Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme termofilik adalah mikroorganisme yang dapat bertahan hidup


pada suhu tinggi, suhu optimum mikroorganisme ini dapat hidup yaitu lebih dari
60oC (Trismillah dan Sumaryanto, 2005). Mikroba ini sangat potensial untuk
memproduksi enzim yang stabil terhadap panas yang dimana sangat diperlukan
dalam industri pangan, non pangan dan diaplikasikan dalam bidang bioteknologi
karena dapat mengurangi kemungkinan kontaminan dan ekonomis. Dengan
adanya mikroorganisme yang unggul, hal tersebut merupakan salah satu faktor
penting dalam usaha produksi enzim (Wahyuna dkk., 2012). Enzim ialah sebuah
biokatalisator yang berperan sebagai katalis yang bersifat spesifik dalam proses
biologis (Lehninger 1982). C

Bakteri termofilik dapat menghasilkan menghasilkan enzim yang bersifat stabil


pada suhu tinggi atau biasa disebut bersifat termostabil. Enzim termostabil
merupakan biokatalis yang sangat efektif digunakan dalam reaksi-reaksi yang
berlangsung pada suhu tinggi. Saat ini, beberapa bidang industri terutama pangan,
deterjen, kesehatan, serta bidang penelitian mulai banyak menggunakan enzim-
enzim termostabil. Salah satu sumber yang cukup potensial untuk memperoleh
enzim yang bersifat termostabil adalah bakteri termofilik yang hidup pada sumber
air panas (Mulyani dan Agustina, 2004). Enzim termostabil yang juga banyak
digunakan salah satunya adalah enzim lipase. Lipase merupakan suatu enzim
yang secara umum berperan dalam hidrolisis triasilgliserol (trigliserida) sehingga
menghasilkan asam lemak rantai panjang dan gliserol (Yu dkk., 2007).

Sumber air panas merupakan media yang cocok bagi pertumbuhan bakteri
termofilik. Sumber air panas atau mata air panas merupakan dampak dari
keluarnya air tanah dari kerak bumi akibat dari pemanasan geotermal. Indonesia
2

adalah salah satu kawasan tektonik yang paling aktif di dunia yang memiliki lebih
dari 70 gunung merapi aktif, dan memiliki banyak daerah geotermal (Ahmaloka,
2006).

Bakteri termofilik penghasil enzim lipase telah banyak berhasil diisolasi oleh
peneliti sebelumnya seperti, Tika (2007) berhasil mengisolasi empat bakteri
termofilik penghasil enzim lipase dari sumber air panas Banyuwedang. Pramiadi
dkk (2014) mengisolasi dua isolat bakteri penghasil enzim lipase termostabil dari
erupsi gunung merapi. Zusfahair (2010) juga berhasil mengisolasi Acinetobacter,
sp. yang merupakan bakteri termofilik pengasil enzim lipase dari TPA Gunung
Tugel Banyumas. Mata air Pulu merupakan salah satu sumber mata air panas
yang terdapat di Sulawesi Tengah. Sumber mata air panas ini masih bersifat alami
dan belum digunakan sebagai tempat wisata masyarakat, oleh sebab itu perlulah
untuk mengeksplor keaneka ragaman hayati yang terdapat di sumber mata air
panas ini, salah satunya ialah mikroorganisme, yaitu dengan melakukan skrining
dan identifikasi bakteri termofilik penghasil enzim lipase termostabil.

Lipase (triacyl glycerol ester hydrolases E.C. 3.1.1.3) merupakan enzim


yang diaplikasikan dalam proses hidrolisis triasilgliserol menjadi asam lemak,
diasilgliserol, monoasilgliserol dan gliserol serta pada kondisi tertentu dapat
mengkatalisis reaksi sebaliknya yaitu membentuk gliserida dari gliserol dan asam
lemak (Damaso dkk., 2008). Lipase dapat memodifikasi minyak sehingga dapat
diperoleh minyak dengan nilai ekonomis tinggi (Kristanti, 2001). Lipase juga
dapat mengkatalisis sintesis ester dan transesterifikasi pada media organik yang
mengandung sedikit konsentrasi air (Pera dkk., 2006). Kemampuan yang beragam
ini memungkinkan lipase digunakan dalam berbagai bidang di industri dan bahan
makanan (flavour-modifying enzymes), pereaksi klinis (glyceride-hydrolyzing
enzymes), pembersih (detergent additives) dan sintesis biopolimer (Balaji, 2008).
Selain itu dapat juga diaplikasikan dalam industri pengolahan limbah cair dan
kosmetik (Sharma, 2001) serta di sektor bahan bakar yang mengaplikasikan lipase
3

sebagai katalis untuk sistesis ester dan transesterifikasi minyak untuk produksi
biodiesel (Damaso dkk.,2008). kimia seperti dalam bidang obat-obatan (digestive
enzymes),bahantambahan

