Anda di halaman 1dari 33

HOMEOSTASIS

Homeostasis adalah suatu kondisi keseimbangan internal


yang ideal, di mana semua sistem tubuh bekerja dan
berinteraksi dalam cara yang tepat untuk memenuhi
semua kebutuhan dari tubuh. Semua organisme hidup
berusaha untuk homeostasis.
Terdapat dua macam pengaturan umpan balik dalam homeostasis, yaitu:
1. Umpan balik negatif (negative feedback)
Sebagai gambaran tentang umpan balik negatif adalah dengan mengamati bekerjanya thermostat yang
dipasang dalam akuarium untuk menjaga agar suhu air dalam akuarium tersebut berada pada suhu yang
diinginkan. Bilamana suhu air medium lebih rendah dari suhu yang diinginkan, sensor memberikan informasi agar
pemanas memanaskan medium. Jadi pengaturan suhu tubuh membutuhkan thermostat yang informasinya harus
diberikan pada sistem pengendali suhu. Jika informasi yang sampai pada sistem pengendali suhu adalah bahwa
suhu tubuh lebih rendah dari yang semestinya, maka sistem pengendali akan meningkatkan suhu tubuh sampai
kondisi semestinya dan pemanasan berhenti sampai terjadinya penurunan suhu lebih rendah dari yang semestinya.
Pada mamalia yang senantiasa mempertahankan suhu tubuh konstan, meningkatnya suhu tubuh menghasilkan
respon yang mengembalikan suhu tubuh sebagaimana kondisi yang semestinya. Jadi, umpan balik negatif
mengarahkan pada stabilitas sistem fisiologis. Hal ini merupakan kebalikan dari sistem umpan balik positif dimana
perubahan awal suatu variable menghasilkan perubahan lebih lanjut.
Sebagai contoh, peristiwa yang terjadi pada burung dan mamalia pada waktu mempertahankan suhu
tubuhnya supaya tetap konstan. Peningkatan suhu tubuh sebesar 0,5o C akan mendorong timbulnya tanggapan
yang akan mengembalikan suhu tubuh ke suhu awal, yaitu suhu seharusnya. Pada mamalia, suhu seharusnya
adalah 37o C dengan demikian, system umpan balik negative pada contoh di atas akan selalu membawa system
fisiologis kepada suhu tubuh 37o C.
2. Umpan Balik Positif (Positive Feedback)
Pada system umpan balik positif, perubahan aawal suatu variable akan menghasilkan
perubahan yang semakin besar, misalnya proses pembekuan darah. proses pembekuan darah
sebenarnya bekerja melalui mekanisme system umpan balik positif, yang bertujuan untuk
menghentikan pendarahan. Namun, hasil dari proses tersebut selanjutnya bermakna sangat
penting untuk memepertahankan volume darah yang bersirkulasi agar tetap konstan.
Mekanisme umpan balik posistif tidak terlibat dalam proses menjaga kondisi homeostasis,
tetapi terlibat dalam penyelenggaraan fungsi fisiologis tertentu (proses pembekuan darah dan
fungsi sel saraf.) Mekanisme umpan balik positif dalam mengendalikan fungsi fisiologis pada
hewan dapat berbahaya. Misalnya, suhu tubuh mamalia meningkat, jika gangguan awal ini
kemudian mengalami umpan balik positif maka hasilnya adalah peningkatan suhu tubuh lebih
lanjut yang tentunya berbahaya bagi hewan tersebut.
HOMEOSTASIS

TERMOREGULAS
OSMOREGULASI EkskRESI
I
TERMOREGULASI
suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal
agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Berdasarkan, suhu
berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan
menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi
kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara
molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula. Akan tetapi,
kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan
kenaikan suhu hingga batas tertentu saja.
Hewan ektoterm
hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu
tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya
sedikit contoh ikan dan amfibia.
hewan endoterm
adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang
merupakan hasil dari metabolisme jaringan contoh aves dan mamalia.
Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu yang sangat tinggi
Dengan meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulit, bagi hewan yang
berkulit lembab atau dengan cara berkeringat untuk hewan yang mempunyai kelenjar
keringat dan melalui saluran napas, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air; dan
mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi. Sebaliknya cara adaptasi
hewan eksoterm pada suhu sangat dingin yaitu dengan menambah zat terlarut ke dalam
cairan tubuhnya untuk meningkatkan konsentrsasi osmotik dan menambah protein anti beku
ke dalam cairan tubuh
Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan
homeoterm, sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu
tubuhnya disebut poikiloterm.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan
seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin
homoiterm
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm
suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya
sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan
aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan
mengatur suhu tubuh.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya,
pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan
lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi,
berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga
suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah
bangsa burung dan mamalia.Hewan yang berdarah dingin adalah hewan
yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya
Adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh
hewan

Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi
singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam
untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri,
domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih
banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah
makanan.
