dengan konsep waktu-suhu setidaknya ada tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
hal tersebut, seperti dengan memberantas, karena hewan ini merupakan hama dalam pertanian. Dan
untuk memberantas hama tersebut harus cepat karena memberantas telur dan pupa berbeda dengan
memberantas hewan dewasanya atau dengan kata lain konsep waktu-suhu ini sangan pengting dalam
pengendalian hama bagi petani.

Suhu lingkungan mempengaruhi suhu tubuh dari hewan-hewan poikiloterm. Bahkan suhu ini menjadi
faktor pembatas bagi kebanyakan makhluk hidup. Suhu tubuh menetukan kerja enzim-enzim yang
membantu metabolisme di dalam tubuh. Kepentingan suhu ini tidak hanya pada aktivitasnya melainkan
pula berkaitan dengan laju perkembangannya. Dalam kisaran yang tidak mematikan, pengaruh paling
penting oleh suhu terhadap hewan poikiloterm dari sudut pandang ekologik adalah pengaruh suhu atas
perkembangan dan pertumbuhan. Dalam hal ini langsung tampak adanya hubungan linear antara laju
perkembangan jika dikaitkan dengan suhu tubuh. Dengan kata lain adanya hubungan yang linear antara
laju perkembangan dengan suhu.

Pengaruh berbagai suhu terhadap hewan ektoterm atau poikiloterm mengikuti suatu pola yang tipikal,
walaupun ada perbedaan dari spesies ke spesies yang lain. Pada intinya ada tiga kisaran suhu yang
menarik yaitu:

Suhu rendah berbahaya, pada suhu yang ekstrim rendah di bawah batas ambang toleransinya maka
hewan ektoterm atau poikiloterm akan mati. Hal ini disebabkan enzim-enzim tidak aktif bekerja
sehingga metabolismenya berhenti. Pada suhu yang masih lebih rendah dari suhu optimum, laju
metabolismenya dan segala aktivitasnya rendah. Sebagai akibatnya gerakan hewan tersebut menjadi
sangat lambat sehingga memudahkan predator atau pemangsa untuk menangkapnya.

Suhu tinggi berbahaya, suhu tinggi akan mendenaturasikan protein yang juga menyusun enzim, dengan
adanya denaturasi protein ini menyebabkan metabolism dalam tubuh akan terhambat dan
menyebabkan aktivitas dari hewan tersebut akan terhenti.

Suhu di antara keduanya, pada suhu antara ini laju metabolism dari hewan ektoterm akan meningkat
dengan makin naiknya suhu secara eksponensial. Hal ini dinyatakan dengan fisiologi hewan sebagai
“koefisien suhu”, “koefisien suhu” pada tiap hewan ektoterm relatif sama walaupun ada yang sedikit
berbeda.

Tidak seperti pada manusia serta pada hewan endotermal pada umumnya, maka hewan-hewan
ektotermal tidak dapat dikatakan memerlukan waktu yang lamanya tertentu. Hewan ektotermal perlu
gabungan waktu dengan suhu. Gabungan ini sering disebut sebagai waktu-fisiologik. Dapat dikatakan
pula bahwa waktu adalah fungsi suhu untuk hewan ektotermal dan waktu dapat “berhenti” jika suhu
turun di bawah harga ambang. Dalam artian bahwa untuk hewan-hewan ektoterm lama waktu
perkembangannya akan berbeda-beda pada suhu lingkungan yang berbeda-beda.

Sebagai salah satu faktor lingkungan yang utama, suhu memberikan efek yang berbeda-beda pada
organisme di bumi ini. Variasi suhu lingkungan alami mempunyai efek dan peranan potensial dalam
menentukan terjadinya proses kehidupan, penyebaran serta kelimpahan organisme tersebut. Variasi
suhu lingkungan dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu dari sifat sikliknya (harian, musiman), dari
kaitannya dengan letak tempatnya di garis lintang bumi (latidunal) atau ketinggian diatas permukaan
laut (altitudinal) dan kedalaman (perairan tawar, lautan, tanah). Disamping itu juga dikenal variasi suhu
alami dalam sifat kaitan yang lebih akrab dengan organisme (mikroklimatik).

