Anda di halaman 1dari 10

FISIOLOGI HEWAN

“ TERMOREGULASI PADA HEWAN ”

OLEH

NAMA : MUTIARA PUSPITA SARI


NIM : ACD 116 007
KELAS :A
DOSEN PEMBIMBING : ELGA ARAINA, S.Si, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2019
Termoregulasi Pada Hewan

Sejumlah besar senyawa biokimia, dan utamanya protein, menjadi labil karena panas.
Senyawa tersebut secara kimiawi berubah karena terdedah (terpapar) dengan temperatur 40-
41oC atau lebih. Perubahan tersebut pada giliran berikutnya akan mempengaruhi peran
senyawa tersebut dalam proses fisiologi yang berlangsung dalam tubuh. Misalnya, peningkatan
temperatur akan menyebabkan perubahan kimiawi (denaturasi) protein yang merupakan enzim
sehingga enzim tersebut menjadi tidak aktif. Selanjutnya, reaksi kimia yang dikatalisis oleh
enzim tersebut tidak bisa berlangsung dengan sepatutnya.

Sebaliknya, karena terdedah dengan temperatur lingkungan yang sangat dingin, pembentukan
kristal es dalam jaringan secara umum dapat merusak membrana sel dan hal ini pada giliran
berikutnya dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian, walaupun binatang mampu tetap
hidup pada kisaran temperatur tubuh sampai 40oC, mereka akan memperoleh keuntungan
kimiawi bila dapat mempertahankan temperatur tubuhnya dekat dengan batas tertinggi dari
kisaran temperatur yang dapat ditolerirnya karena proses biokimianya berlangsung dengan
sempurna pada temperatur tersebut.

Temperatur dari sebagian besar badan air berada dalam kisaran yang dapat diterima oleh
makhluk hidup. Akan tetapi, temperatur udara sangat berfluktuasi atau berada dalam kisaran
yang sangat lebar. Karena itu, upaya mempertahankan temperatur tubuh agar berada dalam
kisaran normal (termoregulasi) jauh lebih penting artinya pada organisme yang hidup di darat
ketimbang organisme air.

Binatang memperoleh panas melalui:

 Aktivitas metabolisme (produksi energi) yang berlangsung dalam tubuhnya.


 Dengan menyerap panas dari lingkungan. Bahkan, bila lingkungan sekitarnya
(misalnya udara sekitar) lebih dingin daripada jaringan atau tubuh binatang, makhluk
tersebut masih juga dapat menyerap energi radiasi matahari.

Binatang dapat kehilangan panas tubuhnya melalui: Konduksi, KonveksiI, Radiasi, atau
Evaporasi (penguapan air), Uraian secara rinci dari masing-masing cara hilangnya panas tubuh
tersebut akan diberikan pada kesempatan berikut:
 Konduksi yaitu perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suhu benda.
 Konveksi yaitu transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui
permukaan tubuh.
 Radiasi yaitu emisi dari energi elegtromagnet, radiasi dapat mentransfer panas antar
obyek yang tidak kontak langsung, sebagai contoh radiasi dari sinar matahari.
 Evaporasi yaitu proses kehilngan panas dari permukaan cairan yang ditransformasikan
dalam bentuk gas.

Kehilangan panas yang terpenting pada lingkungan air adalah melalui konduksi.
Akan tetapi, pada lingkungan udara, konduksi tidak penting artinya karena udara
merupakan konduktor atau penghantar panas yang jelek. Bahkan, udara sebenarnya
merupakan insulator atau pelindung panas yang baik. Kehilangan panas melalui
konveksi, radiasi, dan evaporasi penting artinya pada lingkungan udara.

