Anda di halaman 1dari 12

TOURISM MEDICAL LABORATORY

“LOGAM BERAT”

Oleh :

Kelompok 5

Nama Kelompok :

1. I GEDE MADE BAYU ARIAWAN P07134015007

2. ANAK AGUNG BAGUS PURNAMA PUTRA P07134015011

3. I GUSTI NGURAH DWIJA PUTRA P07134015024

4. I PUTU ADI DARMADA P07134015027

5. I GEDE BAYU ADI RADITYA P07134015029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
PENCEMARAN LOGAM BERAT

Logam berat adalah elemen kimiawi metalik dan metaloida, memiliki bobot
atom dan bobot jenis yang tinggi, yang dapat bersifat racun bagi mahluk hidup
(Badan Standarisasi Nasional 2009). Logam berat umumnya bersifat racun terhadap
makhluk hidup, walaupun beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil.
Melalui berbagai perantara, seperti udara, makanan, maupun air yang
terkontaminasi oleh logam berat, logam tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh
manusia dan sebagian akan terakumulasikan. Jika keadaan ini berlangsung terus
menerus, dalam jangka waktu lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan
kesehatan manusia (Supriyanto C, Samin 2007)

Pencemaran logam berat seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn),
Kadmium (Cd), Cromium (Cr), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Nikel (Ni) dan Raksa
(Hg), Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam
dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu,
Fe, Co, Mn, Ni dan sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak
esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui
manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.
Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada
bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Apabila kepekatan logam-
logam ini tinggi dari biasa, logam-logam ini akan menjadi suatu ancaman bagi
kesehatan manusia jika memasuki rantai makanan (Yudo 2006).
Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik antara lain berbagai
logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan
dalam berbagai keperluan sehari-hari dan secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemari lingkungan dan apabila sudah melebihi batas yang ditentukan
berbahaya bagi kehidupan. Logam-logam berat yang berbahaya yang sering
mencemari lingkungan antara lain merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As),
kadmium (Cd), khromium (Cr), dan nikel (Ni). Logam-logam berat tersebut
diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu mikroorganisme, dan tetap
tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun. Peristiwa yang menonjol dan
dipublikasikan secara luas akibat pencemaran logam berat adalah pencemaran
merkuri (Hg) yang menyebabkan Minamata desease di teluk Minamata, Jepang dan
pencemaran kadmium (Cd) yang menyebabkan Itai-itai disease di sepanjang sungai
Jinzo di Pulau Honsyu, Jepang (Supriyanto C, Samin 2007).

A. Jenis-jenis logam berat


a. Hg
Merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80; bobot atom 200,59; bobot jenis
13,55 g/cm3; titik leleh -38,9 °C; titik didih 357,3 °C; tekanan uap 163 x 10-
3 Pa; kelarutan dalam air 60 μg/l pada 20°C, 250 μg/l pada 50 °C dengan
faktor konversi 1 mg/kg = 8,34 mg/m3, 1 mg/m3 = 0,12 mg/kg. Merkuri
berupa logam cair berwarna putih keperakan, mengkilat dan tidak berbau.
Merkuri merupakan salah satu logam berat yang berbahaya dan dapat terjadi
secara alamiah di lingkungan, sebagai hasil dari perombakan mineral di alam
melalui proses cuaca/iklim, dari angin dan air. Senyawa merkuri dapat
ditemukan di udara, tanah dan air dekat tempat-tempat kotor dan berbahaya.
Merkuri dapat berikatan dengan senyawa lain seperti klorin, sulfur atau
oksigen membentuk senyawa atau garam merkuri anorganik. Kebanyakan
senyawa merkuri anorganik berupa serbuk atau larutan berwarna putih kecuali
untuk merkuri sulfida (dikenal sebagai sinabar) yang berwarna merah dan
berubah menjadi hitam apabila terkena cahaya Umumnya merkuri ditemukan
di alam dalam bentuk merkuri metalik, merkuri sulfida, merkuri klorida dan
metil merkuri (Badan Standarisasi Nasional 2009).
Secara alamiah merkuri terjadi dalam beberapa bentuk di
lingkungan/alam. Biasanya ditemukan/berada pada ikan laut atau kekerangan
secara alamiah ± 0,1 mg/kg. Dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui
penyerapan udara yang mengandung bau/uap metalik merkuri, atau saat
mengkonsumsi pangan yang tercemar merkuri. Saat manusia menghirup uap
merkuri, 80% merkuri akan langsung masuk ke dalam darah dari paru-paru
dan dengan cepat menyebar ke organ tubuh lainnya termasuk otak dan ginjal.
Menghirup merkuri organik dapat mempengaruhi otak dan fungsi lainnya, dan
akan menyebabkan bermacam-macam gejala seperti mudah marah, suka
gemetar, kehilangan sensasi, kesulitan daya ingat, otak yang tidak
terorganisir, dan lain-lain. Apabila kontak dengan kulit, dapat menyebabkan
alergi dan reaksi yang terjadi tergantung daya tahan tubuh seseorang (Badan
Standarisasi Nasional 2009). TOKSISITAS PTWI : 0,005 mg/kg bb sebagai
merkuri total; PTWI : 0,0016 mg/kg bb sebagai metilmerkuri

