BIOFUEL
MENGGUNAKAN ALGA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya
adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu 80.791,42 Km.
Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air
maupun hewan air. Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut
adalah alga. Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang
berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Didalam alga
terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan
juga senyawa bioaktif.
Bahan bakar fosil saat ini mulai mengalami krisis karena termasuk energi yang tidak
dapat terbarukan, tetapi terus digunakan menjadi bahan bakar transportasi dan alat
kehidupan sehari-hari lainnya sehingga terkikis dalam jumlah yang besar dan untuk
menanggulangi kehilangan sumber bahan bakar maka dilakukan penelitian sumber
bahan bakar lainnya yang dapat menjadi alternatif bahan bakar fosil. Alga adalah salah
satu energi terbarukan yang dapat dijadikan alternative biofuel dan akan dibahas
didalam makalah ini lebih lanjut tentang alga sebagai sumber bahan bakar.
1.2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca mengenai bioteknologi
biofuel alga. Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami
peranan bioteknologi dalam kehidupan, terutama dalam bidang industri biofuel alga.
BAB II
MATERI
2.
3.
4.
Bioteknologi telah dikaitkan dengan sektor medis dan farmasi sektor. Namun,
telah menunjukkan bahwa penerapan bioteknologi untuk sektor manufaktur seperti
kimia dan plastik, tekstil dan kulit, dan sektor pengelolaan limbah berbahaya, bisa
memberikan keuntungan produktivitas dan proses yang lebih efisien dan lebih cepat
aksesnya ke konsumen.
Biokatalisis
: Menggunakan biologis berasal dari enzim untuk
menggantikan bahan kimia industri katalis.
2.
Bioproses
: Mengganti proses konvensional kimia dengan proses
biologi. Aplikasi ini adalah sebagai sintesis organik obat obatan dan mikroba
desulfurisasi bahan bakar diesel.
3.
besar dari metabolisme alga dan reaksi terhadap kondisi pertumbuhan akan
menginformasikan penelitian lebih lanjut. Teknik rekayasa genetika saat ini digunakan
dalam bioteknologi tanaman dan mikroba, termasuk biologi sintetik dan rekayasa
metabolik, kemudian digunakan untuk memungkinkan alga untuk lebih diduga
memproduksi lipid yang diinginkan untuk menghasilkan biofuel, alkohol, protein, enzim
dan molekul lainnya, atau karbohidrat yang kaya biomassa untuk bioproses.
Penelitian bioteknologi penting, tidak hanya dalam tahap awal pengembangan
biofuel alga, tetapi juga dalam mengoptimalkan strain alga untuk rekayasa mekanik dan
pengolahan kebutuhan produksi biofuel. Strain alga yang digunakan dalam proses
industri harus sesuai panen dan persyaratan molekul pemulihan (seperti panas tinggi
dan tekanan yang digunakan dalam pemisahan mekanik) yang mungkin tidak alami
sifat.
Biofuel adalah bahan bakar atau sumber energi yang berasal dari bahan organik
yang dibuat dari tumbuhan maupun hewan. Biofuel mempunyai sifat dapat
diperbaharui, artinya bahan bakar ini dapat dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang
bisa ditumbuhkan atau dibiakkan. Salah satunya adalah alga yang dapat menghasilkan
lipid dan karbohidrat untuk dijadikan sumber energi seperti bioetanol dan biodiesel
(Bachtiar, 2007).
Kebanyakan alga merupakan organisme bersel tunggal yang tumbuh baik di
laut (air asin) atau lingkungan air tawar. Kebanyakan strain fotosintesis dan merupakan
tanaman tercepat di dunia berkembang. Seperti tanaman lain, mereka mengkonversi
sinar matahari, air, CO2, dan nutrisi lainnya menjadi energi dan biomassa dan
melepaskan sejumlah besar oksigen ke atmosfer. Sejumlah strain alga dan organisme
laut memperoleh energi dari karbon organik, bukan karbon atmosfer (melalui
fotosintesis). Ada lebih dari 65.000 species alga, termasuk varietas yang berbeda
seperti merah, hijau, coklat, dan biru-hijau (cyanobacteria).
