DISUSUN OLEH:
NAMA : NURVITA
STAMBUK : G 401 17 002
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : NILUH SETIAWATI
LABORATORIUM BIODIVERSITY
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
MEI, 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel tumbuhan dilapisi oleh 2 lapisan yaitu dinding sel dan membran sel.
Dinding sel berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan mencegah
pengambilan air secara berlebihan. Dinding sel jauh lebih tebal dari membran
plasma yaitu berkisaran 0,1 samapai beberapa mikrometer. Pada dinding sel juga
terdapat saluran-saluran yang menghubungkan antara satu sel dengan sel lainnya
yang disebut plasmodesmata (Campbell, 2010).
Dinding sel ada 2 macam yaitu dinding sel primer dan dinding sel sekunder.
Dinding sel primer tipis, tebalnya antara 1-3 mikron (kira-kira setebal seluruh sel
bakteri). Dinding sel primer tersusun atas 9-25 % selulosa. Dinding sel primer
dapat bertambah luas hingga 20 kali lipat selama pertumbuhan hal ini disebabkan
karena banyaknya bahan-bahan baru yang ditambahkan sehingga dinding sel tidak
semakin menipis. Sedangkan dinding sel sekunder lebih tebal dari dinding sel
primer yaitu mencapai beberapa mikrometer. Dinding sel sekunder terdiri dari 41-
45% selulosa, 30% hemiselulosa dan kadang 22-28% lignin (Salisbury, 1991).
Osmosis merupakan peristiwa berpindahnya air dalam sel dari keadaan yang
hipotenis zat terlaut menuju ke daerah yang hiportenis zat terlarut melalui
membran semi permeabel, sehingga jika terlalu banyak air yang keluar dari sel
maka akan terjadi plasmolisis (Rahmasari, 2014).
Sel tumbuhan yang kehilangan air dan tekanan turgor akan menjadi lemas
atau layu (wilting) dan akhirnya mengalami plasmolisis. Plasmolisis merupakan
protoplasma sel yang mengkerut dan terlepas dari dinding sel (Campbell, 2012).
Secara umum morfologi sel terdiri dari sitoplasma yang dibatasi oleh suatu
membran sel, inti, serta organella didalam sitosol. Antara satu sel dengan sel yang
lain terdapat ruang atau celah yaitu ruang antar sel atau interstisial (interstitiel),
yang berisi suatu cairan. Pertukaran cairan, elektrolit, nutrisi maupun bahan lain
terjadi didaerah kapiler pembuluh darah dengan cairan interstisial ataupun dengan
cairan sitoplasma (sitosol). Suatu sel tersususn oleh sitoplasma yang dilindungi
oleh membran sel. Didalam sitoplasma terisi cairan yang disebut sitosol, didalam
sitoplasma terdapat struktur yang disebut organella, sitoskeleton serta bahan-
bahan yang diperlukan untuk reaksi biokimia didalam sel (Nangsari, 1998).
Jika konsentrasi larutan di dalam sel lebih tinggi dari pada larutan di luar sel
(Hipotenis) maka air akan masuk ke dalam sel pergerakan masuknya endosmosis.
Apabila sebaliknya yaitu kepekatan larutan di luar sel lebih tinggi dari pada luar
sel (Hipertonis) maka air akan keluar sel. Pergerakan keluarnya air dari dalam sel
ini disebut eksoosmosis. Sedangkan jika kepekatan zat terlarut didalam sel sama
dengan diluar sel (Isotonis) maka jumlah air yang masuk dan keluar sama
(Karmana, 2008).
METODOLOGI
1. Mikroskop cahaya
2. Cawan petri
3. Kaca objek
4. Kaca penutup
5. Pinset
6. Scalpel/silet
7. Pipet tetes
8. Pipet mikro dan tip
9. Tisu
3.2.2 Bahan
A. Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan
1. Ditambahkan air
Jumlah sel yang berwarna
ungu sebanyak 65
3. Ditambahkan air
Jumlah sel yang berwarna
ungu sebanyak 257
No Gambar Keterangan
5. Ditambahkan air
Jumlah sel yang berwarna
ungu sebanyak 79
Percobaan kedua, irisan daun adam hawa kembali ditetesi air kemudian
di amati menggunakan mikroskop. Jumlah sel yang berwarna ungu sebanyak
257. Setelah itu air diserap menggunakan kapas dan daun adam hawa ditetesi
larutan sukrosa 30%, kemudian di diamkan selama tiga menit. Pengamatan
dilakukan kembali menggunakan mikroskop dan pada saat diamati kembali,
jumlah sel yang berwarna ungu menjadi berkurang yaitu tersisa 89 sel saja.
Sembilan sel mengalami plasmolisis.
Pada percobaanketiga, ketika irisan daun adam hawa yang di tetesi air
diamati menggunakan mikroskop terlihat jumlah sel yang berwarna ungu ada
79. Namun, setelah ditetesi larutan sukrosa 50% selama tiga menit dan
diamati kembali menggunakan mikroskop, jumlah sel yang berwarna ungu
tersisa 50. Jumlah sel yang mengalami plasmolisis sebanyak 58.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan sebanyak tiga kali
pengulangan, dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu larutan,
maka jumlah sel yang terplasmolisis semkain banyak. Hal ini disebabkan
karena potensial air yang berbanding lurus dengan potensial osmotik. Dengan
demikian plasmolisis akan terjadi jika pelarut di dalam sel lebih tinggi
dibandingkan di luar sel.
Jika konsentrasi larutan di dalam sel lebih tinggi dari pada larutan di luar
sel (Hipotenis) maka air akan masuk ke dalam sel pergerakan masuknya
endosmosis. Apabila sebaliknya yaitu kepekatan larutan di luar sel lebih
tinggi dari pada luar sel (Hipertonis) maka air akan keluar sel. Pergerakan
keluarnya air dari dalam sel ini disebut eksoosmosis. Sedangkan jika
kepekatan zat terlarut didalam sel sama dengan diluar sel (Isotonis) maka
jumlah air yang masuk dan keluar sama
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sebaiknya selama praktikum para praktikan lebih fokus dan berkonsentrasi
dalam menangani prosedur kerja agar lebih memahami dalam percobaan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Lauralee, Sherwood. 2014. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem (Edisi 8).
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Padmaningrum, Regina, Tutik. 2011. Karakter Ekstrak Zat Warna Daun Rhoe
Suwastika dan Paserang. 2018. Penuntun Praktikum Biologi Sel dan Molekul.