Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH STRUKTUR FUNGSI SUBSELULER POTENSI BIOKIMIA

DAN APLIKASI BIOINDUSTRI BAKTERI TERMOFILIK


Caldicellulosiruptor saccharolythicus

Kelompok 3
Amanda Paramadita Putri G8401221061

Dosen Pengampu :
Dr. Popi Asri Kurniatin S.Si., Apt., M.Si

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2024
PENDAHULUAN
Bakteri termofilik merupakan mikroorganisme yang mampu hidup pada
suhu 45-80°C. Ciri khas dari bakteri termofilik adalah adaptasi mereka terhadap
suhu tinggi. Enzim-enzim dan struktur sel yang dimiliki bakteri termofilik stabil
dan tahan panas, sehingga memungkinkan untuk menjalankan metabolisme dan
proses seluler pada suhu yang ekstrim (Baharuddin et al. 2016). Bakteri termofilik
mampu bertahan dan berkembang biak pada suhu tinggi. Hal ini disebabkan karena
kandungan enzim, ribosom, protein, dan konstituen-konstituen lainnya lebih stabil
dibandingkan bakteri mesofil (Suryani et al. 2015). Bakteri termofilik banyak
ditemukan di lingkungan yang ekstrem yang kaya akan bahan organik, terutama di
habitat-habitat termal seperti mata air panas, kolam lumpur vulkanik, dan sumber
air geotermal lainnya. Salah satu bakteri termofilik yang ditemukan di lingkungan
ekstrem tersebut adalah Caldicellulosiruptor saccharolyticus (Canganella dan
Wiegel 2014).
Caldicellulosiruptor saccharolyticus merupakan bakteri anaerob termofilik
yang dikenal karena kemampuan metaboliknya yang luar biasa dan potensi aplikasi
bioteknologinya. Mikroorganisme ekstremofilik ini telah menarik minat yang
signifikan karena kemampuannya untuk hidup di lingkungan suhu tinggi dan
potensinya untuk proses industri. Penelitian tentang Caldicellulosiruptor
saccharolyticus telah difokuskan pada rekayasa metaboliknya untuk produksi
etanol yang tinggi serta jalur pembentukan butiratnya. Sifat-sifat bakteri ini dan
penggunaannya dalam bioteknologi, terutama dalam produksi molekul bioaktif dan
biokatalis, telah menjadi subjek studi. Keanekaragaman hayati dan karakteristik
fisiologis Caldicellulosiruptor saccharolyticus, bersama dengan reaksi metabolik
dan energetiknya, juga telah dieksplorasi dalam konteks potensinya dalam berbagai
industri rekayasa. Manipulasi genetik Caldicellulosiruptor saccharolyticus untuk
tujuan bioteknologi juga menjadi topik yang menarik atas signifikansinya dalam
bidang rekayasa metabolik (Canganella dan Wiegel 2014).

