Anda di halaman 1dari 26

Nama : Aliyu Apan Juniarta Subagyo

NIM : 215050107111145
Kelas :C
Mata Kuliah : Industri Pengolahan Telur

REVIEW JURNAL INTERNASIOAL


Jurnal 1

1. Judul Ball milling of eggshell waste as a green and sustainable approach:


Check for updates : A review
2. Penulis Matej Baláž
3. Nama Jurnal Advances in Colloid and Interface Science
4. Volume (No) 256
5. Halaman 256-275
6. Pendahuluan Limbah cangkang telur sebagai salah satu limbah paling melimpah
dalam industri makanan, dengan produksi sekitar 50.000 ton per
tahun. Penekanan diberikan pada sifat biomaterial alami cangkang
telur dan potensinya untuk aplikasi yang beragam. Metode ball
milling dalam mekano-kimia dijelaskan sebagai cabang yang
berkembang dalam bidang kimia, dengan penekanan pada potensi
peningkatan aplikasi melalui pendekatan ball milling pada bahan
alami. Komposisi kimia dan morfologi limbah cangkang telur dibagi
menjadi dua komponen utama: cangkang telur (CT) dan membran
cangkang telur (MCT). Perbedaan signifikan dalam komposisi kimia
dan fungsi keduanya selama perkembangan telur dijelaskan secara
rinci. Komposisi kimia cangkang telur, terutama kalsium karbonat,
dan morfologi cangkang telur, dengan lapisan-lapisan dan pori-pori,
turut diuraikan.membran cangkang telur, yang hampir sepenuhnya
terdiri dari struktur protein. Komposisi protein dan morfologi MCT
dijelaskan dengan rinci, termasuk perbedaan antara permukaan dalam
dan luar serta struktur inti-mantel serat MCT.

Aplikasi dari limbah cangkang telur, meliputi kesamaan dan


perbedaan dalam penggunaan cangkang telur dan membran cangkang
telur. Dikemukakan bahwa keduanya memiliki sifat sorpsi yang
menarik, namun memiliki aplikasi khusus, seperti penggunaan
cangkang telur sebagai sumber kalsium untuk sintesis biokeramik dan
aplikasi beragam membran cangkang telur dalam berbagai bidang.
Mekano-kimia sebagai bidang kimia yang berkembang, dengan
penekanan pada aplikasinya dalam ball milling, termasuk
penerapannya pada limbah cangkang telur. Keunggulan mekano-
kimia, seperti dampak lingkungan yang rendah, dijelaskan sebagai
faktor penting dalam penggunaannya.

7. Hasil Penelitian ini menghasilkan tinjauan komprehensif mengenai


beragam aplikasi limbah cangkang telur dalam berbagai bidang,
termasuk katalisis, farmasi, dan mekano-kimia. Penelitian ini
menyoroti potensi penggunaan limbah cangkang telur dalam ilmu
bahan, seperti dalam produksi biokeramik, pengolahan air limbah, dan
aplikasi farmasi. Penelitian ini juga menekankan sifat berkelanjutan
dan serbaguna limbah cangkang telur dalam ilmu bahan,
menunjukkan potensinya dalam aplikasi kimia hijau dan
berkelanjutan. Selain itu, penelitian ini mengeksplorasi penggunaan
membran cangkang telur dalam bahan komposit untuk aplikasi
biomedis dan industri, termasuk penyembuhan luka, bahan
antibakteri, dan perbaikan jaringan. Secara keseluruhan, penelitian ini
memberikan kontribusi pada pemahaman lebih dalam tentang potensi
penggunaan limbah cangkang telur dan bahan yang berasal dari
cangkang telur dalam berbagai industri.
8. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa limbah cangkang telur
memiliki potensi yang besar dalam berbagai aplikasi, terutama dalam
bidang ilmu material. Telur cangkang dapat digunakan sebagai katalis
yang efektif dan berkelanjutan dalam reaksi kimia organik, serta
dalam pengolahan air limbah melalui fotokatalisis. Selain itu, bahan-
bahan yang berasal dari cangkang telur juga memiliki aplikasi dalam
bidang kedokteran, seperti dalam penyembuhan luka, pengobatan
penyakit sendi, dan regenerasi tulang. Meskipun demikian, masih
terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk memperluas
penggunaan limbah cangkang telur ini.
Jurnal 2

1 Judul State-of-the-Art of Eggshell Waste in Materials Science: Recent


Advances in Catalysis, Pharmaceutical Applications, and
Mechanochemistry
2 Penulis Matej Baláž, Elena V. Boldyreva, Dmitry Rybin, Stefan Pavlovic´,
Daily Rodríguez-Padrón, Tihana Mudrinic´, and Rafael Luque
3 Nama Jurnal Frontiers in Bioengineering and Biotechnolog
4 Volume (No) 8
5 Halaman 1-28
6 Pendahuluan Kulit telur adalah salah satu bentuk sisa makanan yang paling umum
yang terdiri dari dua bagian: cangkang telur itu sendiri, yang sebagian
besar terdiri dari kalsium karbonat dan membran cangkang telur, yang
merupakan struktur protein. Morfologi cangkang telur mengandung
mengandung kristal kalsit, yang tersusun menjadi lapisan permukaan,
palisade, dan mammillary dengan morfologi dan porositas yang
berbeda. Membran cangkang telur merupakan struktur berserat dan
seratnya diketahui mengecil diameternya dari luar telur ke dalam.
Potensi pemanfaatan cangkang telur sangat beragam yaitu sebagai
bahan tambahan pangan, sintesis organis, katalisis, dan adsorpsi.
7 Hasil Kulit telur dalam katalis, senyawa bioaktif memiliki peran penting
bagi industri kimia, farmasi, kosmetik, dan makanan, menemukan
strategi sintetis ramah lingkungan yang melibatkan langkah-langkah
katalitik merupakan tugas utama bagi pembangunan berkelanjutan.
Dalam hal ini, beberapa faktor perlu dipertimbangkan, termasuk tidak
hanya karakter ramah lingkungan dari bahan katalitik tetapi juga
manfaat lingkungan serta efisiensi biaya dan energi dari metodologi
sintetik untuk persiapan katalis.
Sintesis Senyawa Bioaktif dan Katalisis Berbasis Cangkang Telur
dalam Sintesis Organik, nanokatalis yang berasal dari cangkang telur
telah dilaporkan untuk sintesis berbagai senyawa bioaktif, seperti
kromonon, turunan piran, polihidrokuinolin, aldehida aromatik,
benzotiazol, dan karbohidrat. Bahan berbasis kulit telur serupa telah
terbukti menjadi kandidat potensial sebagai bahan katalitik untuk
pembuatan benzothiazole. Molekul-molekul ini merupakan perancah
bioaktif penting dengan agen antitumor, antialergi, antidiabetik, dan
antimikroba. katalis dibuat hanya dengan penggilingan, biasanya
menggunakan lesung dan alu, yang tentunya merupakan salah satu alat
yang paling murah dalam bidang mekanokimia.
Pengolahan Air Limbah: Peluang dalam Fotokatalisis, bahan
semikonduktor yang didukung cangkang telur juga telah digunakan
untuk fotokatalisis, yang merupakan bidang katalisis dengan sifat
intrinsik ramah lingkungan, dimana laju reaksi kimia didorong oleh
penyerapan iradiasi cahaya oleh bahan semikonduktor (fotokatalis).
Pengolahan air limbah adalah salah satu aplikasi utama proses
fotokatalitik, yang tidak hanya menghasilkan degradasi polutan tetapi
juga mengubahnya menjadi bahan kimia yang berharga. Timbal
sulfida adalah bahan semikonduktor yang juga telah digunakan, dalam
kombinasi dengan kalsium karbonat dari limbah cangkang telur, untuk
fotodegradasi tetrasiklin hidroklorida yang dibantu cahaya matahari.
Bahan yang dirancang menunjukkan hasil yang baik antara lain dalam
degradasi metilen biru, merah kongo, dan fenol, sehingga
menunjukkan bahwa bahan tersebut dapat digunakan secara efektif
untuk pengolahan air limbah.
Aplikasi Bermanfaat Bagi Lingkungan Lainnya dalam Katalisis,
bahan yang berasal dari kulit telur juga dapat diterapkan dalam
katalisis heterogen konvensional. Misalnya, bionanokomposit
berbahan dasar cangkang telur sebagai bioscaffold dan nanopartikel
logam mulia (Pt, Pd) telah disintesis dan digunakan untuk reduksi
katalitik Cr(VI) menjadi Cr(III) dalam larutan air, spesies Cr(VI)
merupakan pencemar lingkungan yang serius, yang terdapat dalam air
limbah dari beberapa industri. Bahan turunan cangkang telur yang
difungsikan dengan oksida tembaga dan besi pada konsentrasi berbeda
juga telah dirancang untuk aplikasi dalam oksidasi basah katalitik
asam humat (senyawa tahan api yang terdapat dalam air limbah
industri).
Aplikasi Biomedis Membran Cangkang Telur (ESM), membran
cangkang telur (ESM) merupakan komponen penting lainnya, yang
banyak digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk dalam biomedis,
seperti untuk pengobatan penyakit sendi, aplikasi dalam pengobatan
reparatif (khususnya penyembuhan luka dan regenerasi saraf sciatic),
dan untuk memproduksi cangkok pembuluh darah. Aplikasi biomedis
penting lainnya dari ESM adalah penyembuhan luka
Cangkang Telur sebagai Katalis Sintesis Biodiesel, kalsium oksida
merupakan katalis yang menjanjikan untuk produksi biodiesel karena
banyak keuntungan (aktivitas katalitik yang tinggi, kelarutan yang
rendah dalam metanol, tidak beracun, harga murah, ketersediaan di
alam, dan merupakan bahan limbah). Dalam hal pemanfaatan
cangkang telur untuk memperoleh katalis aktif, bahan awal sebagian
besar diberi perlakuan termal. Yakni, dalam proses sintesis, tahap pra-
perlakuan sangat penting karena limbah cangkang telur mengandung
berbagai pengotor, seperti membran cangkang telur yang harus
dihilangkan sebelum proses kalsinasi. Hasil produksi yang diperoleh
yakni cangkang telur yang dikalsinasi murni menunjukkan potensi
katalitik yang besar dalam produksi biodiesel. Aktivitas dan stabilitas
katalitik meningkat terutama jika kalsium oksida didispersikan melalui
dukungan katalitik, sehingga pencucian spesies aktif berkurang secara
signifikan.
Oksidasi Katalitik, dalam proses ini kulit telur murni tidak
menunjukkan aktivitas pada suhu oksidasi yang khas untuk proses
dengan katalis konvensional. Namun, cangkang telur menunjukkan
dukungan katalitik yang lebih baik dibandingkan dengan kalsium
karbonat komersial dan memungkinkan interaksi yang lebih baik
dengan spesies aktif.
Meskipun cangkang telur memiliki banyak keunggulan (ketersediaan,
tidak beracun, dan harga murah), terdapat keterbatasan tertentu dalam
hal sifat tekstur yang mempersulit proses penerapan dan manipulasi
cangkang telur. Keterbatasan ini tercermin dalam sistem pori dan
saluran yang kurang berkembang, karakteristik bahan tidak berpori,
bahan dengan pori makro atau rongga terbuka, yang berhubungan
langsung dengan permukaan spesifik aktif

