Anda di halaman 1dari 17

INDUSTRI BIOTEKNOLOGI

BIOFUEL
MENGGUNAKAN ALGA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya
adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu 80.791,42 Km.
Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air
maupun hewan air. Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut
adalah alga. Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang
berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Didalam alga
terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan
juga senyawa bioaktif.
Bahan bakar fosil saat ini mulai mengalami krisis karena termasuk energi yang tidak
dapat terbarukan, tetapi terus digunakan menjadi bahan bakar transportasi dan alat
kehidupan sehari-hari lainnya sehingga terkikis dalam jumlah yang besar dan untuk
menanggulangi kehilangan sumber bahan bakar maka dilakukan penelitian sumber
bahan bakar lainnya yang dapat menjadi alternatif bahan bakar fosil. Alga adalah salah
satu energi terbarukan yang dapat dijadikan alternative biofuel dan akan dibahas
didalam makalah ini lebih lanjut tentang alga sebagai sumber bahan bakar.
1.2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca mengenai bioteknologi
biofuel alga. Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami
peranan bioteknologi dalam kehidupan, terutama dalam bidang industri biofuel alga.

BAB II
MATERI

2.1. Definisi Bioteknologi Industri


Bioteknologi Industri adalah seperangkat teknologi yang datang dengan
mengadaptasi dan memodifikasi organisme biologis, proses, produk, dan sistem yang
ditemukan di alam untuk tujuan memproduksi barang dan jasa (Australian government,
2012).
Bioteknologi industri dapat digunakan untuk:
1.

Menciptakan produk baru

2.

Modifikasi dan mengembangkan proses industri baru

3.

Membuat industri manufaktur yang lebih kompetitif

4.

Mengurangi dampak lingkungan dari manufaktur

Bioteknologi telah dikaitkan dengan sektor medis dan farmasi sektor. Namun,
telah menunjukkan bahwa penerapan bioteknologi untuk sektor manufaktur seperti
kimia dan plastik, tekstil dan kulit, dan sektor pengelolaan limbah berbahaya, bisa
memberikan keuntungan produktivitas dan proses yang lebih efisien dan lebih cepat
aksesnya ke konsumen.

2.2. Bioteknologi Memiliki Potensi Industri yang Signifikan


Sejumlah bioteknologi memiliki potensial industri yang signifikan. Sebagai
contoh:
1.

Biokatalisis
: Menggunakan biologis berasal dari enzim untuk
menggantikan bahan kimia industri katalis.

2.

Bioproses
: Mengganti proses konvensional kimia dengan proses
biologi. Aplikasi ini adalah sebagai sintesis organik obat obatan dan mikroba
desulfurisasi bahan bakar diesel.

3.

Bahan dan proses: Memproduksi bahan melalui penggunaan bahan baku


nonpetroluem terbarukan dan bioproses baru seperti menggunakan jagungpati untuk menghasilkan biodegradasi plastik.

2.3. Bioteknologi dan Alga


Istilah alga meliputi berbagai organisme ditemukan dekat badan air di
seluruh dunia. Spesies alga diperkirakan berjumlah mencapai puluhan ribu. Meskipun
kebanyakan alga fotosintesis atau autotrof, beberapa heterotrofik, energi berasal dari
penyerapan karbon organik seperti bahan selulosa. Karena alga secara alami mampu
mereplikasi cepat dan menghasilkan minyak, protein, alkohol, dan biomassa, mereka
telah menarik perhatian para peneliti dan produsen industri mencari alternatif untuk
minyak.
Makroalga digunakan di beberapa negara sebagai bahan makanan dan fertilizer,
dan juga menyediakan berbagai keuntungan untuk lingkungan,termasuk habitat hewan
aquatik. Mikroalga sering diklasifikasi menurut warna, yaitu hijau, kuning- hijau,
keemasan, merah dan coklat. Diatom, dinoflagellata termasuk alga biru-hijau,
atau Cyanobacteria yang mana mikroorganismenya berhubungan dengan eukariotik
alga-mikroalga. Jenis alga yang dapat memproduksi biofuel adalah Botryococcus
braunii , Chlorella,Dunaliella tertiolecta, Gracilaria, Pleurochrysis carterae,
dan Sargassum.

Gambar 2.1. Alga


Alga berkembang pada karbon organik atau CO2 dan nutrisi seperti nitrogen
dan fosfor. Ketersediaan sinar matahari, karbon dan nutrisi mempengaruhi
pertumbuhan metabolisme alga dan apakah mereka menghasilkan lipid atau
karbohidrat. Namun, manipulasi nutrisi belum terbukti berhasil meningkatkan
produktivitas alga. Para peneliti, misalnya, telah menemukan bahwa ketika alga alami
menghasilkan hidrokarbon (molekul yang dapat menggantikan minyak bumi saat ini)
pertumbuhan dan reproduksinya terbatas.
Tujuan penelitian bioteknologi termasuk menemukan cara untuk meningkatkan
tingkat reproduksi, meningkatkan metabolisme masukan, dan meningkatkan produksi
minyak yang diinginkan, bahan bakar kelas alkohol, atau protein pada spesies yang
berguna. Para peneliti telah menemukan bahwa spesies alga banyak beradaptasi
dengan rekayasa genetika, mengekspresikan protein kompleks dan mengumpulkan
protein rekombinan ke tingkat yang sangat tinggi.