b. Pb
Timbal (Pb) memiliki nomor atom 82; bobot atom 207,21; Valensi 2-
4. Timbal merupakan logam yang sangat beracun terutama terhadap anak-
anak. Secara alami ditemukan pada tanah. Timbal tidak berbau dan tidak
berasa. Timbal dapat bereaksi dengan senyawasenyawa lain membentuk
berbagai senyawa-senyawa timbal, baik senyawa-senyawa organik seperti
timbal oksida (PbO), timbal klorida (PbCl2) dan lain-lain. Sumber-sumber
timbal antara lain cat usang, debu, udara, air, makanan, tanah yang
terkontaminasi dan bahan bakar bertimbal. Penggunaan senyawa-senyawa
timbal antara lain pembuatan gelas, penstabil pada senyawa-senyawa PVC,
cat berbasis minyak, zat pengoksidasi, bahan bakar.Secara alami timbal dapat
ditemukan pada tanah, tidak berbau dan tidak berasa. Timbal dapat bereaksi
dengan senyawa-senyawa lain membentuk berbagai senyawa timbal, baik
senyawa-senyawa organik seperti timbal oksida (PbO), timbal klorida
(PbCl2) dan lain-lain. Sumber-sumber timbal antara lain cat usang, debu,
udara, air makanan, tanah yang terkontaminasi dan bahan bakar bertimbal
(Badan Standarisasi Nasional 2009) .
Di dalam tubuh, timbal diperlakukan seperti halnya kalsium. Tempat
penyerapan pertama adalah plasma dan membran jaringan lunak. Selanjutnya
didistribusikan ke bagian-bagian dimana kalsium memegang peranan penting
seperti gigi pada anak-anak dan tulang pada semua umur. Bayi, janin dalam
kandungan dan anak-anak lebih sensitif terhadap paparan timbal karena
timbal lebih mudah diserap pada tubuh yang sedang berkembang. Selain itu
jaringan otot anak-anak lebih sensitif. Sekitar 99% timbal yang masuk ke
dalam tubuh orang dewasa dapat diekskresikan setelah beberapa minggu,
sedangkan untuk anak-anak hanya 32 % yang dapat diekskresikan. Timbal
dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan makanan. Konsumsi
timbal dalam jumlah banyak secara langsung menyebabkan kerusakan
jaringan, termasuk kerusakan jaringan mukosal. Sistem yang paling sensitif
adalah sistem sintetis jaringan darah (hematopoietik) sehingga biosintetis
haema terganggu. Semua sel-sel yang sedang aktif berkembang sensitif
terhadap timbal. Timbal juga dapat merusak syaraf. Pada bayi dan anak-anak,
paparan terhadap timbal yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan otak;
penghambatan pertumbuhan anak-anak, kerusakan ginjal, gangguan
pendengaran, mual, sakit kepala, kehilangan nafsu makan dan gangguan pada
kecerdasan dan tingkah laku. Pada orang dewasa, timbal dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan gangguan pencernaan, kerusakan ginjal,
kerusakan syaraf, sulit tidur, sakit otak dan sendi, perubahan “mood” dan
gangguan reproduksi (Badan Standarisasi Nasional 2009).
Kadar Pb yang tinggi berbahaya bagi kehidupan biota laut. Adanya
perbedaan hasil penelitian ini dengan BPLHD disebabkan letak stasiun dan
waktu pengambilan sampel tidak sama. Pb bersifat toksis terhadap biota laut,
kadar Pb sebesar 0.1 – 0.2 ppm telah dapat menyebabkan keracunan pada jenis
ikan tertentu (Edward and Lestari 2004).
Toksisitas LD50 :
• Tikus 100-825 mg/kg (oral, timbal arsenat)
• Tikus 109 mg/kg (oral, tetrametil timbal)
• Kelinci 125 mg/kg (oral, timbal arsenat)