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah


1. Bagaimana skrining bakteri termofilik penghasil enzim lipase dari sumber
mata air panas Pulu ?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi bakteri termofilik penghasil enzim lipase
dari sumber mata air panas Pulu ?
3. Bagaimana aktivitas enzim yang dihasilkan oleh bakteri termofilik dari
sumber mata air panas Pulu ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Mengetahui cara skrining bakteri termofilik penghasil enzim lipase dari
sumber mata air panas Pulu.
2. Mengetahui cara mengidentifikasi bakteri termofilik penghasil enzim lipase
dari sumber mata air panas Pulu.
3. Mengetahui aktivitas enzim lipase yang dihasilkan oleh bakteri termofilik dari
sumber mata air panas Pulu.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bakteri termofilik


khususnya penghasil enzim lipase dari sumber mata air panas Pulu. Serta dapat
memberika tambahan ilmu tentang tehnik-tehnik dalam mengidentifikasi bakteri
termofilik. Serta menggali potensi sumber daya alam Sulawesi Tengah.
4
5
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri Termofilik

Bakteri termofilik merupakan mikroorganisme yang mampu bertahan hidup pada


kondisi lingkungan yang ekstrim (Ginting, 2008). Kondisi lingkungan yang
ekstrim tersebut memungkinkan mikroorganisme ini dapat bertahan hidup ketika
organisme lain tidak dapat untuk bertahan hidup (Wharton, 2002). Selain itu,
mikroorganisme tersebut bukan hanya dapat tumbuh pada keadaan tersebut,
namun mikroorganisme tersebut sebenarnya membutuhkan keadaan tersebut agar
dapat tumbuh secara optimum (Stetter, 1999). Mikroorganisme ini dapat hidup
pada suhu yang sangat tinggi atau sangat rendah, pada kondisi pH yang sangat
asam atau sangat basa, pada kadar garam yang sangat tinggi, pada tekanan
osmotik yang terlalu tinggi, pada radiasi yang tinggi, pada lingkungan yang
gersang dan pada lingkungan yang memiliki kadar logam berat yang sangat
tinggi (Canganelia and Wiegel, 2011).

Bakteri termofilik dapat bertahan hidup pada suhu yang ekstrim disebabkan
karena mikroorganisme tersebut memiliki komponen sel yang stabil pada suhu
yang sangat tinggi (termostabil), komponen-komponen tersebut ialah membran
sel, protein dan asam nukleat (Stetter, 1999).

Menurut Stetter (1996), mikroorganisme termofilik mendiami lingkunngan


termal seperti mata air panas, lumpur panas, bagian dalam kerak bumi,
pembangkit listrik geotermal dan fumoral. Suhu lingkungan termal teresterial
mencapai 100oC pada permukaan dan lebih dari 100oC pada bagian bawah, pH
lingkungan teresterial antara 0,5 – 9 serta salinitas kurang dari 1%.

2.2 Enzim Lipase


7

Enzim lipase merupakan enzim yang bekerja untuk memecah ikatan ester yang
terdapat pada lipid sehingga terbentuk asam lemak dan gliserol (Poedjaji, 1994).
Enzim lipase atau yang dapat disebut juga asilgliserol hidrolase (E.C 3.1.1.3)
adalah suatu enzim yang menghidrolisis rantai panjang suatu trigliserida dengan
memutus pada ikatan ester. Enzim ini berperan dalam menghidrolisis lemak,
mono-, di-, dan trigliserida sehingga terbentuk gliserol dan asam lemak bebas.
Enzim ini larut dalam air dan merupakan katalis pada proses hidrolisis ikatan
ester dalam substrat lipid yang tidak dapat larut dalam air (Asih, 2011). Selain
berperan dalam reaksi hidrolisis, enzim lipase juga berperan dalam reaksi
esterifikasi, alkoholis, asidolis, dan interesterifikasi (Mappiratu, 2007).

