Anda di halaman 1dari 10

Potensi Mikroalga Skeletonema costatum, Chlorella vulgaris, dan Spirulina

platensis sebagai Bahan Baku Biodiesel

Nurlita Abdulgani
Aguk Zuhdi M F
Sukesi

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan karbohidrat, protein dan


lemak dari berbagai jenis alga yang berpotensi untuk dibudidayakan serta jenis-jenis
alga yang mempunyai kandungan lemak tinggi dan pertmbuhannya cepat sehingga
dapat direkomendasi sebagai feedstock biodiesel dari alga.
Penentuan kadar lemak dengan Metode Soxhlet (SII 2453-90), penentuan
kadar Karbohidrat dengan penetapan kadar glukosa standar untuk, dan penentuan
kadar protein dengan Metode Semimikro Kjedahl. Karakteristik pertumbuhan alga
yang diamati adalah doubling time (waktu generasi), pertumbuhan relatif, dan waktu
mencapai puncak populasi, yang menetukan lamanya waktu pemanenan.Kandungan
lemak tertinggi terdapat pada Skeletonema costatum yaitu 7,42%, kandungan
karbohidrat tertinggi juga pada Skeletonema costatum yaitu 21,32%, dan kandungan
protein tertinggi pada Spirulina platensis yaitu 48,09%. Laju pertumbuhan relatif
tertinggi adalah pada pada S. Costatum,dengan rata-rata laju pertumbuhan relatif
sebesar 3,2764. Walaupun demikian C. vulgaris dan S. Platensis memiliki daya
adaptasi yang cepat terhadap lingkungan kultur yang baru, dapat dilihat dari besarnya
nilai laju pertumbuhan relatif pada hari 1 yang cukup tinggi, C. vulgaris 1.0038 dan S.
Platensis 2.305127. Pertumbuhan populasi S. costatum pada fase ini menunjukkan
duobling time (waktu generasi) yang paling singkat yaitu 0,340 hari dibandingkan
populasi Chlorella vulgaris ( 1,76 hari) dan Spirulina platensis (3,29 hari). Waktu
mencapai puncak populasi S. platensis 4 hari, C. vulgaris 3 hari dan yang waktu
panennya tercepat adalah S. Costatum yaitu 1,625 hari (39 jam). Berdasarkan
karakteristik pertumbuhan populasinya serta komponen utama yang dikandungnya
maka Skeletonema costatum, Chlorella vulgaris, dan Spirulina platensis dapat
digunakan sebagai bahan baku biodiesel.