8 Kesimpulan Limbah kulit telur merupakan salah satu limbah makanan yang paling
umum yang sangat berguna dalam banyak aplikasi. Penerapan manfaat
limbah yaitu dalam katalisis, elektrokimia, terapi, dan setelah
perlakuan yang tepat dengan mekanokimia yang tidak berbahaya bagi
lingkungan, cakupan penerapannya dapat lebih diperluas.
Jurnal 3

1 Judul Eggshell Membrane as a Biomaterial for Bone Regeneration


2 Penulis Torres-Mansilla, A.; Hincke,M.; Voltes, A.; López-Ruiz, E.; Baldion,
PA; Marchal, JA;Álvarez-Lloret, P.; Gómez-Morales, J.
3 Nama Jurnal Polimer
4 Volume (No) 15
5 Halaman
6 Pendahuluan Membran cangkang telur burung (ESM) adalah biomaterial serbaguna
dengan karakteristik kimia dan sifat struktural yang dapat
dimanfaatkan untuk regenerasi tulang. ESM mengandung molekul
yang memiliki kepentingan biomedis, seperti kolagen, asam
hialuronat, dan dermatan sulfat. Terdapat permintaan yang terus-
menerus terhadap material baru untuk regenerasi tulang karena
tingginya prevalensi penyakit tulang. Penyakit-penyakit ini dapat
menyebabkan kelainan tulang yang parah dan kerapuhan tulang, yang
pada akhirnya menyebabkan kecacatan dan menurunkan kualitas
hidup. Polimer bisa sintetis atau alami. Polimer sintetik mempunyai
sifat yang dapat diprediksi dan sintesisnya dapat dikontrol. Polimer
alami lebih ramah lingkungan dan mudah terurai dibandingkan bahan
sintetis.
7 Hasil Kriteria Pengembangan Perancah Tulang
ESM memiliki karakteristik mikrostruktur dan komposisi yang
menunjukkan bahwa matriks ini dapat menjadi kandidat yang
menjanjikan untuk mengembangkan perancah untuk regenerasi
tulang. Scaffold adalah biomaterial dengan struktur tiga dimensi yang
menyediakan lingkungan yang sesuai untuk sel-sel pembentuk tulang
bertujuan untuk mereplikasi matriks ekstraseluler kolagen/apatit dari
jaringan tulang dan fungsi bawaannya, sehingga perilaku sel yang
masuk akan meniru keadaan aslinya. Scaffold dan tulang berintegrasi
sehingga hanya fraktur yang dapat memisahkan material scaffold dari
tulang yang baru diregenerasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat fisik
perancah, struktur mikronya (misalnya porositas), dan sifat
permukaannya (yaitu topografi dan kimia permukaan). Idealnya,
scaffold harus memiliki karakteristik fisik dan mekanik yang
mengingatkan pada struktur matriks mineralisasi organik tulang,
dengan arsitektur yang sesuai yang memberikan stabilitas tanpa
kehilangan bioaktivitas. Struktur mikro biomaterial mempengaruhi
sifat mekaniknya, biasanya digambarkan dalam bentuk kekuatan tarik
dan modulus Young, serta karakteristik lainnya. sebagian besar
persyaratan perancah tulang, ESM adalah biomaterial yang berpotensi
memenuhi sebagaimana dibahas secara rinci di bagian berikut, ESM
menunjukkan hasil yang baik selama pengujian in vitro dan in vivo,
yang menegaskan biokompatibilitasnya. ESM menginduksi
perlekatan, proliferasi, dan diferensiasi berbagai jenis sel. Selain itu,
ESM yang ditanamkan pada kerusakan tulang dan periodontal diamati
untuk mendorong regenerasi. ESM menolak dampak lingkungan
dengan mentransmisikan, menghilangkan, dan menyimpan kekuatan
dan energi yang sebanding dengan sistem matriks kolagen. Perilaku
mekanis ini patut diperhatikan mengingat kemungkinan penggunaan
ESM untuk mereplikasi struktur ekstraseluler kolagen/apatit tulang.
Oleh karena itu, sifat biologis, fisik, dan mekanik ESM memenuhi
sebagian besar persyaratan yang diperlukan untuk perancah tulang.
Selain itu, ESM dapat dimodifikasi secara kimia untuk pengembangan
bahan baru untuk regenerasi tulang.

Ekstraksi Membran
Serabut individu dari ESM bagian luar berpenetrasi dan tertanam ke
dalam ujung kerucut mamillary. Dengan demikian, ESM terikat erat
pada cangkang telur melalui struktur transisi yang kompleks di mana
tombol-tombol mammillary diintegrasikan ke dalam kolom mineral
mammillary, yang berlanjut ke wilayah palisade kristal yang
menyumbang sebagian besar ketebalan cangkang telur. Badan
cadangan kalsium (CRB) di dasar kerucut mammillary mengalami
demineralisasi secara selektif selama perlakuan tersebut, sehingga
fragmen ujung kerucut mammillary mungkin tetap menempel pada
lembaran ESM yang dihasilkan, sehingga memerlukan perlakuan
asam tambahan untuk melarutkan kalsium karbonat (CaCO) yang
melekat. Berbagai metode pemisahan telah dikembangkan untuk
pemurnian ESM industri skala besar dari kulit telur termasuk
pelepasan membran dengan bantuan gelombang mikro, penguapan
kilat, dan flotasi udara terlarut. Beberapa perangkat telah
dikembangkan dan dipatenkan untuk mengoptimalkan pemisahan
ESM pada skala industry. Umumnya, mesin-mesin ini memecahkan
atau menghancurkan cangkang telur, antara lain dengan menggunakan
metode aliran udara, kavitasi, atau efek Venturi untuk memisahkan
ESM fleksibel. ESM terdiri dari molekul berharga, termasuk kolagen
dan asam hialuronat, selain sejumlah besar protein, yang berkontribusi
terhadap sifat biopolimer berserat dengan sifat viskoelastik.
Pemulihan ESM yang sesuai akan memungkinkan sifat-sifat kimia dan
struktural ini dieksploitasi dan diterapkan untuk mengembangkan
bahan-bahan untuk regenerasi tulang.