Menurut Sulastriani (2010), berdasarkan kespesifikan dalam memecah ikatan


ester trigliserida, enzim lipase dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Lipase non spesifik, kelompok lipase ini ialah lipase yang tidak memiliki
kespesifikan khusus dalam memecah triasilgliserol. Enzim lipase ini akan
memecah triasilgliserol secara sempurna sehingga produk yang dihasilkan
adalah asam lemak dan gliserol.
2. Lipase spesifik 1,3 (Sn-1 dan Sn-3), lipase ini berperan dalam memecah
ikatan ester dari triasilgliserol pada posisi sn-1 dan posisi sn-3. Hasil
pemutusan ikatan ester tersebut diperoleh monoasilgliserol (MAG) dan asam
lemak bebas.
3. Lipase spesifik 2 (Sn-2), lipase jenis ini memutus ikantan ester triasilgliserol
pada posisi sn-2. Produk dari rekasi ini berupa diasilgliserol (DAG) dan asam
lemak bebas.
2.3 Sumber Enzim Lipase

Enzim lipase dapat diperoleh dari hewan, tumbuh-tumbuhan dan miroorganisme


(Damaso et al., 2008). Enzim lipase yang berasal dari mikroorganisme dapat
diproduksi dari bakteri, jamur dan khamir (Falony et al., 2006). Mikroorganisme
yang dapat memproduksi enzim lipase untuk golongan bakteri diantaranya ialah
Peudomonas fluoresens, Chromobacterium viscosum, Staphylococcus sp. (S.
8

aureus, S. hyicus, S. Carnosus), Bacillus, Pseudomonas capacia, dan


Propionibacterium. Mikroorganisme golongan jamur ialah Aspergillus niger,
Geotrichum candidum, Mucor, Penicilium cyclopium, Rhizopus delemar dan
Fusarium oxyporum. Golongan khamir diantaranya ialah Candida rugosa,
Candida cylindracea, dan candida curvata (Anggirasti, 2008)

2.6 Manfaat Enzim Lipase

Lipase (triacyl glycerol ester hydrolases E.C. 3.1.1.3) merupakan enzim


yang diaplikasikan dalam proses hidrolisis triasilgliserol menjadi asam lemak,
diasilgliserol, monoasilgliserol dan gliserol serta pada kondisi tertentu dapat
mengkatalisis reaksi sebaliknya yaitu membentuk gliserida dari gliserol dan asam
lemak (Damaso dkk., 2008). Lipase dapat memodifikasi minyak sehingga dapat
diperoleh minyak dengan nilai ekonomis tinggi (Kristanti, 2001). Lipase juga
dapat mengkatalisis sintesis ester dan transesterifikasi pada media organik yang
mengandung sedikit konsentrasi air (Pera dkk., 2006).

Enzim lipase digunakan secara luas dalam proses modifikas minyak dan lemak
seperti reaksi hidrolisis, interesterifikasi (transfer asil), sintetis ester (esterifikasi),
reesterifikasi, gliserolisis, dan pembuatan senyawa kiral Mappiratu (2007). Dari
kemampuan untuk menghidrolisis lipip menjadi gliserol dan asam lemak, lipase
banyak dimanfaatkan dalam industri detergen sebagai zat aditif. Rentang pH
lipase yang digunakan sebagai zat aditif dalam industri detergen antara 8 – 10,5.
Lipase ini akan tetap aktif walaupun berada pada suhu 30oC – 60oC (Zusfahair
dkk., 2008). Pada saat ini, enzim lipase telah menarik perhatian dikarenakan
pengaplikasian enzim lipase dalam bidang industri semakin berkembang, baik
dari segi pangan maupun non pangan. Enzim lipase telah banyak digunakan
dalam pengolahan maupun pembuatan produk-produk pangan seperti keju,
mentega, susu dan produk pangan lainnya. selain itu enzim lipase juga
dimanfaatkan dalam proses modifikasi komposisi dan sifat-sifat dari trigliserida
(Saktiwansyah, 2001).
9