Gambar 2.2 Tantangan untuk menggantikan bahan bakar


Bioteknologi sudah digunakan dalam sequencing genom spesies alga. Genomic
Data membantu peneliti dalam memahami proses metabolisme di mana alga
mengkonversi karbon dan nutrisi ke lipid atau karbohidrat. Pemahaman yang lebih

besar dari metabolisme alga dan reaksi terhadap kondisi pertumbuhan akan
menginformasikan penelitian lebih lanjut. Teknik rekayasa genetika saat ini digunakan
dalam bioteknologi tanaman dan mikroba, termasuk biologi sintetik dan rekayasa
metabolik, kemudian digunakan untuk memungkinkan alga untuk lebih diduga
memproduksi lipid yang diinginkan untuk menghasilkan biofuel, alkohol, protein, enzim
dan molekul lainnya, atau karbohidrat yang kaya biomassa untuk bioproses.
Penelitian bioteknologi penting, tidak hanya dalam tahap awal pengembangan
biofuel alga, tetapi juga dalam mengoptimalkan strain alga untuk rekayasa mekanik dan
pengolahan kebutuhan produksi biofuel. Strain alga yang digunakan dalam proses
industri harus sesuai panen dan persyaratan molekul pemulihan (seperti panas tinggi
dan tekanan yang digunakan dalam pemisahan mekanik) yang mungkin tidak alami
sifat.

Gambar 2.3. Proses produksi dibantu oleh alga

2.4. Pengembangan Komersial


Perusahaan biofuel sedang mencari untuk skala produksi komersial dari alga dan
mengejar beberapa teknik pendekatan (dengan menggunakan sistem tertutup dan
sistem kolam terbuka) untuk desain sistem ekonomis untuk alga yang tumbuh. Dalam
sistem tertutup, kondisi pertumbuhan alga dapat diatur. Sistem tertutup mencakup
fotobioreaktor untuk strain alga fotosintetik dan tradisional bioreaktor (tangki tertutup
seperti yang digunakan dalam fermentasi dan mikroba lainnya pertumbuhan) untuk
strain alga yang memakan gula.
Sistem kolam terbuka telah digunakan di banyak rangkaian, tapi bisa peka terhadap
berbagai faktor lingkungan, seperti invasi oleh strain alga lain atau variasi nutrisi
ketersediaan, panas dan cahaya. Karena mikroalga dapat tersebar oleh angin atau
fauna, sistem kolam terbuka dapat memperkenalkan strain alga terhadap lingkungan
sekitarnya. Kemungkinan penyebaran dengan metode ini adalah setara untuk strain
alam dan biotek.
Potensi dampak lingkungan pada lingkungan sekitarnya (termasuk tanaman) juga
setara untuk alam dan strain alga biotek. Tambak sistem tertutup oleh film plastik tipis
dan kombinasi tertutup atau sistem terbuka sedang dikembangkan untuk
mengendalikan faktor-faktor. Salah satu faktor penting untuk komersialisasi adalah
pengembangan sistem pemanenan ekonomis dan daur ulang biomassa sisa setelah
biofuel diekstrak.

2.5. Biofuels (Potensi Alga)

Biofuel adalah bahan bakar atau sumber energi yang berasal dari bahan organik
yang dibuat dari tumbuhan maupun hewan. Biofuel mempunyai sifat dapat
diperbaharui, artinya bahan bakar ini dapat dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang
bisa ditumbuhkan atau dibiakkan. Salah satunya adalah alga yang dapat menghasilkan
lipid dan karbohidrat untuk dijadikan sumber energi seperti bioetanol dan biodiesel
(Bachtiar, 2007).
Kebanyakan alga merupakan organisme bersel tunggal yang tumbuh baik di
laut (air asin) atau lingkungan air tawar. Kebanyakan strain fotosintesis dan merupakan
tanaman tercepat di dunia berkembang. Seperti tanaman lain, mereka mengkonversi
sinar matahari, air, CO2, dan nutrisi lainnya menjadi energi dan biomassa dan
melepaskan sejumlah besar oksigen ke atmosfer. Sejumlah strain alga dan organisme
laut memperoleh energi dari karbon organik, bukan karbon atmosfer (melalui
fotosintesis). Ada lebih dari 65.000 species alga, termasuk varietas yang berbeda
seperti merah, hijau, coklat, dan biru-hijau (cyanobacteria).

Gambar 2.4 Pemanfaatan Alga

2.6. Potensi Persiapan Biofuel


Alga penting dalam banyak penggunaan komersial untuk memproduksi
suplemen gizi, untuk mengobati limbah, dan sebagai zat pewarna. Salah satu
penggunaan yang paling menjanjikan dari alga adalah sebagai bahan baku untuk
biofuel terbarukan. Minyak nabati dari alga dapat digunakan secara langsung (minyak
sayur lurus yang diester menjadi biodiesel) atau disempurnakan menjadi berbagai
biofuel, termasuk diesel terbarukan dan bahan bakar jet, di samping bahan-bahan kimia
lainnya untuk produk seperti kosmetik.