Penggolongan Binatang

Ditinjau dari segi kemampuannya untuk mengatur temperatur tubuh (termoregulasi),


binatang dapat digolongkan ke dalam:

 Binatang berdarah dingin (cool-blooded animals) atau


 Binatang berdarah hangat (warm-blooded animals)

Istilah lain yang digunakan untuk menjelaskan hubungan temperatur lingkungan dengan
temperatur tubuh vertebrata. Istilah yang digunakan adalah:

 Binatang poikilotherm, Binatang poikilotherm adalah binatang yang temperatur


tubuhnya selalu mendekati temperatur lingkungan tempat binatang tersebut saat itu
berada. Dengan demikian, istilah poikilotherm itu pada hakikatnya merupakan sinonim
dari ektotherm.

 Binatang homeotherm, Binatang poikilotherm adalah binatang yang temperatur


tubuhnya selalu mendekati temperatur lingkungan tempat binatang tersebut saat itu
berada. Dengan demikian, istilah poikilotherm itu pada hakikatnya merupakan sinonim
dari ektotherm.
 Binatang heterotherm. Namun, tidak semua binatang endotherm merupakan binatang
homeotherm. Beberapa binatang endotherm temperatur tubuhnya bisa berfluktuasi
cukup lebar dan temperatur tubuhnya itu tidak lagi berubah ketika telah mendekati batas
kritis temperatur yang dapat ditolerirnya. Binatang yang memiliki kemampuan
termoregulasi yang demikian itu disebut binatang heterotherm. Salah satu contoh
binatang heterotherm adalah unta. Unta mampu bertahan hidup pada lingkungan gurun
yang sangat panas di siang hari dan sangat dingin di malam hari karena memiliki
kemampuan termoregulasi yang demikian itu.

Aklimasi dan Aklimatisasi

Kondisi alami tidak sama dengan kondisi percobaan. Pada kondisi alami,
makhluk hidup terdedah dengan berbagai variabel lingkungan, tidak hanya dengan
temperatur saja. Dalam artinya yang paling luas, lingkungan dapat digolongkan ke
dalam 2 komponen utama yaitu:

1. Faktor lingkungan abiotik, yaitu semua faktor fisik dan kimiawi dari lingkungan. Faktor
abiotik atau fisik lingkungan yang penting artinya bagi kehidupan dan produktivitas
hewan meliputi temperatur udara, kelembaban, radiasi matahari, dan angina.
2. Faktor lingkungan biotik, yaitu semua interaksi antarentitas biologi seperti makanan,
air, pemangsaan, penyakit, dan interaksi social serta seksual.

Perubahan faktor lingkungan abiotik utamanya seperti perubahan musiman


dalam periode penyinaran (menentukan lama waktu siang hari dan malam hari),
ketersediaan pakan, dll. yang berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama dapat
mempengaruhi toleransi binatang. Pada kondisi yang demikian itu, berlangsung
pengaturan fisiologi secara lebih mendalam sehingga memungkinkan binatang tersebut
mampu bertahan hidup pada lingkungan yang berubah tersebut. Bentuk penyesuaian
diri terhadap kondisi lingkungan yang berubah atau baru tersebut dan berlangsung
dalam jangka waktu lama itu dikenal sebagai aklimatisasi (acclimatization). Secara
umum, bentuk penyesuaian diri terhadap berbagai faktor lingkungan itu dikenal sebagai
adaptasi (adaptation).
Contoh termoregulasi pada ikan

Ikan mempunyai temperatur internal yang sedikit lebih tinggi daripada


temperatur air sekitarnya. Akan tetapi, bedanya itu biasanya kecil. Laju metabolisme
pada ikan rendah. Perpindahan panas antara jaringan ikan dan lingkungan air adalah
tinggi. Jadi, panas tubuh ikan banyak yang hilang melalui konduksi. Kehilangan panas
terjadi hampir secepat panas tersebut dihasilkan. Dengan demikian, ikan selalu
berusaha agar temperatur tubuhnya berada dalam kisaran normal.

Aktivitas ikan yang meningkat menghasilkan panas yang lebih banyak. Akan
tetapi, karena ikan memerlukan banyak ventilasi lewat insang, laju kehilangan
panasnya juga meningkat. Temperatur tubuh sebagian besar ikan sekitar pada
umumnya 1oC lebih tinggi daripada temperatur air. Pada sejumlah ikan aktif yang
ukurannya lebih besar, misalnya ikan marlin, beda temperatur tersebut bisa mencapai
5-6oC.

