LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
PS BIOTEKNOLOGI-DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
ACARA 4
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI
PANGAN FERMENTASI
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bakteri asam laktat diketahui sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia
terutama dalam bidangn pangan fermentasi. Pangan yang trekenal dengan
fermentasi bakteri asam laktat yaitu yoghurt oleh Lactobacillus bulgaricus.
Bakteri asam laktat memiliki daya tarik tersendiri dalam bidang pangan
fermentasi yaitu dapat berkontribusi pada tekstur, rasa, keawetan, serta gizi pada
pangan dengan perbedaan ciri khas tergantung jenisnya. Hal ini mmbuat
pencarian berbagai bakteri asam laktat lain dengan kontribusi dalam pangan yang
beragam semakin dicari. Oleh karena itu,pada penelitian dilakukan isolasi dan
karakterisasi bakteri asam laktat dari pangan fermentasi dengan tujuan
mengetahui cara mengisolasi dan memahami cara karakterisasi bakteri asam
laktat dari produk fermentasi dan mengetahui cara identifikasi bakteria sam laktat
pada pangan fermentasi.
1.2. Tujuan
1.2.1. Mengetahui cara mengisolasi dan memahami cara karakterisasi bakteri asam
laktat dari produk fermentasi
1.2.2. Identifikasi bakteri asam laktat pada pangan fermentasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat (BAL) merupakan kelompok bakteri heterogen dengan
ciri-ciri termasuk dalam bakteri gram positif, tidak berspora,kokus atau batang
yang tidak bernafas, berperan menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir
selama fermentasi karbohidrat. Mereka memfermentasi karbohidrat makanan
danmenghasilkan asam laktat sebagai produk utama fermentasi. Selain itu,
degradasi protein dan lipid dan produksi berbagai alkohol, aldehida, asam, ester
dan senyawa belerang berkontribusi pada pengembangan rasa spesifik di berbagai
produk makanan fermentasi. Umumnya berdasrakarkan kesepakatan terdapat
kelompok inti BAL yang terdiri dari empat genera;Lactobacillus, Leuconostoc,
Pediococcus dan Streptococcus. Baru-baru ini telah diusulkan revisi taksonomi
beberapa genera baru dan kelompok tersebut sekarang ditambah beberapa, terdiri
dari: Aerococcus, Alloiococcus, Carnobacterium, Dolosigranulum, Enterococcus,
Globicatella, Lactococcus, Oenococcus, Tetragenococcus, Vagococcus, dan
Weissella ( Bintsis, 2018).
2.2. Pangan Fermentasi
Makanan fermentasi didefinisikan sebagai “makanan atau minuman yang
diproduksi melalui pertumbuhan mikroba terkontrol, dan konversi komponen
makanan melalui aksi enzimatik”. Banyak makanan secara historis mengalami
fermentasi, termasuk daging dan ikan, susu, sayuran, kedelai, kacang-kacangan
lainnya, sereal dan buah-buahan. Ada beberapa variabel dalam proses fermentasi
termasuk mikroorganisme, bahan gizi dan kondisi lingkungan, sehingga
menimbulkan ribuan variasi makanan fermentasi yang berbeda. fermentasi
makanan dilakukan sebagai metode pengawetan, mengurangi risiko kontaminasi
dengan mikroorganisme patogen. Fermentasi juga digunakan untuk meningkatkan
sifat organoleptic dengan beberapa makanan, seperti zaitun, tidak dapat dimakan
tanpa fermentasi yang menghilangkan senyawa fenolik pahit. Ada dua metode
utama di mana makanan difermentasi. Pertama, makanan dapat difermentasi
secara alami, sering disebut sebagai fermentasi spontan, dimana mikroorganisme
hadir secara alami dalam makanan mentah atau lingkungan pengolahan, misalnya
asinan kubis, kimchi, dan produk kedelai fermentasi tertentu. Kedua, makanan
dapat difermentasi melalui penambahan kultur starter, misalnya kefir, kombucha
dan natto (Dimidi et al., 2019).