PENDAHULUAN menikmati keuntungan, tragisnya


Kondisi produksi minyak pemerintah harus impor minyak, karena
Indonesia akhir-akhir ini sangat produksi minyak Indonesia kurang dari 1
memprihatinkan. Sebaliknya pada saat juta barel perhari. Penurunan produksi
produksi yang sangat terpuruk justru sekitar 30% dimana sebelum tahun 1999
harga minyak dunia melambung tinggi. produksi minyak Indonesia sebesar 1.4
Tidak hanya sekedar tidak bisa juta barel perhari (Kurtubi, 2004). Disisi
lain kebutuhan bahan bakar minyak beberapa jenis, diantaranya yaitu
meningkat sangat tajam, pertumbuhan Chlorella, Skeletonema costatum,
konsumsi bahan bakar meningkat sangat Tetraselmis, Dunaliella, Chaetoceros,
cepat hingga mencapai diatas 10% dan Spirulina (Isnansetyo dan
(Rahayuningsih,2005). Kurniastuty, 1995).
Untuk mengatasi keadaan ini Menurut Sheehan dkk (1998)
perlu segera dicari sumber energi dari departemen energi Amerika Serikat,
alternatif yang dapat diperbaharui ada 3 komponen zat utama yang
sehingga ketergantungan kepada sumber terkandung dalam alga, yaitu (1)
energi minyak bumi dapat dikurangi. Karbohidrat, (2) Protein, dan (3)
Salah satu sumber energi alternatif yang Triacyglycerols. Karbohidrat dapat
paling sesuai dengan kondisi wilayah difermentasikan menjadi alkohol, protein
Indonesia adalah biodiesel. Biodiesel dapat diolah menjadi produk makanan
dipromosikan sebagai salah satu energi dan kecantikan, dan Triacyglycerols
alternatif pengganti BBM (terutama dapat diubah fatty acid. Kombinasi dari
sebagai pengganti minyak diesel). pemanfaatan 3 komponen diatas dapat
Beberapa penelitian telah dilakukan menghasilkan makanan ternak.
untuk mencari alternatif bahan baku Asam lemak merupakan produk
biodiesel. Pada penelitian tersebut dari alga yang berupa minyak nabati.
berhasil mengembangkan biodiesel dari Alga mengandung minyak nabati yang
berbagai bahan baku diantaranya adalah sangat besar. Menurut Briggs (2004),
biodiesel dari minyak jelantah, minyak alga mengandung minyak lebih dari 50%
goreng, CPO (crude palm oil), minyak beratnya. Salah satu jenis alga yang
jarak kepyar dan minyak jarak pagar diteliti oleh Sheehan dkk (1998)
(Zuhdi dan Sukardi, 2005). kandungan minyaknya bahkan dapat
Dari berbagai alternatif sumber mencapai lebih dari 50%. Minyak nabati
energi yang ada alga berpotensi menjadi dapat digunakan sebagai bahan baku
bahan baku biodiesel yang sangat pembuatan biodiesel (Rahayu, 2005;
menjanjikan. Indonesia merupakan Zuhdi, 2004; Zuhdi dkk, 2003; Zuhdi,
negara kepulauan yang sangat besar 2002; Rahman, 1995; La Puppung,
dengan jumlah pulau 17.508 dan garis 1986).
pantai lebih kurang 81.000 kilometer. Mikroalga adalah jasad renik
Spesies alga di Indonesia sangat banyak yang termasuk tumbuhan bersel tunggal,
dan untuk menentukan jenis alga berkembangbiak sangat cepat dengan
tersebut tidaklah gampang, oleh karena daur hidup relatif pendek (Panggabean,
itu perlu pemilihan jenis alga yang 1998). Alga mikroskopis biasa disebut
kandungan fatty acidnya cukup tinggi. dengan phytoplankton yang merupakan
Ada dua hal penting berkaitan dengan sumber rantai makanan dilaut. Alga
jenis alga yang mempunyai fatty acid mikroskopis berfotosintesis seperti
