METODE GEOLISTRIK
(Depan Masjid Al Aqsho, Universitas Hasanuddin)
OLEH:
NURHUDA NINGSI HASAN
H061191015
DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
METODE GEOLISTRIK
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Metode Geolistrik
Pada Program Studi Geofisika – Departemen Geofisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
Penyusun,
Mengetahui,
Tim Asisten Pratikum Metode Geolistrik
No. Nama Lengkap Tanda Tangan
1 Titien Haryani, S.Si 1)
2 Nurul Fhaika 2)
Menyetujui,
Dosen Mata Kuliah Metode Geolistrik
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat kehendak
dan ridhonya penulis sebagai praktikan dari praktikum geolistrik program studi
Geofisika dapat menyelesaikan laporan ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penulisan
laporan, khususnya dosen mata kuliah ini dan asisten praktikum.
Penulis juga berbesar hati jika para pembaca dan penyimak memberi kritik dan
saran pada laporan ini. Sehingga jika suatu saat penulis berkesempatan lagi menulis
sebuah laporan, penulis dapat memperbaikinya. Penulis berharap semoga laporan
ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang lebih lanjut. Akhir kata,
apabila terdapat kesalahan penulisan dan tata bahasa, penulis mohon maaf.
ii
DAFTAR ISI
iii
III.4.2 Bahan.....................................................................................................20
III.5. Pengolahan Data......................................................................................20
III.6. Bagan Alir Praktikum ............................................................................29
BAB IV Hasil dan Pembahasan ..........................................................................31
IV.1. Hasil ........................................................................................................31
IV.2. Pembahasan.............................................................................................31
BAB V Penutup ....................................................................................................34
V.1. Kesimpulan...............................................................................................34
V.2. Saran .........................................................................................................34
V.2.1 Saran untuk Praktikum ...........................................................................34
V.2.2 Saran untuk Asisten................................................................................35
Daftar Pustaka......................................................................................................36
Lampiran ..............................................................................................................37
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Garis-garis gaya listrik................................................................... 5
Gambar 2.2 Model Susunan multielektroda pada pengukuran geolistrik ......... 8
Gambar 2.3 Konfigurasi elektroda dalam metode geolistrik ............................. 8
Gambar 2.4 Resistivitas kondukstivitas beberapa jenis batuan ......................... 10
Gambar 2.5 Model pergerakan arus listrik di dalam medium ........................... 14
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian.................................................................... 15
Gambar 3.2 Resistivity ABEM SAS 1000 ......................................................... 17
Gambar 3.3 Elektroda ........................................................................................ 17
Gambar 3.4 Kabel Elektroda ............................................................................. 17
Gambar 3.5 Kabel MultiChannel....................................................................... 18
Gambar 3.6 Aki ................................................................................................. 18
Gambar 3.7 Meteran .......................................................................................... 18
Gambar 3.8. Switch box ..................................................................................... 18
Gambar 3.9 Palu ................................................................................................ 19
Gambar 3.10 Kabel Konektor............................................................................ 19
Gambar 3.11 Alat Tulis ..................................................................................... 19
Gambar 3.12 Selotip .......................................................................................... 20
Gambar 3.13 Data 1D excel kelompok 7........................................................... 20
Gambar 3.14 Proses pengimputan data pada software IPI2WIN....................... 21
Gambar 3.15 Proses pengimputan data pada software IPI2WIN....................... 21
Gambar 3.16 Proses pengubahan jumlah layers pada software IPI2WIN ......... 22
Gambar 3.17 Proses pengeditan curve pada software IPI2WIN........................ 22
Gambar 3.18 Proses pengeditan curve pada software IPI2WIN........................ 22
Gambar 3.19 Hasil akhir pengolahan data 1D software IPI2WIN .................... 23
Gambar 3.20 Data lapangan yang di olah di Microsoft Excel ........................... 23
Gambar 3.21 Data yang disalin ke notepad ....................................................... 24
Gambar 3.22 Informasi data setelah dilakukan read data file ........................... 24
v
Gambar 3.23 Datum Point ................................................................................. 25
Gambar 3.24 Finite mesh grid size .................................................................... 25
Gambar 3.25 Mesh refinement........................................................................... 26
Gambar 3.26 Use finite – element method......................................................... 26
Gambar 3.27 include smooting of model resistivity .......................................... 27
Gambar 3.28 use combine inversion method ..................................................... 27
Gambar 3.29 choose logarithm of apparent resistivity ..................................... 28
Gambar 3.30 use model refinement ................................................................... 28
Gambar 3.31 klik kembali data kelompok7.dat ................................................. 28
Gambar 3.32 Hasil akhir pengolahan data 2D software RES2DINV................. 29
Gambar 3.33 Bagan Alir.................................................................................... 30
Gambar 4.1 Hasil pengolahan 2D konfigurasi Wenner – Schlumberger .......... 31
Gambar 4.2 Penampang dan identifikasi jenis lapisannya ................................ 32
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Metode resistivitas adalah salah satu metode aktif geolistrik yang digunakan untuk
mengetahui nilai resistivitas dari lapisan atau batuan, sangat berguna untuk
mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer, yaitu lapisan batuan yang
merupakan lapisan pembawa air. Metode Geolistrik merupakan salah satu metode
geofisika yang mempelajari sifat-sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana
cara mendeteksinya di permukaan bumi. Sedang metode geoelektromagnetik
adalah metode geofisika yang mempelajari sifat propagasi gelombang
elektromagnetik dalam bumi dengan mengukur komponen medan listrik dan medan
magnetik dan mendeteksinya di permukaan bumi (Lantu dan Syamsuddin, 2009).