Struktur dan Komposisi Membran Cangkang Telur


Telur yang sedang terbentuk memperoleh unsur-unsurnya ketika
melewati daerah khusus saluran telur burung. Di daerah tanah genting
putih, sel kelenjar tubular mensekresi prekursor ESM. Membran
pembatas terdiri dari struktur yang sangat tipis dengan ketebalan hanya
beberapa mikron, yang mengelilingi putih telur dan berfungsi sebagai
penghalang untuk membatasi kebocoran putih dan kuning telur.
Membran luar memiliki struktur khas pada permukaan luarnya yang
disebut tombol mammillary yakni agregasi bahan organik terpisah
yang berfungsi sebagai tempat nukleasi kalsit. ESM memiliki peran
penting untuk kristalisasi kalsium karbonat selama inisiasi
mineralisasi cangkang telur, dan pusat nukleasi ini juga menawarkan
potensi mineralisasi kalsium fosfat terarah. ESM sebagian besar terdiri
dari protein (sekitar 80-85%), mengandung CaCO3mineral, asam
sialat, asam uronat, dan polisakarida dalam jumlah minimal dan ion
dalam jumlah kecil seperti Mg, Si, dan Zn. ESM memiliki molekul
yang mirip dengan matriks tulang, yaitu kolagen tipe-I pada inti serat
dan keratan sulfat pada tombol mamillary. Molekul-molekul ini
penting dalam proses nukleasi mineral cangkang dan mungkin
berguna untuk pengembangan material dalam rekayasa jaringan
tulang.

Sifat Biologis, Fisika, dan Mekanik Membran Cangkang Telur


Sifat Biologis, Salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh
scaffold rekayasa jaringan tulang adalah biokompatibilitas.
Biokompatibilitas ESM sebagian besar telah dieksplorasi dalam
biomaterial berdasarkan ESM atau mengandung komponen yang
diperoleh darinya sehingga masih terdapat ruang untuk menyelidiki
sifat biologis ESM alami yang belum diolah. ESM memiliki
sitokompatibilitas, perlekatan sel, proliferasi, dan nonsitotoksisitas
yang baik. Studi sitokompatibilitas dilakukan dengan kultur sel dan uji
MTT, didukung oleh teknik optik, pemindaian elektron, dan
mikroskop fluoresensi. ESM yang dimodifikasi meningkatkan
proliferasi sel, kontraksi luka, angiogenesis, dan regulasi peradangan.
Bubuk ESM olahan telah diusulkan sebagai biomaterial yang
menjanjikan untuk rekayasa jaringan. Hal ini merupakan dasar dari
produk penyembuhan luka yang inovatif, yang saat ini sedang dalam
uji klinis untuk mengobati tukak vena pada kaki. ESM telah digunakan
dalam regenerasi tulang terpandu pada kerusakan periodontal
berukuran kritis pada tikus Wistar, yang merupakan model in vivo.
Investigasi in vivo juga penting untuk observasi lanjutan dari proses
degradasi ESM, perancah yang dapat terdegradasi menghindari
kebutuhan akan pengangkatan implan secara bedah.
Properti fisik, Ketebalan keseluruhan ESM, yang mencakup struktur
berlapis-lapis, mendekati 0,1 mm. ESM memiliki membrane yang
relatif tipis, membran ini mudah dimanipulasi untuk implantasi
langsung.23] atau modifikasi lebih lanjut. Ketebalan merupakan
karakteristik penting karena dikaitkan dengan kekuatan cangkang
telur. karakteristik fisik dan mekanik ESM menunjukkan perbedaan
yang disebabkan oleh ras, umur, dan kondisi nutrisi ayam. Selain itu,
variabilitas ketebalan ESM yang terkait dengan faktor perkembangan,
morfometrik, dan lingkungan. Ketebalan ESM lebih tinggi di daerah
ekuator dan berkurang di daerah kutub telur yang tumpul dan tajam.
Topografi heterogen berpori ESM, ukuran pori, dan geometri pori
merupakan faktor yang mempengaruhi tortuositas dan dapat
disesuaikan dan dimodifikasi untuk meningkatkan permeabilitas,
difusivitas, dan transportasi massa yang diinginkan untuk perancah
berbasis membran . Aplikasi yang memerlukan permeabilitas lebih
rendah dengan luas permukaan lebih tinggi, modifikasi porositas ESM
dengan H2HAI2bisa bermanfaat.

Peralatan mekanis, perancah tulang ditanamkan melalui pembedahan


ke dalam cacat tulang. Bahan penyusunnya, seperti ESM, akan
mengalami berbagai tekanan mekanis. Biomaterial mengirimkan
kekuatan ini ke lingkungan mikro sel, bertindak sebagai isyarat
biofisik untuk sel. Pembuatan perancah tulang yang mengandung ESM
yang memiliki kualitas mekanik yang menguntungkan untuk
penyembuhan tulang memerlukan pemahaman dasar tentang sifat
mekanik ESM. Variasi sifat mekanik ESM dapat mencerminkan ras,
umur, lingkungan hidup, dan nutrisi ayam petelur. Pengukuran uji
mekanis juga akan berbeda jika membran dikeringkan atau
dilembabkan dalam air, albumen, atau media lainnya. Metode
ekstraksi membran dapat mengubah pengukuran tertentu. Suhu
penyimpanan telur merupakan faktor lain yang dianggap sebagai
sumber variabilitas kekuatan ESM. Meskipun suhu penyimpanan
secara signifikan mempengaruhi kekuatan cangkang, hal ini
tampaknya tidak mempengaruhi kinerja mekanik membran.

Mineralisasi Kalsium Fosfat pada Membran Cangkang Telur


Mineralisasi ESM dengan kalsium fosfat, termasuk apatit, hanya
mendapat sedikit perhatian; namun, penelitian yang tersedia
memberikan rincian penting yang mungkin berguna untuk rekayasa
bahan mirip tulang. Meskipun artikelnya relatif sedikit, heterogenitas
metode ekstraksi membran, pra-perlakuan, mineralisasi, dan
karakterisasi menghasilkan berbagai informasi mengenai aspek-aspek
ini, dan dengan demikian memungkinkan pemilihan dan kombinasi
faktor-faktor untuk pembuatan membran yang paling efektif.
Membran termineralisasi memiliki sifat mekanik yang ditingkatkan
dan peningkatan aktivitas biologis dibandingkan dengan ESM yang
tidak termineralisasi. Membran termineralisasi menunjukkan
peningkatan kekerasan dan penurunan. Mengenai biokompatibilitas,
membran mineralisasi apatit menunjukkan peningkatan perlekatan
seluler, proliferasi, dan ekspresi protein osteogenik dibandingkan
dengan ESM yang tidak termineralisasi. ESM dapat dikalsifikasi
dengan apatit menggunakan prosedur yang relatif mudah, sehingga
meningkatkan karakteristik mekanik dan biologisnya. Faktor-faktor
tertentu harus dipertimbangkan untuk pengendapan apatit, termasuk
metode memperoleh membran, perlakuan sebelum mineralisasi,
permukaan aktif membran, pH, suhu, dan durasi percobaan. Namun,
pengembangan material komposit ESM-apatite masih merupakan
bidang baru. Metodologi pengendapan lainnya masih harus diselidiki,
serta uji karakterisasi mekanis lebih lanjut dan uji biokompatibilitas in
vitro dan in vivo.