yang tinggi yaitu berkaitan dengan tanaman tingkat tinggi. Alga ini secara
keuntungan produksi, dan yang kedua biokimia dapat memanfaatkan CO2,
yaitu karakteristik dari minyak alga.
seperti tanaman daratan, dengan adanya
Mikroalgae yang berpotensi untuk
enzim Rubisco (Ribulose 1.5. carboxylic
dibudidayakan baik sebagai pakan alami
biphosphate). Sintesa biologis dari gula
di bidang perikanan maupun sebagai
dan lemak diawali dari Siklus Calvin.
sumber energi alternatif baru terdapat
Enzim Carboxylic Acetylcoenzyme A mendapatkan sampel alga untuk
(ACCase) merupakan peran kunci, dianalisa kandungan utamanya, yaitu
khususnya pada Diatom dalam sintesis karbohidrat, protein, dan lemak
triglyserid atau triacylglycerol (TAGSs) Kultur skala semi masal
molekul yang ditemukan untuk produksi dilakukan pada aquarium volume 30
biodiesel. Penelitian NREL yang liter. Air laut steril dengan salinitas
pertama menemukan keberadaan enzim tertentu dimasukkan ke dalam aquarium
ini di Diatom (Sheenan dkk, 1998 dan sebanyak 27 liter. Setelah itudan
Danielo, 2005). dipupuk dengan pupuk Conway.
Keberadaan karbondioksida dan Pencahayaan diberikan dengan
sinar matahari yang cukup sangat menggunakan lampu TL selama 24 jam.
mendukung pertumbuhan alga. Aerasi juga diberikan secara terus-
Organisme fotosintesis mikroskopik ini menerus dan dijaga agar tidak mati.
dapat tumbuh cepat, sehingga Setelah mencapai masa puncak populasi
memungkinkan dapat dipanen dalam (2 hari) Skeletonema costatum dipanen
beberapa hari, hal inilah yang tidak dengan menggunakan saringan dengan
dapat dilakukan pada sayuran atau diameter lubang 30 µm.
gandum (Danielo, 2005). Indonesia Prosedur kultur skala semi masal
mempunyai perairan dangkal yang luas Spirulina sp. sama dengan kultur pada
dengan sinar matahari yang cukup Skeletonema costatum. Prosedur kultur
sepanjang tahun, sehingga sangat besar skala semi masal untuk Chlorella sp.
kemungkinanya untuk membudidayakan juga sama, namun pupuk yang
alga. digunakan berbeda. Pupuk yang
digunakan untuk kultur skala semi masal
Dari berbagai keuntungan yang
Chlorella sp. yakni pupuk Walne.
dimiliki alga mempunyai potensi besar
untuk dikembangkan sebagai bahan baku
biodiesel, namun perlu dilakukan 2. Uji Laboratorium
penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu Penentuan kadar Karbohidrat
penelitian dilakukan untuk mengetahui
kandungan karbohidrat, protein dan Penetapan kadar glukosa untuk
lemak dari berbagai jenis alga yang sampel dilakukan dengan prosedur yang
berpotensi untuk dibudidayakan dan sama dengan penetapan kadar glukosa
jenis-jenis alga mana yang mempunyai standar. Sebanyak 10 mg alga dilarutkan
kandungan lemak yang tinggi dan dalam 100 mL aquades, dimasukkan ke
pertmbuhannya cepat sehingga dapat dalam tabung reaksi. Kemudian dipipet 1
direkomendasi sebagai feedstock mL larutan alga lalu ditambahkan
biodiesel dari alga. dengan cepat 3 mL pereaksi Anthrone ke
dalam tabung reaksi. Tabung reaksi
ditutup dan larutan dicampur merata.
METODE PENELITIAN Tabung reaksi tersebut kemudian
1. Perbanyakan/Kultur Alga ditempatkan dalam penangas air 100oC
selama 12 menit dan didinginkan cepat
Kultur semi massal dilakukan di
dengan air mengalir. Larutan
Laboratorium Terapan Program Studi
