“THERMAL PROCESSING”
Kelompok 3
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1 PENDAHULUAN
3
1.2.2 Bakteri
Bakteri adalah bakteri uniseluler yang mempunyai struktur internal yang
sederhana dibandingkan dengan sel bakteri lain. Peningkatan jumlah bakteri dalam
suatu populasi biasa disebut sebagai pertumbuhan bakteri oleh ahli
mikrobiologi. Pertumbuhan ini merupakan hasil dari pembelahan satu sel bakteri
menjadi dua sel bakteri identik, suatu proses yang disebut pembelahan
biner . Dalam kondisi pertumbuhan yang optimal, sel bakteri dapat membelah kira-
kira setiap 20 menit. Jadi, satu sel dapat menghasilkan hampir 70 miliar sel dalam
12 jam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara lain
ketersediaan unsur hara, kelembaban, pH, kadar oksigen, dan ada
tidaknya zat penghambat (misalnya antibiotik).
Kebutuhan nutrisi sebagian besar bakteri adalah unsur kimia seperti karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen , fosfor, belerang, magnesium, kalium, natrium,
kalsium, dan besi. Bakteri memperoleh unsur-unsur ini dengan memanfaatkan gas
di atmosfer dan dengan memetabolisme unsur makanan tertentu seperti karbohidrat
dan protein.
4
Psikrofil adalah mikrobakteri yang dapat tumbuh pada suhu 0 ° C ke bawah,
memiliki suhu pertumbuhan optimal mendekati 15 ° C, dan biasanya tidak dapat
bertahan pada suhu di atas 20 ° C. Mereka ditemukan di lingkungan yang dingin
secara permanen seperti perairan dalam lautan. Karena mereka aktif pada suhu
rendah, psikrofil dan psikrotrof adalah pengurai penting di iklim dingin.
Bakteri yang tumbuh pada suhu optimal 50°C hingga maksimum 80°C
disebut termofil. Mereka tidak berkembang biak pada suhu kamar. Termofil
tersebar luas di mata air panas, tanah geotermal, dan lingkungan buatan manusia
seperti tumpukan kompos taman tempat mikroba memecah sisa-sisa dapur dan
bahan tumbuhan. Contoh termofil yaitu Thermus aquaticus dan Geobacillus spp.
Lebih tinggi pada skala suhu ekstrim kita menemukan hipertermofil, yang
ditandai dengan rentang pertumbuhan dari 80°C hingga maksimum 110°C, dengan
beberapa contoh ekstrem yang bertahan pada suhu di atas 121°C, suhu rata-rata
autoklaf. Ventilasi hidrotermal di dasar laut adalah contoh utama lingkungan yang
ekstrim, dengan suhu yang diperkirakan mencapai 340 ° C. Mikroba yang diisolasi
dari ventilasi mencapai pertumbuhan optimal pada suhu lebih tinggi dari 100 °
C. Contoh penting adalah Pyrobolus dan Pyrodictium yang tumbuh pada suhu 105
° C dan bertahan dalam proses autoklaf. Gambar 3 menunjukkan kurva miring yang
khas dari pertumbuhan yang bergantung pada suhu untuk kategori mikrobakteri
yang telah penulis jelaskan.
5
Gambar 1. Grafik menunjukkan laju pertumbuhan bakteri sebagai fungsi suhu.
(openstax.org)
1.2.3 Jamur
Dua jenis jamur yang penting dalam pembusukan makanan adalah ragi dan
cetakan . Jamur adalah jamur multiseluler yang berkembang biak dengan
pembentukan spora (sel tunggal yang dapat tumbuh menjadi jamur dewasa). Spora
terbentuk dalam jumlah besar dan mudah tersebar di udara. Setelah spora ini
hinggap di substrat makanan, mereka dapat tumbuh dan berkembang biak jika
kondisinya mendukung. Ragi adalah jamur uniseluler yang jauh lebih besar dari sel
bakteri. Mereka berkembang biak dengan pembelahan sel (pembelahan biner) atau
tunas.