8 Kesimpulan Sifat biologis, fisik, dan mekanik ESM yang menjadikannya cocok
untuk pengembangan biomaterial tulang. Kemampuan nukleasi ESM
yang melekat, kemiripan komposisinya dengan matriks tulang
ekstraseluler, dan kesederhanaan mineralisasinya dengan fase kalsium
fosfat, termasuk apatit, semuanya menunjukkan bahwa ESM cocok
untuk pengembangan material hibrida. ESM yang mengalami
mineralisasi kalsium-fosfat meniru sifat dualistik tulang. ESM adalah
dasar untuk merancang perancah multiskala yang mereproduksi
struktur tulang hierarkis dari skala nano hingga makro. Hal ini dapat
dicapai dengan menggabungkan ESM dengan bahan lain yang dapat
menghasilkan struktur ukuran pori mikroskopis dan gradien. Sifat
skala makro dari konstruksi ini dapat mendukung osseointegrasi dan
angiogenesis, sedangkan sifat skala nano dan mikro dari membran
memberikan osteokonduktivitas.
Jurnal 4

1. Judul Applications of egg shell and egg shell membrane as adsorbents: A


review
2. Penulis Alok Mittala, Meenu Teotiab, R.K. Sonib, dan Jyoti Mittal
3. Nama Jurnal Journal of Molecular Liquids
4. Volume (No) 5(1)
5. Halaman 376-387
6. Pendahuluan Membran Cangkang Telur (ESM) adalah biomaterial serbaguna
dengan karakteristik kimia dan properti struktural yang dapat
dimanfaatkan untuk regenerasi tulang. Mengandung molekul-
molekul yang memiliki kepentingan biomedis, seperti kolagen,
asam hialuronat, dan dermatan sulfat. Selain itu, memiliki struktur
berjenis jala yang berperilaku mekanik serupa dengan sistem
kolagen, seperti tendon. Penelitian untuk aplikasi ESM ini
merupakan subjek yang terus berkembang yang dapat diperluas
lebih lanjut. Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan
efektivitas biaya biomaterial, yang dapat mengurangi beban
ekonomi bahan biomedis yang mahal.

Bingkai tulang adalah bahan komposit yang dapat difabrikasi


menggunakan polimer, keramik, atau logam, seperti yang
ditunjukkan oleh bingkai berbasis magnesium yang baru
dikembangkan. Polimer merupakan bahan yang dapat diandalkan
dan serbaguna untuk membuat bingkai tulang, terutama karena
tingginya penyesuaian biodegradasi, rasio permukaan-volume,
porositas heterogen, dan karakteristik mekanik mereka. Beberapa
contoh polimer semacam itu adalah poliester alifatik, termasuk poli-
kaprolakton (PCL) dan poliester berbasis asam polilaktat (PDLA,
PLLA). Oleh karena itu, bermanfaat untuk menyelidiki properti
polimer alami untuk menciptakan biomaterial tulang.

Akhirnya, penelitian tentang ESM untuk rekayasa jaringan tulang


menunjukkan potensi besar karena kurangnya studi yang terkait
dengan aplikasi ini. Properti mekanik dan biologis ESM, serta nilai
ekonomis rendah membran cangkang telur yang mudah ditemui,
membuatnya menjadi bahan awal yang sesuai untuk pengembangan
material regenerasi tulang. Makalah ini menyajikan tinjauan singkat
tentang persyaratan untuk bingkai biomaterial tulang, diikuti
dengan ringkasan proses ekstraksi ESM, serta deskripsi
karakteristik kimianya dan propertinya yang utama dari segi
mekanik dan biologis, semuanya dimaksudkan sebagai panduan
bagi pembaca.
7. Hasil Studi pH menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi kedua pewarna
anionik ke dalam ESM meningkat dengan penurunan pH larutan,
sementara untuk desorpsi, kecenderungan sebaliknya teramati.
Dalam medium basa pada pH 12, desorpsi maksimum (≥81,8%)
tercapai untuk kedua pewarna, disebabkan oleh tolakan elektrostatik
yang signifikan antara permukaan adsorben yang bermuatan negatif
dan pewarna anionik, menghasilkan laju desorpsi tinggi. Studi lain
mengenai adsorpsi pewarna Acid Red 14 dan Acid Blue 92 (AB92)
ke dalam ESM yang berpori mikro dan mesopori dalam larutan
akuades dalam sistem batch telah dilakukan. Studi rinci mencakup
pengaruh konsentrasi awal pewarna, pH, waktu kontak, ukuran
partikel, dan dosis biosorben pada adsorpsi pewarna pada ESM pada
suhu 20 ± 1 °C.

Menariknya, peningkatan dosis ES dan suhu larutan di atas 45 °C


mengurangi jumlah pewarna yang teradsorpsi per gram adsorben.
Namun, peningkatan pH larutan hingga 9 meningkatkan adsorpsi
pewarna pada ES. Studi kinetika mengungkapkan bahwa adsorpsi
Reactive Red 123 bersifat cepat dan mengikuti kinetika laju pseudo-
orde kedua dengan konstanta kinetika sebesar 0,02 g/mg·min.
Kelompok penelitian juga mengkarakterisasi secara kimia dan fisik
ES dan ESM. Mereka menguji penggunaan ES dan ESM serta
campuran keduanya untuk menyerap tiga pewarna berbeda, yaitu
Methylene Blue (kation), Bromophenol Blue (anion), dan Methyl
Orange (anion) dari larutan akuades mereka. Pendekatan ini
ditingkatkan lebih lanjut dengan memvariasikan parameter operasi
seperti waktu kontak, pH, dosis bubuk ES, dan suhu. Hasilnya
menunjukkan bahwa kondisi operasi terbaik untuk penghilangan
Methylene Blue adalah pada pH 10 dan suhu 50 °C dengan
menggunakan 2 g bubuk ES selama waktu keseimbangan 30 menit.
Model kinetika pseudo-orde kedua digunakan untuk menjelaskan
proses adsorpsi yang sedang berlangsung. ESM yang
difungsionalisasi dengan heksana amina normal dengan
glutaraldehida telah menunjukkan hasil terbaik dari segi kinerja
analitis, seperti yang terlihat dari kromatogram HPLC. ESM amin
yang dimodifikasi ini adalah adsorben format SPE yang sangat baik
untuk ekstraksi morfin dari sampel air liur.

Kondisi optimum untuk penghilangan maksimum Cr (VI)


dihasilkan menggunakan CCD sehingga ESM dapat dimanfaatkan
untuk penghilangan maksimum ion logam. Berdasarkan hasil CCD,
penghilangan maksimum (81,47%) tercapai pada suhu 20 °C, pH
3,54, konsentrasi ion Cr(VI) 5,0 mg/L, waktu 117,52 menit, dan
dosis 3,78 g. Dalam laporan lain dijelaskan bahwa adsorpsi ion
Cr(VI) ke ES terjadi melalui mekanisme pertukaran ion, dengan
kelompok karbonat yang hadir pada adsorben memainkan peran
signifikan dalam pertukaran kation. Hasil menunjukkan bahwa ES
dapat menghilangkan beberapa polutan dari berbagai jenis sistem
akuades, dengan efisiensi yang tinggi. Adsorben ES terbukti
memiliki afinitas yang lebih baik terhadap tembaga dibandingkan
dengan klorida. Selain itu, hasil untuk adsorpsi aluminium
membuktikan bahwa ES berfungsi sebagai adsorben yang efektif
dalam air limbah dari pabrik anodizing. Kapasitas adsorpsi
maksimum Cd2+, Ni2+, dan Zn2+ pada suhu 30°C dan pH 5
meningkat hingga 15 kali lipat dari hasil yang diperoleh
menggunakan adsorben komersial tanpa modifikasi.
Hasil yang sangat positif ditemukan, dan disimpulkan bahwa
aplikasi teknologi ES dan MBR merupakan opsi yang lebih baik.
Fluorida adalah polutan anorganik toksik lain yang ada di alam,
menimbulkan risiko kesehatan signifikan bagi manusia. Air minum
yang mengandung fluoride sangat endemik, dan konsumsi
berlebihan dapat menyebabkan hilangnya kalsium dari matriks gigi,
yang dapat mengakibatkan pembentukan kavitas. Menurut
rekomendasi WHO, batas maksimum yang diperbolehkan untuk
fluoride dalam air minum adalah 1,5 mg/L. Hasilnya dikonfirmasi
oleh spektrometri serapan atom furnace grafit dan pemulihan
pelepasan. Para penulis menyimpulkan bahwa MESM memberikan
pendekatan praktis untuk spesiasi spesies arsenik anorganik dalam
sampel air limbah nyata.
8. Kesimpulan Kesimpulan dari tinjauan ini menekankan sifat biologis, fisik, dan
mekanik Membran Cangkang Telur (ESM) yang membuatnya ideal
untuk pengembangan biomaterial tulang. Potensinya terlihat dari
kemampuan nukleasi alami, kesamaan komposisi dengan matriks
tulang, dan kemudahan mineralisasinya. ESM menjadi dasar untuk
bingkai berskala multi yang mereplikasi struktur tulang hierarkis,
mendukung osseointegrasi dan angiogenesis. Pemanfaatan
membran partikulat untuk pencetakan 3D menunjukkan aplikasi
yang menjanjikan. Keberlanjutan dan ekonomisitas ESM
mendukung kontribusi pada ekonomi lingkaran. Meskipun perlu
optimisasi lebih lanjut, termasuk proses ekstraksi, mineralisasi, dan
pengujian, tinjauan ini diharapkan memicu minat dalam potensi
ESM untuk regenerasi tulang.
Jurnal 5

