Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Bakteri Termofilik dan Pemanfaatan di Bidang Bioindustri

INDIRA DARA SAVIRA G8401211028


MUHAMMAD KUKUH KURNIAWAN G8401211030
MUHAMAD RIFQI HAQIQI G8401211044
KAYLA RIZKI AMALIA PUTRI G8401211080

Dosen Pembimbing:
Dr. Mega Safithri S.Si., M.Si.

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................i
I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah. ................................................................................ 1
1.3 Tujuan. .................................................................................................. 1

II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Bakteri Termofilik ........................................................... 2
2.2 Adaptasi Bakteri Termofilik di Suhu Tinggi ......................................... 3
2.3 Pemanfaatan Bakteri Termofilik di Berbagai Bidang ........................... 3
2.3.1 Pemanfaatan enzim amilase di bidang pangan..............................3
2.3.2 Pemanfaatan enzim lipase dan xilanase di bidang industri...........4
2.3.3 Pemanfaatan bakteri Actinomycetes di bidang farmasi.................4

III PENUTUP
3.1 Simpulan ............................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA

i
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan biodiversitas dan dilewati oleh ring
of fire, sehingga banyak sekali daerah geotermal dengan sumber air panas dan panas
bumi yang dapat dijumpai. Daerah yang memiliki suhu yang ekstrim tersebut memiliki
mikroorganisme yang potensial, terutama untuk digunakan pada bidang bioindustri.
Mikroorganisme yang dimaksud umum disebut sebagai bakteri termofilik. Bakteri
termofilik termasuk pada golongan bakteri yang memiliki kemampuan berbeda dengan
bakteri lainnya. Bakteri ini memiliki kemampuan bertahan hidup dan memiliki kondisi
pertumbuhan optimum pada suhu tinggi (Mahestri et al. 2021). Bakteri termofilik dapat
hidup di suhu ekstrem karena menghasilkan enzim dengan termostabilitas tinggi dan
tahan terhadap perubahan faktor fisika dan kimia (Ifandi dan Alwi 2018).
Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai biokatalis dan bekerja secara
efisien dan stereospesifik. Beberapa enzim hanya dapat bekerja secara optimum pada
suhu tertentu, suhu yang terlalu rendah atau tinggi akan menyebabkan enzim
mengalami malfungsi atau bahkan terdenaturasi. Meskipun demikian, enzim
termostabil yang dihasilkan oleh bakteri termofilik tahan terhadap suhu yang tinggi dan
tidak mudah terdenaturasi, berbeda dengan enzim lainnya yang sensitif terhadap
perubahan suhu. Oleh sebab itu, pengisolasian bakteri termofilik marak dilakukan
untuk pengambilan enzim yang terkandung dan sangat diminati di bidang industri.
Beberapa jenis enzim tersebut antara lain amilase, protease, kitinase, pektinase, DNA
polymerase, dan xilanase (Mohammad et al. 2017). Pengaplikasian enzim termostabil
dari berbagai jenis bakteri termofilik dapat ditemukan pada berbagai bidang, terutama
pangan, bioetanol, obat-obatan, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah meliputi hal-hal
berikut:

1. Bagaimana karakteristik bakteri termofilik ?


2. Bagaimana bakteri termofilik dapat bertahan hidup pada suhu ekstrem ?
3. Apa saja jenis bakteri termofilik di beberapa wilayah Indonesia dan bagaimana
pengaplikasian bakteri tersebut di bidang bioindustri ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan makalah ini meliputi hal-hal
berikut:

1. Mengetahui karakteristik bakteri termofilik


2. Mengetahui cara bakteri termofilik bertahan hidup pada suhu ekstrem
3. Mengetahui jenis bakteri termofilik di beberapa wilayah Indonesia dan
pengaplikasiannya di bioindustri