3.2Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh
untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis
adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di
punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir
dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki
lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
3.3 Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku
terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai
dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri
Adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm terhadap lingkungan adalah dengan tingkah
lakunya. Contoh adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm antara lain :
Ikan (Pisces).
Jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan adalah dengan berenang ke perairan yang
lebih dasar atau menuju ke tempat yang intensitas sinar matahari lebih sedikit seperti
dibawah pepohonan.
Katak (Amphibi)
Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara
menguapkan panas dari dalam tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan dilakukan katak
adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih rendah suhunya. Namun jika
suhu lingkungan ekstrim panas katak menggunakannya untuk memaksimalkan reproduksinya.
Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur yang dihasilkan ditempelkan pada daun atau
ranting pohon. Ketika lingkungan sudah memungkinkan seperti pada saat musim penghujan,
Maka telur tersebut akan berkembang menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi katak
dewasa yang baru.
Belalang (Insecta)
Pada lingkungan panas belalang beradaptasi secara morfologi dengan cara mengubah warna
tubuhnya. Secara tingkah laku yang dilakukan belalang adalah bersembunyi dabalik daun.
Buaya (Reptile)
Buaya memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada lingkungan panas dia
mengurangi penguapan dengan kulitnya yang tebal tersebut. Secara tingkah laku yang
dilakukan buaya adalah dengan membuka mulut untuk menguapkan panas tubuhnya
(Evaporasi).Kelompok hewan melata (reptil)adalah binatang bertulang belakang berkulit
berkulit kering, bersisik, dan bernapas dengan paru-paru. Hewan melata termasuk kelompok
hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur
suhu tubuhnya.
Ular
Secara tingkah laku ular melakukan adaptasi pada lingkungan panas dengan bersembunyi
dibawah tanah atau dalam liangnya. Pada beberapa ular gurun adaptasi pada lingkungan
panas dilakukan dengan berjalan karah menyamping bersudut sekitar 45 o.
Osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan antara jumlah
air dan zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan. Mengapa hewan harus
melakukan osmoregulasi? Alasan utamanya ialah karena perubahan
keseimbangan jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh memungkinkan
terjadinya perubahan arah aliran air/zat terlarut menuju ke arah yang tidak
diharapkan. Proses inti dalam osmoregulasi yaitu osmosis. Osmosis adalah
pergerakan air dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi
(yang lebih encer) menuju ke cairan yang mempunyai kandungan air yang
lebih rendah (yang lebih pekat).
Osmoregulasi dapat juga didefinisikan sebagai proses homeostasis untuk
menjaga agar cairan tubuh selalu berada dalam keadaan stabil
atausteady state. Masalah osmoregulasi antara lain sebagai berikut:
1)Setiap individu hewan membutuhkan konsentrasi garam yang
berbeda dengan lingkungannya.
2)Hewan harus mempunyai konsentrasi air yang sama (partikel
konsentrasi terlarut total) terhadap lingkungannya, yang berarti
membutuhkan sejumlah besar energy untuk membuang air dari tubuhnya.
3)Hewan perlu untuk membuang sejumlah sisa hasil metabolisme
yang larut dalam air seperti ammonia, kreatinin, dan pigmen darah.
Berdasarkan kemapuannya menjaga tekanan osmotik tubuh, dikenal
adanya hewan osmoregulator dan osmokonformer.
.Osmokonformer
Osmokonformer merupakan hewan yang tidak mampu mempertahankan tekanan
osmotik di dalam tubuhnya, oleh karena itu hewan harus melakukan berbagai
adaptasi agar dapat bertahan di dalam tempat hidupnya. adaptasi dapat dilakukan
sepanjang perubahan yang terjadi pada lingkungannya tidak terlalu besar dan
masih ada dalam kisaran konsentrasi yang dapat diterimanya. Jika perubahan
lingku ngan terlalu besar maka hewan yang melakukan osmokonfermer tidak dapat
bertahan hidup di tempat tersebut.