2.3. Manfaat Bakteri Asam Laktat pada Pangan Fermentasi
Probiotik memainkan peran penting dalam mengendalikan iritasi usus
sindrom dan penyakit radang usus, penekanan patogen endogen / eksogen dengan
normalisasi usus komposisi mikroba, pengurangan gejala alergi makanan pada
bayi dengan imunomodulasi, menurunkan kolesterol serum, meningkatkan laktosa
toleransi, dan mengurangi faktor risiko kanker usus besar dengan metabolisme
efek. Probiotik memainkan peran, meningkatkan toleransi laktosa, peningkatan
nutrisi dan pencegahan beberapa kanker dan diare terkait antibiotic. Produk susu
yang difermentasi dengan beberapa strain L. acidophilus dan bifidobacteria
mempersingkat waktu transit usus. Efek ini mungkin berguna bagi mereka dengan
sembelit, seperti orang tua. Beberapa bakteri asam laktat mungkin membantu
mencegah inisiasi kanker usus besar. Hal tersebut terbukti pada eksperimen
bakteri asam laktat memperlambat pertumbuhan kanker meskipun hasilnya tidak
jangka panjang. Eksperimen tersebut juga membuktikan bahwa secara khusus,
bakteri asam laktat dapat mengurangi kadar enzim -glucuronidase, nitroreductase,
dan azoreduktase. Bakteri asam laktat juga dapat terlibat secara langsung
pengurangan prokarsinogen, misalnya, dengan mengambil nitrit dan dengan
mengurangi kadar garam empedu sekunder. Efek tersebut hanya terjadi selama
periode waktu bakteri tersebut berada pada usus (Wedajo, 2015).
2.4. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat
Morfologi sel dilakukan untuk menentukan bentuk sel, karakteristik
bakteri gram. Hasil pewarnaan gram menunjukkan isolat genus Lactobacillus dan
genus Enterococcus berwarna ungu. Hasil ini juga menunjukkan bahwa isolat
genus Lactobacillus berbentuk batang dan genus Enterococcus dengan bentuk
kokus serta keduanya termasuk dalam kelompok bakteri Gram positif. Pada
penelitian lain yang menyatakan bahwa bakteri asam laktat (BAL) termasuk
dalam kelompok Gram positif dengan bentuk sel kokus atau basil. Karakteristik
kedua yaitu bakteri asam laktat tidak menghasilkan enzim katalase yang
mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Beberapa bakteri
membutuhkan oksigen untuk membentuk hidrogen peroksida, yang merupakan
produk sampingan dari aerobik metabolisme yang bersifat toksik. Sedangkan
bakteri asam laktat tidak membutuhkan oksigen, karena termasuk dalam
kelompok bakteri anaerob (bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk
tumbuh). Reaksi katalase positif apabila terbentuk gelembung udara yang
menandakan terbentuknya gas O2, dan katalase negatif ditunjukkan dengan tidak
adanya gelembung gas (Ismail, 2018).
Beberapa uji untuk identifikasi karakteristik ketahanan garam dan suh
optimal. Uji ketahanan garam menunjukkan bahwa isolat genus Lactobacillus dan
genus Enterococcus dapat tumbuh pada konsentrasi 5%, 6,5%, 10% NaCl. Bakteri
asam laktat yang ditumbuhkan termasuk dalam BAL kelompok halofilik sedang
dan sangat halofilik yaitu kebutuhan garam untuk pertumbuhan pada konsentrasi
5-30%. Setiap genus bakteri asam laktat memiliki toleransi yang berbeda untuk
tumbuh media dengan konsentrasi garam NaCl yang berbeda. Bakteri asam laktat
dari genus Lactobacillus, Pediococcus dan Leuconostoc mampu tumbuh dan
berkembang pada fermentasi menggunakan salinitas tinggi. Uji kedua yaitu Uji
ketahanan suhu menunjukkan isolat genus Lactobacillus dan genus Enterococcus
mampu bertahan hidup pada suhu yang berbeda. Kedua isolat dapat tumbuh pada
suhu 14oC dan 37oC. Pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan terbentuknya
sedimen pada media. Bakteri asam laktat diklasifikasikan sebagai mesophilik
pertumbuhan bakteri dengan kisaran suhu antara 10-45°C. Suhu optimal untuk
pertumbuhan bakteri asam laktat adalah 30-45oC. Pada penelitian isolat bakteri
asam laktat dari susu kambing fermentasi dapat tumbuh pada suhu dari 14 oC,
tetapi pertumbuhan yang lebih baik terlihat pada suhu 37°C. Setiap genus bakteri
asam laktat memiliki optimum yang berbeda-beda suhu pertumbuhan (Ismail,
2018).