TINJAUAN PUSTAKA
Caldicellulosiruptor saccharolyticus merupakan bakteri termofilik
anaerobik Gram-positif yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi
lignoselulosa pada suhu tinggi (Lee et al. 2018). Bakteri ini memiliki kemampuan
untuk menghasilkan enzim selulase dan xilanase, yang memungkinkannya untuk
efisien dalam proses degradasi biomassa lignoselulosa. Caldicellulosiruptor
saccharolyticus juga mampu menghasilkan produk sampingan seperti asam asetat,
asam laktat, hidrogen, dan karbon dioksida melalui fermentasi selulosa.
Karakteristik termofiliknya memungkinkan bakteri ini untuk aktif pada suhu
optimum yang tinggi, mencapai aktivitas selulase optimal pada suhu sekitar 75°C.
kemampuan ini menjadikan Caldicellulosiruptor saccharolyticus sebagai kandidat
potensial dalam proses industry bioteknologi, terutama dalam produksi bioenergi
dan bahan kimia dari biomassa lignoselulosa (Sahoo et al. 2020).
Habitat utama dari bakteri termofilik Caldicellulosiruptor saccharolyticus
meliputi ventilasi hidrotermal laut dalam, mata air panas kontinental, sedimen laut
dalam, dan kompos (Canganella dan Wiegel 2014). Kemampuannya untuk
berkembang pada suhu tinggi dan kondisi anaerobic menjadikan bakteri ini sebagai
pendaur ulang karbon di lingkungan ekstrem. Caldicellulosiruptor saccharolyticus
berperan sebagai dekomposer, memecah bahan organik kompleks seperti selulase
dan hemiselulase menjadi molekul yang lebih sederhana. Bakteri ini juga memiliki
potensi untuk menghasilkan biogas dan enzim termofilik yang bermanfaat bagi
industri (Sar et al. 2023).
Caldicellulosiruptor saccharolyticus menunjukkan metabolisme dan
fisiologi yang unik untuk beradaptasi dengan lingkungan panas dan anaerobik.
Metabolismenya berpusat pada fermentasi lignoselulosa, dengan cara memecah
bahan organik kompleks seperti selulosa dan hemiselulosa menjadi produk
fermentasi seperti asam asetat, laktat, dan etanol. Proses ini menghasilkan energi
dalam bentuk ATP dan memungkinkan bakteri untuk hidup di lingkungan dengan
oksigen terbatas (Counts et al. 2017). Caldicellulosiruptor saccharolyticus
memiliki berbagai enzim khusus untuk memecah lignoselulosa, termasuk selulase,
hemiselulase, dan β-glukosidase. Enzim ini bekerja sama untuk memecah struktur
kompleks lignoselulosa menjadi gula yang lebih kecil, yang kemudian difermentasi
menjadi produk akhir (Meng et al. 2015).
Enzim selulase pada Caldicellulosiruptor saccharolyticus berfungsi untuk
memecah selulosa menjadi selobiosa dan glukosa, sementara hemiselulase
memecah hemiselulosa menjadi berbagai gula seperti xilosa, arabinosa, dan manosa.
β-glukosidase berperan dalam memecah selobiosa menjadi dua molekul glukosa
(Bhatia et al. 2021). Proses degradasi lignoselulosa oleh Caldicellulosiruptor
saccharolyticus melibatkan beberapa langkah. Pertama, adsorpsi terjadi ketika
bakteri menempel pada permukaan lignoselulosa. Kedua, enzim termofilik
disekresikan dan mulai memecah struktur lignoselulosa melalui enzimolisis.
Terakhir, gula-gula yang dihasilkan dari depolimerasi lignoselulosa difermentasi
menjadi produk akhir melalui proses fermentasi. Mekanisme ini memungkinkan
Caldicellulosiruptor saccharolyticus untuk secara efisien mendegradasi
lignoselulosa menjadi produk fermentasi yang berguna (Lee et al. 2018).