6
tajuk pada pisang. Ragi meningkatkan fermentasi dalam buah-buahan dengan
memecah gula menjadi alkohol dan karbon dioksida. Jumlah air yang tersedia
dalam produk makanan juga penting untuk pertumbuhan jamur. Ragi tidak dapat
tumbuh pada aktivitas air kurang dari 0,9, dan kapang tidak dapat tumbuh pada
aktivitas air di bawah 0,8.
7
(1) Sterilisasi
(2) Pasteurisasi
(3) Blanching
Dua bahan pengawet kimia penting diizinkan untuk minuman menurut FPO (1955)
adalah :
8
BAB 2 BLANCHING
Pada umumnya bahan pangan merupakan zat yang bersifat organik, dimana
didalamnya terdapat banyak nutrisi, enzim serta makromolekul lainnya. Hal ini
dapat membawa dampak positif serta negative bagi bahan pangan, dimana dengan
keberadaan beberapa enzim dapat meningkatkan kualitas bahan pangan sementara
yang lainnya dapat mengurangi kualitas serta mempercepat pembusukan.
Pada produk hasil pertanian, seperti sayur dan buah, kesegaran adalah hal
yang sangat penting dan utama yang menjadi dasar pertimbangan akan tingkat
kualitas bahan pangan tersebut. Namun, produk pertanian tersebut sangat rentan
mengalami kerusakan. Kerusakan yang dialami umumnya disebabkan oleh enzim
dan mikroorganisme, yang dapat mempengaruhi warna, rasa, dan tentunya
kesegaran dari produk pertanian tersebut. Salah satu cara untuk menjaga kualitas
dari produk hasil pertanian adalah dengan melakukan blanching atau blansir.
9
untuk mematangkan bahan pangan yang berupa sayuran dan buah-buahan sehingga
tidak memerlukan paparan panas dari air panas maupun uap dalam waktu yang
Panjang.
10
Pada sayuran dan buah yang mentah beberapa masih memiliki cita
rasa yang getir maupun pahit, sehingga dengan adanya proses
blanching dapat menetralisir sebagian rasa yang tidak diinginkan
tersebut dengan mematangkan sebagian.
1.3.5. Meningkatkan dan menjaga warna produk
Proses blanching berlangsung dengan cepat walaupun
menggunakan suhu yang tinggi, dengan demikian pigmen dari buah
dan sayur tidak terdenaturasi, sehingga tampilan warna proses
olahan tetap terjaga dan tetap menarik.
1.4. Inaktivasi Enzim
Enzim merupakan biokatalisator yang sangat efektif dalam meningkatkan
kecepatan reaksi kimia secara spesifik yang mana ketika kondisi tanpa enzim reaksi
biokimia berlangsung secara lambat. Pengukuran aktivitas enzim dapat dilakukan
dengan mengukur substrat yang terurai atau produk yang terbentuk. Terdapat
berbagai jenis enzim yang sering digunakan dalam proses pangan, misalnya
protease, amilase, dan lipase.
Protease merupakan enzim yang berperan dalam reaksi yang melibatkan
pemecahan protein. Enzim ini memecah protein dengan bantuan air sehingga
dikelompokkan dalam golongan enzim hidrolase. Protease dapat dihasilkan dari
hewan, tanaman, dan mikroba secara ekstraseluler ataupun intraseluler. Dalam
sistem EC (Enzyme Nomenclature), protease dibagi menjadi eksopeptidase (EC
3.4.11-19) dan endopeptidase (EC 3.4.21-24). Eksopeptidase menghidrolisis
protein dari ujung N terminal (aminopeptidase), C terminal (karboksipeptidase),
ataupun spesifik pada dipeptida (hidrolase dipeptidase). Endopeptidase dibagi
berdasarkan mekanisme katalitiknya, yaitu proteinase serin, proteinase thiol,
proteinase asam dan proteinase logam.
Enzim amilase merupakan enzim yang dapat memecah pati atau
menghidrolisa pati, glikogen, dan turunan polisakarida dengan memecah ikatan
glikosidik pati. Berdasarkan jenis ikatan yang dipecahnya, amilase dibedakan
menjadi α-amilase (EC-3.2..1.1), ß-amilase (EC-3.2.1.2), γ-amilase (EC-3.2.1.3).