dimasukkan dalam kuvet, dibaca
Biologi Institut Teknologi Sepuluh
absorbansinya pada panjang gelombang
Nopember. Kultur ini dilakukan untuk
625 nm dan dianalisis kadar glukosa Bibit Skeletonema costatum
sampel dari kurva standar. sebanyak 10.000 sel/mL tersebut
dimasukkan ke dalam botol erlenmeyer
Kadar karbohidrat dapat dihitung dengan ukuran 500 mL yang telah berisi air laut
rumus sbb: steril dan telah dipupuk dengan
menggunakan pupuk Conway.
Kadar karbohidrat = kadar gula x 10/9 Demukian pula dengan bibit Spirulina
sp. sebanyak 20.000 sel/mL. Kemudian
Penentuan Kadar Protein (Metode masing-masingdikulturkan ruangan
Semimikro Kjedahl) bersuhu sekitar 22oC dengan
pencahayaan lampu TL 40 watt serta
Cuplikan ditimbang sebanyak 0,1
diberi aerasi secara terus-menerus.
gr dan dimasukkan dalam labu Kjedahl
Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali.
100 mL. Kemudian ditambahkan 2 gr
Pengamatan dilakukan setiap 3 jam
katalis dan 2,5 mL H2SO4 pekat.
sekali selama 3 hari karena pertumbuhan
Dipanaskan di atas penangas air selam 1
Skeletonema costatum yang relatif cepat.
jam, dibiarkan dingin. Dimasukkan
Perhitungan sel Skeletonema costatum
dalam labu destilasi ditambahkan 15 mL
dilakukan dengan menggunakan
NaOH 50% dan 10 mL aquades.
sedgwick rafter di bawah mikroskop
Didestilasi sampai 10 mL destilat dan
dengan bantuan hand colony counter.
ditampung dalam labudestilat yang telah
Bibit Chlorella vulgaris
berisi 10 mL larutan asam borat 2%
sebanyak 20.000 sel/mL dimasukkan ke
yang telah dicampur indikator campuran
dalam botol erlenmeyer ukuran 500 mL
Bromkresol hijau dan metil merah,
yang telah berisi air laut steril dan telah
dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N.
dipupuk dengan menggunakan pupuk
Penentuan Kadar Lemak Metode Walne. Kemudian pengkulturan dan
Soxhlet (SII 2453-90) pengamatan sama dengan kedua spesies
yang lain.
Cuplikan sebanyak 1 gr
dibungkus dalam selongsong kertas yang 4. Analisis data
di alasi dengan kapas kemudian
selongsing kertas berisi cuplikan tersebut Karakter pertumbuhan algae
disumbat dengan kapas, dikeringkan dianalisa dengan Kurva pertumbuhan
dalam oven pada suhu tidak lebih dari mikroalga yang dibuat berdasarkan data
80oC selama kurang lebih 1 jam lalu yang didapatkan persatuan waktu. Dari
dimasukkan dalam alat soxhlet yang data tersebut dapat diperhitungkan waktu
telah dihubungkan dengan labu lemak generasi (generated/doubling time) dan
berisi batu didih yang telah dikeringkan pertumbuhan relatif berbagai jenis
dan telah diketahui bobotnya. mikroalgae hasil kultur. Rumus
Selanjutkan diekstrak dengan heksana pendugaan waktu generasi adalah
selama kurang lebih 6 jam. Ekstrak G= t log 2
lemak dikeringkan dalam oven pada Log b-Log B
suhu 105oC. Didinginkan dan ditimbang.
Keterangan : G : generated time
t : waktu (hari)
3. Pembuatan Kurva Populasi
b : jumlah kepadatan plankton pada baru. Hal ini dapat dilihat dari besarnya
akhir pengamatan nilai k (laju pertumbuhan relatif) pada
hari 1 yang cukup tinggi, C. vulgaris
B : jumlah kepadatan plankton pada
1.0038 dan S. Platensis 2.305127.
awal pengamatan
Menurut Sutomo (2005), pada awal
pertumbuhan nilai laju pertumbuhan
Sedangkan rumus pertumbuhan relatif yang tinggi menunjukkan
