Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOSISTEMATIKA HEWAN II
MODUL I
MAMALIA ( EULIPOTYPHLA )

DISUSUN OLEH:

NAMA : TUHO NISMAN LAIA


NIM : G 401 17 005
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : HARTINA

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

MARET, 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mamalia merupakan hewan dengan kelas dari kelompok hewan vertebrata yang
memiliki kelenjar mamae atau kelenjar susu. Kelas mamalia ini terbagi ke dalam 29
ordo dan sering digolongkan ke dalam dua kelompok berdasarkan ukuran tubuhnya,
yaitu mamalia besar dan mamalia kecil. Istilah mamalia kecil bukanlah ditujukan
untuk kelompok yang mempunyai taksa tersendiri, melainkan mamalia kecil
merupakan istilah yang umum digunakan pada mamalia yang berat dewasanya kurang
dari 1 kg. Sedangkan pada mamalia berat merupakan istilah yang umum digunakan
pada mamalia yang berat dewasanya lebih dari 1 kg (Wilson and Reeder, 2005).

Hewan pengerat (rodensia), marsupial, insektivora (Eulipotyphla) dan elephant


shrews adalah salah satu hewan mamalia yang memiliki tubuh kecil dan memiliki
populasi yang besar dan tersebar di seluruh dunia (Kosmopolit). (Barnett & Dutton,
1995). Eulipotypla yang terlihat memiliki kemiripan dengan mamalia pengerat seperti
tikus (Rodentia), sebetulnya memiliki perbedaan dari morfologi apabila diperhatikan
secara seksama (Francis, 2008).

Berdasarkan uraian diatas, yang melatar belakangi praktikum ini adalah untuk
mengetahui spesies dari ordo Eulipotyphla dengan menggunakan kunci identifikasi.

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetauhi spesies dari Eulipothypla dengan

menggunakan kunci identifikasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Vertebrata adalah Sub fillum dari fillum chordata yang mempunyai lima kelas, yaitu
pisces amphibi, reptilia aves dan mamalia. Hewan vertebrata memiliki tali yang
merupakan susunan tempat terkumpulnya sel-sel saraf memiliki perpanjangan kumpulan
saraf dari otak. Tali ini tidak dimiliki oleh yang tidak bertulang punggung. Dalam
memenuhi kebutuhannya, vertebrata telah memiliki sistem kerja peredaran darah berpusat
organ jantung dengan pembulub-pembuluh menjadi salurannya. Berdasarkan suhu
tubuhnya, vertebrata dibedakan atas hewan berdarah dingin dan hewan berdarah panas.
Hewan berdarah dingin adalah hewan yang sudu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan,
disebut jug a poikilotermik. Contoh hewan berdarah dingin adalah pisces, amphibi dan
reptilia. Hewan berdarah panas adalah hewan yang suhu tubuhnya tidak dipengaruhi oleh
suhu lingkungan, disebut juga homoiotermik. Contoh hewan berdarah panas adalah aves
dan mamalia ( Karmelia dkk, 2014).

Mamalia merupakan hewan dengan kelas dari kelompok hewan vertebrata yang memiliki
kelenjar mamae atau kelenjar susu dan terbagi lagi kedalam 29 ordo. Eulipotyphla dan
Rodentia merupakan salah satu ordo yang masuk kedalam kelas Mamalia (Barnett &
Dutton, 1995). Saat ini diketahui ada sekitar 5.488 spesies mamalia dan 32% diantaranya
merupakan mamalia endemik di Indonesia (Panggabean, 2000)