Sebagai negara kepulauan terbesar dengan luas lautan tiga per empat dari luas
daratan, dan bertambah panjangnya garis pantai tersebut, Indonesia mempunyai
potensi yang sangat besar dalam pengembangan Biodiesel yang menggunakan
bahan baku mikroalga sebagai jawaban dari salah satu isu yang berkembang di
dunia saat ini adalah melakukan berbagai upaya untuk menemukan sumber
energi alternatif yang terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi di masa
depan. Energi alternatif baru juga dikembangkan untuk mengurangi pengaruh
terhadap lingkungan akibat pemakaian bahan bakar fosil. Menurut World Energy
Council (WEC) biomassa dan energi surya diperkirakan akan menjadi sumber daya
primer yang dominan. Di antara sumber energi yang dapat diperbaharui tersebut,
biomassa mempunyai potensi terbesar dan akan berperan penting di masa yang
akan datang [Maniatis, 1998]. Selain itu, biomassa merupakan sumber energi yang
relatif langsung bisa dikonversi menjadi bahan bakar sehingga dapat untuk
mensubtitusi atau menggantikan pemakaian bahan bakar fosil sebagai sumber
energi
.
Biomassa merupakan material organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau
hewan, dapat berupa kayu, sisa hasil hutan dan pertanian, sisa industri, ataupun
dari ekskresi manusia dan juga hewan. Alga merupakan salah satu sumber energi
biomassa yang dapat dikembangkan di Indonesia. Sebagai salah satu sumber
energi biomassa potensial, alga dapat dikonversi menjadi bahan bakar yang dapat
mensubtitusi pemakaian energi fosil sebagai sumber energi. Bahan bakar tersebut
adalah biodiesel. Melalui proses transesterifikasi dengan katalis basa, alga dapat
dikonversi menjadi biodiesel.
Pengembangan biodiesel di Indonesia diharapkan dapat mensubtitusi impor BBM di
mana konsumsi bahan bakar diesel pada tahun 2002 mencapai 24,2 juta liter, dan
40% merupakan impor [US Embassy, 2004]. Selain itu, pengembangan biodiesel
diharapkan dapat meningkatkan keterjaminan pasokan energi dan menyehatkan
1. Biodiesel dapat digunakan pada semua motor diesel tanpa diperlukan modifikasi.
80% solar biasa disebut dengan B20. B20 menjadi bahan bakar alternatif yang
populer karena menurunkan emisi dan mempunyai harga yang terjangkau.
3. Biodiesel
mengurangi
emisi
tanpa
mengorbankan
unjuk
kerja
dan
efisiensi. Biodiesel B20 dapat mengurangi partikel sebanyak 30%, CO 2 sebanyak
21%, dan hidrokarbon total sebanyak 47%.
Biodiesel murni (100%) memiliki beberapa keunggulan yaitu :
- Menurunkan emisi CO2 sampai 100%.
- Menurunkan emisi SO3 sampai 100%.
- Menurunkan emisi CO antara 10-50%.
- Menurunkan emisi HC antara 10-50%.
- Menurunkan emisi hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs) sampai 75%.
umur
mesin
motor
diesel
karena
efek
6. Biodiesel mempunyai angka setana 10-15 lebih tinggi dari solar, menyebabkan
pembakaran yang cepat, motor bekerja lebih halus dan tidak berisik. Angka setana
yang tinggi juga mengurangi terjadinya detonasi pada motor diesel.
7. Biodiesel memiliki flash point yang lebih tinggi daripada solar sehingga mudah
dalam penyimpanan.
Kebutuhan biodiesel yang besar otomatis akan membutuhkan bahan baku yang
besar pula.Kriteria bahan baku yang dibutuhkan adalah mudah tumbuh, mudah
dikembangkan secara luas, dan mengandung minyak nabati yang cukup
besar. Berikut adalah pemaparan kelebihan alga sebagai bahan baku biodiesel.