III. METODE PENELITIAN
3.1. Alat ( Kurnia et al., 2020)
1. Mikroskop 15. Erlenmeyer
2. Gelas obyek 16. Corong kaca
3. Gelas penutup 17. Kaca arloji
4. Ose bulat 18. Hotplate
5. Shaker 19. Sentrifuge
6. Neraca analitik 20. Tabung sentrifuge
7. Incubator 21. Buret statif
8. Stopwatch 22. Korek api
9. Kulkas 23. Plastik warp
10. Tabung vial 24. Bunsen
11. Batang pengaduk 25. Tabung reaksi
12. Pipet volumetri 26. Cawan petri
13. Gelas kimia 27. Pipet tetes
14. Autoklaf
3.2. Bahan ( Kurnia et al., 2020)
1. Media MRS Agar dan 7. Lugol
Broth 8. Safranin
2. NaCl fisiologis 0,85% 9. Alkohol 96%
3. 0,5% CaCO3 10. Alkohol 70%
4. Aquades steril 11. H2C2O4
5. Indikator fenolphtalein 12. NaOH
(pp) 13. Isolat bakteri asam laktat
6. Kristal violet dari lemea
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Isolasi Bakteri Asam Laktat ( Kurnia et al., 2020)
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel “lemea” daimbil sebanyak 0,5mL (pada lapisan atas) dan
dilarutkan ke dalam 4,5mL NaCl 0,85% secara aseptis
3. Lakukan pengenceran hingga 10-6
4. Larutan pengencer dituangkan sebanyak 0,1 mL pada medium MRS
yang telah disuplementasi dengan 0,5% CaCO3
5. Inkubasi pada suhu 37 °C selama 48 jam
6. Seleksi bakteri dilakukan dengan mengambil koloni bakteri yang
menghasilkan zona bening menggunakan jarum ose steril dan
digoreskan pada MRS Agar
7. Koloni murni yang telah dipilih, kemudian diinokulasikan lebih lanjut
kedalam MRS Broth dan diinkubasi kembali pada suhu 37 °C selama
48 jam.
8. Kultur dipindahkan kembali ke dalam tabung MRS Broth untuk
digunakan sebagai kultur stok
9. Sedangkan kultur kerja dibuat dalam agar miring yang disimpan dalam
lemari es
10. Koloni murni yang telah dipilih, kemudian diinokulasikan lebih lanjut
kedalam MRS Broth dan diinkubasi kembali pada suhu 37 °C selama
48 jam.
3.3.2. Identifikasi Makroskopik ( Kurnia et al., 2020)
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Identifikasi makroskopik dilakuakn dengan melihat langsung isolate
pada media di cawan meliputi warna, bentuk, tepi, permukaan, serta
sudut elevasi yang terbentuk pada cawan.
3.3.3. Identifikasi Mikroskopik Pewarnaan gram ( Kurnia et al., 2020)
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Pertama-tama ulasan bakteri dibuat pada gelas objek dan dilakukan
fiksasi.
3. Sebanyak 2-3 tetes kristal violet diteteskan pada koloni bakteri diamkan
selama 2 menit dan dicuci dengan menggunakan aquades yang steril
lalu dikering-anginkan.
4. Setelah kering, sebanyak 2-3 tetes larutan lugol diteteskan kembali di
atas preparat , dibiarkan selama 2 menit dan dicuci lagi dengan aquades
yang steril lalu dikeringkan
5. Preparat yang telah kering kemudian kembali ditetesi dengan 2-3 tetes
larutan alkohol 96% dan dibiarkan selama 30 detik lalu dicuci kembali
dengan akuadest steril dan dikeringkan
6. Selanjutnya ditetesi kembali dengan larutan safranin 0,5% sebanyak 2-3
tetes dan didiamkan selama 1 menit, lalu dicuci dan dikering-anginkan.
7. preparat kering diamati dengan menggunakan mikroskop.
3.3.4. Pewarnaan endospora
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Preparat yang telah difiksasi diletakkan diatas penangas air lalu ditutup
dengan kertas saring
3. Malakit hijau diteteskan dan dibiarkan selama 5 menit
4. Preparat dicuci dengan air mengalir.
5. pewarnaan dengan safranin dilakukan kembali kemudian biarkan
selama 60 detik.
6. Preparat dicuci, hasilnya diamati dibawah mikroskop. Endospora akan
berwarna hijau sedangkan sel vegetatif akan berwarna merah.