1
II PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Bakteri Termofilik


Bakteri termofilik merupakan mikroorganisme yang mampu beradaptasi dan
hidup pada suhu ekstrem sekitar 45-80℃ (Mahmudah et al. 2016). Bakteri termofilik
dapat ditemukan di alam maupun lingkungan buatan seperti daerah aktivitas geotermal,
pegunungan berapi aktif, sumber air panas, dasar lautan hidrotermal, pabrik pengolahan
limbah, tumpukan kompos, dan limbah biologis panas (Finore et al. 2023). Bakteri
termofilik termasuk kelompok Archaebacteria yang strukturnya berbeda dengan bakteri
lain. Bakteri termofilik mampu beradaptasi pada suhu, kadar garam, pH, tekanan, dan
oksigen yang berbeda dengan kondisi hidup bakteri lain karena struktur selnya
mendukung kehidupan di lingkungan ekstrem. Bakteri termofilik memiliki membran sel
stabil akibat ikatan eter pada senyawa lipid penyusun membran sel (Pramiadi et al.
2014). Komponen utama penyusun dinding sel bakteri termofilik yaitu pseudomurein
(pseudopeptidoglikan), polisakarida tersulfonasi, dan glikoprotein. Dinding sel bakteri
termofilik juga memiliki ikatan eter dalam tetraeter lipid, sehingga tidak mudah rusak
pada suhu tinggi (Fitriani et al. 2013).
Bakteri termofilik mempunyai protein chaperonin stabil untuk mempertahankan
struktur tiga dimensi protein fungsional sel hasil denaturasi akibat peningkatan suhu
lingkungan ekstrem dan tahan terhadap proteolisis, sehingga membantu bakteri
termofilik memulihkan fungsi enzim yang terdenaturasi oleh suhu tinggi. Bakteri
termofilik memiliki struktur DNA berupa reverse DNA gyrase yang menghasilkan
bentuk superkoil bermuatan positif, sehingga DNA ini memiliki titik leleh lebih tinggi
dibandingkan titik leleh DNA pada bakteri non-termofilik (Fitriani et al. 2013). DNA
gyrase bakteri termofilik termasuk dalam kelompok enzim topoisomerase dan tersusun
oleh 90-150 pasang basa serta berfungsi mengontrol topologi DNA sel dan memegang
peran penting dalam proses replikasi maupun transkripsi DNA (Pramiadi et al. 2014).
Karakteristik dari setiap bakteri termofilik berbeda-beda karena bergantung pada
bentuk, warna, elevasi, tepian, permukaan, dan ada tidaknya lendir yang dihasilkan
koloni sehingga setiap strain bakteri termofilik berbeda dari segi makroskopis maupun
mikroskopis (Zuraidah et al. 2020).
Di Indonesia bakteri termofilik cukup mudah ditemui karena banyak terdapat
gunung berapi. Begitu juga di pulau Jawa banyak terdapat gunug berapi seperti gunung
Merapi, gunung Salak, dan gunung Krakatau. Mata air panas juga menjadi habitat alami
dari bakteri termofilik. Isolasi yang dilakukan Phon et al.(2021) di kawah Sikidang
dataran tinggi Dieng didapati bakteri Geobacillus sp. Pada isolasi yang dilakukan oleh
Habibie et al. (2013) didapati bakteri yang terisolasi di wilayah Lumpur Lapindo
berasal dari genus Bacillus sp. Untuk isolasi yang dilakukan Fitriani et al. (2013) di
wilayah gunung Darajat didapati bakteri Bacillus subtilis. Masih banyak lagi bakteri
termofilik di Indonesia baik yang sudah pernah diisolasi maupun yang belum pernah
diisolasi.