1. Judul Modified waste egg shell derived bifunctional catalyst for


biodiesel production from high FFA waste cooking oil. A review
2. Penulis Nasar Mansira, Siow Hwa Teoa, Umer Rashid, Mohd Izham
Saimana, Yen Ping Tana, G. Abdulkareem Alsultana, Yun Hin
Taufiq-Yap
3. Nama Jurnal Renewable and Sustainable Energy Reviews
4. Volume (No) 82
5. Halaman 3645-3655
6. Pendahuluan Krisis energi global disebabkan oleh kemungkinan penipisan bahan
bakar fosil dan permintaan energi saat ini. Bahan bakar fosil tidak
ramah lingkungan dan menyebabkan gas beracun, pemanasan
global, dan kerusakan lapisan ozon. Sektor transportasi, yang
bergantung pada bahan bakar fosil (minyak bumi) lebih dari 90%,
mengonsumsi lebih dari 60% total konsumsi bahan bakar global
setiap tahun. Bahan bakar terbarukan seperti bio-bahan bakar
dianggap sebagai pengganti yang dapat diperbaharui karena
ketersediaan bahan baku dan ramah lingkungan.

Biodiesel adalah salah satu sumber energi alternatif paling


menjanjikan karena biodegradabilitasnya dan emisi karbon dioksida
rendah [9–11]. Namun, tantangan termasuk biaya produksi tinggi
karena bahan baku dan tenaga kerja, yang belum sepenuhnya
tercapai. Minyak nabati edibel seperti minyak kelapa sawit, kedelai,
dan bunga matahari, yang tradisional digunakan untuk biodiesel,
memiliki biaya produksi tinggi dan potensi kenaikan harga yang
dapat menyebabkan kelaparan dan degradasi tanah.

Minyak nabati non-edibel seperti minyak jarak (Jatropha curcas),


minyak jarak pagar, dan minyak alga dapat dianggap sebagai bahan
baku yang dapat diandalkan. Namun, tanaman ini bersifat pereneal
dan dapat menyebabkan deforestasi yang tidak perlu. Minyak alga,
meskipun dianggap sebagai bahan baku paling menjanjikan karena
kandungan minyak yang tinggi dan budidaya yang mudah, belum
dikembangkan secara komersial. Minyak bekas masak adalah salah
satu bahan baku yang memiliki keuntungan ganda sebagai bahan
baku murah untuk produksi biodiesel dan mengurangi polusi air
karena tidak dibuang ke badan air. Kesuksesan biodiesel
memerlukan penelitian lebih lanjut, investasi, dan dukungan pasar.
7. Hasil Hasil studi produksi biodiesel dari limbah minyak goreng
menggunakan katalis limbah cangkang telur yang dimodifikasi:
Studi ini menunjukkan konversi limbah minyak goreng (WCO)
menjadi biodiesel secara efisien dalam kondisi reaksi sedang
menggunakan katalis bi-fungsional yang diturunkan dari cangkang
telur limbah yang dimodifikasi. Sistem katalitik yang dimodifikasi
mampu mengubah kandungan asam lemak bebas (FFA) tinggi dari
limbah minyak goreng menjadi asam lemak metil ester (FAME)
dengan efek lingkungan yang terbatas. Memanfaatkan limbah
minyak goreng sebagai bahan baku untuk produksi biodiesel dapat
mengurangi masalah ketahanan pangan dan total biaya produksi
FAME karena biayanya yang rendah.
Katalis basa padat heterogen, seperti cangkang telur limbah yang
dimodifikasi yang tergabung dalam oksida logam transisi,
ditemukan efektif untuk produksi FAME dari limbah minyak
goreng, terlepas dari FFA dan kadar air yang tinggi. Penggunaan
katalis heterogen dalam produksi biodiesel dapat memecahkan
masalah teknis yang terkait dengan katalis homogen konvensional,
mengurangi masalah pencucian pasca-reaksi, meningkatkan hasil
biodiesel, dan mengurangi biaya biodiesel.
8. Kesimpulan Studi ini membahas sistem katalis baru dari sumber hayati
(cangkang telur bekas) yang dimasukkan ke dalam oksida logam
transisi yang dapat menjadi katalis heterogen bifungsional yang
sangat baik, yang dapat diperbaharui, dapat terurai dengan dampak
lingkungan yang paling rendah, dan dapat mengubah minyak bekas
masak menjadi FAME dalam kondisi reaksi yang moderat. Proses
langkah demi langkah produksi FAME dari minyak bekas masak
juga dibahas. Produksi FAME dari minyak bekas masak melalui
katalis cangkang telur bekas yang dimodifikasi akan membuatnya
menjadi sumber energi terbarukan yang berkelanjutan dan biaya
rendah dengan dampak lingkungan yang lebih sedikit.
Jurnal 6

1. Judul Eggshell and rice husk ash utilization as reinforcement in


development of composite material: A review
2. Penulis Rajat yadav, Vijay Kumar Dwivedi, dan Shashi Prakash Dwivedi
3. Nama Jurnal Materials Today: Proceedings
4. Volume (No) 43
5. Halaman 426-433
6. Pendahuluan Saat ini, berbagai jenis virus dan bakteri bermunculan di Bumi.
Virus-virus ini, seringkali tercampur dengan udara, memasuki tubuh
manusia melalui hidung atau mulut. Sebagian besar virus
disebabkan oleh limbah yang dihasilkan oleh industri. Limbah ini
berputar di luar sana. Setelah membusuk, limbah ini menyebabkan
berbagai jenis virus. Dua di antaranya adalah limbah, yaitu
cangkang telur dan abu sekam padi. Studi ini membahas penyebab
kedua limbah ini dan berbagai cara penggunaannya.