• Ayam 450 mg/kg (oral, timbal arsenat)
c. Cd
Kadmium (Cd) memiliki nomor atom 48; bobot atom 112,41 g; bobot
jenis 8,642 g/cm3 pada 20 °C; titik leleh 320,9 °C; titik didih 767 °C; tekanan
uap 0,013 Pa pada 180 °C. Kadmium merupakan logam yang ditemukan alami
dalam kerak bumi. Kadmium murni berupa logam lunak berwarna putih
perak. Namun sejauh ini belum pernah ditemukan kadmium dalam keadaan
logam murni di alam. Kadmium biasa ditemukan sebagai mineral yang terikat
dengan unsur lain seperti oksigen, klorin, atau sulfur. Kadmium tidak
memiliki rasa maupun aroma spesifik. Kadmium digunakan dalam industri
sebagai bahan dalam pembuatan baterai, pigmen, pelapisan logam dan plastik
(Badan Standarisasi Nasional 2009).
Dalam kondisi asam lemah, kadmium akan mudah terabsorpsi ke
dalam tubuh. Sebanyak 5% kadmium diserap melalui saluran pencernaan,
dan terakumulasi dalam hati dan ginjal. Kadmium dan senyawanya bersifat
karsinogen dan bersifat racun kumulatif. Selain saluran pencernaan dan paru-
paru, organ yang paling parah akibat mencerna kadmium adalah ginjal.
Kerusakan yang terjadi disebabkan oleh proses destruksi eritrosit, proteinuria,
rhinitis, emphysema dan bronkhitis kronis. Gejala keracunan kronis adalah
terjadinya ekskresi mikroglobulin dalam urin akibat kerusakan fungsi ginjal.
Kadmium juga mengakibatkan terjadinya deformasi tulang (Badan
Standarisasi Nasional 2009).
Toksisitas ;
LD50 : 225 mg/kg
PTWI : 0,007 mg/kg bb.
d. As
Arsen (As) memiliki nomor atom 33; bobot atom 74,92; bobot jenis
5,72 g/cm3; titik leleh 817 °C (subl); titik didih 613 °C (subl); tekanan uap 0
Pa. Arsen merupakan logam anorganik berwarna abu-abu, dengan kelarutan
dalam air sangat rendah. Arsen pada konsentrasi rendah terdapat pada tanah,
air, makanan dan udara. Unsur ini bereaksi dengan halogen, asam
pengoksidasi pekat dan alkali panas. Persenyawaan arsen dengan oksigen,
klorin dan sulfur disebut arsen anorganik, sedangkan persenyawaan arsen
dengan C & H disebut arsen organik. Senyawa arsen digunakan dalam
insektisida dan sebagai bahan pendadahan (doping) dalam semikonduktor.
Unsur ini digunakan untuk mengeraskan beberapa aloi timbal. Arsen dalam
bentuk persenyawaan antara lain :
• Arsen trioksida : berbentuk serbuk (halus) putih, As2O3; bobot
molekul 197,82 g; bobot jenis 3,7 g/cm3 - 3,87 g/cm3; titik leleh 200 °C.
Senyawa ini sangat beracun dan digunakan untuk meracuni hama dan untuk
membuat kaca opal dan email.
• Arsina (Arsen hidrida) : gas tanwarna, AsH3 ; bobot molekul 77,9
g; bobot jenis 3,48 g/l; titik didih -55 °C; titik leleh -117 °C. Kelarutan dalam
air 18 g/l; larut dalam kloroform dan benzena. Gas ini sangat beracun, mudah
terurai pada suhu tinggi (sekitar 260 °C - 300 °C). Gas arsin banyak dipakai
dalam perdagangan untuk pembuatan komponen mikroelektronik modern.
Digunakan sebagai campuran dalam jumlah sedikit dengan gas lembam, dan
sifat mudah terbakar.
Nilai toksisitas pada tikus, nilai LD50 pada pemberian oral 763
mg/kg bb, intraperitoneal 13 mg/kg bb,sedangkan pada mencit, nilai LD50
pada pemberian oral 145 mg/kg bb, intraperitoneal 46 mg/kg bb. Nilai PTWI
arsen anorganik 0,015 mg/kg bb

