Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 DASAR TEORI Metabolisme tubuh berarti semua reaksi kimia sederhana pada semua sel tubuh, dan kecepatan metabolisme dalam keadaan normal menyatakan kecepatan pengeluaran panas pada reaksi kimia (Guyton 1995). Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan internal makhluk hidup, khususnya hewan dan manusia. Sebagai contoh, laju respirasi seluler meningkat seiring peningkatan suhu sampat titik tertentu dan kemudian menurun ketika suhu itu sudah cukup tinggi sehingga mendenaturasi enzim. Selain itu sifat-sifat membran juga berubah dengan perubahan suhu. Panas sebagai sebutan umum dari semua energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Tidak semua energi dalam makanan ditransfer menjadi ATP, sebagai gantinya, sebagian besar energi menjadi panas. Di alam, pengaturan suhu tubuh oleh hewan dan manusia dilakukan untuk mengatur panas yang diterimanya atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah pemindahan panas antara dua kegiatan secara kontak fisik langsung diantaranya keduanya. Konduksi juga bisa berarti perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetik pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara

bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh. Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan sistem pernafasan. Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi. Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh aktual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan. Berdasarkan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu hewan, maka hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoioterm. Hewan poikiloterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luar untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Suhu tubuh hewan poikiloterm dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam (suhu inti tubuh) lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas), hewan poikioterm perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau estivasi (Guyton, 1995) contoh hewan poikiloterm adalah katak. Sedangkan hewan homoioterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan.Di lain pihak hewan homoioterm disebut hewan berdarah panas. Suhu tubuh hewan homoioterm lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm biasanya mempertahankan suhu tubuh mereka di sekitar 35 40C. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Hewan homoioterm dapat

melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Proses evaporasi yang dilakukan berfungsi untuk menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia. Dalam praktikum yang telah dilakukan, hewan yang di uji coba adalah katak yang merupakan hewan poikiloterm. Katak merupakan binatang ectotherms (berdarah dingin), ini berarti mereka mendapatkan panas dari sumber-sumber eksternal sehingga suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Sebagai perbandingan, manusia adalah endotermik (berdarah panas) dan dapat mempertahankan suhu tubuh mereka di sekitar 37 C. Katak dapat mengontrol suhu mereka dengan tubuh mereka, misalnya dengan mengubah warna mereka untuk mempengaruhi berapa banyak radiasi matahari (panas dari matahari) mereka menerima, atau menyerap atau menguapkan air melalui kulit mereka.Karena perubahan suhu pada waktu yang berbeda dari siang dan malam, mereka bergerak di sekitar lingkungan mereka untuk mengatur suhu tubuh mereka. Pergi ke bawah naungan atau air dingin dan berjemur di bawah sinar matahari untuk pemanasan. Suhu mempengaruhi laju pertumbuhan, pencernaan dan sebagian besar proses tubuh katak, secara garis besar panas meningkatkan laju pertumbuhan dan dingin memperlambat. Berudu katak lebih peka terhadap suhu lingkungan dibandingkan katak dewasa, namun karena dalam praktikum fisiologi (pengaruh suhu lingkungan pada suhu tubuh binatang poikiloterm) ini tidak memungkinkan menggunakan berudu dikarenakan terlalu sulit untuk diamati maka digunakan katak dewasa yang cukup besar untuk penatalaksanaannya. 1.2 TUJUAN 1. Memahami perbedaan suhu dan pengaturannya antara binatang homoiotermik dan poikilotermik (Tujuan instruktional umum) 2. Menyimpulkan pengaruh suhu lingkungan pada suhu tubuh binatang

poikilotermik (Tujuan perilaku khusus)

DAFTAR PUSTAKA 1. Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Penerjemah Ken Ariata Tengadi. Terjemahan dari Textbook of Medical Physiology. 2. Sherwood, L. 2008. Human Physiology From Cells to Systems edisi 7. Graphic World Inc: USA

Anda mungkin juga menyukai