11
Hidrolisis enzim α-amilase terhadap pati menghasilkan produk utama yaitu maltosa
dan maltooligosakarida.
Selain dari enzim-enzim tersebut, ada pula beberapa jenis enzim yang
merugikan bagi olahan bahan pangan seperti lipoksigenase, polifenoloksidase dan
klorofilase. Enzim tersebut dapat mempercepat pembusukan serta penurunan mutu
maupun kualitas dari olahan bahan pangan yang diinginkan. Sehingga diperlukan
proses termal untuk menginaktivasi atau mendenaturasi enzim-enzim tersebut.
12
energi pada molekul substrat akan berkurang. Hal tersebut akan
membuat ikatan molekul substrat dan sisi aktif enzim. Aktifitas dari
enzim akan meningkat dengan meningkatnya juga suhu pada titik
tertentu. Pada enzim peningkatan temperatur suhu yang bisa mencapai
40 derajat dengan adanya peningkatan reaksi. Hal tersebut bisa
dihubungkan dengan makin meningkatnya energi kinetik pada molekul
substrat dan enzim. Pengaruh suhu di kecepatan reaksi bisa dijelaskan
melalui suatu koefesien suhu. Kecepatan dari enzim saat mengkatalis
reaksi bisa mencapai puncak di saat suhu tertentu. Suhu tersebut biasa
disebut dengan suhu optimum pada suatu reaksi. Pada atas suhu tersebut
akan menghasilkan produk yang menurun. Meningkatnya suhu diatas
suhu optimumnya akan menyebabkan putusnya sebuah ikatan hidrogen
dan juga ikatan lain yang merangkai molekul enzim, lalu menjadikan
enzim mengalami denaturasi.
13
Bayam 12
Buah Bit 4-5
Buah Bit (potong dadu) 3
T
Idealnya, lama waktu yang diperlukan untuk proses blanching harus tepat,
tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat. Proses blanching yang berlebihan akan
menyebabkan produk menjadi matang, kehilangan rasa, warna, dan nutrisi-nutrisi
penting yang terkandung didalamnya karena komponen-komponen tersebut dapat
rusak dan terlarut kedalam media pemanas baik pada proses blanching dengan air
panas ataupun uap.
Hot water blancher menggunakan media berupa air yang dipanaskan hingga
suhu mendekati suhu penguapan sebagai penyalur kalor dalam proses blanching.
Prinsipnya yaitu dengan pemanasan pada 70-100ºC untuk waktu tertentu dan
14
kemudian dilakukan proses pendinginan. Blancher-cooler memiliki tiga bagian:
tahap pra-pemanasan, tahap blanching dan tahap pendinginan.
2. Steam Blancher
T
Blancher uap yang paling sederhana terdiri dari konveyor belt yang
membawa makanan melalui tekanan atmosfer uap dalam terowongan. Konsumsi
energi efisien pada blancher ini sebesar 19%. Alternatif lain, makanan masuk dan
meninggalkan blancher melalui katup yang berputar untuk mengurangi kehilangan
uap dan meningkatkan efisiensi energi sampai 27%, atau uap bisa digunakan
kembali dengan melewati katup venturi. Efisiensi energi akan naik hingga 31%
menggunakan hidrostatik dan alat venturi.
15
Gambar 1.1 Hot Filling pada Botol
Sumber: https://apfoodonline.com/industry/
Hot filling merupakan metode yang telah terbukti efektifitasnya dalam mengisi makanan
atau minum yang bersifat asam tinggi (pH-4,6), sehingga makanan atau minumam tersebut
stabil saat penyimpanan pada suhu kamar. Metode ini digunakan secara luas dalam industri
makanan untuk mengisi gelas dan wadah plastik. Metode ini bekerja pada perlakuan panas
dalam penukar panas berbentuk pelat yang suhu sekitar 90 - 95C setidaknya selama 15
detik (biasanya 15-30 detik). Proses dari metode tersebut ini menghasilkan "Produk Steril
Komersial" yang dimana, proses inin membunuh semua mikroorganisme yang mampu
tumbuh di dalam suatu container. Produk kemudian didinginkan dan diisi
makanan/minumn yang diinginkan pada suhu berkisar 82-85 ° C ke dalam wadah, setelah
itu segera ditutup dengan penutup, dan kemudian ditahan pada suhu ini selama kurang lebih
2-3 menit. Pengisian panas akan mensterilkan permukaan bagian dalam wadah. Wadah
yang terisi biasanya diletakkan miring sehingga ujung leher dan penutup juga disterilkan.