Saat ini, terdapat banyak pabrik penggilingan padi dalam jarak yang
sangat dekat. Pabrik-pabrik ini menghasilkan jumlah besar sekam
padi. Sekam padi ini sering kali tergeletak di luar pabrik
penggilingan padi. Penelitian ini difokuskan pada pemanfaatan
cangkang telur dan RHA. Cangkang telur mengandung sekitar 94%
CaCO3. Penambahan cangkang telur dalam bentuk CaCO3 dalam
aluminium dapat meningkatkan kekuatan tarik dan kekerasan
material matriks secara signifikan. Demikian pula, RHA
mengandung sekitar 90% silika. Silika juga adalah fase yang sangat
keras. Penambahan RHA dalam bentuk silika juga dapat
meningkatkan kekuatan tarik dan kekerasan secara signifikan.
Pemanfaatan efektif dari limbah ini dalam pengembangan komposit
berbasis aluminium sangat didorong dalam masyarakat kita untuk
alasan lingkungan dan ekonomi. menunjukkan pemanfaatan RHA
dan cangkang telur untuk mengembangkan Material Komposit.
7. Hasil Hasil penelitian pemanfaatan abu kulit telur dan sekam padi sebagai
penguat dalam pengembangan material komposit:
Abu sekam padi (RHA) berhasil digunakan sebagai penguat untuk
pengembangan berbagai komposit, termasuk komposit matriks
logam (MMC), komposit berbasis beton semen, dan komposit
polimer. Kulit telur (ES) digunakan sebagai penguat utama dalam
pengembangan MMC, dan RHA digunakan sebagai penguat
sekunder dengan partikel ukuran butiran halus untuk menyiapkan
bahan komposit hijau berbasis AL. Pemanfaatan partikel ukuran
butiran halus kulit telur sebagai penguat merupakan bidang
penelitian yang menarik dalam pengembangan berbagai bahan
komposit. Berbagai persentase berat RHA dicampur dengan paduan
yang berbeda untuk meningkatkan sifat mekanik bahan komposit.
Bahan komposit yang dikembangkan menunjukkan peningkatan
kekuatan tarik, kekerasan, dan kekuatan kelelahan, meskipun
ketangguhan berkurang. Teknik pengecoran aduk lebih disukai
untuk fabrikasi komposit dengan bahan penguat, yang melibatkan
pencampuran partikel tulangan dalam bahan matriks cair
8. Kesimpulan Pasca tinjauan literatur yang menyeluruh, dapat diamati bahwa
cangkang telur (sisa industri) dan RHA (sisa pertanian) merupakan
biopolimer yang murah dan berharga, yang dapat digunakan
sebagai penguat untuk pengembangan MMCs (Metal Matrix
Composites). Beberapa pengamatan dari penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
• Pemanfaatan RHA: RHA berhasil digunakan sebagai
penguat untuk pengembangan berbagai jenis komposit,
termasuk MMCs, komposit berbasis beton semen, dan
komposit polimer.
• Pengembangan Paduan Aluminium: Paduan aluminium
dengan berbagai kombinasi penguatan dikembangkan
menggunakan berbagai metode stircasting untuk
menemukan karakteristik mekanikal dan
tribologisnya.Meskipun dalam semua kasus kekuatan tarik,
kekerasan, dan kekuatan kelelahan meningkat, keuletan
mengalami penurunan. Penurunan keuletan tidak dapat
diabaikan.
• Penggunaan RHA Sebagai Penguat: Dari literatur, terlihat
bahwa dengan menggunakan RHA sebagai bahan penguat,
kekerasan keseluruhan dapat ditingkatkan. Namun, sangat
sedikit peneliti yang menggunakan RHA sebagai bahan
penguat dalam pengembangan komposit berbasis Al.
• Pengembangan Paduan AA dengan Penguatan Berbagai
Jenis: Banyak penelitian telah dilakukan pada paduan AA
dengan berbagai jenis penguatan seperti SiC, Al2O3, B4C,
fly-ash, dan grafit. Namun, penelitian yang menggunakan
RHA dan cangkang telur sebagai penguat pada paduan AA
masih sangat terbatas.
Jurnal 7

1. Judul A Review of the Uses of Poultry Eggshells and Shell Membranes


2. Penulis A.M. King’ori
3. Nama Jurnal International Journal of Poultry Science
4. Volume (No) 10 (11)
5. Halaman 908-912
6. Pendahuluan Cangkang telur merupakan limbah dari penetasan telur, rumah
tangga, dan industri makanan cepat saji yang dapat dikumpulkan
dengan mudah dalam jumlah besar. Pembuangan limbah cangkang
telur berkontribusi pada polusi lingkungan. Tantangan yang terkait
dengan pembuangan cangkang telur termasuk biaya, ketersediaan
lokasi pembuangan, bau, lalat, dan kekasaran. Namun, cangkang
telur dapat diolah menjadi produk yang dapat dijual seperti pupuk,
digunakan dalam seni, nutrisi manusia dan hewan, serta bahan
bangunan, dan untuk menghasilkan kolagen dari membran telur.

Membran telur terdiri dari kolagen sebagai komponen. Kolagen


diekstraksi dan memiliki berbagai penggunaan dalam industri
medis, biokimia, farmasi, makanan, dan kosmetik. Penggunaan ini
meminimalkan dampaknya pada polusi lingkungan. Cangkang telur
dan membran telur membentuk 10,2% dari telur secara keseluruhan.
Cangkang telur terdiri dari cangkang yang dikalsifikasi dan
membran telur, termasuk membran dalam dan luar.
Mengembangkan paten untuk memisahkan membran cangkang
telur dari cangkang telur. Materi organik cangkang telur dan
membran telur mengandung protein sebagai konstituen utama
dengan jumlah kecil karbohidrat dan lipid. Komposisi cangkang
telur sekitar 98,2%, 0,9%, 0,9% kalsium karbonat, magnesium, dan
fosfor (fosfat) secara berturut-turut. Membran cangkang telur terdiri
dari 69,2% protein, 2,7% lemak, 1,5% kelembaban, dan 27,2% abu.
Protein membran cangkang telur terdiri dari sekitar 10% kolagen.
Cangkang telur dan membran telur adalah produk samping non-
edibel dengan nilai jual yang terbatas, tetapi mereka dapat
mengandung senyawa biologis aktif.
7. Hasil Uses of eggshells: Cangkang telur memiliki penggunaan yang
beragam dan melampaui perannya sebagai bahan konsumsi
makanan. Kaya akan kalsium dan unsur mikro, cangkang telur
menjadi sumber nutrisi berharga dengan kemampuan penyerapan
kalsium yang baik. Nutrisi ini bermanfaat terutama bagi individu
dengan osteoporosis, terutama ketika dikombinasikan dengan
magnesium, seng, vitamin D3, K1, K2, strontium, dan boron.
Mangan dan seng memainkan peran penting dalam pembentukan
cangkang telur, dan sumber organik seperti cangkang telur lebih
efektif dibandingkan sumber anorganik pada ayam petelur. Studi
menunjukkan bahwa suplemen mineral organik, termasuk mangan,
seng, kalsium, dan fosfor dari cangkang telur, dapat meningkatkan
produksi dan kualitas cangkang telur. Cangkang telur juga dapat
digunakan sebagai pupuk tanaman karena kandungan kalsiumnya,
memberikan kontribusi pada pertumbuhan tanaman dan
menetralkan pH tanah. Pemakaian kembali cangkang telur sebagai
pupuk juga memiliki efek positif pada tanah. Selain itu, cangkang
telur yang ditumbuk dapat digunakan untuk berbagai tujuan,
termasuk meningkatkan mineral kompos, mencegah siput, dan
bahkan sebagai elemen artistik dalam mosaik dan cat bertekstur
untuk menciptakan efek 3D. Cangkang telur juga memiliki potensi
aplikasi dalam stabilisasi tanah sebagai alternatif penstabil dengan
komposisi kimia mirip kapur. Meskipun tidak cocok untuk
konstruksi jalan berkinerja tinggi, bubuk cangkang telur dapat
meningkatkan kekuatan tanah untuk penggunaan ringan, seperti
bahan tanah dasar, dan dapat menggantikan pasir dalam pembuatan
blok berlubang, menawarkan kekerasan dan kekuatan sekaligus
berpotensi mengurangi biaya dan dampak lingkungan. Secara
keseluruhan, cangkang telur membuktikan dirinya sebagai sumber
daya serbaguna dan ramah lingkungan dengan peran yang signifikan
dalam nutrisi, pertanian, seni, dan konstruksi.

