non-alami.
Atas
dasar
kelebihan-kelebihan
ini,
enzim
Kondisi reaksi. Dalam praktek, ada beberapa contoh enzim yang mampu
melakukan reaksi pada suhu lebih rendah dari katalis konvensional, namun
rendeman dan kualitas produk yang dihasilkan lebih tinggi, dan sekaligus
mengurangi konsumsi enerji untuk produksinya.
Biokatalis dalam Industri Kimia
Seperti telah diuraikan, biokatalis mempunyai peranan yang semakin penting dalam
industri
kimia
sintesis.Namun,
masih
ada
beberapa
kelemahan
dalam
cepat dan kondisi reaksi yang lebih mild, juga akan mendorong penggunaan
biokatalis dalam proses produksi. Selain itu, sifat biokatalis yang enansio- dan/atau
stereoselektif dapat menjadi pertimbangan yang kuat untuk penggunaan biokatalis,
namun perlu juga disadari bahwa saat ini kemajuan-kemajuan dalam yang berarti
dalam bidang ini terjadi juga di bidang katalis kimiawi. Jika isu natural dan green
sangat menentukan penerimaan masyarakat terhadap suatu produk-produk tertentu,
maka kecenderungan ini juga akan mendorong penggunaan biokatalis sebagai
pilihan dalam proses produksi. Adanya kepastian bahwa proses atau reaksi akan
berlangsung melalui rute tertentu juga akan menjadi pertimbangan penting dalam
keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan biokatalis dalam proses
produksi. Lebih lanjut, kompatibiliats dengan proses yang telah ada juga merupakan
hal penting lain dalam keputusan tersebut.
Bagaimana?
Bila aspek-aspek yang dikemukakan diatas dijawab secara positif, yang berarti
bahwa penggunaan biokatalis merupakan alternatif yang menarik dalam proses
produksi, maka pertanyaan Bagaimana biokatalis tersebut dimanfaatkan dalam
proses produksi? akan muncul dalam pengambilan keputusan berikutnya. Masalah
pertama menyangkut bentuk biokatalis yang akan digunakan; apakah biokatalis
tersebut diaplikasikan dalam bentuk sel utuh, sel hasil rekayasa genetis, sel
organela, enzim kompleks, ataukah dalam bentuk enzim kasar atau murni),
diimobilisasi ataupun diaplikasikan dalam bentuk bebas. Ketersediaan, biaya,
kebutuhan kofaktor adalah beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian.
Sedangkan masalah kedua menyangkut media reaksi; apakah reaksi biokatalisis
dilakukan dalam media cair konvensional yang ramah lingkungan (green), ataukah
dalam media non-konvensional, seperti dalam pelarut organik atau dalam media
padat. Media padat dapat merupakan keuntungan yang meyakinkan bagi
penggunaan
biokatalis,
terutama
berkaitan
dengan
kelarutan,
inhibitasi
kebutuhan
komersial,
tahap
pertama
yang
perlu
dilakukan
metoda-metoda,
(UV-VIS
seperti
dan/atau
elektroferesa,
flueresens).
ultrasentrifugasi
Demikian
analitis,
juga, karakterisasi
fungsional perlu juga dilakukan, seperti penentuan aktivitas dan stabilitas enzim
pada suhu dan pH yang berbeda, penentuan kinetika dan stoikiometri reaksi, dan
juga stabilitas dan aktivitas dalam kondisi proses sebenarnya. Data-data ini memberi
landasan untuk dapat dilakukannya site-directed mutagenesis untuk memperoleh
enzim baru yang dapat digunakan dalam bioreaktor secara industri.
Isolasi, kloning dan perunutan gena, yang menyandikan sintesis enzim, seringkali
juga dilakukan, terutama untuk mendapatkan jumlah protein yang lebih tinggi.
Biasanya, dalam tahap awal, upaya kloning dan ekspresi enzim dilakukan
pada E.coli melalui suatu vektor tertentu. Namun, bila upaya ini tidak/kurang
berhasil, baru dicoba dengan menggunakan sistem-sistem kloning dan ekspresi
yang lain.
Setelah itu, dilakukan imobilisasi enzim, yang bertujuan agar biokatalis dapat
dipanen dan digunakan kembali dalam proses. Beragam metode imobilisasi telah
dikenal dan dapat disesuaikan dengan proses-proses industrial, seperti pencerapan
dalam matriks gel (poliakrilamida, agarosa, alginat, karaginan), mikrokapsulasi
(dengan cara polimerasi interfasial atau dengan mencampurkannya dengan
surfaktan tertentu sehingga membentuk reverse micelles), pengikatan silang dengan
Pengembangan
katalis
yang
stabil,
yang
menunjukkan catalytic
turnover yang tinggi, dan mampu melakukan transformasi baru merupakan hal
penting untuk memperluas area penerapan bioteknologi. Seperti kita ketahui,
dekade terakhir ini dipahami sebagai revolusi dalam pemahaman proses biokonversi
pada tataran genetik. Dengan waktu yang relatif singkat, metode-metode baru,
seperti evolusi enzim yang diarahkan (directed enzyme evolution), biokatalisis
kombinatorial, serta rekayasa metabolik (metabolic engineering), telah menghasilkan
beragam biokatalis-biokatalis baru.