Karbohidrat (gula) dari alga dapat difermentasi untuk membuat biofuel


tambahan, termasuk etanol dan butanol, serta produk-produk lain seperti plastik dan
biokimia. Biomassa dari alga dapat digunakan untuk minyak pirolisis atau gabungan
panas dan pembangkit listrik. Alga yang secara langsung menggantikan bahan bakar
minyak bumi, diesel dan bahan bakar jet tanpa modifikasi mesin. Alga memenuhi
semua spesifikasi untuk bahan bakar minyak bumi.

Gambar 2.5 Spesifikasi hasil alga

2.7. Alga sebagai Penghasil Bioetanol dan Biodiesel (Biofuel)


Bioetanol berkadar 99% sebanyak satu liter, hanya memerlukan 0,67 kg alga.
Pemanfaatan alga Spirogyra sp untuk membuat bioetanol karena relatif mudah
memperolehnya. Kandungan karbohidrat mencapai 64%, hampir 3 kali lipat karbohidrat
singkong, yang rata-ratanya hanya 25%. Alga yang memiliki kandungan karbohidrat
tinggi cocok untuk bioetanol. Minimal mengandung 25% karbohidrat. Sejatinya lemak
bisa diolah menjadi biodiesel, tapi kandungannya paling tidak 30%. Spirogyra sp
menyimpan karbohidrat sebanyak 33-64% dan 11-21% lemak sehingga cocok sebagai
bahan baku bioetanol (Soerawidjaja, 2005).
Jenis karbohidrat dalam Spirogyra sp. adalah amilum alias zat tepung. Zat
tepung tergolong polimer alam dengan ukuran molekul besar yang tersusun oleh
monomer glikosida. Sel tidak mampu memanfaatkan amilum secara langsung untuk itu
perlu menambahkan 0,12% enzim alfa-amilase untuk menguraikan ikatan polimer
amilum menjadi gula berbentuk glukosa, maltosa, dan dekstrin. Ketiga bahan itulah
yang nantinya menjadi bioetanol. Glukosa dan maltosa adalah sumber energi bagi
bakteri penghasil etanol. Bakteri itu mengubah glukosa dan maltosa menjadi etanol
dalam kondisi tertutup tanpa udara melalui proses fermentasi sehingga dijuluki bakteri
fermentor. Fermentasi tergolong proses biologis yang melibatkan bakteri hidup sehingga
etanol yang dihasilkan disebut bioetanol. Produsen sejatinya bisa membuat etanol
dengan proses fisika atau hidrasi. Industri alkohol untuk farmasi maupun kosmetik
membuat etanol dengan cara itu lantaran prosesnya jauh lebih cepat dan efisien
(Soerawidjaja, 2005).
Meskipun masih dalam tahap riset yang mendalam, potensi alga laut sebagai
penghasil bioetanol dan biodiesel sangat menjanjikan dimasa mendatang. Negaranegara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Kanada mentargetkan mulai tahun
2025 bahan bakar hayati (biofuel) bisa diproduksi dari budidaya cepat alga mikro yang
tumbuh diperairan tawar/asin. Keuntungan lebih yang dapat diperoleh adalah tak butuh
traktor seperti didarat, tanpa penyemaian benih, gas CO2 yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan panen yang terus-terusan (continuous) yang
dikarenakan waktu tanam alga hanya 1 minggu.
Berikut adalah gambar skenario mekanisme pembuatan bioetanol dan biodiesel dari
alga laut.

Sumber : Tatang H. Soerawidjaja (2005)


2.8. Keuntungan Biofuel
Alga adalah sumber daya terbarukan untuk biofuel yang dapat ditanam di
lahan non-pertanian, menggunakan air asin atau air payau. Sebuah keuntungan yang
signifikan dari penggunaan alga untuk biofuel adalah bahwa hal itu tidak perlu
menggantikan lahan pertanian yang digunakan untuk sumber makanan tumbuh.
Laporan Departemen Energi bahwa alga memiliki potensi untuk menghasilkan energi
setidaknya 30 kali lebih dari tanaman darat saat ini digunakan untuk memproduksi
biofuel.
Alga juga efisien mendaur ulang karbon atmosfer. Sementara alga berjumlah
kurang dari 2% dari karbon tanaman global, mereka menyerap dan memperbaiki hingga
50% karbon dioksida atmosfer (30.000.000.000-50.000.000.000 metrik ton per tahun),
mengubahnya menjadi karbon organik. Melalui fotosintesis, alga memproduksi hingga
50% oksigen global. The Environmental Protection Agency (EPA) memperkirakan bahwa
alga berbasis biodiesel dihasilkan melalui metil asam lemak transesterifikasi (satusatunya jenis biofuel ganggang model sampai saat ini) dapat mengurangi emisi gas
rumah kaca lebih dari 60 persen dibandingkan dengan petroleum diesel.