Uses of shell membranes: Penggunaan kolagen membran


cangkang telur memiliki aplikasi yang beragam, terutama dalam
bidang kedokteran, kosmetik, dan industri. Membran ini
mengandung kolagen tipe I, V, dan X, yang sangat penting untuk
mendukung berbagai jaringan tubuh, termasuk kulit, tulang, tendon,
otot, dan tulang rawan. Kolagen, bersama dengan elastin,
memberikan bentuk, kekencangan, dan fleksibilitas pada jaringan.
Kolagen yang bersumber secara tradisional dari sapi dan babi telah
menghadapi pembatasan karena masalah kesehatan, yang mengarah
pada eksplorasi sumber alternatif. Kolagen membran cangkang telur
muncul sebagai pilihan yang aman dengan risiko reaksi autoimun
yang rendah. Diekstraksi melalui pencernaan asam-pepsin dan
pengendapan garam, kolagen ini memiliki karakteristik yang sama
dengan kolagen mamalia, sehingga cocok untuk aplikasi komersial
dalam makanan fungsional, kosmetik, dan farmasi. Studi
menunjukkan bahwa suplementasi kolagen membran cangkang
telur dapat mengurangi nyeri dan kekakuan sendi, yang disebabkan
oleh kandungan kolagen, glukosamin, kondroitin, dan asam
hialuronat. Dalam industri makanan, bentuk hidrolisat kolagen,
gelatin, berfungsi sebagai zat pengental dan pengemulsi. Suplemen
kolagen telah mendapatkan popularitas untuk meningkatkan
penampilan kulit, dengan penelitian yang menunjukkan
peningkatan hidrasi dan ketahanan. Metabolit kolagen terhidrolisis
berkontribusi pada pembentukan tulang, kulit, dan ligamen,
menarik fibroblas untuk sintesis kolagen. Dalam nutrisi olahraga,
kolagen membantu pembentukan otot, mengurangi waktu
pemulihan, dan meningkatkan kinerja kardiovaskular. Pasien
kanker mendapat manfaat dari kolagen dalam mengelola kehilangan
otot dan kondisi terkait. Penggunaan historis kolagen sudah ada
sejak ribuan tahun yang lalu sebagai perekat serbaguna, dan kolagen
dapat digunakan pada alat musik, operasi luka bakar, ortopedi,
kedokteran gigi, dan alat bantu fotografi. Khususnya, kolagen telah
memainkan peran transformatif dalam bedah plastik rekonstruksi
untuk korban kecelakaan kebakaran, menawarkan pemulihan
kosmetik dan penyembuhan emosional. Secara keseluruhan,
kolagen membran cangkang telur terbukti menjadi sumber daya
yang berharga dan serbaguna dengan aplikasi yang luas di berbagai
industri.
8. Kesimpulan Cangkang telur/membran cangkang memiliki berbagai
penggunaan, antara lain:
• Pupuk yang menyuplai kalsium dan amandemen untuk
tanah yang bersifat asam.
• Pengobatan untuk osteoporosis dan gangguan pergerakan
sendi.
• Stabilisator tanah untuk digunakan dalam material
konstruksi.
• Suplemen kalsium untuk lapisan hibrida pada tahap
produksi akhir yang meningkatkan produksi telur dan
meningkatkan kualitas cangkang.
• Dalam seni untuk produksi mozaik dan sebagai lem dalam
alat musik.
• Dalam kosmetik dan bedah luka bakar di mana itu
meningkatkan penampilan kulit (bedah plastik).
• Dalam ortopedi dan kedokteran gigi sebagai bantuan
pengobatan.
• Dalam pengobatan pasien kanker untuk meningkatkan
pertumbuhan otot dan peningkatan ketebalan rambut.
• Dalam nutrisi olahraga untuk meningkatkan performa atlet.
• Dalam industri makanan sebagai perasa makanan. Dalam
fotografi untuk produksi alat bantu fotografi.
Jurnal 8

1. Judul Eggshell calcium: A cheap alternative to expensive supplements


2. Penulis Marium Waheed, Masood Sadiq Butt, Aamir Shehzada, Noranizan
Mohd Adzahan, Muhammad Asim Shabbir, Hafiz Ansar Rasul
Suleria, Rana Muhammad Aadila.
3. Nama Jurnal Trends in Food Science & Technology
4. Volume (No) Vol. 91
5. Halaman 219-230
6. Pendahuluan Artikel ini membahas dampak besar dari pemborosan makanan
terhadap lingkungan, dengan sekitar sepertiga dari makanan yang
dihasilkan untuk konsumsi manusia terbuang setiap tahunnya.
Selain itu, artikel menyoroti kehilangan nutrisi, khususnya kalsium,
yang terjadi bersamaan dengan pemborosan makanan. Petingnya
kalsium dalam menjaga kesehatan tulang dan gigi, serta fungsi
tubuh lainnya, ditekankan. Meskipun kalsium umumnya diperoleh
dari sumber-sumber susu, masalah intoleransi laktosa di beberapa
wilayah membutuhkan sumber alternatif. Suplemen kalsium
menjadi opsi, tetapi harganya yang tinggi bisa menjadi kendala,
terutama bagi mereka dengan latar belakang ekonomi rendah.

Solusi yang diusulkan adalah pengembangan makanan yang


diperkaya kalsium, dengan cangkang telur menjadi fokus utama.
Cangkang telur, terutama kalsium karbonat di dalamnya, dianggap
sebagai sumber kalsium yang melimpah dengan biaya rendah.
Proses ekstraksi kalsium dari cangkang telur dijelaskan sebagai
alternatif yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Menekankan
pentingnya mengurangi pemborosan makanan, memberikan
informasi tentang ketersediaan kalsium dari sumber-sumber non-
dairy, dan menyoroti potensi cangkang telur sebagai solusi yang
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan kalsium global.
7. Hasil Studi ini membahas potensi penggunaan kalsium dari cangkang
telur sebagai alternatif murah untuk suplemen mahal. Artikel ini
menyoroti komponen nutrisi dan non-nutrisi dari cangkang telur,
teknik ekstraksi kalsium dari cangkang telur, dan manfaat potensial
penggunaan kalsium dari cangkang telur dalam fortifikasi makanan.
Artikel juga menekankan pentingnya kalsium dalam menjaga
kesehatan tulang dan produksi global cangkang telur.

Osteoporosis adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan massa


tulang, yang dapat menyebabkan patah tulang. Kalsium,
magnesium, dan fosfor memainkan peran dalam mineralisasi tulang.
Kalsium dari cangkang telur telah diteliti untuk manfaat
potensialnya dalam osteoporosis, hipertensi, penurunan berat badan,
kanker kolorektal, dan sinyal kalsium. Kalsium ini memiliki
bioavailabilitas tinggi dan dapat menjadi alternatif yang cocok
untuk suplemen mahal. Teknik ekstraksi kalsium dari cangkang
telur meliputi electric discharge assisted mechanical milling, high
energy milling, pulsed electric field, dan high intensity pulsed
electric field.
Artikel membahas berbagai teknik untuk mengekstraksi senyawa
berguna dari cangkang telur, seperti kalsium sitrat dan kalsium
klorida, untuk digunakan dalam aplikasi lanjutan. Teknik-teknik ini
meliputi pulsed electric field (PEF) dan high intensity pulsed
electric field (HIPEF), electric discharge assisted mechanical
milling (EDAMM), high energy milling (HEM), dan persiapan
kalsium sitrat dari kalsium hidroksida atau kalsium karbonat.
Artikel juga menyoroti manfaat dan aplikasi dari teknik-teknik ini
dalam industri makanan dan farmasi. Selain itu, artikel
membahas ekstraksi kalsium klorida dari cangkang telur dan potensi
penggunaannya dalam fortifikasi makanan dan suplemen. Artikel
juga mengeksplorasi faktor
8. Kesimpulan Setelah mengkaji seluruh diskusi dan data yang tersedia, dapat
disimpulkan bahwa cangkang telur adalah bahan makanan yang
berharga dan memiliki banyak fungsi. Mereka bukan hanya sumber
makanan tetapi juga memiliki banyak manfaat non-nutritif.
Cangkang telur ini mudah didapatkan dari rumah tangga, restoran,
dan pabrik pembuatan roti. Lebih dari 970 miliar telur diproduksi di
seluruh dunia, dari mana sekitar 100 miliar cangkang telur
diperoleh. Cangkang telur ini menjadi ancaman bagi lingkungan
karena menyebabkan polusi lingkungan. Oleh karena itu, penting
untuk menciptakan cara untuk memanfaatkan cangkang telur ini
untuk tujuan gizi dan non-gizi. Hal ini tidak hanya akan mengurangi
limbah tetapi juga memiliki berbagai manfaat ekonomi. Karena
cangkang telur mudah didapatkan, mereka murah dan dapat menjadi
bahan baku yang efektif untuk memproduksi berbagai produk
makanan bernilai tambah. Ekstraksi kalsium dari cangkang telur
lebih mudah dan dapat digunakan untuk memperkaya makanan
dengan kalsium untuk memenuhi kebutuhan kalsium dalam
makanan penduduk. Cangkang telur juga bermanfaat untuk
berbagai industri di mana kalsium yang diekstrak dari mereka dapat
digunakan sebagai katalis atau sebagai bahan baku. Singkatnya,
cangkang telur memiliki banyak manfaat, tetapi manfaat penuhnya
belum sepenuhnya dimanfaatkan. Perlu dilakukan lebih banyak
penelitian untuk mengeksplorasi manfaat mereka sehingga dapat
dimanfaatkan dengan cara yang efektif dan kontribusi mereka
terhadap polusi lingkungan dapat diminimalkan.
Jurnal 9