2.7 Air Panas Pulu

Air panas pulu berada di Desa Pulu, Donggala provinsi Sulawesi Tengah.
Sumber panas diperkirakan dari tubuh terobosan dan juga kemungkinan adanya
tubuh vulkanik yang merupakan batuan gang yang tidak muncul dipermukaan.
Gejala panas bumi daerah Pulu dicirikan oleh pemunculan beberapa mata air
panas seperti Pulu, Mapane, Kabuliburo, Sibalaya, Limba, Walatana dan Simoro
yang bertemperatur antara 40.0-94.8°C dengan pH netral (6.50-8,60). Kelompok
mata air panas daerah Pulu berdasarkan diagram segitiga Cl, SO4 dan HCO3

Giggenbach, termasuk ke dalam tipe air panas bikarbonat dan berdasarkan


diagram segitiga Na/1000-K/100-√Mg sebagian termasuk pada daerah “immature
waters ”seperti Sibalaya, Walatana, Limba dan Simoro, sedangkan Pulu, Mapane
dan Kabuliburo berada didaerah “partial equilibrium” (Bakrun dkk, 2003).
10

\
11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2018 sampai selesai di
Laboratorium Penelitan Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tadulako Palu.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri yang diisolasi
yaitu bakteri termofilik dari air panas pulu, media NA, media NB, minyak zaitun,
minyak zaitun, Rhodamin-B, akuades, aseton: etanol (1:1), NaOH 0,05 M, buffer
fosfat, phenolphtalein 1%, aluminium foil, kasa dan kapas steril

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah botol sampel steril,
termometer, pH meter, forteks, bunsen, pipet ukur, jarum ose, pertidish, tabung
reaksi, cawan petri, autoklaf, inkubator, gelas objek, erlenmeyer, neraca analitik,
hot plate, magnetik stirer, oven, test tube, mikroskop, kamera foto,
spektofotometer dan sentrifus.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Isolasi Bakteri

Isolasi bakteri dilakukan dengan metode cawan tuang (pout plate method)
pada media agar (NA) yang mengandung 10% minyak zaitun dan 0,1%
rhodamin-B. Kultur dituangkan pada cawan petri steril dengan
penambahan media agar yang mengandung rhodamin-B, kemudian
diinkubasi pada suhu 55oC sampai tumbuh koloni bakteri. Aktivitas
12

lipolitik diidentifikasi dengan terbentuknya warna orange yang berpendar


pada permukaan koloni bakteri dan dari pengukuran lebar diameter
koloni. Setelah diinkubasi dan didapatkan bakteri lipolitik, koloni yang
tumbuh diamati dengan melihat morfologinya yang meliputi tipe, bentuk,
warna dan diameter koloni. Berdasarkan diameter koloni bakteri yang
terbentuk, maka dipilih dua isolat bakteri yang mempunyai aktivitas
lipolitik tertinggi sebagai sumber untuk produksi enzim.

3.3.2 Pembuatan Kurva Pertumbuhan Isolat

Isolat sebanyak 10 mL ditumbuhkan dalam 90 mL medium NB yang


mengandung 10% minyak zaitun. Pengamatan dilakukan selama 48 jam
dan pengambilan sampel dilakukan tiap 3 jam. Sampel diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.

3.3.3 Produksi Enzim Lipase

Enzim lipase diperoleh dengan cara mengambil 1 mL strain dari


penyimpanan dan diinokulasikan ke dalam erlenmeyer yang berisi 99 mL
media NB yang mengandung 10% minyak zaitun, kemudian diinkubasi
pada suhu 55oC sampai mencapai fase eksponensial. Enzim lipase kasar
pada erlenmeyer dipanen dari biakan dengan cara sentrifugasi dengan
kecepatan 5.000 rpm selama 15 menit. Setelah itu supernatan yang
terbentuk diambil dan dipindahkan ke dalam erlenmeyer lain, untuk
dilakukan uji aktivitas enzim.

3.3.4 Uji Aktivitas Enzim Lipase

Pengujian aktivitas enzim lipase dilakukan dengan mencampur 2 mL


minyak zaitun, 4 mL larutan buffer fosfat (pH 5,7,9), 1 mL larutan enzim
kasar (supernatan), campuran dikultivasi pada suhu 60oC, 70oC, dan
80oC selama 30 menit. Setelah waktu kultivasi habis, campuran substrat
13

enzim diinaktifkan dengan penambahan larutan aseton:etano (1:1)