2
2.2 Adaptasi Bakteri Termofilik di Suhu Tinggi

Bakteri termofilik menghasilkan enzim dengan stabilitas tinggi pada suhu lebih
dari 40℃ yang dikenal dengan istilah enzim termostabil atau termozim (Widiana et al.
2022). Enzim termostabil yang dihasilkan bakteri termofilik mendukung proses adaptasi
dan kehidupannya di suhu lingkungan tinggi karena enzim tersebut dapat tahan terhadap
kondisi ekstrem. Termozim bersifat stabil karena struktur molekul selnya tersusun atas
protein termostabil serta adanya asosiasi protein enzim dengan molekul lain seperti
lipid, polisakarida, atau protein lain dan membentuk senyawa stabil meskipun pada
kondisi yang mampu memicu inaktivasi. Faktor yang memengaruhi termostabilitas
termozim bakteri termofilik yaitu spesies mikroorganisme, peningkatan ikatan hidrogen
dan jembatan garam protein penyusun, serta perbedaan jenis maupun komposisi asam
amino protein (Pramiadi et al. 2014).
Bakteri termofilik dapat beradaptasi dan hidup secara optimal karena struktur
proteinnya tersusun atas banyak asam amino dengan atom sulfur yang disebut sistein
sehingga membentuk ikatan disulfida yang dalam jumlah besar akan meningkatkan
kemampuan enzim untuk cenderung mempertahankan konformasi dan aktivitas
katalitiknya pada suhu lingkungan yang sangat tinggi (Nanda et al. 2017). Bakteri
termofilik umumnya menghasilkan enzim termostabil seperti amilase, selulase, kitinase,
pektinase, xilanase, protease, lipase, dan DNA polimerase yang digunakan dalam
bioteknologi suhu tinggi dan tahan terhadap berbagai pelarut, deterjen, dan pH asam-
basa. Enzim termostabil ditemukan dalam barang komersial dan bioindustri seperti
deterjen, industri makanan, pembuatan kertas, obat-obatan, farmasi, produksi bioetanol,
dan studi biologi lainnya (Mohammad et al. 2017).

2.3 Pemanfaatan Bakteri Termofilik Di Berbagai Bidang


Enzim dari bakteri termofilik atau yang biasa disebut enzim termostabil sangat
disukai penggunaannya di industri. Enzim termostabil memiliki kelebihan berupa tidak
mudah terdenaturasi pada suhu yang cukup tinggi sehingga perawatan enzim ini cukup
mudah. Namun untuk mendapatkan enzim ini hanya dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan isolasi dari habitatnya atau dengan kloning. Isolasi dari habitatnya
memiliki kekurangan yaitu tempat untuk menyimpannya karena bakteri termofilik harus
ditempatkan pada suhu panas sehingga tidak sesuai apabila ditempatkan di
laboratorium. Kloning memiliki kekurangan berupa tata cara yang cukup sulit dan alat
yang mumpuni sehingga diperlukan tenaga ahli untuk melakukannya. Enzim termostabil
yang dihasilkan dari bakteri termofilik sangat beragam diantaranya adalah amilase,
protease, xilanase, dan lipase.

2.3.1 Pemanfaatan enzim amilase di bidang pangan


Amilase adalah enzim hidrolase glikosida yang mengkatalisis pemecahan pati
menjadi gula. Amilase adalah salah satu enzim terpenting dalam bioteknologi saat ini.
Amilase adalah enzim yang memecah pati yang dihasilkan oleh berbagai organisme
seperti bakteri, jamur, tumbuhan dan manusia. Amilase bakteri paling stabil dan hanya
sedikit tidak aktif pada suhu 85 °C. Pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin
dipecah menjadi oligosakarida, dekstrin, maltosa, maltodekstro, dan glukosa oleh enzim
3
amilase. Maltodekstrosa yang dipecah oleh enzim amilase digunakan sebagai pengganti
gelatin sapi seperti yang dilakukan oleh Suryani dan Nisa (2015). Dalam pembuatan
sirup yang dilakukan oleh Robi’a dan Sutrisno (2015) enzim amilase dimanfaatkan
untuk menghasilkan glukosa dari ubi ungu. Dan masih banyak lagi pemanfaatan enzim
termostabil dalam bidang pangan.