16
Kontainer tersebut kemudian didinginkan di terowongan pendingin untuk meminimalkan
degradasi termal produk.
17
Gambar 1.2 Process Diagram dari Hot Filling
Sumber: http://phariyadi.staff.ipb.ac.id/files/
18
• Paket wadah / penutup kemudian dibawa ke tempat pendingin (bak air atau
pancuran) untuk mendinginkannya dengan cepat, proses ini akan membantu
menjaga rasa produk dan sifat nutrisinya. Proses pendinginan juga akan
menciptakan vacuum di dalam container, mencegah pertumbuhan mikroba.
• Kemasan botol / penutup yang didinginkan dikeringkan dan label dekorasi
diterapkan.
● Temperatur filling sangat penting dalam meminimalkan waktu proses dan dia juga
memastikan proses pasteurisasi yang terjadi memadai sesuai kondisi yang
diinginkan.
● Untuk menjamin efektivitas proses hot fill maka diperlukan 1) kontrol yang tepat
terhadap produk serta 2)proses pada hot fill itu sendiri, yang meliputi proses
dekontaminasi wadah dan penutupannya.
19
1.5. Unit Hot Filling
Mesin hot filling pada umumnya terlihat seperti gambar diatas. Pada umumnya, mesin hot
filling mengandung perlatan unscrambler, nitrogen dosing, capping machine, headspace
sterilizer, squeezer, dan shrink packer & handling application. Nitrogen berfungsi untuk
menjamin eliminasi oksigen secara total. Menurut Alibaba.com, harga untuk suatu sistem
unit hot filling berkisar antara $18,000.00 - $85,000.00, tergantung unit-unit yang
dimilikinya.
20
1.6. Kemasan yang Cocok Digunakan Hot Filling
Kemasan/container yang umum digunakan untuk cairan pada proses hot fill yaitu terbuat
dari kaleng besi, botol kaca dan toples. Jenis bahan kemasan ini dipilih untuk minuman
karena sifat penghalang oksigennya yang terbaik. Kaleng baja, botol kaca, dan toples
sangat stabil terhadap suhu; sehingga pada suhu yang lebih tinggi; biasanya antara 90
hingga 98 ° C, diikuti dengan waktu penahanan selama 2-3 menit sebelum wadah
didinginkan di terowongan pendingin.
Stabilitas termal kemasan sangat penting untuk pemrosesan pengisian panas karena
pengisian harus dilakukan pada suhu tinggi; mampu menyebabkan distorsi atau deformasi
botol yang digunakan.
Saat ini bahan pengemas popular untuk produk minuman isi panas adalah PET, polietilen
tereftalat, resin plastik dan sejenis poliester. Produsen minuman isi panas menggunakan
plastik PET untuk wadahnya karena kekuatan, stabilitas suhu, transparansi, dan harganya.
Selain itu, keunggulan lain untuk PET adalah ringan, dapat ditutup kembali, tahan pecah,
dan dapat didaur ulang.
21
yaitu aktivitas oksigen dalam minuman adalah degradasi oksidatif vitamin C.
Reaksi oksidasi juga terkait erat dengan perubahan warna dan rasa pada minuman
selama penyimpanan.