relatif adalah : mikroalga cepat memiliki daya adaptasi
terhadap lingkungan kultur yang baru
k = ln Nt - ln No dan menunjukkan bahwa alga tersebut
t mengalami daya adaptasi yang cukup
singkat dan langsung tumbuh dengan
(Phatarpekar et al., 1999) cepat.
Keterangan : Hasil pengamatan pertumbuhan
Nt : jumlah sel setelah periode waktu t berupa kurva pertumbuhan populasi 3
(puncak) spesies alga dapat dilihat pada gambar 2,
3, 4. Grafik pertumbuhan populasi
No: jumlah sel yang diinokulasikan pada
fitoplankton/alga mikroskopik
waktu t =0
mempunyai 4 fase pertumbuhan yang
t : waktu (hari) berbeda, yaitu fase lag, fase log, fase
k : pertumbuhan relatif stasioner, dan fase kematian (Isnansetyo
dan Kurniastuty, 1995). Berdasarkan
kurva pertumbuhan pada gambar 2, 3, 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN terlihat bahwa S. costatum mempunyai
1. Karakteristik Pertumbuhan fase eksponensial/fase log dengan
Skeletonema costatum, Spirulina peningkatan laju pertumbuhan yang
platensis, dan Chlorella vulgaris tajam 12 sampai 39 jam dengan
kenaikan kepadatan populasi 14.790
Persyaratan sebagai alga yang sel/ml menjadi 428050 sel/ml. Hal ini
berpotensi biodiesel selain kandungan ditunjukkan dengan hasil penghitungan
lemak yang tinggi adalah karakteristik doubling time (waktu generasi) dari
pertumbuhannya yang menetukan pertumbuhan populasi ketiga jenis
lamanya waktu pemanenan. spesies alga tersebut, yaitu waktu
Karakteristik pertumbuhan alga yang generasi yang paling rendah merupakan
diamati adalah doubling time (waktu waktu tersingkat yang dibutuhkan satu
generasi), pertumbuhan relatif, dan (generasi) populasi untuk tumbuh
waktu mencapai puncak populasi. menjadi 2 kali lipat atau generasi
Berdasarkan hasil pengamatan selanjutnya. . Pertumbuhan populasi S.
pertumbuhan populasi sel pada tabel 1 costatum pada fase ini menunjukkan
dan 2, menunjukkan bahwa laju duobling time (waktu generasi) yang
pertumbuhan relatif tertinggi adalah paling rendah yaitu 0,340 hari
pada pada S. Costatum,dengan rata-rata dibandingkan populasi Chlorella
laju pertumbuhan relatif sebesar 3,2764. vulgaris ( 1,76 hari) dan Spirulina
Walaupun demikian C. vulgaris dan S. platensis (3,29 hari).Hal ini
Platensis memiliki daya adaptasi yang menunjukkan bahwa S. Costatum
cepat terhadap lingkungan kultur yang membutuhkan waktu yang singkat untuk
untuk tumbuh menjadi 2 kali lipat Tabel 2. Pengamatan pertumbuhan rata-
menjadi generasi selanjutnya. rata populasi sel Spirulina
platensis dan Chlorella
Tabel 1. Pengamatan pertumbuhan rata-
vulgaris dalam skala
rata populasi sel Skeletonema
laboratorium
costatum dalam skala
laboratorium Jenis Mikroalga
Spirulina
Waktu Jumlah Chlorella vulgaris platensis
(jam) (sel/ml) k Jumlah Jumlah
Hari (sel/ml) k (sel/ml) k
0 10000 0 0 100000 0 20000 0
3 10620 0.6729 1 205000 1.0038 103970 2.305127
2 211167 0.522647 143140 1.37611
6 12430 12,168
3 312500 0.531139 158400 0.9646
9 13410 1.0941 4 195000
*
0.23347 168530 0.74514
*
12 14790 1.0945 5 156860 0.57604
K rerata 0.685862 K rerata 1.347755
15 91840 4.9615
18 152850 5.0844
21 220370 4.9428 * = puncak kepadatan sel mikroalga
24 284500 4.6821
27 329060 4.3428 kurv a pe rtumbuhan Skeletonema costatum