2.3.2 Pemanfaatan enzim lipase dan xilanase di bidang industri


Enzim lipase merupakan kelompok enzim yang secara umum berfungsi
dalam hidrolisis triasilgliserol (trigliserida) untuk menghasilkan asam lemak rantai
panjang dan gliserol. Enzim ini juga digunakan untuk hidrolisis triasilgliserol menjadi
diasilgliserol dan asam lemak bebas. Diasilgliserol adalah ester gliserol digunakan
sebagai bahan pengemulsi dan penstabil produk. Enzim lipase termostabil mampu
bekerja optimum pada suhu 60-75℃ yang mengkatalisis reaksi biokonversi. Enzim
lipase yang memiliki stabilitas tinggi dapat diaplikasikan untuk proses bioteknologi
seperti produksi biofuel, farmasi, industri deterjen, pengolahan kertas dari kulit atau
bubur kayu, industri kosmetik, dan parfum.
Xilanase adalah enzim yang dapat menghidrolisis xilan menjadi xilosa.
Enzim xilanase ini lah yang dihasilkan oleh bakteri termofilik, termasuk Bacillus sp..
Enzim xilanase dimanfaatkan sebagai agen pemutih kertas dan penghasil kertas yang
aman bagi kesehatan serta bersifat ramah lingkungan. Penggunaan xilanase sebagai
pemutih kertas akan menurunkan penggunaan klorin dan menghasilkan kertas yang
lebih ramah lingkungan (Habibie 2013).Pemanfaatan enzim xilanase untuk pemutihan
kertas harus memperhatikan parameter karakteristik enzim tersebut. Parameter yang
dimaksud antara lain pH, suhu, dan waktu inkubasi (Sulistiana et al. 2021).

2.3.3 Pemanfaatan bakteri Actinomycetes di bidang farmasi


Bakteri termofilik anggota Actinomycetes dapat menghasilkan senyawa bioaktif
yang bersifat antimikroba, sehingga dapat dimanfaatkan dalam bidang farmakologi
maupun bioteknologi (Limaye et al., 2017). Bakteri termofilik anggota Actinomycetes
dapat menghasilkan berbagai antibiotik seperti tetrasiklin, kloramfenikol, dan rifampisin
(Chaudhary et al, 2013). Bakteri anggota Actinomycetes juga menghasilkan senyawa
polyoxins dan nikkomycins yang dapat menghambat sintesis kitin (Aderiye, 2015).
Menurut Arenz & Wilson (2016), bakteri anggota genus Thermoactinomyces
menghasilkan senyawa antibiotik berupa senyawa aromatik yaitu anthracenopyranone
dari struktur antibiotik thermorubin. Senyawa ini berfungsi untuk menghambat aktivitas
aldose reduktase jamur sehingga dapat mengikat ribosom. Interaksi metabolit dengan
ribosom akan terjadi pemisahan sub unit. Hal ini akan mengikat dan menghambat tRNA
selama proses elongasi pada translasi.

4
III PENUTUP

3.1 Simpulan
Bakteri termofilik termasuk kedalam kelompok Archaebacteria yang mampu
beradaptasi pada suhu, kadar garam, pH, tekanan, dan oksigen yang ekstrim bagi bakteri
lainnya. Bakteri termostabil memiliki dinding sel yang tersusun dari ikatan eter dan
memiliki struktur DNA berupa reverse DNA gyrase yang bakteri lebih tahan panas.
Banyak sekali bakteri yang ditemukan di indonesia yang diantaranya adalah Geobacillus
sp. dan Bacillus sp. Bakteri termofilik khususnya enzim termostabil dapat dimanfaatkan
di berbagai bidang seperti pemanfaatan enzim amilase dalam pembuatan sirup dari ubi
jalar.

5
DAFTAR PUSTAKA
Arenz, S & Wilson, DN. 2016. Blast from the Past: Reassessing Forgotten Translation
Inhibitors, Antibiotic Selectivity, and Resistance Mechanisms to Aid Drug
Development. Molecular Cell. 61(1): 1-12.

Chaudhary, SH, Yadav, J, Shrivastava, RA, Singh, H, Singh, KA & Gopalan, N. 2013.
Antibacterial Activity of Actinomycetes Isolated from Different Soil Samples of
Sheopur (a City of Central India). Journal of Advanced Pharmaceutical
Technology & Research. 4(2): 118-123.

Finore I, Feola A, Russo L, Cattaneo A, Donato PD, Nicolaus B, Poli A, Romano I. 2023.
Thermophilic bacteria and their thermozymes in composting processes: a review.
Chemical and Biological Technologies in Agriculture. 10(7):1-22. doi:
10.1186/s40538-023-00381-z.