Mengingat besarnya sumber daya alam di Indonesia, rasanya sangat penting untuk
memahami tentang metode Geolistrik dan langkah-langkah dalam menggunakan
metode ini. Oleh karena itu, dilakukan praktikum metode geolistrik untuk
mengetahui besarnya nilai resistivitas batuan pada lokasi penelitian.
1
I.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam praktikum ini dibatasi pada metode geolistrik resistivitas 1-D
dan 2- D konfigurasi Schlumberger dan Wenner-Schlumberger untuk mengetahui
sebaran kondisi bawah permukaan berdasarkan sebaran nilai resistivitas batuan di
daerah penelitian.
I.4. Tujuan
I.4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum ini yaitu:
1. Memenuhi salah satu syarat khusus mata kuliah wajib yaitu metode geolistrik
2. Mengaplikasikan teori yang telah diperoleh di dalam kelas
I.5. Manfaat
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan praktikan dapat memahami konsep
metode geolistrik. Selain itu juga agar dapat mengetahui harga resistivitas batuan
di tempat percobaan dilaksanakan, dapat mengolah data yang didapatkan di
lapangan dengan software-software geofisika, serta dapat menginterpretasi dari
hasil pengolahan data yang dilakukan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tatanan geologi Pulau Sulawesi yang berada di tengah tiga lempeng besar tersebut
mempunyai keunikan tersendiri, mengingat kawasan ini merupakan pusat
pertemuan tiga lempeng besar yang saling mengalami pertumbukan. Sejak
pemekaran yang terjadi pada Tersier Awal membawa bagian timur dari Kalimantan
ke wilayah Pulau Sulawesi sekarang, dimana rifting dan pemekaran lantai samudera
di Selat Makassar pada masa Paleogen, menciptakan ruang untuk pengendapan
material klastik yang berasal dari Kalimantan. Geologi daerah bagian timur dan
barat Sulawesi Selatan pada dasarnya berbeda, dimana kedua daerah ini dipisahkan
oleh sesar Walanae. Pemicu terbentuknya sesar-sesar di Sulawesi adalah gabungan
antara mikrokontinen Benua Australia dan mikro-kontinen Sunda yang terjadi sejak
Miosen. Pergerakan dari pecahan lempeng Benua Australia tersebut relatif ke arah
barat. Adanya sesar utama seperti Sesar Palu-Koro dan Sesar Walanae juga
memberikan peranan dalam pembentukan sesar-sesar kecil di sekitarnya.
Kota Makassar adalah ibukota dari Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di
Pantai Barat pulau Sulawesi yang berada pada koordinat 119° 18’ 27,97” sampai
dengan 119° 32’ 31,03” BT dan 5° 30’ 18” sampai dengan 5° 14’ 49” LS. Lokasi
praktikum Metode Geolistrik adalah Kelurahan Tamalanrea Indah, Kecamatan
Tamalanrea, tepatnya di sekitar lapangan depan Fakultas kedokteran, Universitas
Hasanuddin. Berdasarkan litologinya, batuan penyusun Kota Makassar terdiri dari
3 (tiga) satuan batuan, yakni: Formasi Camba, Formasi Baturape – Cindako, dan
satuan alluvial. Satuan batuan berumur Miosen Tengah sampai Pliosen menyusun
3
Formasi Camba (Tmc) yang tebalnya mencapai 4.250 m dan menindih tak selaras
batuan-batuan yang lebih tua (Sompotan, 2012).
Untuk lebih memperjelas metode geolistrik, maka akan dimulai dari hukum-hukum
kelistrikan yang berlaku secara umum (Lantu dan syamsuddin, 2009):
Hukum Coulomb
Salah satu sifat umum dari suatu benda adalah bahwa dia tersusun dari muatan
listrik yang sifat muatannya bisa bermuatan positif atau bermuatan negatif. Kedua
muatan memiliki sifat interaksi, tarik-menarik (bila muatan berlainan jenis) atau
tolak menolak (bila muatan sejenis). Bila suatu muatan uji q diletakkan dekat suatu
muatan sumber Q yang berjarak r dari muatan uji maka akan terjadi gaya interaksi.