30 368000 4.0336 450000

33 396830 3.7436 400000


350000
36 423850 3.4931 300000
jumlah sel

39 428050* 3.2329 250000


200000
K rerata 3.2764 150000
100000

50000
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

• = puncak kepadatan sel w ak tu (jam )

mikroalga
Gambar 2. Kurva Pertumbuhan populasi
Skeletonema costatum

kurva pertumbuhan spirulina

200000

150000
jumlah sel

100000

50000

0
0 2 4
hari 6 8

Gambar 3. Kurva pertumbuhan populasi


Spirulina platensis
Kurva Pertum buhan Chlorella sp.

350000
dilakukan pada BBRBAP Jepara. Dalam
300000 skala industri C. vulgaris dan S.
250000
platensis ini telah produksi dan dikenal
jumlah sel

200000

150000 secara luas sebagai suplemen makanan


100000
50000
kesehatan. Menurut Sutomo (2005)
0 Chlorella sp mampu tumbuh dalam
0 1 2 3 4 5
hari
kepadatan sel tinggi mampu bertahan
dengan kondisi nutrien yang terbatas,
sehingga usaha budidayanya lebih
mudah. Sedangkan S. Costatum
Gambar 4. Kurva Pertumbuhan populasi merupakan kelompok Diatom yang
Chlorella vulgaris melimpah di perairan laut Indonesia, hal
Tabel 3. Karakteristik pertumbuhan ini menun jukkan bahwa spesies dapat
berbagai jenis mikroalga tumbuh dengan baik pada kondisi
lingkungan perairan di Indonesia dan ini
merupakan kondisi yang sangat
N Jenis Doublin Waktu Laju mendukung usaha budidayanya.
o g time pertumb
mikroalgae mencapai
(hari) uhan
puncak Hal yang menentukan suatu
1 Skeletonema 0,340 1,625 hari 3,2764
spesies alga dapat digunakan sebagai
. costatum bahan baku biodisel adalah laju
pertumbuhannya yang sangat tinggi dan
2 Spirulina 3,29 4 hari 1,3477
. platensis
kandungan lemak atau minyaknya yang
tinggi. Hasil uji kadar protein uji kadar
3 Chlorella 1,76 3 hari 0,6858 lemak , dan kadar glukosa pada masing-
. vulgaris
masing jenis mikroalgae yang berpotensi
Tabel 3 menunjukkan untuk dimanfaatkan sebagai biodiesel
karakteristik pertumbuhan 3 jenis kultur dapat dilihat pada Tabel 8.
mikroalgae yang berpotensi untuk
digunakan sebagai biodiesel meliputi
waktu generasi, pertumbuhan relatif, dan Tabel 8. Rata-rata kandungan lemak,
waktu mencapai masa puncak. Pada saat protein, dan karbohidrat pada
mencapai puncak populasi, populasi Skeletonema costatum,
mikroalga mencapai kepadatan sel yang Spirulina platensis, dan
tertinggi. Pada tabel ini terlihat bahwa Chlorella vulgaris
waktu mencapai puncak populasi S. No Jenis Rata- Rata-rata Rata-rata
platensis 4 hari, C. vulgaris 3 hari dan rata
mikroalgae kadar kadar
yang tersingkat adalah S. Costatum yaitu kadar
protein karbohidrat
pada 1,625 hari (39 jam). Berdasarkan lemak
(%) (%) (%)
penelitian ini maka jenis mikroalga yang
mempunyai waktu panen yang paling 1. Skeletonema 7,42 37,40 21,32