e. Timah
Timah (Sn) memiliki nomor atom 50; bobot atom 118,69; bobot
jenis 7,29 g/cm3; titik leleh 231,97 °C; titik didih 2270 °C. Timah
merupakan unsur logam yang dapat ditempa dan berwarna keperakan.
Secara kimia unsur ini reaktif. Timah bereaksi langsung dengan klorin dan
oksigen dan menggantikan hidrogen dari asam encer. Timah juga larut
dalam alkali membentuk stanat. Timah ada dalam beberapa bentuk antara
lain garam +2 dan +4 (garam sitrat, garam fluorida, garam sulfat, garam
klorida), oksida dan logam. Timah digunakan sebagai penyalut pelindung
tipis pada lempeng baja dan merupakan komponen dari sejumlah aloi
(misalny kuningan fosfor, logam senjata, solder, logam Babbitt, dan pewter)
(Badan Standarisasi Nasional 2009) .
Pada makanan yang tidak diolah kandungannya amat sangat rendah.
Ditemukan pada produk makanan kaleng (buah dan sayur, ikan herring),
pasta gigi, timah logam ditemukan pada debu atau asap polusi industry
Makanan berlemak lebih mudah menyerap timah. Timah dalam pangan
diserap oleh usus halus kurang dari 5 %, sebagian dibuang melalui urin dan
keringat. Timah disebut sebagai mildly toxic mineral. Timah menurunkan
absorpsi kalsium, seng dan menurunkan aktivitas enzim alkalin fosfatase
(Badan Standarisasi Nasional 2009).
Konsumsi timah dalam pangan yang berlebihan dapat menyebabkan
iritasi saluran pencernaan yang ditandai dengan gejala muntah, diare,
kelelahan dan sakit kepala. Pada dosis akut dapat menyebabkan anoreksia,
ataxia dan kelemahan otot, serta pembengkakan usus halus hingga
kematian. Konsentrasi timah antara 150 μg/g - 250 μg/g di dalam makanan
kalengan dapat mengakibatkan perlukaan lambung secara akut (Badan
Standarisasi Nasional 2009). Nilai toksisitas yaitu LD50: mencit 592,9
mg/kg bb (oral), tikus 573,1 mg/kg bb (oral).