2. Proses ini juga mempertahankan umur simpan suhu sekitar 6-12 bulan, dan stok
wadah yang kompatibel dengan isi panas sudah tersedia. Proses hot fill yang benar
ini juga akan mendorong terjadinya de-aerasi alami, dimana akan menghasilkan
ruang hampa internal (atau semacam vacuum) di dalam container setelah
pendinginan. Selain menghambat pertumbuhan mikroba, kondisi vakum juga
mencegah kerusakan oksidatif, sehingga produk isi panas umumnya stabil pada
suhu kamar.
3. Untuk menjamin eliminasi oksigen secara total, proses hot fill kini juga dilengkapi
dengan nitrogen gas flushing pada container headspace sebelum proses capping.
22
BAB 4 PASTEURISASI
Percobaan Pasteur berhasil dengan mengadakan sedikit perubahan pada proses yang
dipakai untuk kaldu. Aroma anggur akan berubah jika dididihkan. Jadi, untuk membunuh
sebagian besar mikroba tanpa mengubah aromanya anggur, dia panaskan secukupnya.
Pendinginan membuat sisa mikroba tidak bisa berkembang biak. (Seperti dengan kaldu,
perlu dijaga agar tidak ada mikroba baru yang masuk dariudara.). Selain mencegah susu
menjadi asam, juga bisa mengawetkan banyak jenis makanan lain. Proses ini dinamai
"pasteurisasi".
Ada beberapa tujuan dalam pengolahan susu pasteurisasi seperti membunuh semua
bakteri patogen (penyebab penyakit) yang umumnya dijumpai pada bahan pangan, yaitu
23
bakteri - bakteri patogen yang berbahaya ditinjau dari kesehatan masyarakat juga
memperpanjang daya tahan simpan bahan pangan dengan jalan mematikan bakteri
pembusuk dan menonaktifkan enzim pada bahan pangan yang asam (pH <4,5).
Proses pasteurisasi dapat menghancurkan 90–99% bakteri yang ada di dalam susu.
Pasteurisasi dapat merusak vitamin C dan kemungkinan menjadikan laktosa kasein dan
unsur lemak pada susu menjadi kecil. Efek yang ditimbulkan dari proses pasteurisasi
adalah dapat mempertahankan nilai nutrisi dan karakteristik sensori bahan pangan hasil
pasteurisasi (Setya, 2012).
Ada beberapa istilah bakteri pada proses pasteurisasi. Pertama, ada yang dinamakan
thermoduric. Thermoduric ialah organisme yang dapat bertahan hidup setelah diberikan
paparan suhu yang relatif tinggi tetapi tidak selalu tumbuh di interval suhu ini. Contohnya
seperti Streptococcus dan Lactobacillus. Sumber dari bakteri ini ialah kontaminasi
peralatan yang tidak dibersihkan dan disanitasi dengan baik. Biasanya, dimanfaatkan
sebagai uji perawatan yang digunakan dalam sanitasi alat, thermoduric plate count.
Dimana, nilainya tidak boleh melebihi 1000 per mL susu.
Selain itu, ada yang dinamakan thermophilic. Thermophilic ialah organisme yang tidak
hanya dapat bertahan hidup di suhu tinggi (55 C atau lebih), tapi membutuhkan temperature
tinggi dalam pertumbuhannya. Contoh, Bacillus. Sepertinya thermoduric, sumber
masuknya bakteri biasanya dari peralatan yang tidak dibersihkan selama pemrosesan.
Pemanasan dengan suhu tinggi dan lama meningkatkan bakteri ini dan mampu merubah
rasa susu. Sehingga, pada proses pasteurisasi, harus dipastikan bakteri ini tidak melebihi
standar, sehingga rasa susu tidak berubah.
24
a. Pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu singkat (High Temperature Short
Time/HTST).
Pasteurisasi ini ialah proses pemanasan susu selama 15 – 16 detik pada suhu
71,7 –75°C dengan alat Plate Heat Exchanger. Susu segar yang dipasteurisasi
secara HTST diharapkan dapat membunuh mikroorganisme dan semua bakteri
patogen yang tidak diinginkan, termasuk Listeria monocytogenes (L.
monocytogenes). Proses pasteurisasi tidak dapat mematikan spora bakteri, terutama
bakteri yang bersifat termoresisten atau tahan terhadap suhu tinggi.