cepat, yaitu pada saat populasi mencapai costatum


puncak adalah S. costatum. 2. Spirulina 0,60 48,09 18,22

Usaha budidaya di kolam secara platensis

massal (out door) S. costatum, C. 3. Chlorella 2,54 23,20 20,70


vulgaris dan S. platensis telah berhasil vulgaris
Berdasarkan tabel 8 kandungan penelitian ini kandungan lemaknya lebih
rata-rata lemak tertinggi pada kecil dari S. Costatum, tetapi kedua jenis
Skeletonema costatum yaitu sebesar mikroalga ini sudah banyak
7,42%. Berdasarkan kandungan dibudidayakan secara massal sebagai
lemaknya yang tertinggi, maka S. pakan alami. C. Vulgaris memiliki daya
costatum yang paling potensial sebagai adaptasi yang cepat terhadap lingkungan
bahan baku biodisel dibandingkan kultur yang baru sehingga menunjukkan
dengan S. platensis dan C. Vulgaris. Hal daya adaptasi yang cukup singkat dan
ini juga diperkuat dengan hasil langsung tumbuh dengan cepat dan
penghitungan kadar karbohidrat tertinggi mudah pada saat dikulturkan (Sutomo,
yang terdapat pada Skeletonema 2005). Demikian pula dengan S.
costatum yaitu sebesar 21,32%. Platensis pada penelitian ini
menunjukkan karakter yang sama
Kandungan karbohidrat pada dengan C. Vulgaris.
alga pada penelitian ini juga penting
untuk dipertimbangkan karena Pada penelitian-penelitian
karbohidrat dibutuhkan dalam proses terdahulu yang dirangkum Isnansetyo
pembuatan Biodiesel. Metanol yang dan Kurniastuty (1995) dan Arronson et
dibutuhkan dalam proses al (1980) dalam Panggabean (1998)
transesterifikasi dapat diperoleh dari pada tabel 2.1, terdapat perbedaan
fermentasi karbohidrat yang juga kandungan lemak, karbohidrat dan
dihasilkan oleh alga. Biodiesel protein pada kedua data tersebut dengan
dihasilkan melalui proses hasil uji yang telah dilakukan pada
transesterifikasi minyak/lemak dengan penelitian ini (tabel 5.3). Hal ini
metanol dimana alkohol akan menunjukkan bahwa pada lokasi dan
menggantikan gugus alkohol pada kultur yang berbeda kandungan lemak,
struktur ester minyak (Hambali dkk, karbohidrat dan protein tidak sama. Hal
2007). ini didukung oleh pernyataan Fabregas
et al. (1986) dalam Sutomo (2005)
Kandungan protein pada ketiga bahwa salinitas, pH, zat hara, suhu,
alga yang diteliti menunjukkan hasil sumber karbon dan cahaya berpengaruh
yang tinggi, yaitu S. costatum 37,40 %, pada pertumbuhan fitoplankton,
S. platensis 48,9 % dan C. vulgaris sehingga kultur alga spesies yang sama
23,20%. Kandungan protein yang tinggi pada kondisi lingkungan dan tempat
merupakan salah satu syarat bagi yang berbeda dapat menghasilkan
mikroalga sebagai pakan alami. Ketiga perbedaan kandungan lemak,
jenis alga yang digunakan dalam karbohidrat dan protein.
penelitian ini merupakan pakan alami
yang banyak digunakan dalam KESIMPULAN
pembenihan dan budidaya perikanan,
sehingga kandungan proteinnya lebih 1. Berdasarkan karakteristik
tinggi dibandingkan kandungan lemak pertumbuhannya, Skeletonema costatum
dan karohidratnya. mempunyai pertumbuhan paling cepat,
dengan doubling time (waktu generasi)
C. Vulgaris dan S. platensis juga 0,340 hari, waktu panen selama 1,625
dapat direkomendasikan sebagai bahan hari,dan laju pertumbuhan relatif sebesar
baku biodiesel. Walaupun dalam 3,2764.
Daniello, Olivier. (2005). “An Algae
Based Fuel”. Biofutur N0. 255
2. Kandungan lemak tertinggi terdapat /Mei 2005
pada Skeletonema costatum yaitu