2.9. Minyak Alga Menggantikan Bahan Bakar Fosil


Ribuan item di seluruh dunia dibuat dari plastik atau bahan kimia, termasuk
yang sangat menguntungkan orang-orang dari pipa yang menyalurkan air ke wadah
yang menjaga perawatan makanan segar dan pribadi produk yang meningkatkan
kesehatan. Konsumen item yang dibuat lebih banyak tersedia, lebih efisien dan dengan
biaya yang lebih rendah melalui penggunaan plastik dan kimia bahan. Tapi plastik dan
bahan kimia yang dibuat terutama dari sumber daya fosil, minyak dan gas alami.
Volatile harga untuk bahan bakar fosil, ketidakstabilan politik di daerah penghasil
minyak bumi, dan dampak lingkungan bahan bakar fosil adalah beberapa alasan utama
produsen bahan kimia dan plastik sedang mencari alternatif sumber daya terbarukan.
Minyak yang diproduksi oleh alga memiliki potensi untuk menggantikan
sumber daya fosil dalam banyak produk. Bahkan, menurut penelitian baru-baru ini,
banyak dari minyak bumi dan batubara menggunakan spesies alga hijau. Minyak yang
dihasilkan oleh strain alga yang berbeda berkisar dalam komposisi. Kebanyakan seperti
minyak nabati, meskipun beberapa secara kimiawi mirip dengan hidrokarbon dalam
minyak bumi. Secara umum, konsentrasi hidrokarbon yang tinggi hanya ada dalam
budaya non-alga tumbuh atau membusuk. Alga juga memproduksi protein, dan
isoprenoidnya polisakarida. Beberapa strain gula fermentasi alga untuk menghasilkan
alkohol. Kondisi pertumbuhan (seperti cahaya dan suhu), tingkat gizi (nitrogen, garam
dan silikon), dan tahap pertumbuhan semua memiliki efek pada jenis alga yang
menghasilkan minyak.

Bioteknologi digunakan untuk memahami dan mencirikan keseimbangan


minyak, protein, dan gula yang strain alga menghasilkan berbagai kondisi. Dengan
pengetahuan ini, teknik rekayasa metabolik ditargetkan dapat digunakan untuk
mengoptimalkan strain alga untuk produksi protein, asam lemak, dan gula yang dapat
digunakan sebagai blok bangunan untuk bahan kimia, plastik, dan biofuel. Alga yang
diturunkan menjadi pati, minyak dan protein dapat digunakan dalam suplemen
makanan, pakan ternak atau nutrisi. Asam lemak dapat digunakan dalam biofuel diesel
atau sebagai blok bangunan dalam campuran kimia. Gula alga dapat dikonversi menjadi
produk kimia yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Sebagai contoh, alga dapat
digunakan untuk membuat etanol, yang pada gilirannya dapat diubah menjadi
polietilen.

2.10. Manfaat lingkungan


Bahan baku berbasis biologi menawarkan keuntungan lingkungan dan
ekonomi utama atas minyak mentah dan gas alam sebagai blok bangunan untuk
beberapa produk konsumen. Pertama, alga dapat tumbuh di banyak negara di dunia
sebagai pengganti bahan bakar fosil. Alga dapat diproduksi di mana pun ada banyak
sinar matahari dan kaya nutrisi air. Tanah yang subur dan volume tinggi air tawar tidak
diperlukan. Alga tidak memerlukan area lebih cocok untuk makanan dan produksi
pakan. Kedua, bahan baku berbasis bio yang mengganti bahan bakar fosil dalam
produksi plastik, misalnya dapatmengurangi konsentrasi atmosfer gas rumah kaca
dengan memperbaiki karbon di atmosfer. Alga dan selulosa tanaman menyerap karbon
dioksida saat mereka tumbuh. Karbon yang mereka keluarkan dari atmosfer melalui
fotosintesis adalah tetap dalam produk sampai mereka didaur ulang atau kompos.
Minyak dan gas alam yang sebelumnya digunakan dapat tetap jauh di bawah tanah.
About these ads

Biodiesel dari Alga


SELASA, 30 APRIL 2013

Biodiesel dari Alga Solusi bagi Indonesia


Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia dengan panjang
mencapai lebih dari 95.181 kilometer (km). Seperti yang diberitakan Antara,
Rompas menegaskan bahwa koreksi panjang garis pantai Indonesia dari 81.000 km
menjadi 95.181 km ini telah diumumkan PBB pada 2008 lalu. Dengan koreksi yang
dilakukan PBB tersebut kini Indonesia justru berada di posisi keempat setelah Rusia.
Sedangkan negara pemilik garis pantai terpanjang diduduki Amerika Serikat (AS)

dan diikuti Kanada. Sebelumnya Kanada menduduki urutan pertama dengan


panjang garis pantai 243.792 km dengan 52.455 pulau.

Sebagai negara kepulauan terbesar dengan luas lautan tiga per empat dari luas
daratan, dan bertambah panjangnya garis pantai tersebut, Indonesia mempunyai
potensi yang sangat besar dalam pengembangan Biodiesel yang menggunakan
bahan baku mikroalga sebagai jawaban dari salah satu isu yang berkembang di
dunia saat ini adalah melakukan berbagai upaya untuk menemukan sumber
energi alternatif yang terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi di masa
depan. Energi alternatif baru juga dikembangkan untuk mengurangi pengaruh
terhadap lingkungan akibat pemakaian bahan bakar fosil. Menurut World Energy
Council (WEC) biomassa dan energi surya diperkirakan akan menjadi sumber daya
primer yang dominan. Di antara sumber energi yang dapat diperbaharui tersebut,
biomassa mempunyai potensi terbesar dan akan berperan penting di masa yang
akan datang [Maniatis, 1998]. Selain itu, biomassa merupakan sumber energi yang
relatif langsung bisa dikonversi menjadi bahan bakar sehingga dapat untuk
mensubtitusi atau menggantikan pemakaian bahan bakar fosil sebagai sumber
energi
.
Biomassa merupakan material organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau
hewan, dapat berupa kayu, sisa hasil hutan dan pertanian, sisa industri, ataupun
dari ekskresi manusia dan juga hewan. Alga merupakan salah satu sumber energi
biomassa yang dapat dikembangkan di Indonesia. Sebagai salah satu sumber
energi biomassa potensial, alga dapat dikonversi menjadi bahan bakar yang dapat
mensubtitusi pemakaian energi fosil sebagai sumber energi. Bahan bakar tersebut
adalah biodiesel. Melalui proses transesterifikasi dengan katalis basa, alga dapat
dikonversi menjadi biodiesel.
Pengembangan biodiesel di Indonesia diharapkan dapat mensubtitusi impor BBM di
mana konsumsi bahan bakar diesel pada tahun 2002 mencapai 24,2 juta liter, dan
40% merupakan impor [US Embassy, 2004]. Selain itu, pengembangan biodiesel
diharapkan dapat meningkatkan keterjaminan pasokan energi dan menyehatkan