25
masuk ke dalam holding tube, yang bertujuan untuk memastikan waktu yang
ditargetkan tercapai apda flowrate yang telah ditentukan. Segala properties yang
ada ini akan ditunjukan lewat recorder controller, akan terlihat waktu, flowrate,
maupun suhu dari aliran. Selanjutnya, akan memasuki Flow Diversion Device.
Dimana, FDD ini akan memastikan ketika suhu aliran kurang dari 72 C, valve akan
tertutup dan akan mengalirkan susu balik ke balance tank. Sementara, aliran yang
mencukupi, dimana suhunya 72 C, akan langsung dialiri ke dalam regenerator yag
kemudian ke cooler. Setelah mengalami pendinginan, maka akan masuk ke dalam
vacuum beaker untuk selanjutnya keluar dari proses pasteurisasi.
b. Pasteurisasi dengan suhu rendah dan waktu lama (Low Temperature Long
Time/LTLT).
Pasteurisasi ini yang sering juga disebut dengan vat pasteurization yakni proses
pemanasan susu pada suhu 61°C selama 30 menit. Biasanya, Banyak digunkan pada
susu yang akan digunakan untuk keju, es krim, buttermilk, dan yoghurt.
26
metode ini dianggap kurang efisien mengingat prinsip dari mekanisme ini juga
merupakan mekanisme batch.
27
waktu simpan 3 – 14 hari. Selain itu, setelah barang dibuka, penyimpanan dengan
proses UHT memiliki waktu simpan empat hari, berbeda dengan cara konvensional
yang memiliki waktu simpan hanya beberapa jam.
1.4. Kualitas Susu Segar dan Setelah Pasteurisasi
a. Susu Segar
Komposisi kimia dan sifat fisik susu segar:
Tabel 1. Komposisi susu segar
Komposisi Rata – rata Kisaran normal (%)
Air 87,25 89,50 – 84,00
Lemak 3,80 2,60 – 6,0
Protein 3,50 2,80 – 4,0
Laktosa 4,80 4,50 – 5,20
Mineral 0,65 0,6 – 0,8
Susu segar memiliki rata-rata 100% dari rata-rata air, lemak, protein,
laktosa, dan mineral. Susu segar Ph-nya 6,5 – 6,6 bersifat agak asam,
keasaman susu segar berhubungan dengan pospat susu, protein (kasien dan
albumin), serta sejumlah kecil CO2 dan sitrat yang terdapat pada susu.
Berat jenis susu rata-rata 1.032 atauberkisar antara 1.027 - 1.035. semakin
banyak lemak susu semakin rendah Berat jenisnya semakin banyak persentase
bahan padat bukan lemak. Hal tersebut merupakan susu murni dan belum
dilakukan perlakuan sama sekali seperti pasteurisasi.
b. Setelah pasteurisasi
Komposisi kimia dan sifat fisik setelah pasteurisasi:
Tabel 2. Komposisi susu setelah pasteurisasi
Komposisi Rata – rata Kisaran normal (%)
Air 50,78 89,50 – 84,00
Lemak 1,65 2,60 – 6,0
Protein 1,42 2,80 – 4,0
28
Laktosa 2,78 4,50 – 5,20
Mineral 0,65 0,6 – 0,8
Setelah pasteurisasi rata-rata dari komposisi tidak mencapai 100% dari rata-
rata normal susu murni dikarenakan adanya tambahan-tambahan komposisi
lainnya yang menyebabkan berkurangnya kualitas baik dari proteinnnya.
Dalam prosedur pasteurisasi HTST menghancurkan 90-99% bakteri yang ada
didalam susu, dengan kemungkinan kerusakan yang sangat kecil bagi laktosa
casein dan unsur lemak, akan tetapi vitamin C dapat rusak dengan cara-cara
tersebut.