Ordo Eulipotyphla (yang dahulu bernama Ordo Insektivora) adalah mamalia kecil yang
memiliki ciri-ciri utama berupa bentuk gigi yang biasanya tidak terdeferensiasi, dengan
ujung atas yang bulat atau runcing. Bentuk gigi dari Ordo Insektivora ini berbeda dengan
hewan pengerat (Ordo Rodentia), rodentia memiliki gigi depan seperti pahat (gigi seri),
dengan diastema memanjang ke belakang dan permukaan gigi yang kompleks. Sebagian
besar anggota yang termasuk ke dalam Ordo Insektivora memiliki moncong yang lebih
runcing dari tikus dan memiliki 5 jari pada kaki dengan dengan cakar yang tajam,
sedangkan hewan pengerat memiliki jari kaki depan bagian tengah yang pendek dengan
kuku yang datar dan tidak tajam (Francis, 2008).
Salah satu famili yang termasuk dalam Ordo Insektivora atau Ordo Eulipotyphla adalah
Soricidae. Salah satu genus dari Soricidae yang dapat ditemui di Sulawesi tengah adalah
Crosidura. Mamalia yang memiliki genus Crosidura adalah cucurut (Ruedi, 1994).
Anggota Ordo Eulipotyphla pada umumnya hidup secara terestrial, fossorial atau semi
akuatik dan biasanya hidup secara nokturnal atau aktif di malam hari (Nowak dan
Paradiso, 1983).

Dilaporkan ada enam spesies Crosidura di pulau Sulawesi. Enam spesies tersebut adalah
Crosidura elongata, Crosidura musseri, Crosidura rhoditis, Crosidura nigripes,
Crosidura lea dan Crosidura levicula. Setiap spesies ini memiliki ciri morfologi yang
berbeda sehingga dapat dijadikan kunci identifikasi untuk mengetahui dan membedakan
keenam spesies tersebut (Ruedi, 1995).

Crosidura elongata memiliki ciri berupa ekor yang lebih panjang dari panjang badan. Kaki
tidak memiliki rambut. Memiliki bulu berwarna keabu-abuan dan kumis atau rambut di
sekitar mulut tampak jelas serta memiliki panjang tengkorak kurang lebih 9 mm.
Crosidura rhoditis memiliki ekor yang lebih pendek dari panjang badan. Memiliki rambut
keabu-abuan dengan tungkai kaki dan tangan rata-rata memiliki besar lebih dari 16 mm
serta panjang tungkai kaki belakang adalah 17 mm. Crosidura musseri memiliki ciri-ciri
rambut dibagian dorsal panjang dan memiliki dua warna yang mencolok seperti pada
bagian atas dan bawah sisik pada kaki. Memiliki rambut yang jarang di setiap bagian
basal (biasanya terdapat 2-3 rambut) serta memiliki struktur tengkorak yang pendek namun
besar ,Crosidura nigripes memiliki rambut dan kaki yang berwarna cokelat gelap kehitam-
hitaman dan memiliki tengkorak yang ramping. Memiliki panjang badan lebih dari 70 mm
serta ekornya selalu telanjang atau tidak ada rambut. Crosidura levicula memiliki rambut
dan kaki yang berwarna cokelat gelap kehitam-hitaman dan berukuran sangat kecil.
Ekornya memiliki panjang lebih dari 45 mm. Memiliki panjang badan lebih dari 70 mm
serta ekornya selalu telanjang atau tidak ada rambut. Crosidura lea memiliki rambut dan
kaki yang berwarna cokelat gelap kehitam-hitaman dan panjang badan 12-13 mm serta
memiliki ekor panjang yang berukuran 50-60 mm (Ruedi, 1995).