neraca pembayaran melaluipenghematan devisa, membuka banyak lapangan


pekerjaan baik untuk pemenuhan bahan baku maupun keperluan produksi dan
perniagaan, mengurangi polusi, pemerataan pembangunan ke seluruh daerah di
Indonesia, memenuhi kebutuhan energi dalam jangka waktu yang lama, serta
mempercepat peningkatan kemampuan bangsa dalam mengembangkan dan
mengomersialisasikan teknologi.
Alga sebagai Bahan Baku Biodiesel di Indonesia
Biofuel adalah bahan bakar yang dapat diperbaharui (renewable) yang diproduksi
dari berbagai bahan baku material tumbuhan (Biomassa), atau produk samping dari
agroindustri, atau juga merupakan produk hasil proses ulang dari berbagai limbah
seperti minyak goreng bekas, sampah kayu, limbah pertanian dan lain-lain.
Biofuel tidak mengandung minyak bumi, tetapi dapat dicampur dengan berbagai
jenis produk minyak bumi untuk menghasilkan campuran bahan bakar. Biofuel
dapat digunakan pada berbagai jenis mesin tanpa melakukan perubahan besar,
selain itu Biofuel ramah lingkungan karena dapat terurai di alam (Biodegradable),
serta tidak beracun dan tidak mengandung sulfur dan aromatic. Biofuel yang akan
dibahas disini adalah biodiesel.
Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam
lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses trans
atau esterifikasi. Biodiesel dapat di produksi dari 100% biodisel (B100) atau
campuran dengan bahan bakar disel yang berasal dari minyak bumi. Biodiesel
dapat bercampur dengan solar dan berdaya lumas lebih baik. Selain itu mempunyai
kadar belerang hampir nihil. Jenis biodisel ditentukan oleh kandungan biodisel
dalam bahan bakar tersebut.
Selain sebagai bahan bakar alternatif dari minyak bumi yang semakin menipis
persediaannya, tujuan utama pengembangan biodiesel adalah menciptakan green
fuel yang ramah lingkungan. Adapun beberapa keunggulannya adalah sebagai
berikut :

1. Biodiesel dapat digunakan pada semua motor diesel tanpa diperlukan modifikasi.

2. Biodiesel dapat digunakan sebagai pengganti solar, campuran antara biodiesel


dan solar maupun sebagai additive untuk solar. Sebagai addittive 0,4-5% biodiesel
dicampur dengan solar dapat meningkatkan pelumasan dari solar. Biodiesel dapat
dicampur pada segala perbandingan dengan solar. Campuran 20% biodiesel dan

80% solar biasa disebut dengan B20. B20 menjadi bahan bakar alternatif yang
populer karena menurunkan emisi dan mempunyai harga yang terjangkau.

3. Biodiesel
mengurangi
emisi
tanpa
mengorbankan
unjuk
kerja
dan
efisiensi. Biodiesel B20 dapat mengurangi partikel sebanyak 30%, CO 2 sebanyak
21%, dan hidrokarbon total sebanyak 47%.
Biodiesel murni (100%) memiliki beberapa keunggulan yaitu :
- Menurunkan emisi CO2 sampai 100%.
- Menurunkan emisi SO3 sampai 100%.
- Menurunkan emisi CO antara 10-50%.
- Menurunkan emisi HC antara 10-50%.
- Menurunkan emisi hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs) sampai 75%.

4. Biodiesel terdiri hampir 10% oksigen, sehingga biodiesel dapat melakukan


pembakaran yang lebih sempurna.
5. Biodiesel dapat memperpanjang
pelumasannya yang sangat baik.

umur

mesin

motor

diesel

karena

efek

6. Biodiesel mempunyai angka setana 10-15 lebih tinggi dari solar, menyebabkan
pembakaran yang cepat, motor bekerja lebih halus dan tidak berisik. Angka setana
yang tinggi juga mengurangi terjadinya detonasi pada motor diesel.