Graham, LE., Wilcox, Lw. (2000).
7,42%, kandungan karbohidrat
Algae. Prentice-Hall: USA
tertinggi juga pada Skeletonema
costatum yaitu 21,32%, dan Hambali, E., S. Mujdalipah, A.H.
kandungan protein tertinggi pada Tambunan, A.W. Pattiwiri, R.
Spirulina platensis yaitu 48,09% Hendroko. (2007). Teknologi
Bioenergi. Agromedia Pustaka:
3. Berdasarkan karakteristik Jakarta
pertumbuhan populasinya serta
Isnansetyo, A., Kurniastuty. (1995).
komponen utama yang
dikandungnya maka Skeletonema Teknik Kultur Phytoplankton
dan Zooplankton. Penerbit
costatum, Chlorella vulgaris, dan
Kanisius: Yogyakarta
Spirulina platensis dapat digunakan
sebagai bahan baku biodiesel. Kurtubi. (2004). ”Indonesia Net Oil
Importer!”. Harian Pagi Kompas.
Bisnis&Investasi. Rabu, 26 Mei
DAFTAR PUSTAKA
2004.
Benemann, J.R., J.C. Van Olst, M.J.
Panggabean, Lily G. M. (1998).
Massingill, J.C. Weissman and
“Mikroalgae: Alternatif Pangan
D.E. Brune. (2002). The
dan Bahan Industri di Masa
Controlled Euthrophication
Mendatang”. Oseana Volume
Proccess: Using Microalgae for
XXIII N0. 1: 19-26
CO2 Utilization and Agricultural
Fertilizer Recycling. Report to the Rahayu, B.S. (2005). Analisa Emisi
Electric Power Research Institute NOx dan Partikel Smoke Pada
and U.S. Departement of Energy Motor Diesel Menggunakan
Bougis, P. (1979). Marine Plankton Bahan Bakar Crude Palm
Ecology. American Elseiver Methyl Ester. Tugas Akhir.
Publishing Company: New York Institut Teknologi Sepuluh
Briggs, M. (2004). Widescale Nopember: Surabaya.
Biodiesel Production from Algae. Rahayuningsih. (2005). “Energi
available: Alternatif dan Kemauan Politik
[http://www.unh.edu/p2/biodiesel/art Pemerintah”. Bisnis Indonesia. 24
icle_algae.html.] dikunjungi pada Juni 2005
Pebruari 2005
Rahman, M. (1995). ”Biodiesel,
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Alternatif Substitusi Solar Yang
Sitepu. (2001). Pengelolaan Menjanjikan bagi Indonesia”.
Sumber Daya Wilayah Pesisir Lembaran Publikasi Lemigas
dan Lautan Secara Terpadu.
No. 1/95
Edisi Revisi. Pradnya Paramita:
Jakarta Sheehan, J., T. Dunahay, J. Benemann,
P. Roessler, (1998). A look Back
at The U.S. Department of
Energy’s Aquatic Species
Program: Biodiesel from Algae.
National Renewable Energy
Laboratory: Colorado USA
Sukardi. (2005). Potensi
Pengembangan Alga Sebagai
Salah Satu Alternatif Bahan
Baku Pembuatan Biodiesel di
Indonesia. Lomba Karya Tulis
Mahasiswa. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember: Surabaya.
Sutomo. (2005). Kultur Tiga Jenis
Mikroalga (Tetraselmis sp.,
Chlorella sp.dan Chaetoceros
gracilis) dan Pemgaruh
Kepadatan Awal Terhadap
Pertumbuhan C. Gracilis di
Laboratorium. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia. No. 37
:43-58. Pusat Penelitian
Oseanografi.
Zuhdi, MFA. (2002). Aplikasi
Pengguanaan Waste Methyl
Ester Pada High Speed Marine
Diesel Engine. Seminar Nasional
Teori aplikasi Teknologi Kelautan
FTK ITS: Surabaya
Zuhdi, MFA., Gerianto, I., Budiono, T.
(2003). Biodiesel Sebagai
Alternatif Pengganti Bahan
Bakar Fosil Pada Motor Diesel.
Laporan Riset. RUT VIII Bidang
Teknologi. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Kementerian Riset dan Teknologi
RI
Zuhdi, MFA., Sukardi. (2005). Alga
Sebagai Bahan Baku Biodiesel.
available:
[http://www.geocities.com/fathalaz/biodi
esel.html] dikunjungi pada 15 April
2005

Anda mungkin juga menyukai