B. Jenis-jenis Pencemaran Logam Berat

 Pencemaran pada sungai


Sungai sebagai salah satu komponen lingkungan yang mempunyai
fungsi penting bagi kehidupan manusia termasuk untuk menunjang. Sejalan
dengan peningkatan pembangunan dan aktivitas kota Jakarta serta
perkembangan penduduknya yang meningkat dari waktu ke waktu, maka
kebutuhan manusia akan air bersih juga meningkat. sementara dampak dari
kegiatan pembangunan yang membuang limbah domestiknya ke sungai
akan menurunkan kualitas air sungai tersebut. Jadi diperlukan
pembangunan yang di khususkan untuk memperbaiki sungai dan mutu air.
Kawasan sungai sering dicemari oleh logam-logam berat yang terdapat
dalam air buangan dari kawasan industri yang biasanya tidak diolah terlebih
dahulu (Yudo 2006).
Beberapa penelitian telah melihat adanya pencemaran logam berat
pada sungai seperti pencemaran logam berat di perairan DKI Jakarta yang
disebabkan oleh limbah domestik yang berasal dari pemukiman dan limbah
industri (Yudo 2006). Hasil analisis kandungan logam berat jenis Timbal
(Pb), Tembaga (Cu) dan Cadmium (Cd) menunjukkan, konsentrasi logam
berat di perairan pesisir sekitar kawasan Metro Tanjung Bunga danmuara
Sungai Tallo telah melebihi ambang batas (Setiawan 2014).
 Pencemaran pantai

Kawasan pantai sering kali menjadi pusat perekonomian yang sering


dimanfaatkan untuk transportasi laut, pelestarian alam, budidaya laut, dan
juga pariwisata. Adanya perkembangan industri yang pesat dan kegiatan
pertambangan yang ekstraktif serta meningkatnya urbanisasi terutama pada
daerah pesisir tanpa menggunakan fasilitas penanganan limbah menambah
dampak buruk terhadap lingkungan terutama pesisir dan lautan, sehingga
pencemaran yang terjadi menyebabkan penurunan kualitas lingkungan
pesisir dan laut. Laut juga merupakan tempat pembuangan langsung
sampah atau limbah dari berbagai aktivitas manusia dengan cara yang
murah dan mudah. Dengan demikian maka di laut akan dijumpai berbagai
jenis sampah dan bahan pencemar terutama logam (Damaianto et al. 2014).
Meningkatnya kegiatan industri berpotensi meningkatkan
penimbunan logam di daerah pesisir dan lautan serta daratan. Emisi dari
logam dari proses seperti pembakaran bahan bakar dan kegiatan
pertambangan dapat mencemari lingkungan. Sebagai akibat meningkatnya
penimbunan logam di dalam lingkungan maka organisme yang hidup di
lingkungan air akan terpapar oleh logam tersebut (Damaianto et al. 2014).
Logam berat masuk ke dalam tubuh organisme laut sebagian besar
melalui rantai makanan fitoplankton merupakan awal dari rantai makanan
yang akan dimangsa oleh zooplankton, zooplankton dimangsa oleh ikan-
ikan kecil, ikan kecil dimangsa oleh ikanikan besar dan akhirnya ikan
dikonsumsi oleh manusia. Proses ini berlangsung secara terus-menerus
maka jumlah dari logam yang terkonsumsi juga semakin banyak dan
termasuk terakumulasi dalam tubuh manusia (Arifin and Loekman 2012).
Salah satu penelitian melaporkan adanya kandungan logam berat pada
daerah sekitar pantai utara Kabupaten Tuban (Damaianto et al. 2014)

 Pencemaran pada makanan


Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang
menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa
dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas
manusia adalah turunnya kualitas lingkungan hidup. Seperti bahan pangan
yang sangat dibutuhkan bagi banyak orang. Sebagai contoh turunnya
kualitas tanah akibat pencemaran limbah yang dihasilkan oleh manusia,
baik limbah rumah tangga, industri, maupun pertanian. Salah satu faktor
pencemaran tanah yang paling penting adalah limbah logam berat. Logam
berat merupakan istilah yang digunakan untuk unsur-unsur transisi yang
mempunyai massa jenis atom lebih besar dari 6 g/cm3 . Merkuri (Hg),
timbal (Pb), tembaga (Cu), kadmium (Cd) dan stronsium (Sr) adalah
contoh logam berat yang berupa kontaminan yang berasal dari luar tanah
dan sangat diperhatikan karena berhubungan erat dengan kesehatan
manusia, pertanian dan ekotoksikologinya
Sumber kontaminasi logam berat ada dua, yaitu lewat pencemaran
udara dan dari bahan makanan. Pencemaran lewat udara terutama berasal
dari asap buangan kendaraan bermotor. Selain timbal (Pb), sayuran juga
rentan terhadap kontaminasi logam berat tembaga (Cu). Cemaran tembaga
(Cu) terdapat pada sayuran dan buah-buahan yang disemprot dengan
pestisida secara berlebihan. Penyemprotan pestisida banyak dilakukan
untuk membasmi siput dan cacing pada tanaman sayur dan buah. Selain
itu, garam Cu juga digunakan sebagai bahan dari larutan “bordeaux” yang
mengandung 1- 3% CuSO4 untuk membasmi jamur pada sayur dan
tanaman buah (Widaningrum 2007).