3.3.5. Uji Motilitas
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Pengambilan isolate bakteri dengan ose yang lurus bagian ujungnya
3. isolat bakteri ditusukkan ke dalam Nutrient Broth yang mengandung
agar 0,5 % (semi solid).
4. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 35ºC selama dua hari.
5. Bila pertumbuhan menyebar, maka bakteri tersebut bergerak atau
motil, dan bila pertumbuhan bakteri tidak menyebar, hanya berupa
garis saja, maka bakteri tersebut bersifat tidak bergerak (non motil).
3.3.6. Uji Katalase
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Gelas benda dan gelas penutup dibersihkan dengan menggunakan
alkohol 70% kemudian dikering anginkan.
3. H2O2 3% diteteskan pada gelas benda kemudian di tambahkan satu ose
bakteri umur 48 jam dan diratakan lalu didiamkan selama 1 menit
4. Jika terbentuk gelembung mengindikasikan bakteri positif katalase, dan
jika tidak maka mengindikasikan bakteri negatif katalase
3.3.7. Uji Produksi Gas (Tipe fermentasi)
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Kultur isolat ditumbuhkan dalam media MRS broth dalam tabung
reaksi yang diberi tabung durham dengan keadaan terbalik untuk
menangkap gas yang dihasilkan.
3. Diinkubasi selama 2 hari pada suhu 37° C
4. Jika hasilnya terbentuk gas berarti memiliki tipe fermentasi
Heterofermentatif, jika tidak memproduksi gas homofermentatif.
3.3.8. Uji Pembentukan Asam
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Isolat yang akan diuji digoreskan pada cawan yang berisi medium
dextrose tripton bromkresol purple agar.
3. Media yang telah diinokulasi diinkubasi pada suhu 30 ℃ selama 24-48
jam. Uji ini dikatakan positif jika terbentuk areal berwarna kuning
di sekitar koloni yang tumbuh.
3.3.9. Uji Fisiologis
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Bakteri diinkubasi dalam MRS Broth pada suhu 4℃, 10 ℃, 30 ℃, 37
℃ , 45 ℃ dan 50 ℃ selama 24 jam dengan variasi pH awal 2, 4, 6,
8,10 dengan penambahan 1 N NaOH atau 1 N HCL kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
3. Pertumbuhan ditandai adanya kekeruhan pada media MRS Broth.
IV. HASIL PENGAMATAN
No Nama Nama Bakteri Asam Laktat Karakterisasi Bakteri Asam Laktat
Sampel + Gambar dari Jurnal Morfologi Morfologi Bakteri,
Bahan (Makro & Mikroskopis) Koloni Fisiologi, dan
Pangan Biokimia
Fermentasi
1. Jus Kubis Lactobacillus plantarum Bentuk : bulat Bentuk sel : basil
terfermentas Warna : putih Pewarnaan gram :
i kekuningan positif
Permukaan : Endospora : tidak
rata menghasilkan spora
Motilitas : non-motil
(Utama et al., 2018) Uji Katalase : negatif
Tipe Fermentasi :
heterofermentatif
Suhu dan pH : 37oC
dan 3,46
(Utama et al., 2018)
VI. KESIMPULAN
6.1. Isolasi bakteri asam laktat dari produk fermentasi dilakukan dengan beberapa
tahapan pengambilan sampel, pengenceran, inokulasi pada media MRSA+CaCO3,
inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam, kemudian ditunggu hasil positif terlihat dari
zona bening yang terbentuk disekitar koloni. Karakterisasi bakteri asam laktat secara
morfologi koloni, morfologi sel, fisiologis, dan biokimia. Morfologi koloni dilakukan
dengan melihat secara langsung bentuk, warna, permukaan dari koloni. Morfologi sel,
sifat biokimia dilakukan uji kimia kemudian beberapa dilihat dari mikroskop meliputi
bentuk sel, pewarnaan gram, uji motilitas, pewarnaan endospore, uji katalase, dan uji
produksi gas (tipe fermentasi). Fisiologi dilihat dari suhu dan pH tumbuhnya bakteri
asam laktat memproduksi asam laktat.