Dalam pengoleksian Eulipotyphla yang hidup secara terestial atau hidup di permukaan
lantai hutan, memudahkan peneliti untuk menangkap dan mengoleksi hewan dengan ordo
Eulipotyphla ini. Cara yang bisa dilakukan dalam pengoleksian Eulipotyphla adalah
dengan menggunakan perangkap mati (snap trap) untuk mendapatkan koleksi dalam
kondisi mati dan perangkap jatuh (pitfall trap) untuk mendapatkan koleksi dalam kondisi
masih hidup (Irsaf, 2018).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Sabtu 13 April 2019 pukul 15.30 WITA Sampai
Selesai. Bertempat di Laboratorium Biosistematika Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Jangka sorong, mistar dan papan
bedah. Sedangkan Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah koleksi curut
yang sudah diawetkan terlebih dahulu didalam alkohol sebagai objek pengamatan.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah koleksi curut yang akan diamati
diambil dari dalam toples dan kemudian diletakkan diatas papan bedah. Setelah itu
koleksi kemudian diamati ciri morfologi dan diukur panjang badannya, tungkai kaki
belakang dan depan, panjang ekor serta lebar daun telinga dengan menggunakan
jangka sorong atau mistar. Dari hasil pengamatan ciri morfologi dan pengukuran, bisa
diidentifikasi spesiesnya dengan menggunakan kunci identifikasi.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

No Gambar Keterangan
1. No. Sampel 01
Spesies: Crosidura rhoditis
HB: 66,70 mm
HF: 14,27 mm
HL: 2,0 mm
EL: 0,5 mm
TL: 55 mm
Ekor rambut jarang
Warna kaki putih
2. No. Sampel 02
Spesies: Crosidura rhoditis
HB: 64,1 mm
HF: 11,94 mm
HL: 1,5 mm
EL: 0,9 mm
TL: 55,56 mm
Ekor rambut jarang
Warna kaki putih
3. No. Sampel 03
Sub Spesies: Crosidura nigripes
lipara
HB: 75 mm
HF: 13,44 mm
HL: 9,65 mm
EL: 0,7 mm
TL: 55 mm
Ekor tidak ada rambut
Warna kaki hitam
4. No. Sampel 04
Spesies: Crosidura levicula
HB: 52,67 mm
HF: 8,64 mm
HL: 17,61 mm
EL: 6,2 mm
TL: 55,56 mm
Ekor hitam
EL HB HF TL
Ventral abu-abu muda
Dorsal abu-abu gelap

4.2 Pembahasan

Kelas mamalia ini terbagi ke dalam 29 ordo dan sering digolongkan ke


dalam dua kelompok berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu mamalia besar dan
mamalia kecil (Wilson and Reeder, 2005). Mamalia kecil merupakan
kelompok hewan yang heterogen dari sudut pandang taksonomi, yang
didalamnya termasuk kedalam ordo Insektivora dan Rodentia. Ada sekitar
5.488 spesies mamalia, 32% diantaranya merupakan endemik di Indonesia
(Panggabean, 2000).

Pada praktikum, sampel hasil praktikum lapangan diidentifikasi jenis


spesiesnya dengan melihat panduan jurnal Musser (2002). Adapun spesimen
yang digunakan merupakan spesimen basah, yang dimana sampel spesimen
direndam dalam alkohol 70%.

Pada sampel pertama dilakukan pengukuran sehingga di dapatkan hasil


Panjang kepala – Badan (Head – Body length) 66,70 mm, HF 14,27 mm,
panjang kaki belakang (Hindfeet Length) 2,0 mm, panjang telinga (Ear
Lengt) 0,5 mm, panjang ekor (Tail lenght) 55 mm, ekor rambut jarang dan
warna kaki putih. Sehingga dengan menggunakan panduan jurnal Musse
(2002), spesimen 1 adalah jenis spesies Crosidura rhoditis.
Kemudian ada sampel kedua dilakukan pengukuran sehingga di dapatkan
hasil Panjang kepala – Badan (Head – Body length) 64,1 mm, HF 11,94 mm,
panjang kaki belakang (Hindfeet Length) 1,5 mm, panjang telinga (Ear
Lengt) 0,9 mm, panjang ekor (Tail lenght) 55,56 mm, ekor rambut jarang
dan warna kaki puti. Sehingga dengan menggunakan panduan jurnal Musser
(2002), spesimen 2 adalah jenis spesies Crosidura rhoditis.