Dalam kisaran yang tidak mematikan, pengaruh paling penting oleh suhu terhadap hewan poikiloterm
dari sudut pandang ekologi adalah pengaruh suhu atas perkembangan dan pertumbuhan. Dalam hal ini
langsung tampak adanya hubungan linear antara laju perkembangan jika diplotkan terhadap suhu
tubuh. Tampak pula bahwa penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut pada suhu terendah dapat
diabaikan, dan lagi makhluk yang bersangkutan secara tipikal menghabiskan waktu dibawah suhu tinggi
non linear.seringkali secara sederhana dianggap bahwa laju perkembangan bertambah secara linear
pada suhu di atas ambang perkembangan. Hewan ektoterm atau poikiloterm tidak dapat dikatakan
memerlukan waktu yang lamanya tertentu. Yang mereka perlukan adalah gabungan waktu dengan suhu.
Gabungan ini sering disebut sebagai waktu-fisiologik. Pentingnya konsep waktu-suhu terletak di dalam
kemampuan konsep itu untuk memberikan pengertian tentang waktu terjadinya sesuatu, dan tentang
dinamika populasi hewan ektoterm atau hewan poikiloterm Soetjipta (1993).

Menurut Soetjipta (1993), malahan sesungguhnya kebanyakkan spesies dan kebanyakkanaktivitas hanya
terbatas di kisaran suhu yang lebih sempit. Beberapa makhluk hidup terutama yang sedang di dalam
tingkat istirahat, mampu ada dalam suhu sangat rendah dalam waktu yang singkat, sedangkan beberapa
mikroorganisme, terutama bakteri, alga, dapat hidup dan berreproduksi di dalam air panas yang
suhunya mendekati suhu air mendidih.

Apabila dalam suhu rendah, hewan poikiloterm mungkin berubah menjadi tidak aktif, atau bersifat tidur,
atau dalam keadaan sedang hibernasi. Umumnya hewan poikiloterm menggunakan periode
penangguhan di dalam keadaan dormansi, yaitu keadaan secara nisbi tidak aktif untuk menghemat
energy, dan energi tersebut yang dapat dipergunakan dalam waktu penangguhan berikutnya. Dari
keadaan tersebut hewan poikiloterm dapat berfungsi kembali bilaman suhu meningkat di atas harga
ambang. Adapun harga ambang adalah kuantitas faktor minimum yang menghasilkan pengaruh yang
dapat dirasakan oleh hewan tersebut.
Penerapan konsep waktu-suhu dapat dilakukan dibidang pertanian dan perkebunan, salah satunya
pengendalian hama serangga. Serangga merupakan hewan poikiloterm atau hewan yang berdarah
dingin, dimana sebelumnya telah kita ketahui bahwa hewan poikiloterm tidak dapat mengatur suhu
tubuh sendiri, sehingga upaya yang dilakukan dengan membuat kondisi lingkungan di luar batas atas
atau di bawah kisaran toleransi yang dimiliki hewan tersebut. Untuk penerapan ini dilakukan
dilaboratorium karena jika dilakukan dilingkungan sulit terjadi serta banyak predator yang dapat
mengganggu. Sehingga untuk penerapan ini lebih tepat dilakukn dilaboratorium (aklimasi).

Pentingnya konsep waktu-suhu terletak di dalam kemampuan konsep itu untuk memberi pengertian
tentang waktu terjadinya sesuatu dan tentang dinamika populasi hewan ektoterm. Dengan mengetahui
waktu-suhu dari hama yang berasal dari hewan poikilotermi misalnya serangga maka dapat diramalkan
berapa lama hama tersebut berkembang, mulai dari telur samapai dewasa sehingga dapat dilakukan
langkah-langkah pemusnahan ataupun pengendalian hama tersebut.

Anda mungkin juga menyukai