7. Biodiesel memiliki flash point yang lebih tinggi daripada solar sehingga mudah
dalam penyimpanan.

8. Biodiesel tidak mudah terbakar.


9. Biodiesel tidak beracun karena terbuat dari bahan alami.
10. Biodiesel juga mudah diserap oleh alam dalam waktu 21 hari, sehingga tidak
berpotensi pada pemanasan global.
Potensi Mikroalga Sebagai Bahan Baku Biofuel

Kebutuhan biodiesel yang besar otomatis akan membutuhkan bahan baku yang
besar pula.Kriteria bahan baku yang dibutuhkan adalah mudah tumbuh, mudah
dikembangkan secara luas, dan mengandung minyak nabati yang cukup
besar. Berikut adalah pemaparan kelebihan alga sebagai bahan baku biodiesel.
Alga mengandung minyak nabati hingga 75%
Salah satu alasan utama mengapa alga digunakan menjadi biodiesel adalah
kandungan minyak nabati pada alga jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan
bahan baku biodiesel lain seperti kacang kedelai, kapas, jatropha dan lain-lain.
Dengan lebih tingginya kandungan minyak nabati pada alga dibanding dengan
tumbuhan lain maka kebutuhan lahan untuk produksi biodiesel dari alga juga lebih
sedikit. Berikut adalah gambaran kebutuhan lahan untuk produksi biodiesel.
Alga merupakan jenis tumbuhan yang paling cepat tumbuh di alam
Jagung atau tanaman pertanian lain membutuhkan waktu hingga setahun untuk
tumbuh, sementara alga dapat tumbuh dalam beberapa hari. Waktu panen alga
yang cepat dapat menghasilkan yang lebih efisien dengan jangka waktu yang lebih
singkat dalam area yang lebih kecil jika dibandingkan dengan tumbuhan lain.
Alga mengkonsumsi karbon dioksida ketika tumbuh, sehingga dapat mengurangi
pencemaran lingkungan
Ketergantungan akan BBM mengakibatkan peningkatan kandungan CO 2 di atmosfer.
Dengan memanfaatkan alga yang mengkonsumsi CO 2 untuk menghasilkan minyak,
biodiesel dapat diproduksi secara efisien sementara mengurangi penambahan
CO2 ke atmosfer.
Sumber pertumbuhan alga mudah diperoleh
Agar dapat tumbuh dengan baik alga hanya membutuhkan beberapa sumber dasar
yaitu: CO2, air, cahaya matahari dan nutrien. Cahaya matahari dapat diperoleh
hampir sepanjang tahun, ketika malam maka dapat digunakan lampu untuk
menggantikan cahaya matahari. Karbon dioksida dapat diperoleh dalam konsentrasi
tinggi dari power plant dan proses industri sebagai gas buangan. Alga dapat
tumbuh di kebanyakan sumber air dengan variasi tingkat pH. Alasan ini menjadi
salah satu kelebihan alga karena alga tidak perlu bersaing dengan manusia atau
tumbuhan pertanian lain dalam mengkonsumsi air bersih.
Permintaan atau kebutuhan biofuel di indonesia
Biodiesel merupakan bahan bakar nabati terbarukan yang nantinya dapat
digunakan untuk mensubstitusi dan bahkan menggantikan solar. Jenis bahan bakar
ini tidak mengandung sulfur dan senyawa benzena yang bersifat karsinogenik

sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah
ditangani dibandingkan dengan solar.
Dengan semakin tingginya harga minyak bumi serta jumlahnya yang semakin
menipis sudah saatnya apabila Indonesia mulai mengembangkan biodiesel, baik
untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor. Sampai saat ini, telah
dikembangkan beberapa metode untuk menghasilkan biodiesel dari sumber nabati
seperti minyak sawit, minyak jarak, dan biomassa. Saat ini bahan yang paling
banyak digunakan untuk membuat biodiesel adalah minyak sawit.
Menurut data historis mengenai permintaan bahan bakar solar untuk ADO
(Automotive Diesel Oil) dari tahun 1998 sampai 2003, terjadi kenaikan akan
permintaan terhadap solar dari tahun 1998 hingga tahun 2003 (lihat di lampiran).
Dari data historis yang ada (lihat di lampiran) terlihat bahwa penawaran terhadap
ADO cenderung konstan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan kapasitas produksi
dari produsen solar di Indonesia cenderung tidak mengalami peningkatan,
sedangkan permintaan akan ADO setiap tahunnya mengalami kenaikkan sekitar
10% dan menimbulkan adanya selisih permintaan-penawaran yang semakin besar
tiap tahunnya. Untuk memenuhi kebutuhan ADO dipasaran, maka dilakukan impor
dari luar negeri setiap tahunnya. Peningkatan akan permintaan ADO dikarenakan
meningkatnya jumlah kendaraan dan tumbuhnya sektor industri. Penggunaan
Biodiesel bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi ketergantungan
Indonesia untuk mengimpor solar dari luar negeri.
Dari data permintaan ADO sampai tahun 2003 ini, tampak bahwa permintaan akan
ADO ini cenderung mengalami kenaikan tiap tahunnya. Jumlah kebutuhan biodiesel
sendiri sangat besar di dalam negeri dan luar negeri. Indonesia menargetkan dapat
mensubtitusi 10% dari kebutuhan ADO oleh biodesel sesuai dengan targetan
pemerintah yang dituangkan dalam Perpres No. 5 Tahun 2006 dan Inpres No. 1
Tahun 2006. Perkirakan pemakai solar per tahun akan meningkat hingga mencapai
nilai rata-rata sebesar 35.000.000 ton pertahun bahkan lebih. Apabila memakai
10% biodiesel maka dibutuhkan total supply biodiesel 3.500.000 ton/tahun.
Sementara kemampuan produksi biodiesel pada 2007 baru sebesar 1.625.000
ton/tahun.
Kebijakan tentang penggunaan biofuel sebagai bahan bakar dituangkan dalam
Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional yakni
sebesar 5% untuk menggantikan bahan bakar premium pada tahun 2025. Kebijakan
ini memberikan prospek yang cerah bagi industri biodiesel untuk berkembang di
Indonesia.
Secara ekonomis penggunaan biodiesel sangat feasible mengingat estimasi
kebutuhan solar pada tahun 2007 menurut catatan Dirjen Perhubungan Darat
Iskandar Abu Bakar sebesar 30,40 juta liter per tahun. Lalu pada tahun 2010 angka
ini diperkirakan melonjak ke 34,89 juta liter.