Selain itu, dampak dari penggunaan biokatalis rekombinan semacam ini terhadap
keseluruhan pentahapan reaksi dan terhadap proses downstreamjuga menjadi
sasaran kajian dan riset dalam biotransformasi. Tentu saja, penyelidikan terhadap
aspek-aspek regulasi katalitis dan ekspresi enzim, demikian juga mengenai struktur,
fungsi dan aplikasi enzim masih tetap diperlukan. Selain itu, walaupun sampai saat
ini, evolusi terarah banyak diterapkan untuk mengembangkan enzim-enzim secara
FERMENTASI
Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk menghasilkan
metabolit atau enzim yang diinginkan di bawah kondisi optimal atau suatu lingkungan yang
dikendalikan (Crueger dan Crueger, 1984). Proses pertumbuhan mikroba merupakan tahap
awal proses fermentasi yang dikendalikan terutama dalam pengembangan inokulum agar
dapat diperoleh sel hidup. Pengendalian dilakukan dengan pengaturan kondisi medium,
komposisi medium, suplai O2 dan agitasi. Jumlah mikroba dalam fermentor juga
dikendalikan sehingga tidak terjadi kompetisi dalam penggunaan nutrisi. Pengendalian
diperlukan karena pertumbuhan biomassa dalam suatu medium fermentasi dipengaruhi
oleh banyak faktor baik ekstraseluler maupun intraseluler. Faktor intraseluler meliputi
struktur, mekanisme dan genetika, sedangkan faktor ekstraseluler meliputi kondisi
lingkungan seperti pH, suhu dan aerasi (Crueger dan Crueger, 1984). Dalam prose
fermentasi terdapat dua komponen penting yaitu biokatalis berupa enzim atau sel mikroba
dan kondisi lingkungan. Lingkungan optimal dapat dicapai dengan menempatkan wahana
yang disebut bioreaktor (Mangunwidjaya dan Suryani, 1994). Bioreaktor menjadi wahana
penting dalam industri yang menggunakan reaksi-reaksi biokimiawi yang dikatalisis oleh sel
atau enzim.
1. Mikroba dalam produksi biokatalis
Dalam proses bioindustri, dikenal dua macam tahapan yaitu proses upstream dan downstream. Proses up-stream adalah proses di mana terjadi
transformasi dari bahan baku menjadi bahan jadi dalam bentuk yang belum
murni.
Banyak proses-proses biologi membutuhkan pemurnian untuk mengurangi
larutan fermentasi dalam produk akhir. Sebagai contoh, asam sitrat dibuat
dalam fermentor produksi yang bercampur dengan medium. Oleh karena itu
diperlukan tahapan berikutnya yaitu tahapan pemurnian atau purifikasi.
Tahapan inilah yang dimaksud dengan proses down-stream. Ada banyak tipe
pemurnian sebagai contoh adalah proses ekstraksi, filtrasi, dan koagulasi.
A. DOWNSTREAM (PEMURNIAN)
Kultur
Fermentasi
Penghilangan
kotoran yang
tidak dapat
terlarut
fraksi
terlarut
Sel dan
pengotor
lain
Ekstraksi
produk
cair
Konsentrasi
produk
berbentuk
konsentrat
Pengotor
Purifikasi
Produk Murni
Sel Utuh
Filtrasi
Batch Filtration
Ultrafiltration
Presipitasi
Pemurnian lanjut
Pemurnian lanjut:
Asam sitrat dapat dihasilkan dalam dua bentuk: - monohidrat dan anhidrat
Bentuk-bentuk ini membutuhkan tambahan tahap pemurnian untuk mencapai
kemurnian yang diinginkan
1. Monohydrate
Mengandung satu molekul air unt tiap asam sitrat
Membutuhkan kristalisasi berulang sampai kandungan air sekitar 7.58.8%
2. Anhydrous
Memisahkan semua air dari produk akhir
Dibuat dengan dehidrasi produk asam sitrat monohidrat pada suhu di
atas 36.6C
Guys yang downstream di ppt ada juga yaaa...... pokoknya pptnya jelaskok. Emang gue ngambil
tahap umumnya. Produk fermentasi disini maksudnya bisa enzim atau produk lain. Secara umum
sama semua berdasarkan referensi yang gue baca hehe
B. UPSTREAM
Basic Steps of Industrial Fermentation
Any industrial fermentation operation can be broken down into three main stages,
viz, upstream processing, the fermentation process and downstream processing.
usually heat sterilised. Any nutrient component which is heat labile is filtersterilised and later added to the sterilised medium. The fermenter may be sterilised
together with the medium or separately.
Inoculum build up is the preparation of the seed culture in amounts sufficient to be
used in the large fermenter vessel. This involves growing the
microorganisms obtained from the pure stock culture inseveral consecutive
fermenters. This process cuts down the time required for the growth of
microorganisms in the fermenter, thereby increasing the rate of productivity. Then the
seed culture obtained through this process is used to inoculate the fermentation
medium.
the vessel and it is then closed. After that, no components are added apart from
oxygen (in an aerobic process) and acid or alkali for the pH adjustment. The
fermentation is allowed to run for a predetermined period of time and the product is
harvested at the end. In a continuous process, fresh medium is continuously added
and the products, along with the culture is removed at the same rate, thus maintaining
constant concentrations of nutrients and cells are maintained throughout the process.
A fed-batch system is a combination of these two systems where additional nutrients
are added to the fermenter as the fermentation is in progress. This extends the time of
operation but the products are harvested at the end of the production cycle as in a
batch fermenter.
The process can also be categorised as solid state fermentation (SSF) or submerged
fermentation (SmF), depending on the amount of free water in the medium. In
a solid state fermentation, the medium contains no free flowing water. The
organisms are grown in a solid substrate which is moistened. This is used in certain
industrial process such as koji fermentation from soybeans, production of amylase
and protease by Aspergillus oryzae on roasted soybeans and wheat, bioremediation,
detoxification of agro-industrial wastes, etc. Submerged fermentation is in which
microorganisms grow submerged in a liquid medium where free water is abundant.
This is the method of choice for many industrial operations over SSF although SSF is
also rapidly gaining interest in the present.
A comparison of SSF and SmF