Osmoregulator
Osmoregulasi adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung
lingkungan sekitar. Oleh karena kemampuan meregulasi ini maka osmoregulator
dapat hidup di lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan
konsentrasi cairan yang rendah, osmoregulator akan melepaskan cairan berlebihan
dan sebaliknya
.Peranan Osmoregulasi
Secara umum osmoregulasi berperan:
1)Membuang sisa maupun hasil samping metabolisme dari dalam tubuh makhluk hidup untuk
menjaga ketidakseimbangan reaksi-reaksi kimia dalam tubuh, kerjanya bersama-sama dengan
sistem ekskresi.
2)Mencegah terhadap gangguan fungsi enzim dalam proses metabolisme, dengan cara
membuang zat-zat sisa atau hasil sampingan metabolisme yang bersifat racun,
3)Mempertahankan kestabilan ratio ion-ion yang terlarut dalam cairan tubuh, terutama ion-ion:
Na, K, Mg, Ca, Fe, H, Cl, I, PO3yang sangat vital untuk aktivitas metabolisme seperti kerja enzim,
sintesa protein, produksi hormon, pigmen respirasi, permeabilitas otot, aktivitas listrik, dan kontraksi
otot.
4)Mengatur jumlah air yang terkandung dalam cairan tubuh, untuk menjaga volume cairan
tubuh dan tekanan osmotik agar tetap dalam keadaan stabil, seperti diketahui bahwa tekanan
osmotik tergantung baik pada jumlah zat terlarut maupun pelarutnya, dan
5)Mengatur dan menjaga kestabilan pH cairan tubuh agar reaksi-reaksi dalam metabolisme
dapat berjalan dengan baik.
Mekanisme Osmoregulasi
Berdasarkan Mekanismenya osmoregulasi pada hewan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
1.Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih
tinggi dari konsentrasi lingkungan. Maka secara fisika untuk menjaga kestabilan lingkungan internalnya
(cairan tubuh) hewan tersebut mempunyai kecendrungan untuk :
a.Mengurangi masuknya air kedalam tubuh dengan meningkatkan impermeabilitas dinding tubuh atau
dengan cara mengeluarkan kelebihan air yang ada dari dalam tubuh.
b.Memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya dengan cara makan dan minum untuk menjaga
ksabilan zat-zat yang terlarut dalam cairan tubuhnya. Misalnya pada petadrom (Ikan air tawar)
2.Regulasi Hipoosmotik
Pada hewan-hewan yang hidup dilaut pada umumnya dimana konsentrasi pelarut dalam tubuh hewan lebih
tinggi dari pada lingkunganya, maka untuk menjaga kestabilan cairan tubuhnya hewan tersebut akan:
a.Menghambat/mencegah keluarnya air dari dalam tubuh ke lingkungannya.
b.Mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garam dari dalam
tubuhnya.

Sistem Osmoregulasi pada Hewan

1.Sistem Osmoregulasi pada hewan invertebrata
Secara umum, organ osmoregulasi invertebrata memakai mekanisme filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi
yang prinsipnya sama dengan kerja ginjal pada vertebrata yang memproduksi urin yang lebih encer
dari cairan tubuhnya.
1)Osmoregulasi pada serangga
Kehilangan air pada serangga terutama terjadi melalui proses penguapan. Hal ini dikarenakan serangga
memiliki ratio luas permukaan tubuh dengan masa tubuhnya sebesar 50x, bandingkan dengan mamalia
yang mempunyai ratio luas permukaan tubuh terhadap masa tubunya yang hanya 1/2x. Jalan utama
kehilangan air pada serangga adalah melalui spirakulum untuk mengurangi kehilangan air dari
tubuhnya maka kebanyakan serangga akan menutup spirakelnya pada saat diantara dua gerakan
pernapasannya. Cara mengatasi yang lain adalah dengan meningkatkan impermeabilitas kulitnya, yaitu
dengan memiliki kutikula yang berlilin yang sangat impermeable terhadap air, sehingga serangga
sedikit sekali kehilangan air melalui kulitnya. Sebagai organ ekskretori serangga memiliki badan
Malphigi yang bersama-sama dengan saluran pencernaan bagian belakang membentuk sistem
ekskretori osmoregulatori.