1. Judul Progress of Bio-Calcium Carbonate Waste Eggshell and Seashell


Fillers in Polymer Composites: A Review
2. Penulis Stephen Owuamanam dan Duncan Cree
3. Nama Jurnal Journal of Composites Science
4. Volume (No) 4(2)
5. Halaman 1-22
6. Pendahuluan Pembuangan kulit telur dan kerang dalam jumlah besar dari industri
pengolahan merupakan tantangan, yang mengarah pada fokus pada
penggunaan kembali sumber daya limbah ini dalam produksi bahan
polimer baru. Penambahan pengisi bio-kalsium karbonat dalam
komposit polimer telah menunjukkan peningkatan pada bahan
komposit, bahkan tanpa modifikasi permukaan, dibandingkan
dengan matriks polimer murni. Pabrik pemecah telur skala kecil
telah bermitra dengan universitas untuk mengindustrialisasi
pemulihan kulit telur limbah, dan dengan peralatan pembersihan
dan penggilingan yang sesuai, limbah kulit telur dan kerang
memiliki potensi untuk didaur ulang untuk berbagai aplikasi.
Kepadatan kulit telur dan jumlah kalsium karbonat yang dapat
dipulihkan dari limbah kulit telur diuraikan. Proses manufaktur
skala lab dan matriks polimer telah digunakan untuk pembuatan
komposit yang mengandung pengisi bio-kalsium karbonat.
7. Hasil Penambahan pengisi bio-kalsium karbonat daur ulang dalam
komposit polimer (tidak dilapis/tidak dimodifikasi) telah
menunjukkan peningkatan kekuatan tarik, kekuatan lentur, dan
ketangguhan benturan komposit. Studi tentang pengubah
permukaan telah dilakukan untuk meningkatkan kompatibilitas
antara pengisi kalsium karbonat dan polimer. Tinjauan pengisi bio-
kalsium karbonat dalam polimer telah mendapatkan perhatian dari
industri dan peneliti, menunjukkan potensi untuk pengembangan
lebih lanjut dan pemanfaatan bahan-bahan ini. Kepadatan kulit telur
dan jumlah kalsium karbonat yang dapat dipulihkan dari limbah
kulit telur telah diuraikan. Pabrik pemecah telur skala kecil telah
bermitra dengan universitas untuk mengeksplorasi industrialisasi
pemulihan kulit telur limbah, menunjukkan potensi daur ulang kulit
telur untuk berbagai aplikasi.
8. Kesimpulan Ulasan tentang pengisi bio-kalsium karbonat dalam polimer telah
menarik perhatian industri dan peneliti. Analisis menunjukkan
peningkatan dalam bahan komposit dengan penambahan pengisi
(bahkan tanpa modifikasi permukaan) dibandingkan dengan matriks
polimer murni. Penelitian dan pengembangan mendatang
seharusnya fokus pada peningkatan sifat bio-polimer dengan
pengisi bio-kalsium karbonat agar dapat bersaing dengan polimer
sintetis. Baru-baru ini, terdapat pabrik pemecah telur berskala kecil
yang bermitra dengan universitas dalam upaya untuk
mengindustrialisasi pengambilan kembali cangkang telur limbah di
fasilitas mereka. Dengan peralatan pembersihan dan penggilingan
yang sesuai, cangkang telur dan kerang memiliki potensi untuk
didaur ulang untuk berbagai aplikasi. Pengolahan bio-material ini
dapat memiliki dampak minimal pada lingkungan jika
menggunakan sistem pemulihan tertutup. Saat ini, daur ulang
bukanlah pilihan bagi produsen industri cangkang telur dan kerang.
Setelah investasi dilakukan dalam penelitian, fasilitas dan
infrastruktur, dan pasokan bio-kalsium karbonat menjadi lebih
mudah diakses, mungkin permintaan pasar akan mengikuti.
Jurnal 10

1. Judul A Survey of Recent Patents in Engineering Technology for the


Screening, Separation and Processing of Eggshell
2. Penulis Tamer A. E. Ahmed, Manar Younes, Ling Wu dan Maxwell T.
Hincke
3. Nama Jurnal Frontiers in Bioengineering and Biotechnology
4. Volume (No) 9
5. Halaman 1-16
6. Pendahuluan Studi ini berfokus pada paten terbaru dalam teknologi rekayasa
untuk penyaringan, pemisahan, dan pemrosesan limbah kulit telur,
yang dihasilkan dalam jumlah besar dari produksi berbagai produk
telur. Telur ayam adalah makanan lengkap yang banyak dikonsumsi
yang berfungsi sebagai sumber nutrisi hemat biaya dan berkualitas
tinggi. Sekitar 30% telur meja diarahkan ke pabrik pemecah di
negara maju, yang menyebabkan timbulnya limbah kulit telur yang
signifikan. Jumlah paten yang menggambarkan aplikasi berbasis
kulit telur telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir,
menunjukkan minat yang meningkat dalam mengeksplorasi potensi
aplikasi nilai tambah limbah kulit telur. Studi ini bertujuan untuk
memberikan wawasan tentang paten terbaru yang diterbitkan antara
2015 dan 2020, dengan fokus pada teknologi rekayasa yang berbeda
untuk penyaringan, pemisahan, dan pemrosesan kulit telur.
Teknologi ini termasuk penyaringan untuk bintik-bintik permukaan,
retakan, dan sifat mekanik kulit telur, serta strategi pemisahan kulit
telur dari komponen lain seperti putih telur, kuning telur, telur cair,
dan membran kulit telur. Teknik pengolahan melibatkan pencucian,
sterilisasi, pemotongan, penghancuran, dan penghancuran untuk
mendapatkan kulit telur yang cocok untuk aplikasi bernilai tambah.
Studi ini menyoroti minat industri dalam meningkatkan
pemanfaatan limbah kulit telur bernilai rendah dan munculnya
teknologi canggih untuk aplikasi biomedis, kimia, teknik, dan
lingkungan kulit telur.
7. Hasil Studi ini memberikan wawasan tentang paten terbaru (diterbitkan
antara 2015 dan 2020) terkait dengan teknologi rekayasa untuk
penyaringan, pemisahan, dan pemrosesan limbah kulit telur.
Teknologi penyaringan termasuk mendeteksi bintik-bintik
permukaan, kilau, retakan, dan sifat mekanis kulit telur, serta
mengidentifikasi jenis ayam dan menghitung jumlah bakteri
permukaan. Teknologi pengumpulan dan pemisahan
menggambarkan strategi untuk memisahkan kulit telur dari putih
telur, kuning telur, telur cair, membran kulit telur, tukik, dan telur
matang, memanfaatkan gravitasi, gaya rotasi, atau tekanan udara.
Teknologi pemrosesan melibatkan pencucian, sterilisasi,
pemotongan, penghancuran, dan penghancuran untuk mendapatkan
kulit telur yang cocok untuk aplikasi bernilai tambah. Studi ini juga
menyoroti penggunaan teknik ukiran mekanis dan laser untuk karya
seni dan dekorasi menggunakan kulit telur utuh. Peningkatan
eksponensial dalam teknologi penyaringan, pemisahan,
pengumpulan, dan pemrosesan yang inovatif mencerminkan minat
industri dalam meningkatkan pemanfaatan limbah kulit telur
bernilai rendah untuk aplikasi biomedis, kimia, teknik, dan
lingkungan.
8. Kesimpulan Limbah kulit telur, yang dihasilkan oleh pabrik pemecah, sering
dibuang di tempat pembuangan sampah atau digunakan untuk
aplikasi bernilai rendah, yang mengakibatkan hilangnya kalsium
karbonat yang berharga dan konstituen protein bioaktif. Namun,
kulit telur (ES) memiliki beberapa keunggulan yang menjadikannya
bahan baku yang ideal untuk mengembangkan teknologi biomedis,
kimia, teknik, dan lingkungan. Studi ini menyoroti pendekatan
berurutan dari teknologi penyaringan, pemisahan, dan pemrosesan
untuk valorisasi limbah kulit telur. Teknologi ini termasuk
penyaringan untuk kualitas permukaan, strategi pemisahan dari
komponen telur lainnya, dan teknik pemrosesan seperti pencucian,
sterilisasi, ukiran, pemotongan, penghancuran, dan penghancuran.
Penyaringan kualitas permukaan kulit telur yang cepat dan akurat
berdasarkan analisis terkomputerisasi gelombang cahaya dan suara,
serta eksploitasi gaya rotasi untuk pemisahan yang efisien,
merupakan pendekatan signifikan untuk pemanfaatan kulit telur
skala industri. Peningkatan teknologi penyaringan, pemisahan,
pengumpulan, dan pemrosesan yang inovatif mencerminkan minat
investor dan peneliti dalam menciptakan keuntungan dari limbah
kulit telur bernilai rendah dan mendiversifikasi aplikasinya

Anda mungkin juga menyukai