Bahan Baku
Alga merupakan organisme yang tidak hanya terbatas pada salah satu spesies
ataupun genus. Karakteristik dari suatu alga dibedakan berdasarkan laju
pertumbuhan, jangkauan toleransi temperatur, kebutuhan nutrisi, ketahanan
keseluruhan, yield produk, kerentanan terhadap perubahan baik rekayasa genetika
atau penanaman selektif. Alga yang digunakan sebagai bahan baku biofuel idealnya
memiliki kandungan lipid atau minyak tinggi dengan laju pertumbuhan yang tinggi
dan kemampuan untuk tumbuh di bawah kondisi temperatur ekstrem dan kehadiran
spesies lain yang tidak memiliki nilai komersial.
Mikroalga merupakan organisme bersel satu yang memiliki kecenderungan berada
dalam kepadatan konsentrasi tertentu. Alga memiliki kecenderungan untuk
menghasilkanpolyunsaturated fatty acids dalam jumlah cukup besar. Senyawa ini
dapat mengurangi kestabilan biodiesel yang dihasilkan, tetapi memiliki titik leleh
yang rendah sehingga pada cuaca dingin, senyawa ini dapat memberikan
keuntungan pada biodiesel yang digunakan.
Pada dasarnya, mikroalga membutuhkan tiga komponen dasar untuk berkembang
biak, yaitu sinar matahari, karbondioksida, dan air. Mikroalga dapat tumbuh dalam
jangkauan kondisi yang cukup luas, dengan kata lain mikroalga dapat tumbuh
dimana saja di planet ini. Hal ini menjadikan mikroalga memiliki keunggulan dalam
mencari area untuk tumbuh. Mikroalga dapat ditemukan baik di ekosistem air tawar
maupun air laut.
Salah satu mikroalga yang potensial untuk diolah lebih lanjut menjadi biodiesel
adalah Chlorella Vulgaris. Chlorella Vulgaris termasuk alga mikro karena ukuran
tubuhnya sangat renik dari 0,2 m hinga 0,02 cm (10-6 - 10-4 m). Untuk melihat
wujudnya dengan jelas diperlukan mikroskop elektron. Tidak semua jenis alga mikro
hidup sebagai fitoplankton, tetapi semua jenis fitoplankton bisa digolongkan ke
dalam alga mikro. Tumbuhan mikroskopis bersel tunggal dan berkoloni ini terdiri
atas 30.000 spesies. Habitatnya di atas permukaan air, di kolom perairan, atau
menempel di dasar dan permukaan lain dalam perairan.
Dibanding sumber nabati lain, Chlorella Vulgaris merupakan salah satu ganggang
yang paling ekonomis untuk menghasilkan biodiesel. Sebab ganggang hijau ini kaya
karbohidrat, tak memerlukan perawatan khusus, dan mudah tumbuh. Anggota
famili Chlorophyeceae itu kaya karbohidrat yang penting dalam pembuatan
biodiesel. Kadar karbohidratnya 29-31% setara karbohidrat dalam singkong.
Singkong berkadar pati 23% sehingga untuk menghasilkan seliter bioetanol perlu
6,5 kg. Dengan bahan baku Chlorella Vulgaris, jumlah biodiesel yang dihasilkan 100
kali lipat, karena pemanenan dapat dilakukan berkali-kali.
Teknologi Proses

Dalam proses pembuatan biodiesel dengan bahan baku mikro alga kami ada
beberapa tahapan proses yang harus dilakukan yaitu proses pembudidayaan alga,
proses pemanenan alga, proses ekstraksi minyak alga, dan terakhir proses
transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel.
a.

Proses Kultivasi
Untuk proses kultivasi alga, ada dua metode yang dapat dipilih yaitu menggunakan
open pond (kolam terbuka) dan fotobioreaktor. Penggunaan fotobioreactor
(PBR) lebih menguntungkandibandingkan dengan sistem kolam terbuka. Hal ini
disebabkan karena beberapa keunggulan PBR dibandingkan sistem kolam yaitu:
Produktivitas lebih tinggi
Mencegah dan mengurangi kontaminasi
Adanya proses pencahayaan dan pengadukan memberikan hasil yang lebih baik
Kondisi pertumbuhan dapat dikontrol selalu (pH, pencahayaan, karbondioksida,
temperature)
Mencegah penguapan air
Menghasilkan konsentrai sel yang lebih tinggi

b.