Osmoregulasi pada Annelida
Cacing tanah seperti lumbricus terestris merupakan regulator hiperosmotik yang efektif. Hewan ini
secara aktif mengabsorbsi ion-ion. Urine yang diproduksinya encer, yang secara esensial bersifat
hipoosmotik mendekati isoosmotik terhadap darahnya. Diduga konsentrasi urinnya disesuaikan
menurut kebutuhan keseimbangan air tubuhnya. Homeostasis regulasi juga dilakukan dengan
pendekatan prilaku yaitu aktif dimalam hari dan menggali tanah lebih dalam bila permukaan tanah
kering.
3)Osmoregulasi pada Molusca
Pada tubuh keoang/Siput memiliki permukaan tubuh berdaging yang sangat permeable terhadap air.
bila dikeluarkan dari cangkangnya, maka air akan hilang secepar penguapan air pada seluas
permukaan tubuhnya. Semua keoang atau siput bernapas terutama dengan paru-paru yang terbentuk
dari mantel tubuhnya dan terbuka keluar melalui lubang kecil. Toleransi terhadap air sangat tinggi.
Tekanan osmotic cairan internal bervariasi secara luas tergantung kandungan air lingkungannya.
Untuk menghindari kehilangan air yang berlebih, keong atau siput lebih aktif dimalam hari dan bila
kondisi bertambah kering , keoang akan berlindung dengan membenamkan diri kedalam tanah serta
menutup cangkangnya dengan semacam operculum yang berasal dari lendir yang dikeluarkannya.
Banyak keong darat yang secara rutin mengeluarkan suatu zat yang mengandung nitrogen dalam
bentuk asam urat yang sulit larut dalam air, yang terbukti bahwa ternyata zat ini meningkat pada
beberapa spesies dalam masa kesulitan mendapatkan air. Selama masa estivasi (tidur musim panas)
asam urat ini disimpan dalam ginjal dengan maksud mengurangi kehilangan air untuk menekskresikan
nitrogen tersebut. Banyak spesies keong yang menyimpan air didalam rongga mantelnya yang
rupanya digunakan pada liungkungan kering.
Osmoregulasi pada Vertebrata
1)Osmoregulasi pada Ikan
Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungan, sehingga air cenderung masuk ketubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang
semipermiable. Bila hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya
garam-garam tubuh dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat menyokong
fungsi-fungsi fisiologis secara normal. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai air
seni. Ginjal mempunyai glomerulus dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk
lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-
banyaknya.
Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya, sehingga
cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan garam-garam.Untuk mengatasi
kehilangan air, ikan minumair laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan
garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan
garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air,
volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubulus ginjal mampu berfungsi
sebagai penahan air. Jumlah glomerulus ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil dari
pada ikan air tawar
)Osmoregulasi pada Reptil
Hewan dari kelas reptile, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang kerimg dan bersisik.
Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini merupakan cara beradaptasi yang baik
terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak kehilangan banyak air. Untuk lebih menghemat air, hewan
tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang pengeluarannya hnya
membutuhkan sedikit air. selain itu, Reptil juga melakukan penghematan air dengan menghasilkan
feses yang kering. Bahkan, Kadal dan kura-kura pada saat mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan
urin encer yang dihasilkan dan disimpan dikandung kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.
3)Osmoregulasi pada Aves
Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses mempertahankan
suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan memperoleh makanan dari laut (burung laut)
menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung tersebut
harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Burung mengeluarkan kelebihan garam
tersebut melalui kelenjar garam, yang terdapat pada cekungan dangkal dikepala bagian atas, disebelah
atas setiap matanya, didekat hidung. Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam didalm
tubhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang banyak mengandung NaCl. Kelenjar garam
ini hanya aktif pada saat tubuh burung dijenuhkan oleh garam.
Osmoregulasi pada Mamalia
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat.
Sementara, cara mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya,
yaitu dari air minum dan makanan. Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup
dipadang pasir memperoleh air denga cara minum merupakan hal yang
mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak minum air, tetapi dapat
bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari oksidasi
glukosa.
Sistem ekskresi merupakan suatu sistem yang menyelenggaran proses
pengeluaran zat-zat sisa. Sistem Ekskresi adalah proses pengeluaran zat
sisa metabolisme yang sudah terakumulasi dalam tubuh agar
kesetimbangan tubuh tetap terjaga.Sistem ekskresi merupakan hal yang
pokok dalam homeostasis karena sistem ekskresi tersebut membuang
limbah metabolisme dan merespon terhadap ketidakseimbangan cairan
tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan.