Alga mengandung minyak nabati hingga 75%
Salah satu alasan utama mengapa alga digunakan menjadi biodiesel adalah
kandungan minyak nabati pada alga jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan
bahan baku biodiesel lain seperti kacang kedelai, kapas, jatropha dan lain-lain.
Dengan lebih tingginya kandungan minyak nabati pada alga dibanding dengan
tumbuhan lain maka kebutuhan lahan untuk produksi biodiesel dari alga juga lebih
sedikit. Berikut adalah gambaran kebutuhan lahan untuk produksi biodiesel.
Alga merupakan jenis tumbuhan yang paling cepat tumbuh di alam
Jagung atau tanaman pertanian lain membutuhkan waktu hingga setahun untuk
tumbuh, sementara alga dapat tumbuh dalam beberapa hari. Waktu panen alga
yang cepat dapat menghasilkan yang lebih efisien dengan jangka waktu yang lebih
singkat dalam area yang lebih kecil jika dibandingkan dengan tumbuhan lain.
Alga mengkonsumsi karbon dioksida ketika tumbuh, sehingga dapat mengurangi
pencemaran lingkungan
Ketergantungan akan BBM mengakibatkan peningkatan kandungan CO 2 di atmosfer.
Dengan memanfaatkan alga yang mengkonsumsi CO 2 untuk menghasilkan minyak,
biodiesel dapat diproduksi secara efisien sementara mengurangi penambahan
CO2 ke atmosfer.
Sumber pertumbuhan alga mudah diperoleh
Agar dapat tumbuh dengan baik alga hanya membutuhkan beberapa sumber dasar
yaitu: CO2, air, cahaya matahari dan nutrien. Cahaya matahari dapat diperoleh
hampir sepanjang tahun, ketika malam maka dapat digunakan lampu untuk
menggantikan cahaya matahari. Karbon dioksida dapat diperoleh dalam konsentrasi
tinggi dari power plant dan proses industri sebagai gas buangan. Alga dapat
tumbuh di kebanyakan sumber air dengan variasi tingkat pH. Alasan ini menjadi
salah satu kelebihan alga karena alga tidak perlu bersaing dengan manusia atau
tumbuhan pertanian lain dalam mengkonsumsi air bersih.
Permintaan atau kebutuhan biofuel di indonesia
Biodiesel merupakan bahan bakar nabati terbarukan yang nantinya dapat
digunakan untuk mensubstitusi dan bahkan menggantikan solar. Jenis bahan bakar
ini tidak mengandung sulfur dan senyawa benzena yang bersifat karsinogenik
sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah
ditangani dibandingkan dengan solar.
Dengan semakin tingginya harga minyak bumi serta jumlahnya yang semakin
menipis sudah saatnya apabila Indonesia mulai mengembangkan biodiesel, baik
untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor. Sampai saat ini, telah
dikembangkan beberapa metode untuk menghasilkan biodiesel dari sumber nabati
seperti minyak sawit, minyak jarak, dan biomassa. Saat ini bahan yang paling
banyak digunakan untuk membuat biodiesel adalah minyak sawit.
Menurut data historis mengenai permintaan bahan bakar solar untuk ADO
(Automotive Diesel Oil) dari tahun 1998 sampai 2003, terjadi kenaikan akan
permintaan terhadap solar dari tahun 1998 hingga tahun 2003 (lihat di lampiran).
Dari data historis yang ada (lihat di lampiran) terlihat bahwa penawaran terhadap
ADO cenderung konstan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan kapasitas produksi
dari produsen solar di Indonesia cenderung tidak mengalami peningkatan,
sedangkan permintaan akan ADO setiap tahunnya mengalami kenaikkan sekitar
10% dan menimbulkan adanya selisih permintaan-penawaran yang semakin besar
tiap tahunnya. Untuk memenuhi kebutuhan ADO dipasaran, maka dilakukan impor
dari luar negeri setiap tahunnya. Peningkatan akan permintaan ADO dikarenakan
meningkatnya jumlah kendaraan dan tumbuhnya sektor industri. Penggunaan
Biodiesel bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi ketergantungan
Indonesia untuk mengimpor solar dari luar negeri.