sebanyak 10 mL, lalu dilakukan titrasi dengan Na OH 0,05 M dengan
penambahan 2-3 tetes phenolphtalein 1% sebagai indikatornya. Titrasi
dihentikan jika telah terbentuk warna merah jambu. Ini merupakan
perlakuan untuk sampel perlakuan, sedangkan untuk sampel kontrol,
emzim kasar (supernatan) diberikan setelah dikultivasi selama 30 menit.
Aktivitas lipolitik dalam 1 unit didefinisikan sebagai banyaknya enzim
yang dibutuhkan untuk menghidrolisis minyak menghasilkan 1 µmol
produk selama 1 jam. Aktivitas spesifik adalah jumlah unit aktivitas
enzim/mg protein. Banyaknya konsentrasi asam lemak bebas atau FFA
(CFFA) yang terkandung dalam 2 mL substrat minyak dihitung dengan :
mol FFA = Mol NaOH × volume titrasi NaOH

𝑚𝑜𝑙 𝐹𝐹𝐴 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖


%ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 =
𝑚𝑜𝑙 𝐹𝐹𝐴 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

Setiap 2 mL sampel minyak zaitun memiliki berat 1,7 gram = 1700 mg


trioleogliserol (trigliserida dari minyak zaitun) dengan rumus molekul
(C17H34COO)3C3H5 memiliki berat molekul 884 g/mol, berarti dalam 2
mL sampel minyak zaitun terdapal mol trigliserida sebanyak 1.923 mmol.
Mol FFA yang maksimal terbentuk secara teoritis dalam 2 mL sampel
minyak zaitun adalah 3 × mol trigliserida, yaitu sebesar 5,769 mmol.
14

DAFTAR PUSTAKA

Ahmaloka, A., Suharto, S, Nurbaiti , I N. Tika dan F.M. Warganegara, (2006).


Ribotyping Identification of Thermophilic Bacterium from Papandayan Crater.
Proceeding of ITB Engineering Science. Vol. 38 B(1):1-10.
Asih, S. (2011). Karakterisasi Enzim Hidrolase Bakteri dari Mata Air Soda Prabubu,
Tapanuli Utara. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bakrun, Herry S., Bangbang S., Ario M., dan Solaviah. (2003). Penyelidikan Terpadu
Daerah Panas Bumi Pulu, Kab. Donggala-Sulteng. Kolokium Hasil Kegiatan
Inventarisasi Sumber Daya Mineral – Dim.
Canganella, F., and Wiegel, J. (2011). Extremophiles: from abyssal to terestrial
ecosystems and posibly beyond. Naturwissenschaften, 98(4), 253-279.
Damaso, M. C. T., M. A. Passianoto, S. C. de Freitas, D. M. G. Freire, R. C. a. Lago,
and S. Couri. (2008). Utilization of Agroindustrial Residues for Lipase
Production by Solid-State Fermentation. Brazilian Journal of Microbiology,
39: 676-681.
Falony, G., J. C. Armes, J. C. D. Mendosa and J. L. M. Hernandez. (2006).
Production of Extrasellular Lipase from Aspergilus niger by Solid-State
Fermentation. Food Technol. Biotechnol. 44(2) : 235-240.
Ginting, L, E. 2008. Indeks Aminolitik dan Karakter Morfologi Bakteri Termofilik
dariPerairan Pantai Moinit Sulawesi Utara. Pacific Journal. Vol 1 (3): 274-
276.
Kristanti, N. D. (2001). Pemurnian Parsial Dan Karakterisasi Enzim Lipase
Ekstraseluler dari Kapang Rhizopus oryzae TR 32. Tesis, IPB. Bogor.
Kurnia, D. (2010). Studi Aktivitas Enzim Lipase dari Aspergilus niger Sebagai
Biokatalis dalam Proses Gliserolisis Untuk Menghasilkan Monoasilgliserol.
Thesis. Program Magister Teknik Kimia. Universitas Diponegoro. Semarang.
Lehninger, A. L. (1982). Dasar-dasar Biokimia, Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Madigan, M. T., and Marrs, B. L. (1997). Extremophiles. Scientific American, 276(4),
82-87.
Madigan, M. T., Martinko, J. M., and Parker, J. (2009). Biology of microorganisms
(12rd ed.). New Yor: Prentice Hall International.

Mappiratu. (2004). Lipida Pangan. Tadulako University Press. Palu.


15

Mappiratu. (2007). Aktivitas Antimikroba Monoasilgliserol Produk Biogliserolisis


Minyak Kelapa Dari Berbagai Waktu Reaksi. J. Sains Biologi UNTAD. Palu.