C. Prinsip Pemeriksaan

Untuk mengetauhi kandungan logam pada sampel maka dilakukan


dengan uji SSA ,Uji SSA diawali dengan mengukur serapan larutan standar
kemudian membuat kurva kalibrasi untuk penenteuan logam berat. Kurva
kalibrasi diperoleh dengan membuat kurva antara konsentrasi terhadap
serapan masing-masing unsur. Perlakuan sampel dilakukan dengan
dekeringkan dengan oven terlebih dahulu kemudian dinginkan. Selanjutnya
ditambahkan dengan HClO4 pekat dan HNO3 pekat kemudian diamkan
bebrapa menit. Larutan yang dihasilkan selanjutnya diatomisasi
menggunakan graphite furnace. Atom-atom unsur akan berinteraksi dengan
sinar dari lampu. Interaksi tersebut berupa serapan sinar yang besarnya
dapat dilihat pada tampilan (monitor) spektrofotometer serapan atom
(Atomic Absorption Spectrofotometer). Jumlah serapan sinar sebanding
dengan konsentrasi unsur logam tersebut (Supriatno and Lelifajri 2009)

Daftar pustaka

Arifin, Bustanul, and Umiati Loekman. 2012. “ANALISIS KANDUNGAN


LOGAM Cd , Cu , Cr DAN Pb DALAM AIR LAUT DI SEKITAR
PERAIRAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG” 9 (51): 139–
45.

Badan Standarisasi Nasional. 2009. “Batas Maksimum Cemaran Logam Berat


Dalam Pangan” SNI 7387:2.

Damaianto, Bridiatama, Jl Arief, Rahman Hakim, and Surabaya Indonesia. 2014.


“Indeks Pencemaran Air Laut Pantai Utara Kabupaten Tuban Dengan
Parameter Logam” 3 (1): 3–6.

Edward, and Lestari. 2004. “Air Laut Dan Sumberdaya Perikanan ( Studi Kasus
Kematian Massal Ikan-Ikan.” Makara Sains 8 (2): 52–58.

Setiawan, Heru. 2014. “PENCEMARAN LOGAM BERAT DI PERAIRAN


PESISIR KOTA MAKASSAR DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
Heru Setiawan.” Info Teknis EBONI 11 (1): 1–13.

Supriatno, and Lelifajri. 2009. “Analisis Logam Berat Pb Dan Cd Dalam Sampel
Ikan Dan Kerang Secara Spektrofotometri Serapan Atom.” Jurnal Rekayasa
Kimia Dan Lingkungan 7 (1): 5–8.

Supriyanto C, Samin, Zainul Kamal. 2007. “Analisis Cemaran Logam Berat Pb ,


Cu , Dan Cd Pada Ikan Air Tawar Dengan Metode Spektrometri Nyala
Serapan Atom ( SSA ),” no. November: 21–22.

Widaningrum, Miskiyah dan Suismono. 2007. “BAHAYA KONTAMINASI


LOGAM BERAT DALAM SAYURAN DAN ALTERNATIF
PENCEGAHAN CEMARANNYA.” Buletin Teknologi Pascapanen
Pertanian 3.
Yudo, Satmoko. 2006. “KONDISI PENCEMARAN LOGAM BERAT DI
PERAIRAN SUNGAI” 2 (1): 1–15.

Anda mungkin juga menyukai