Dari data permintaan ADO sampai tahun 2003 ini, tampak bahwa permintaan akan
ADO ini cenderung mengalami kenaikan tiap tahunnya. Jumlah kebutuhan biodiesel
sendiri sangat besar di dalam negeri dan luar negeri. Indonesia menargetkan dapat
mensubtitusi 10% dari kebutuhan ADO oleh biodesel sesuai dengan targetan
pemerintah yang dituangkan dalam Perpres No. 5 Tahun 2006 dan Inpres No. 1
Tahun 2006. Perkirakan pemakai solar per tahun akan meningkat hingga mencapai
nilai rata-rata sebesar 35.000.000 ton pertahun bahkan lebih. Apabila memakai
10% biodiesel maka dibutuhkan total supply biodiesel 3.500.000 ton/tahun.
Sementara kemampuan produksi biodiesel pada 2007 baru sebesar 1.625.000
ton/tahun.
Kebijakan tentang penggunaan biofuel sebagai bahan bakar dituangkan dalam
Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional yakni
sebesar 5% untuk menggantikan bahan bakar premium pada tahun 2025. Kebijakan
ini memberikan prospek yang cerah bagi industri biodiesel untuk berkembang di
Indonesia.
Secara ekonomis penggunaan biodiesel sangat feasible mengingat estimasi
kebutuhan solar pada tahun 2007 menurut catatan Dirjen Perhubungan Darat
Iskandar Abu Bakar sebesar 30,40 juta liter per tahun. Lalu pada tahun 2010 angka
ini diperkirakan melonjak ke 34,89 juta liter.
Bahan Baku
Alga merupakan organisme yang tidak hanya terbatas pada salah satu spesies
ataupun genus. Karakteristik dari suatu alga dibedakan berdasarkan laju
pertumbuhan, jangkauan toleransi temperatur, kebutuhan nutrisi, ketahanan
keseluruhan, yield produk, kerentanan terhadap perubahan baik rekayasa genetika
atau penanaman selektif. Alga yang digunakan sebagai bahan baku biofuel idealnya
memiliki kandungan lipid atau minyak tinggi dengan laju pertumbuhan yang tinggi
dan kemampuan untuk tumbuh di bawah kondisi temperatur ekstrem dan kehadiran
spesies lain yang tidak memiliki nilai komersial.
Mikroalga merupakan organisme bersel satu yang memiliki kecenderungan berada
dalam kepadatan konsentrasi tertentu. Alga memiliki kecenderungan untuk
menghasilkanpolyunsaturated fatty acids dalam jumlah cukup besar. Senyawa ini
dapat mengurangi kestabilan biodiesel yang dihasilkan, tetapi memiliki titik leleh
yang rendah sehingga pada cuaca dingin, senyawa ini dapat memberikan
keuntungan pada biodiesel yang digunakan.
Pada dasarnya, mikroalga membutuhkan tiga komponen dasar untuk berkembang
biak, yaitu sinar matahari, karbondioksida, dan air. Mikroalga dapat tumbuh dalam
jangkauan kondisi yang cukup luas, dengan kata lain mikroalga dapat tumbuh
dimana saja di planet ini. Hal ini menjadikan mikroalga memiliki keunggulan dalam
mencari area untuk tumbuh. Mikroalga dapat ditemukan baik di ekosistem air tawar
maupun air laut.