Sebagian besar sistem ekskresi menghasilkan urin dengan cara menyaring
filtrat yang diperoleh dari cairan tubuh. Sistem pengeluaran zat-zat sisa
metabolism yang tidak berguna bagi tubuh dari dalam tubuh, seperti
menghembuskan gas CO2 ketika bernafas, berkeringat, dan buang air
kecil. Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya
mempunyai kemiripan fungsional.
Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara,
yaitu melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan
mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa
metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul
kompleks.
Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara
lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida
dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang
berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak
berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa
namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan
PH) dalam darah.
Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut.
Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun
bagisel. Olehkarena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk
sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang
beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel
darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah
yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.
Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia)
dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di
dalam air rendah. Tugas pokok alat ekskresi ialah membuang sisa metabolisme tersebut di
atas walaupun alat pengeluarannya berbeda-beda.
Amonia dihasilkan dari proses deaminiasi asam amino. Amonia merupakan bahan yan sangat
racun dan merusak sel. Hewan- hewan yang mengekskresikan amonia disebut amonotelik.
Bagi hewan yang hidup di darat amonia menjadi masalah untuk kelangsungan hidupnya jika
di timbun dalam tubuhnya. Karena itu pada hewan yang hidup di darat amonia segera di
rubah di dalam hati menjadi persenyawaan yang kurang berbahaya bagi tubuhnya yaitu
dalam bentuk urea dan asam urat. Kebanyakan mamalia, amphibi dan ikan mengekskresikan
urea dan hewan-hewan tersebut dapat disebut ureotelik. Urea mudah larut dalam air dan
diekskresikan dalam cairan yang disebut urine. Pada burung, reptil, keong darat, dan
serangga asam urat yang diekskresikan berbentuk padat bersama kotoran.
Sistem Ekskresi pada Ikan
Tipe ginjal pada vertebrata ada beberapa macam, yaitu pronefros, opistonefros,
mesonefros, dan metanefros. Pronefros adalah ginjal yang berkembang pada fase
embrio atau larva yang selanjutnya akan berubah menjadi mesonefros lalu
menjadi metanefros pada akhirnya. Opinefros adalah tipe ginjal yang terdapat
pada amfibi ikan.
Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang (opistonefros)
dan berwarna kemerah-merahan. Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan mas
saluran ginjal (kemih) menyatu dengan saluran kelenjar kelamin yang disebut
saluran urogenital. Saluran urogenital terletak dibelakang anus, sedangkan pada
beberapa jenis ikan yang lain memiliki kloaka. Karena ikan hidup di air, ikan
harus selalu menjaga keseimbangan tekanan osmotiknya. Pada ikan yang
bernafas dengan insang, urin dikeluarkan melalui kloaka atau porus urogenitalis,
dan karbon dioksida dikeluarkan melalui insang.
Mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air tawar dan air laut berbeda. Ikan yang hidup di air
tawar mengekskresikan ammonia dan aktif menyerap oksigen melalui insang, serta mengeluarkan
urin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, ikan yang hidup dilaut akan mengekskresikan ammonia
melalui urin yang jumlahnya sedikit.
Ikan air tawar memiliki konsentrasi kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan
lingkungannya. Akibat kondisi tersebut air dari lingkungannya cenderung masuk kedalam tubuh ikan
secara osmosis dan garam keluar tubuh melalui proses difusi. Untuk menjaga kestabilan kadar
garam tubuh, ikan akan mengeluarkan kelebihan air melalui ginjalnmya. Ginjal ini mempunyai
glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan
garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanya-banyaknya.
Ketika cairan dari badan malpigu memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli
distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable (kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air.
Tubuh ikan air laut berbeda dari ikan air tawar karena tubuh ikan air laut memiliki konsentrasi kadar
garam yang lebih rendah dibandingkan dengan lingkungan. Akibat dari keadaan tersebut ikan
cenderung kehilangan cairan tubuhnya dan mendapatkan tambahan garam dari lingkungannya.
Untuk mengganti cairan tubuh yang banyak keluar, ikan banyak minum.
Sedangkan untuk membuang garam yang berlebihan didalam tubuhnya dilakukan dengan cara
mengalirkan darah yang mengandung garam ke insang yang selanjutnya akan dibuang ke
lingkungan oleh sel-sel sekretori garam yang terdapat di insang. Selain itu kelebihan garam akan
dibuang melalui fases atau ginjal. Berbeda dengan ikan air tawar, urin yang dihasilkan sangat sedikit
dan pekat sehingga glomerulus ginjal ikan air laut mengalami reduksi bahkan pada beberapa ikan
tidak memiliki glomerulus, misalnya ikanAntennarius multiocellatus.