29
2.2.2 Unit Alat Operasi High Temperature Short Time
Pada proses HTST, sering dipergunakan unit operasi heat
exchanger, secara spesifik ialah plate heat exchanger. Proses perpindahan
panas diberlakukan dengan cara aliran akan masuk di bagian atas dan
bawah pelat. Kontak pada pelat yang kemudian membuat adanya
perpindahan panas. Penggunaan plate heat exchanger ini menimbang
beberapa kelebihan yang dimiliki oleh alat ini, yaitu meliputi pelat lebih
banyak diminati karena mudah diperoleh, heat exchanger tipe plat mudah
dirawat, pendekatan temperature terendah yang masih bisa digunakan
hingga 1˚C dibandingkan dengan heat exchanger shell and tube yang
sebesar 5 – 10˚C, heat exchanger tipe plat lebih fleksibel, dapat dengan
mudah platnya ditambah, heat exchanger tipe plat lebih tepat digunakan
untuk material yang memiliki viskositas yang tinggi, Temperature
Correction Factor, akan lebih tinggi karena alirannya lebih mendekati
aliran counter flow yang sesungguhnya, dan fouling cenderung lebih kecil
kemungkinan terjadi. Dilampir dari situs Alibaba, plate heat exchanger
memiliki harga kisaran $3.600 atau sekitar Rp. 51.141.600,-
30
bisa menggunakan plate heat exchanger mengingat efisiensi alat dalam
proses pasteurisasi.
31
BAB 5 STERILISASI
1.2.Sterilisasi Komersial
Sterilisasi komersial merupakan kondisi saat sebagian besar mikroba telah mati,
tetapi kemungkinan masih terdapat beberapa mikroba yang tetap hidup setelah pemanasan.
Akan tetapi, pada kondisi ini biasanya mikroba yang membahayakan sudah dalam keadaan
inaktif. Produk steril komersial (dalam kemasan) mungkin masih mengandung viable
spores, tetapi tidak dapat tumbuh pada kondisi penyimpanan dan penanganan normal.
Untuk mencegah dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan pathogen
dapat dilakukan dengan melakukan pengemasan hermetic (proses pengisian dan penutupan
wadah benar), mengatur pH atau derajat keasaman dari makanan, dan juga dengan
menggunakan vakum.
Pemanasan sterilisasi komersial sering dilakukan pada bahan pangan yang sifatnya
tidak asam atau lebih dikenal dengan bahan pangan berasam rendah. Bahan pangan
berasam rendah memiliki pH > 4,5, misalnya seluruh bahan pangan hewani seperti daging,
susu, telur dan ikan serta sayuran seperti buncis dan jagung. Bahan pangan berasam rendah
memiliki resiko mengandung spora bakteri Clostridium botulinum yang dapat
32
menghasilkan toksin mematikan jika tumbuh di dalam makanan kaleng. Oleh karena itu,
spora ini harus dimusnahkan dengan pemanasan yang cukup tinggi. Sterilisasi komersial
adalah pemanasan pada suhu di atas 100 derajat Celcius, umumnya sekitar 121,1 derajat
Celcius dengan menggunakan uap air selama waktu tertentu dengan tujuan untuk
memusnahkan spora bakteri patogen termasuk spora bakteri Clostridium botulinum.
Dengan demikian, sterilisasi komersial ini hanya digunakan untuk mengolah bahan pangan
berasam rendah di dalam kaleng, seperti kornet, sosis dan sayuran dalam kaleng. Susu steril
dalam kotak adalah contoh produk lain yang diproses dengan sterilisasi komersial. Tetapi
prosesnya berbeda dengan pengalengan. Susu steril dalam kotak diproses dengan
pengemasan aseptik, yaitu suatu proses sterilisasi kontinyu dimana produk susu yang sudah
disterilkan dimasukkan ke dalam kotak yang sudah disterilkan dalam lingkungan yang juga
aseptik. Proses pengemasan aseptik umumnya digunakan untuk sterilisasi komersial
produk-produk yang bentuknya cair.
Produk yang sudah diproses dengan sterilisasi komersial harus disimpan pada
kondisi penyimpanan yang normal, yaitu pada suhu kamar. Harus dihindari penyimpanan
pada suhu yang lebih tinggi (sekitar 50 derajat Celcius), karena bukan tidak mungkin jika
ada spora dari bakteri yang sangat tahan panas masih terdapat di dalam kaleng dapat
tumbuh dan berkembang biak di dalamnya dan menyebabkan kebusukan.