Selanjutnya pada sampel ketiga dilakukan pengukuran sehingga di dapatkan


hasil Panjang kepala – Badan (Head – Body length) 75 mm, HF 13,44 mm,
panjang kaki belakang (Hindfeet Length) 9,65 mm, panjang telinga (Ear
Lengt) 0,7 mm, panjang ekor (Tail lenght) 55 mm, pada ekor tidak terdapat
rambut dan warna kaki hita. Sehingga dengan menggunakan panduan jurnal
Musser (2002), spesimen 3 adalah jenis sub spesies Crosidura rhoditis.

Pada sampel keempat dilakukan pengukuran sehingga di dapatkan hasil


Panjang kepala – Badan (Head – Body length) 52,67 mm, HF 8,64 mm,
panjang kaki belakang (Hindfeet Length) 17,61 mm, panjang telinga (Ear
Lengt)6,2 mm, panjang ekor (Tail lenght) 55,56 mm, warna ekor hitam,
ventral berwarna abuabu muda, dan dorsal berwarna abu-abu gelap.Sehingga
dengan menggunakan panduan jurnal Musser (2002), spesimen 3 adalah jenis
sub spesies Crosidura levicula.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah Curut adalah mamalia kecil dengan
genus Crosidura dan family Soricidae ordo Eulipotyphla. Beberapa spesies
curut adalah hewan endemik Indonesia, khususnya Sulawesi. Koleksi curut
yang diambil di Danau Kalimpa’a adalah berjumlah empat ekor dan setelah
diidentifikasi, terdapat 3 spesies curut. Dua ekor berspesies Crosidura roditis,
satu ekor berspesies Crosidura nigripes lipara dan satu ekor berspesies
Crosidura levicula.

5.2 Saran
Saran dari praktikum ini adalah perlu dilakukan pengamatan dan penelitian
lebih lanjut melihat keragaman curut yang ada di Danau Kalimpa’a Taman
Nasional Lore Lindu.

DAFTAR PUSTAKA
Francis, C. M. (2008). A field guide to the mammals of South-East Asia. Singapura :
Asia Books.

Irsaf, Z., Annawaty., Achmadi, S,A. (2018). Efektifitas Perangkap Yang Digunakan
Dalam Koleksi Mamalia Kecil Rodentsia dan Eulipotyphla. Palu : Universitas
Tadulako.

Karmelia, K., Wilson, N., Rizaldi. (2014) Terrestrial Small Mammal in Mountain
Kerinci and Mountain Tujuh in Kerinci Seblat National Park. Padang :
Universitas Andalas.

Musser, G. G. (2002). A Systematic Review of Sulawesi Bunomys (Muridae,


Murinae) with the Description of Two New Species. American : Museum of
Natural History

Nowak, R.M. and Paradiso. J.L. (1983). Walker’s mammals of the world. 4th ed.
London : The Johns Hopkins University Press.

Panggabean, J. (2000). Studi Keanekaragaman Jenis Mamalia Kecil di HPH PT


Riwayat Musi Timber Corporation, Suaka Margasatwa Gumai Pasemah Dan
Taman Nasional Kerinci Seblat Propinsi Sumatera Selatan. Bogor : Intitut
Pertanian Bogor.

Ruedi, M. (1995). Taxonomic revision of shrews of the genus Crocidura from the
Sunda Shelf and Sulawesi with description of two new species (Mammalia:
Soricida e). Jakarta : Zoological Journal of the Linnean Society.

Wilson, D.E., and Reeder, D.M., eds. (2005). Mammal Species of the World: A
Taxonomic and Geographic Reference (3rd ed.). Baltimore : Johns Hopkins
University Press.

LEMBAR ASISTENSI
NAMA : TUHO NISMAN LAIA
STAMBUK : G 401 17 005
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : HARTINA

No Hari/Tanggal Koreksi Paraf

Anda mungkin juga menyukai