PEMBAHASAN
Caldicellulosiruptor saccharolyticus memiliki kemampuan untuk
menghasilkan berbagai produk fermentasi termasuk asam asetat, laktat, etanol,
formiat, propionate, dan H2 (Sahoo et al. 2020). Produk-produk fermentasi ini
memiliki beragam aplikasi dalam bioindustri yang dapat digunakan dalam produksi
biofuel sebagai bahan bakar alternatif dan ramah lingkungan. Asam laktat yang
dihasilkan juga dapat digunakan dalam produksi bahan kimia, seperti plastik dan
biopolimer. Produk fermentasi tersebut juga dapat diterapkan dalam industri
makanan dan minuman sebagai bahan pengawet dan pengenyal (Bardhan et al.
2019). Kemampuan Caldicellulosiruptor saccharolyticus dalam degradasi
lignoselulosa juga memungkinkan pemanfaatan dalam berbagai aplikasi biokimia.
Enzim termofilik yang dihasilkannya dapat digunakan dalam pemrosesan makanan
dan pakan ternak, pemulihan pulp dan kertas, serta dalam industri farmasi. Produk
fermentasi dan enzimnya juga dapat dimanfaatkan dalam aplikasi lingkungan,
seperti membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi dengan polutan organik
(Sihotang et al. 2022).
Fisiologi Caldicellulosiruptor saccharolyticus beradaptasi dengan suhu
tinggi. Membran sel bakteri ini mengandung lipid khusus yang tahan panas, dan
proteinnya memiliki struktur yang stabil pada suhu tinggi. Bakteri ini juga memiliki
mekanisme untuk melindungi DNAnya dari kerusakan akibat panas (Pawar dan Van
Niel 2014). Caldicellulosiruptor saccharolyticus memiliki sejumlah keunggulan
yang membuatnya menonjol dalam bioindustri. Kemampuannya untuk tumbuh
pada suhu tinggi memungkinkan penggunaan dalam proses dengan suhu tinggi,
sementara toleransinya terhadap berbagai kondisi lingkungan, seperti pH dan
salinitas, meningkatkan fleksibilitas aplikasinya. Bakteri ini memiliki kemampuan
degradasi lignoselulosa yang tinggi, menjadikannya cocok untuk menghasilkan
biofuel dan bahan kimia dari bahan baku biomassa lignoselulosa.
Caldicellulosiruptor saccharolyticus juga menghasilkan berbagai enzim termofilik
yang memiliki potensi aplikasi luas dalam berbagai industry (Bala dan Singh 2019).
Terdapat kekurangan dari Caldicellulosiruptor saccharolyticus yang perlu
diperhatikan. Pertumbuhan dan perkembangbiakan Caldicellulosiruptor
saccharolyticus membutuhkan waktu yang relatif lama, yang dapat memperlambat
proses produksi dalam skala industri. Bakteri ini membutuhkan nutrien yang
kompleks untuk pertumbuhannya, yang dapat meningkatkan biaya produksi.
Sensitivitas bakteri ini terhadap oksigen juga merupakan hambatan potensial,
karena proses fermentasi sering kali terjadi dalam lingkungan anaerobik (Bala dan
Singh 2019).
Evaluasi aplikasi Caldicellulosiruptor saccharolyticus dalam bioindustri
menunjukkan potensi besar serta beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan.
Sebagai bakteri termofilik anaerobik obligat, Caldicellulosiruptor saccharolyticus
memiliki keunggulan dalam mendegradasi lignoselulosa dan menghasilkan
berbagai produk fermentasi yang berguna. Kemampuannya untuk tumbuh pada
suhu tinggi dan toleransi terhadap berbagai kondisi lingkungan memberikan
fleksibilitas dalam aplikasi dalam industri. Produk fermentasinya, seperti asam
asetat, laktat, dan etanol, memiliki berbagai aplikasi yang meliputi produksi biofuel,
bahan kimia, serta makanan dan minuman. Namun, kekurangan seperti waktu
pertumbuhan yang lama dan kebutuhan nutrien yang kompleks dapat menjadi
hambatan dalam skala industri (Pawar dan Van Niel 2014).
Perbandingan Caldicellulosiruptor saccharolyticus dengan metode dan
mikroorganisme lain menunjukkan bahwa meskipun memiliki keunggulan tertentu,
ada juga alternatif yang perlu dipertimbangkan. Mikroorganisme lain seperti
Clostridium spp. dan beberapa jenis fungi juga memiliki kemampuan untuk
mendegradasi lignoselulosa dan menghasilkan produk fermentasi. Beberapa
metode lain seperti hidrolisis enzimatik dan pirolisis juga menjadi pilihan dalam
produksi biofuel dan bahan kimia dari biomassa lignoselulosa. Setiap metode dan
mikroorganisme memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga
pemilihan yang tepat tergantung pada kebutuhan spesifik dan kondisi industri yang
ada (Bielen et al. 2014).
Mengevaluasi aplikasi Caldicellulosiruptor saccharolyticus dalam
bioindustri, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti efisiensi proses,
keberlanjutan, dan potensi aplikasi yang luas. Meskipun memiliki beberapa
kelemahan, keunggulan Caldicellulosiruptor saccharolyticus dalam mendegradasi
lignoselulosa dan menghasilkan produk fermentasi yang tinggi menunjukkan
potensi besar dalam kontribusinya terhadap industri yang lebih berkelanjutan dan
ramah lingkungan (Akram et al. 2018).