Proses Harvesting
Pemanenan alga merupakan faktor utama yang harus diatasi dalam tujuan
penggunaan mikroalga sebagai sumber bahan bakar. Permasalahannya adalah,
pengembangbiakan mikroalga memiliki kepekatan yang encer, biasanya kurang dari
500 mg/l dalam basis massa organik kering, dan memiliki ukuran sel yang sangat
kecil. Untuk memproses mikroalga menjadi biodiesel, mikroalga harus dijadikan ke
dalam bentuk pasta terlebih dahulu, yaitu sekitar 15% padatan.
Teknik-teknik
seperti flocculation, microstraining,
filtering,
sedimentation, dancentrifugation biasa digunakan untuk pemanenan mikroalga.
Teknik-teknik ini dapat dikombinasikan, bergantung pada ukuran mikroalga dan
kualitas produk yang diinginkan, untuk menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi.
Chemical flocculation dan bioflocculation dilakukan untuk menghasilkan densitas
massa
mikroalga
yang
lebih
mudah
untuk
dipindahkan.
Dalam
teknik bioflocculation, mikroalga mulai membentuk kumpulan atau koloni alga
dalam kondisi tertentu pada sistem yang timbul. Selain itu, bioflocculation dapat
didorong dengan menggunakan biakan mikroba non-alga. Dalamchemical
flocculation, bahan kimia seperti ferric chloride, aluminium sulfate, ferric sulfate,
polymeric flocculants, chitosan digunakan untuk membentuk formasi koloni alga.
Kekurangan dari metode ini adalah biaya pengadaan bahan kimia yang digunakan.

Kedua teknik flocculation biasanya diikuti dengan sedimentasi, filtrasi ataupun


centrifugasi. Dalam proses sedimentasi, mikroalga yang tersuspensi dikumpulkan
oleh gaya gravitasi, sehingga menghasilkan konsentrasi massa mikroalga yang
lebih mudah untuk dipindahkan.Centrifugasi merupakan metode yang biasa
digunakan untuk memperoleh mikroalga dalam jumlah besar. Efisiensi dari metode
ini bergantung pada jenis mikroalga yang digunakan, pengaturan kedalaman, dan
waktu tinggal dari cell slurry. Metode ini memiliki kebutuhan energi yang paling
besar dibandingkan dengan metode yang lainnya.
Filtrasi dapat dilakukan di dalam tekanan atau vakum jika ukuran alga tidak
mendekati ukuran bakteri. Filter mikro (biasanya berukuran 25-20 m) dapat
digunakan untuk spesies spirulina. Jika flocculation dilakukan sebelum filtrasi, maka
efisiensi filtrasi yang dihasilkan akan meningkat.
c.

Proses Ekstraksi Minyak Alga


Terdapat dua metode yang paling umum digunakan untuk mengekstraksi minyak
dari alga, yaitu:

a. Ekstraksi minyak menggunakan pelarut heksana


Minyak alga dapat diekstraksi menggunakan senyawa kimia. Benzena dan eter
dapat digunakan sebagai pelarut, namun senyawa kimia yang paling sering
digunakan adalah heksana dengan titik didih yang berada antara 65-69 oC, yang
relatif lebih murah. Ekstraksi menggunakan pelarut dibandingkan dengan ekstraksi
secara mekanis memiliki kelebihan yaitu menghasilkan minyak yang lebih banyak
(hampir 99%) dan membutuhkan biaya operasi yang lebih kecil.
b. Ekstrasi minyak dengan CO2 superkritis
Metode ekstraksi ini menggunakan CO 2 superkritis sebagai pelarut. Sebuah
senyawa dikatakan berada dalam keadaan superkritis ketika senyawa tersebut telah
melewati suhu dan tekanan kritisnya. Untuk CO 2, titik kritisnya berada pada suhu
304.1 K dan tekanan 73.8 bar. Diluar batas titik kritisnya, sebuah senyawa tidak
dapat dikatakan sebagai gas atau cair; lalu, viskositas, konstanta dielektrik dan
kapasitas panas, bersama dengan sifat-sifat lain berbeda jauh dari sifat pada fasa
uap atau cairnya. Perubahan-perubahan ini yang memberikan CO 2superkritis sifat
pelarut dan ekstraksinya.
d. Proses Transesterifikasi
Untuk mensintesis minyak alga menjadi biodiesel dilakukan dengan proses
transesterifikasi dengan bantuan katalis untuk mempercepat reaksi. Secara garis
besar ada 3 macam transesterifikasi dengan katalis yang dapat digunakan, yaitu:

o Transesterifikasi Katalis Basa


o Transesterifikasi Katalis Asam
o Transesterifikasi Menggunakan Enzim
Proses transesterifikasi menggunakan katalis basa merupakan proses yang paling
umum dipakai di industri sampai saat ini. Selain itu, proses ini juga menghasilkan
biodiesel dengan kualitas cukup baik untuk digunakan sebagai bahan bakar. Dari
sisi teknologi, banyak sekali teknologi yang berkembang untuk proses
transesterifikasi ini, mulai dari proses perlakuan awal bahan baku (pretreatment),
proses transesterifikasi, proses pemisahan biodiesel dan gliserol, proses pemisahan
dan recovery metanol, proses pemisahan gliserol, hingga proses purifikasi biodiesel
dengan air untuk meningkatkan kemurnian biodiesel.

Anda mungkin juga menyukai