6.2. Identifikasi bakteri asam laktat pada pangan fermentasi dilihat dari karakteristik
ciri khas dari bakteri asam laktat serta zona bening yang terbentuk pada media
MRSA+CaCO3. Karakteristik khas bakteri asam laktat yaitu bentuk sel kokus atau
basil, gram positif, katalase negatif, pewarnaan endospore menghasilkan warna merah
(tidak memiliki endopsora), serta suhu dan pH optimal yaitu 37oC dan pH asam.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, A., E. Kusdiyantini, A. Suprihadi. (2014). Isolasi, Karakterisasi Bakteri Asam Laktat,
Dan Analisis Proksimat dari Pangan Fermentasi “Tempoyak”. Jurnal Biologi. Vol 3 No
2
Balqis, R., Putra, A. E., Utama, B. I., & Helmizar. (2018). Pengaruh Pemberian Dadih dengan
Perubahan Jumlah Lactobacillus fermentum pada Feses Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan
Andalas, 7(3)
Bintsis, T. (2018). Lactic acid bacteria: their applications in foods. Journal of Bacteriology &
Mycology, 6(2): 89-94
Cahyani, R. M., Waluyo, J., & Iqbal, M. (2020). Identification of Bacteria on Seblak Food
around University of Jember Based on Microbiological Criteria of Processed Food.
Bioedukasi, 18(1)
Dimidi, E., Cox, S.R., Rossi, M., & Whelan, K. (2019). Fermented Foods: Definitions and
Characteristics, Impact on the Gut Microbiota and Effects on Gastrointestinal Health
and Disease. Nutrients, 11(8) : 1806
Filippis, F.D., Pasolli, E., & Ercolini, D. (2020). The Food-Gut Axis: Lactic Acid Bacteria and
Their Link to Food, The Gut Microbiome and Human Health. FEMS Microbiology
Reviews, 44 : 454-489
Ismail, Y.S., Yulvizar, C., & Mazhitov, B.(2018). Characterization of lactic acid bacteria from
local cow´ s milk kefir. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 130
Kurnia, M., amir, H., & Handayani, D. (2020). Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Dari
Makanan Tradisional Suku Rejang Di Provinsi Bengkulu: “Lemea”. Alotrop Jurnal
Pendidikan dan Ilmu Kimia, 4(1): 25-32
Nadia, A.B., Jannah, S.N., & Purwantisari, S. (2020). Isolation and characterization of lactic acid
bacteria from Apis mellifera stomach and their potential as antibacterial using in vitro
test against growth of Staphylococcus aureus and Salmonella typhimurium. NICHE
Journal of Tropical Biology,3(1): 35-44
Pasolli, E., Filippis, F.D., Mauriello, I.E., Cumbo, F., Walsh, A.M., Leech, J., Cotter, P.D.,
Segata, N., & Ercolini, D., (2020). Large-scale genome-wide analysis links lactic acid
bacteria from food with the gut microbiome. Nature Communications, 11 (2610)
Romadhon, Subagiyo, & S. Margino. (2012). Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Dari
Usus Udang Penghasil Bakteriosin Sebagai Agen Antibakteria pada Produk-Produk
Hasil Perikanan. Jurnal Saintek Perikanan, 8(1)
Subagiyo, Margino, S., Triyanto, & Styati, W.A. (2015). Pengaruh pH, Suhu, dan Salinitas
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Asam Organik Bakteri Asam Laktat yang diisolasi
dari Intestinum Udang Penaeid. Ilmu Kelautan, 20(4): 187-194
Subagiyo, Margino, S., Triyanto, Nuraini, R. A. T., Setyati, W. A., & Pramesti, R. (2016).
Metode Sederhana dan Cepat Skrining Bakteri Asam Laktat Penghasil Bakteriosin
(Antimicrobial peptide) dari Intestinum Ikan dan Udang. Buletin Oseanografi Mariana,
5(2): 97-100
Subagiyo, Nuraeni, R.A.T., Setyati, W.A., & Santoso, A. (2016). Optimasi Suhu dan Ph
Pertumbuhan Lactococcus Lactic Isolat Ikan Kerapu. Jurnal Kelautan Tropis,
19(2):166-170
Susanti, A., Periadnadi, & Nurmiati. (2017). Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Alami Pencernaan
Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus ) Sebagai Kandidat Probiotik. Jurnal
Metamorfosa, 4(2): 247-255
Utama, C.S., Zuprizal, Hanim, C., & Wihandoyo. (2018). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam
Laktat Selulolitik yang Berasal dari Jus Kubis Terfermentasi. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan, 7(1)
Wedajo, B. (2015). Lactic Acid Bacteria: Benefits, Selection Criteria and Probiotic Potential in
Fermented Food. Journal of Probiotics & Health, 03(02)
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten, Praktikan,