KESIMPULAN

Bakteri termofilik, seperti Caldicellulosiruptor saccharolyticus,


menawarkan potensi besar dalam aplikasi bioindustri berkat kemampuannya
beradaptasi dengan suhu ekstrem. Dengan struktur sel dan enzim yang stabil pada
suhu tinggi, serta kemampuan degradasi lignoselulosa yang tinggi,
Caldicellulosiruptor saccharolyticus menjadi kandidat potensial untuk produksi
biofuel, bahan kimia, dan makanan. Selain keunggulan yang dimilikinya,
pertumbuhan yang lambat dan kebutuhan nutrisi yang kompleks dapat menjadi
hambatan dalam skala industri dari bakteri Caldicellulosiruptor saccharolyticus.

DAFTAR PUSTAKA

Akram F, ul Haq I, Imran W, Mukhtar H. 2018. Insight perspectives of thermostable


endoglucanases for bioethanol production. Renewable Energy. 122(1): 225-
238.
Baharuddin M, Mahmudah R, Sappewali S. 2016. Identifikasi isolat bakteri
termofilik dari sumber air panas Lejja, Kabupaten Soppeng. Al-Kimia. 4(1):
31-42.
Bala A, Singh B. 2019. Cellulolytic and xylanolytic enzymes of thermophiles for
the production of renewable biofuels. Renewable Energy. 136(1): 1231-
1244.
Bardhan P, Gupta K, Mandal M. 2019. Microbes as bio-resource for sustainable
production of biofuels and other bioenergy products. New and Future
Developments in Microbial Biotechnology and Bioengineering. 15(1): 205-
222.
Bhatia L, Singh AK, Chandel AK. 2021. Role of thermophiles in production of
aviation biofuels: fueling the future. Environmental Microbiology and
Biotechnology: 2(2): 65-81.
Bielen AA, Verhaart MR, Van der Oost J, Kengen SW. 2014. Biohydrogen
production by the thermophilic bacterium Caldicellulosiruptor
saccharolyticus: current status and perspectives. Life. 3(1): 52-85.
Canganella F, Wiegel J. 2014. Anaerobic thermophiles. Life. 4(1): 77-104.
Counts JA, Zeldes BM, Lee LL, Straub CT, Adams MW, Kelly RM. 2017.
Physiological, metabolic and biotechnological features of extremely
thermophilic microorganisms. Systems Biology and Medicine. 9(3): 1377.
Lee LL, Blumer-Schuette SE, Izquierdo JA, Zurawski JV, Loder AJ, Conway JM,
Elkins JG, Podar M, Clum A, Jones PC, Piatek MJ. 2018. Genus-wide
assessment of lignocellulose utilization in the extremely thermophilic genus
Caldicellulosiruptor by genomic, pangenomic, and metagenomic
analyses. Applied and Environmental Microbiology. 84(9): 02694-17.
Meng DD, Ying Y, Zhang KD, Lu M, Li FL. 2015. Depiction of carbohydrate-active
enzyme diversity in Caldicellulosiruptor sp. F32 at the genome level reveals
insights into distinct polysaccharide degradation features. Molecular
BioSystems. 11(11): 3164-3173.
Pawar SS, Van Niel EW. 2014. Evaluation of assimilatory sulphur metabolism in
Caldicellulosiruptor saccharolyticus. Bioresource technology. 169(1): 677-
685.
Sahoo K, Sahoo RK, Gaur M, Subudhi E. 2020. Cellulolytic Thermophilic
Microorganisms in White Biotechnology. Folia Microbiologica. 65(1): 25-
43. https://doi.org/10.1007/s12223-019-00710-6
Sar T, Harirchi S, Yazdian F, Taherzadeh MJ. 2023. 2 Microorganisms
used. Biotic Resources: Circular Bioeconomy Perspective. 3(1): 21.
Sihotang S, Prasetyo D, Noer Z, Setiyabudi L, Sari DN, Munaeni W, Putri DFA,
Fatma YS, Mujtahidah T, Sulthoniyah STM, Rohmah MK. 2022. Pengantar
Bioteknologi. Makassar (ID): Tohar Media.
Suryani, Harahap ES, Ambarsari L. 2015. Amplifikasi gen 16S rRNA bakteri
termofilik dari sumber air panas Gunung Pancar Bogor. Jurnal Riset Kimia.
3(1): 83–89. https://doi.org/10.25077/jrk.v3i1.97

Anda mungkin juga menyukai