Di dalam tubuh organisme (tingkat individu) pasti ada mekanisme regulasi


untuk mencapai keadaan yang homeostatic. Homeostatik pada dasarnya merupakan
suatu upaya mempertahankan atau menciptakan kondisi yang stabil dinamis (“steady
state “) yang menjamin optimalisasi berbagai proses fisiologis dalam tubuh. Untuk
mencapai keadaan tersebut, tubuh melakukan berbagai aktivitas regulasi, sebagai
mekanisme untuk mencapai homeostatis yang diharapkan. Regulasi dan homeostatis
juga terjadi di tingkat populasi dan komunitas dalam suatu ekosistem.

Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil. Regulasi
dilakukan dalam banyak bentuk, misalnya regulasi untuk mempertahankan cairan
tubuh, osmolaritas tubuh, keasaman, suhu, kadar lemak, gula dan protein darah,dsb.
Pada tubuh manusia, regulasi diperankan oleh antara lain adalah syaraf dan
hormone.karena kedua komponen merupakan pengendali utama dalam proses regulasi
dalam tubuh. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan
ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Pada topik yang dibahas yaitu
mengenai termoregulasi (pengaturan suhu tubuh) beruang kutub.

Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan /manusia harus mengatur panas yang
diterima atau yang hilang ke lingkungan. Mahluk butuh suhu lingkungan yang cocok,
agar metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu lingkungan terlalu rendah ia
harus mengeluarkan energi lebih besar daripada biasanya berupa panas . Enzim bekerja
dalam suhu optimum. Kalau suhu rendah enzim tak bisa bekerja, berarti metabolisme
terhalang.

Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan :

1.1 poikiloter.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut
hewan berdarah dingin.
1.2 homoiterm
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya
lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat
mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu
lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan
homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor
umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam,
faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada
suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan
sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang
menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap
konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia.
Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama
dengan suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca
keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang
hilang.
2. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi
dan evaporasi.
2.1 Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan
medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya.
2.2 Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi
padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar
dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah.
2.3 Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas.
Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.
2.4 Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju
konveksi kehilangan panas karena evaporasi .
3. Adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh hewan
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan
suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan
burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan
hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan
produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi
terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil
metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di
dalam sarangnya.
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi
singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam
untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-
biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya
lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan
mengunyah makanan.

3.2 Adaptasi Fisiologi


Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan
baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya
kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam
jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk
bertahan di daerah dingin.
3.3 Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku
terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai
dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.
Adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm terhadap lingkungan adalah dengan tingkah
lakunya. Contoh adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm antara lain :
 Katak (Amphibi)
Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara
menguapkan panas dari dalam tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan dilakukan
katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih rendah suhunya.
Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas katak menggunakannya untuk memaksimalkan
reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur yang dihasilkan ditempelkan
pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan sudah memungkinkan seperti pada saat
musim penghujan, Maka telur tersebut akan berkembang menjadi berudu yang akhirnya
akan menjadi katak dewasa yang baru.
 Buaya (Reptile)
Buaya memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada lingkungan panas dia
mengurangi penguapan dengan kulitnya yang tebal tersebut. Secara tingkah laku yang
dilakukan buaya adalah dengan membuka mulut untuk menguapkan panas tubuhnya
(Evaporasi). Kelompok hewan melata (reptil) adalah binatang bertulang belakang berkulit
berkulit kering, bersisik, dan bernapas dengan paru-paru. Hewan melata termasuk kelompok
hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur
suhu tubuhnya.