Maslova, I. P., Mouradyan, E. A., Lapian, S. S., Klyachko-Gurvich, G. L., and Los D.
A. (2004). Lipid fatty acid composotion and thermophilicity of cyanobacteria.
Russian Journal of Plant Phisiology, 51(3), 353-360.
Mrozik, A., Piotrowska-Seget, Z., and Labuzek, S. (2004). Cytoplasmatic bacterial
membrane responens to environmental perturbations. Polish Journal of
environmental Studies, 13(5), 487-494.
Mulyani, N. S dan Agustina, L. N. A. (2004). Isolasi dan Karakterisasi Enzim
Proteolitik dari Isolat Bakteri Termofilik Sumber Air Panas Gonoharjo dan
Plantungan. Kendal Jawa Tengah. [Laporan Kegiatan]. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Poedjadi, A. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Palu.
Pramiadi, D., Evy Y.. dan Anna R. (2014). Isolasi dan uji aktivitas enzim lipase
termostabil dari bakteri termofilik pasca erupsi Merapi. J. Sains Dasar 3(1) 9-
19.
Prescott. (2005). Microbiology (6rd ed.). Amerika: Mc Graw Hill Companier.

Putranto, R. A., Santoso, D., Panji, T., Suharyanto., dan Budiana, A. (2006).
Karakterisasi Gen Penyandi Lipase dari Kapang Rhizopus oryzae dan Absidia
corymbifera. Jurnal Bioteknologi. 74(1): 23-31.
Saktiwansyah, E. (2001). Karakterisasi Enzim Lipase Intraseluler dengan Aktivitas
Esterifikasi dari Kapang Rhizopus oryzae TR 32. Tesis, Program Pascasarjana.
IPB. Bogor.
Sianturi, D. C. (2008). Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase Termofil Kasar dari
Sumber Air Panas Penen Sibirubiru Sumatera Utara. Tesis. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Stetter, K. O. (1996). Hyperthermophilic procaryotes. In FEMS Microbiology
Reviews, 18, 149-158.
Stetter, K. O. (1999). Extemophiles and their adaptation to hot environments. FEBS
Letters. 452(1-2), 22-25.
Sulastriani. (2010). Penggunaan Lipase Getah Pepaya dalam Sintesis Monolaurin dan
Dilaurin. Skripsi, Jurusan Kimia, Universitas Tadulako. Palu.
Supriyatna, A., Dea, A., Ayu, A. J., dan Dyna, H. (2015). Aktivitas Enzim Amilase,
Lipase, Dan Protease Dari Larva. Volume IX No. 2
16

Tika, I. N., Redhana, I. W., dan Ristiatri, P. I. (2007). Isolasi Enzim Lipase Termostabil dari
Bakteri Termofiik Isolat Air Panas Banyuwedang Kecamatan Gerogak, Buleleng Bali.
Akta Kimindo 2(2): 109-112.
Timumun, I. T. (2012). Isolasi Lipase Daun Pepaya (Carica papaya L.) Variates Lokal dan
Aplikasinya Dalam Biosintesi Monolaurin. Skripsi. Jurusan Kimia, Universitas
Tadulako. Palu.
Trismilah, D. dan Sumaryanto. (2005). Produksi Xilanase Pengaruh Komposisi Media Pada
Produksi Xilanase dari Bacillus stearothermophilus DSM 22 Menggunakan Substrat
Kulit Pisang. Jurnal Sains dan Teknologi BPPT, vol.II.
Wahyuna, D., Anthoni A., dan Periadnadi. (2012). Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Termo-
Proteolitik Sumber Air Panas Sungai Medang, Sungai Penuh, Jambi. Jurnal Biologi
Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 1(2).
Wharton, D. A. (2002), Life at the limits: Organism in extreme environments. Antartic
Science, 14(4), 472-431
Yu, G., He, P., Shao, L., And Lee, D. (2007). Enzyme Activities In Activated Sludge Flocs.
Applied Microbiology And Biotechnology, 77, 605-612.
Zusfahair, Setyaningtyas, T., dan Fatoni, A. (2009). Isolasi Pemurnian dan Karakterisasi
Lipase Bakteri Hasil Skrining dari Tanah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung
Tugel Banyumas. Jurnal Natur Indonesia 12 (2): 124-129.

Anda mungkin juga menyukai