Salah satu mikroalga yang potensial untuk diolah lebih lanjut menjadi biodiesel
adalah Chlorella Vulgaris. Chlorella Vulgaris termasuk alga mikro karena ukuran
tubuhnya sangat renik dari 0,2 m hinga 0,02 cm (10-6 - 10-4 m). Untuk melihat
wujudnya dengan jelas diperlukan mikroskop elektron. Tidak semua jenis alga mikro
hidup sebagai fitoplankton, tetapi semua jenis fitoplankton bisa digolongkan ke
dalam alga mikro. Tumbuhan mikroskopis bersel tunggal dan berkoloni ini terdiri
atas 30.000 spesies. Habitatnya di atas permukaan air, di kolom perairan, atau
menempel di dasar dan permukaan lain dalam perairan.
Dibanding sumber nabati lain, Chlorella Vulgaris merupakan salah satu ganggang
yang paling ekonomis untuk menghasilkan biodiesel. Sebab ganggang hijau ini kaya
karbohidrat, tak memerlukan perawatan khusus, dan mudah tumbuh. Anggota
famili Chlorophyeceae itu kaya karbohidrat yang penting dalam pembuatan
biodiesel. Kadar karbohidratnya 29-31% setara karbohidrat dalam singkong.
Singkong berkadar pati 23% sehingga untuk menghasilkan seliter bioetanol perlu
6,5 kg. Dengan bahan baku Chlorella Vulgaris, jumlah biodiesel yang dihasilkan 100
kali lipat, karena pemanenan dapat dilakukan berkali-kali.
Teknologi Proses
Dalam proses pembuatan biodiesel dengan bahan baku mikro alga kami ada
beberapa tahapan proses yang harus dilakukan yaitu proses pembudidayaan alga,
proses pemanenan alga, proses ekstraksi minyak alga, dan terakhir proses
transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel.
a.
Proses Kultivasi
Untuk proses kultivasi alga, ada dua metode yang dapat dipilih yaitu menggunakan
open pond (kolam terbuka) dan fotobioreaktor. Penggunaan fotobioreactor
(PBR) lebih menguntungkandibandingkan dengan sistem kolam terbuka. Hal ini
disebabkan karena beberapa keunggulan PBR dibandingkan sistem kolam yaitu:
Produktivitas lebih tinggi
Mencegah dan mengurangi kontaminasi
Adanya proses pencahayaan dan pengadukan memberikan hasil yang lebih baik
Kondisi pertumbuhan dapat dikontrol selalu (pH, pencahayaan, karbondioksida,
temperature)
Mencegah penguapan air
Menghasilkan konsentrai sel yang lebih tinggi
b.
Proses Harvesting
Pemanenan alga merupakan faktor utama yang harus diatasi dalam tujuan
penggunaan mikroalga sebagai sumber bahan bakar. Permasalahannya adalah,
pengembangbiakan mikroalga memiliki kepekatan yang encer, biasanya kurang dari
500 mg/l dalam basis massa organik kering, dan memiliki ukuran sel yang sangat
kecil. Untuk memproses mikroalga menjadi biodiesel, mikroalga harus dijadikan ke
dalam bentuk pasta terlebih dahulu, yaitu sekitar 15% padatan.
Teknik-teknik
seperti flocculation, microstraining,
filtering,
sedimentation, dancentrifugation biasa digunakan untuk pemanenan mikroalga.
Teknik-teknik ini dapat dikombinasikan, bergantung pada ukuran mikroalga dan
kualitas produk yang diinginkan, untuk menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi.
Chemical flocculation dan bioflocculation dilakukan untuk menghasilkan densitas
massa
mikroalga
yang
lebih
mudah
untuk
dipindahkan.
Dalam
teknik bioflocculation, mikroalga mulai membentuk kumpulan atau koloni alga
dalam kondisi tertentu pada sistem yang timbul. Selain itu, bioflocculation dapat
didorong dengan menggunakan biakan mikroba non-alga. Dalamchemical
flocculation, bahan kimia seperti ferric chloride, aluminium sulfate, ferric sulfate,
polymeric flocculants, chitosan digunakan untuk membentuk formasi koloni alga.
Kekurangan dari metode ini adalah biaya pengadaan bahan kimia yang digunakan.