Ikan yang hidup di air laut mengekskresikan sampah nitrogen yang kurang
beracun, yaitu trimetilamin oksida (TMO). Zat ini memberi bau khas air
laut. Selain itu, ikan air laut mengekskresikan ion-ion lewat insang dan
mengeluarkan urin dengan volume yang kecil. Karena ginjal ikan air laut
tidak memiliki glomerulus, akibat tidak terjadi ultrafiltrasi di ginjal, dan urin
terbentuk oleh sekresi garam-garam dan TMO yang berkaitan dengan
osmosis air.
2.2.2 Sistem Ekskresi padareptil
Alat ekskresi pada reptilia adalah sepasang ginjal metanefros. Metanefros berfungsi setelah pronefros dan
mesonefros yang merupakan alat ekskresi pada stadium embrional menghilang. Ginjal dihubungkan oleh
ureter ke vasika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria bermuara langsung ke kloaka (Lubis, 2012). Bentuk
ureter menyempit ke bagian posterior, ukurannya kecil, dan permukaannya beruang-ruang. Selain ginjal,
reptil memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan asam urat tertentu yang berguna mengusir musuh. Pada
jenis kura-kura tertentu terdapat vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung ke kloaka dan
berfungsi sebagai organ respirasi. Vesika urinaria tambahan berfungsi sebagai organ respirasi. Pada kura-kura
betina, organ respirasi tersebut juga berfungsi membasahi tanah yang dipersiapkan untuk membuat sarang
sehingga tanah menjadi lunak dan mudah digali.
Hasil ekskresi pada Reptilia adalah asam urat. Asam urat ini tidak terlalu toksik jika dibandingkan dengan
amonia yang dihasilkan oleh Mammalia. Asam urat dapat juga diekskresikan tanpa disertai air dalam volume
yang besar. Asam urat tersebut dapat diekskresikan dalam bentuk pasta berwarna putih. Beberapa jenis
Reptilia juga menghasilkan amonia. Misalnya, pada buaya dan kura-kura. Penyu yang hidup di lautan memiliki
kelenjar ekskresi untuk mengeluarkan garam yang dikandung dalam tubuhnya. Muara kelenjar ini adalah di
dekat mata. Hasil ekskresi yang dihasilkan berupa air yang mengandung garam. Ketika penyu sedang
bertelur, kita seringkali melihatnya mengeluarkan semacam air mata. Namun, yang kita lihat sebenarnya
adalah hasil ekskresi garam. Ular, buaya, dan aligator tidak memiliki kandung kemih sehingga asam urat
yang dihasilkan ginjalnya keluar bersama feses melalui kloaka
2.2.3 sistem ekskresi padaamphibi
Alat ekskresi pada katak ialah ginjal opistonefros yang dihubungkan dengan ureter di vesika urinaria.
Berwarna merah kecokelatan serta terletak di kanan dan kiri tulang belakang. Alat ekskresi lainnya
ialah kulit, paru-paru, dan insang. Pada katak jantan, saluran ginjal dan saluran kelaminnya bersatu,
sedangkan katak betina tidak. Saat mengalami metamorfosis, amfibi mengubah ekskresi amonia
menjadi urea. Hal ini terjadi saat larva berubah jadi berudu dan hewan darat dewasa. Seperti halnya
ikan, ginjal pada katak juga berperan dalam pengaturan kadar air dalam tubuh.
Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air yang
berlebih. Karena kulit katak permeable terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak air
yang masuk ke tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan
konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai
dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem
portal renal berfungsi untuk membuang bahan-bahan yang diserap kembali oleh tubuh selama masa
aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunakan kantung kemih untuk konservasi
air. Apabila sedang berada di air, kantung kemih terisi urine yang encer. Pada saat berada di darat air
diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang melalui evaporasi kulit. Hormon yang
mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH.
Katak dapat mengatur laju filtrasi dengan bantuan hormon, sesuai dengan kondisi air di sekitarnya.
Ketika berada dalam air dengan jangka waktu yang lama, katak mengeluarkan urine dalam volume
yang besar. Namun, kandung kemih katak dapat dengan mudah terisi air. Air tersebut dapat diserap
oleh dinding kandung kemihnya sebagai cadangan air ketika katak berada di darat untuk waktu yang
lama.

Anda mungkin juga menyukai