Fitriani A, Supriyanti FMT, Heryanto TE. 2013. Penentuan aktivitas amilase kasar
termofil Bacillus subtilis isolat kawah gunung Darajat Garut, Jawa Barat.
Bionatura. 15 (2): 107-113.

Habibie FM, Sugres DP, Islami LN. 2013. Isolasi dan karakterisasi mikroba termofilik
penghasil xilanase dari lumpur panas Lapindo sebagai alternatif pengganti klorin
pada industri kertas. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Program Kreativitas
Mahasiswa. 1(2013): 1.

Ifandi S, Alwi M. 2018. Isolation of thermophilic bacteria from Bora Hot Springs in
Central Sulawesi. Biosaintifika. 10(2):291-297. doi:
10.15294/biosaintifika.v10i2.14905.

Limaye, L, Patil, R, Ranadive, P & Kamath, G. 2017. Application of Potent


Actinomycete Strains for Bio-Degradation of Domestic Agro-Waste by
Composting and Treatment of Pulp-Paper Mill Effluent. Advances in
Microbiology. 7(1): 94-108.

Mahestri L, Harpeni E, Setyawan A. 2021. Isolasi dan penapisan bakteri termofilik


pemecah amilum dan protein dari sumner air panas way panas kalianda Lampung
Selatan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 26(3): 161-168.

Mahmudah R, Baharuddin M, Sappewali. 2016. Identifikasi isolat bakteri termofilik dari


sumber air panas Lejja, Kabupaten Soppeng. Al-Kimia. 4(1):31-42. doi:
10.24252/al-kimia.v4i1.1454.

Mohammad BT, Daghistani HI, Jaouani A, Latif SA, Kennes C. 2017. Isolation and
characterization of thermophilic bacteria from Jordanian Hot Springs: Bacillus
licheniformis and Thermomonas hydrothermalis isolates as potential producers of
thermostable enzymes. International of Journal Microbiology. 1(1):1-12. doi:
10.1155/2017/6943952.

6
Nanda PT, Siregar SA, Kurniawan R, Hairudin, Meriyanti, Yatno. 2017. Isolasi,
karakterisasi dan uji potensi bakteri penghasil enzim termostabil air panas kerinci.
Chempublish Journal. 2 (1): 26 – 31.

Phon S, Ningrum A, Witasari LD. 2022. Purification and characterization of thermostable


serine alkaline protease from Geobacillus sp. DS3 isolated from Sikidang crater,
Dieng plateau,Central Java, Indonesia. Indonesian Journal of Biotechnology.
27[2]:73-79. doi: 10.22146/ijbiotech.65822.

Pramiadi D, Yulianti E, Rakhmawati A. 2014. Isolasi dan uji aktivitas enzim lipase
termostabil dari bakteri termofilik pasca erupsi Merapi. Jurnal Sains Dasar. 3(1):9-
19. doi: 10.21831/jsd.v3i1.2780.

Robi’a, Sutrisno A. 2015. Karakteristik sirup glukosa dari tepung ubi ungu (kajian suhu
likuifikasi dan konsentrasi α-amilase): kajian pustaka. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. 3 (4): 1531 – 1537.

Sulistiana D, Anggraini DP, Agustina DK. 2021. Characterization of xilanase enzymes of


Bacillus subtilis as a biobleaching agent. Jurnal Pena Sains. 8(1): 22-28.

Suryani R, Nisa FC. 2015. Modifikasi pati singkong (Manihot esculenta) dengan enzim α-
amilase sebagai agen pembuih serta aplikasinya pada proses pembuatan
marshmallow. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3 (2): 723-733.

Widiana DR, Phon S, Ningrum A, Witasari LD. 2022. Purification and characterization of
thermostable alpha‐amylase from Geobacillus sp. DS3 from Sikidang Crater,
Central Java, Indonesia. Indonesian Journal of Biotechnology. 27[4]:212-218. doi:
10.22146/ijbiotech.71643.

Zuraidah, Wahyuni D, Astuty E. 2020. Karakteristik morfologi dan uji aktivitas bakteri
termofilik dari kawasan wisata le seuum (air panas). Jurnal Ilmu Alam dan
Lingkungan. 11(2): 40-47.

Anda mungkin juga menyukai