 Ular

Secara tingkah laku ular melakukan adaptasi pada lingkungan panas dengan
bersembunyi dibawah tanah atau dalam liangnya. Pada beberapa ular gurun adaptasi pada
lingkungan panas dilakukan dengan berjalan karah menyamping bersudut sekitar 45o.
Frekuensi dan Intensitas Radiasi:
 Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu benda yang
mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya
 tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik
 berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau memperoleh panas
tubuh
Suhu tubuh hewan, endoterm dan ektoterrn tergantung pada jumlah panas(kalori) per unit
masa jaringan. Jaringan terdiri terutama atas air, sehingga kapasitas panas jaringan antara 0o –
40o C kira-kira 1,0 kalori per o C per gram. Berarti makin luas hewan makin besar panas tubuh
menentukan suhu hewan. Kecepatan perubahan panas tubuh tergantung pada:
1. Kecepatan produksi panas melalui aktivitas metabolic
2. Kecepatan penambahan panas
3. Kecepatan kehilangan panas kelingkungan
Jadi panas tubuh dan selanjutnya suhu tubuh seekor hewan dapat diregulasi dengan
mengubah kecepatan produksi panas dan perpindahan panas (transfer panas).
Produksi panas. Pada hewan ada mekanisme yang mempengaruhi kecepatan panas
tubuh guna menstabilkan suhu tubuhnya (termoregulasi), diantaranya:
1. Mekanisme tingkah laku
2. Mekanisme otonomik, seperti mempercepat metabolisme simpanan energi.
3. Mekanisme adaptif atau aklimatisasi, yang lebih lamban dibandingkan mekanisme yang lain.
Yaitu memproduksi penambahan panas pada metabloisme basal.
Hewan homeoterm memiliki bulu, rambut atau lapisan lemak untuk mengurangi
konduktansi permukaan tubuhnya. Insulasi seperti ini menimbulkan perbedaan suhu antara
pusat tubuh dengan lingkungan hewan yang berjarak beberapa milimeter atayu sentimeter,
sehingga perbedaan temperatur kurang besar, jadi kecepatan aliran panas dikurangi. Sifat yang
penting dari rambut dan bulu adalah menyerap dan menahan panas, sehingga memiliki
konduktivitas panas yang rendah, jadi tidak merambatkan panas.

Termoregulasi Pada Hewan Poikiloterm.


Suhu tubuh hewan poikilotermik ditentukan oleh keseimbangannya dengan kondisi
suhu lingkungannya, dan berubah seperti berubah-ubahnya suhu lingkungan. Pada hewan
poikiloterm air, misalnya kerang, udang, dan ikan, suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh
keseimbangan konduktif dan konvektif dengan air mediumnya, dan suhu tubuhnya mirip suhu
air. Hewan memproduksi panas internal secara metabolik, dan ini mungkin meningkatkan suhu
tubuh di atas suhu air. Namun air menyerap panas begitu efektif dan hewan poikilotermik tidak
memiliki insulasi sehingga perbedaan suhu hewan dengan air sangat kecil.
Pada hewan poikilotermik darat, misalnya katak, keong dan serangga, suhu tubuhnya
dapat lebih mendekati suhu udara lingkungan. Input radiasi panas dari matahari atau sumber
lain mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas suhu lingkungan, dan penguapan air melalui
kulit dan organ-organ respiratori menekan suhu tubuh beberapa derajat di bawah suhu
lingkungan.
Hewan darat dapat memelihara keseimbangann tubuh dengan mengurangi penguapan
dan kehilangan panas lewat konduksi dan memaksimalkan penambahan panas melalui radiasi
dan panas metabolik. Sianar matahari digunakan oleh serangga dan reptil sebagai sumber
eksternal tubuhnya. Untuk meningkatkan jumlah panas yang dapat diserap, hewan tergantung
pada warna tubuh dan orientasinya relatif terhadap matahari. Banyak hewan yang dapat
merubah warna kulitnya melalui penyebaran dan kontraksi sel-sel pigmen hitam paada
kulitnya. Karena hampir separuh energi matahari berada dalam cahaya tampak, kulit berwarana
gelap akan menyerap energi panas matahri daripada berwarna cerah.

Anda mungkin juga menyukai