1.3.Kondisi Sterilisasi
Untuk melakukan sterilisasi, terdapat beberapa kondisi yang harus diperhatikan,
beberapa diantaranya yaitu:
1. Pemanasan harus tepat
Pemanasan harus dilakukan pada suhu tertentu dengan durasi yang sesuai dengan
mikroorganisme yang akan dibunuh. Apabila pemanasan yang dilakukan kurang
tepat, maka akan mengakibatkan produk menjadi busuk, timbul racun pada
makanan, atau kaleng makanan menjadi menggembung yang akan memberikan
efek yang tidak diinginkan tentunya.
2. Dilakukan pada pengalengan dan pembotolan
33
Ketika melakukan sterilisasi pada proses pengalengan dan pembotolan harus
dipastikan aman agar tidak memberikan efek yang buruk pada makanan.
3. Pemanasan yang diperlukan tergantung dari pH produk yang diukur pada Coldest
Point
• Acid foods: pH < 4,5 ; 200 F
• High acid foods: pH < 3,5 ; suhu dibawah acid foods
• Low acid foods: pH > 4,5 ; pemanasan lebih lama
Contohnya yaitu pada daging dan ikan. Waktu prosesnya akan tergantung dari
kecepatan transfer panas.
4. Tujuan pemanasan yaitu inaktivasi mikroorganisme sesuai tujuan sterilisasi
komersial
5. Proses dianggap aman jika C. botulinum telah inaktif
6. Sterilisasi diikuti pengemasan kondisi anaerob
Spora mikroorganisme anaerob mempunyai ketahanan panas lebih rendah dari
spora mikroorganisme aerob sehingga suhu dan proses sterilisasi lebih rendah.
1.4. Alat
34
Alat yang biasa digunakan untuk melakukan sterilisasi yaitu Retort atau Autoklaf atau
Sterilizer. Retort harus tahan terhadap tekanan uap karena alat ini digunakan pada tekanan
uap yang tinggi. Sterilisasi dilakukan jauh di atas titik didih air pada tekanan atmosfer
normal. Sterilisasi menggunakan alat memiliki prinsip yaitu ketika suhu yang digunakan
semakin tinggi, maka waktu yang diperlukan produk untuk terkena panas akan semakin
sedikit.
Venting atau pembuangan udara dari dalam retort harus dilakukan karena udara
yang terdapat di sekitar kaleng dapat bertindak sebagai insulator yang memperlambat
penetrasi panas. Pengujian proses termal suatu jenis makanan kaleng umumnya dilakukan
dengan menggunakan uap murni bebas udara sebagai medium pemanas. Dengan demikian,
aplikasinya secara komersial diupayakan ketika kondisi sama. Efisiensi udara sebagai
medium pemanas lebih rendah dibandingkan uap.
35
BAB 6 KESIMPULAN
36
Daftar Pustaka
Fellows, P. (2009). Food processing technology : principles and practice (3rd ed.). Boca
Raton, FL: CRC Press. ISBN 9781615830411. OCLC 435534650.
Xiao, Hong-Wei; Pan, Zhongli; Deng, Li-Zhen; El-Mashad, Hamed M.; Yang, Xu-Hai;
Mujumdar, Arun S.; Gao, Zhen-Jiang; Zhang, Qian (2017-06-01). "Recent
developments and trends in thermal blanching – A comprehensive review".
Information Processing in Agriculture. 4 (2): 101–127.
doi:10.1016/j.inpa.2017.02.001. ISSN 2214-3173.
Rosenau, M.J., The Milk Question, Haughton Mifflin Company, Boston, 1913.
Control of microbes
Raju GK, Cooney CL (1993). "Media and air sterilization". In Stephanopoulos G (ed.).
Biotechnology, 2E, Vol. 3, Bioprocessing. Weinheim: Wiley-VCH. pp. 157–84.
ISBN 3-527-28313-7.
37