Harga F merupakan besaran vektor dan bernilai positif bila kedua muatan tersebut
sejenis (artinya tolak-menolak) dan akan bernilai negatif bila kedua muatan tidak
sejenis (tarik-menarik).
Medan Listrik
Akibat timbulnya suatu interaksi bila suatu muatan listrik didekatkan dengan suatu
4
muatan uji, maka jelas bahwa setiap muatan memiliki medan listrik. Seperti halnya
gaya Coulomb, maka medan listrik juga merupakan besaran vektor. Bila sumber
bermuatan positif maka arah medan listrik akan meninggalkan sumber dan bila
muatan sumber positif, maka arah medan listrik akan menuju sumber.
Garis Gaya
Untuk menggambarkan secara visual sifat medan listrik, kita memandangnya
sebagai suatu fungsi matematik, atau kuat medan listrik pada setiap titik
diassoasikan dengan suatu vektor. Panjang vektor sesuai dengan besar kuat medan
listrik, sedang arah vektor sesuai dengan arah medan listrik yang bersangkutan.
Cara lain adalah yang dikemukakan oleh Faraday yang merupakan pengembangan
dari cara vektor. Dalam hal ini medan listrik digambarkan sebagai garis-garis gaya.
• Garis gaya merupakan garis contur sehingga garis gaya tersebut tidak saling
berpotongan.
• Untuk muatan terisolir garis gaya berakhir atau dimulai dari tempat tak
hingga jaraknya.
5
• Arah kuat medan listrik pada suatu titik adalah arah garis singgung pada garis
gaya di titik tersebut.
• Besar kuat medan listrik E sebanding dengan jumlah garis gaya persatuan luas
penampang. Yang berarti semakin banyak garis gaya yang mengumpul
semakin kuat medan listrik di tempat tersebut.
Hukum Gaus
Karena medan listrik merupakan medan vektor, maka ia dapat diassosiasikan
dengan suatu besaran yang disebut fluks medan. Pada umumnya untuk medan
vektor fluks didefinisikan sebagai harga rata-rata komponen normal vektor
dikalikan luas permukaan.
Potensial Listrik
Energi potensial sebuah benda adalah sama dengan kemampuan benda tersebut
melakukan kerja. Andaikan sebuah muatan listrik q berada dalam medan listrik E
yang berasal dari muatan Q, maka besarnya usaha diperlukan oleh muatan Q untuk
memindahkan q dari titik A ke titik B bila melalui lintasan yang berbeda selalu
sama. Sifat medan yang seperti itu disebut medan konservatif dan ditulis sebagai:
∮ 𝐸. 𝑑𝑟 = 0 (2.1)
𝑞𝑄
𝑈(𝑟) = ∫ 𝐹. 𝑑𝑟 = 𝑘 (2.2)
𝑟
𝑄
𝑉(𝑟) = ∫ 𝐸. 𝑑𝑟 = 𝑘 (2.3)
𝑟
6
Arus dan Rapat Arus Listrik
Arus listrik adalah gerak muatan listrik negatif dalam medium dalam proses
mengatur diri menuju kesetimbangan. Peristiwa ini berlangsung bila materi
mengalami gangguan karena adanya medan listrik. Bila arah medan listrik arahnya
tetap ke suatu arah, maka arus listrik juga arahnya tetap. Arus listrik yang timbul
dalam keadaan seperti disebut arus searah (DC) sedang arus berubah arahnya secara
priodik disebut arus bolak-balik (AC). Besarnya arus listrik yang mengalir pada
suatu kawat penghantara sama dengan jumlah muatan yang mengalir persatuan
waktu dan didefinisikan sebagai:
𝑑𝑄
𝐼= (2.4)
𝑑𝑡
Jumlah arus yang menembus suatu permukaan yang luasnya disebut sebagai rapat
Arus dan didefinisikan sebagai:
𝐼
𝐽= (2.5)
𝐴
Hukum Ohm
Hukum ini memberi gambaran tentang hubungan antara potensial listrik, arus listrik
dan besarnya hambatan listrik dan ditulis sebagai:
𝑉 = 𝐼𝑅 (2.6)
Metode geolistrik sangat berkaitan erat dengan konfigurasi atau geometri susunan
elektroda arus dan elektroda potensial yang digunakan. Misalnya konfigurasi yang
menggunakan 4 (empat) buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan
posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu
konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda
perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan resistivitas batuan di
bawah permukaan. Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda
yang banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah
permukaan dengan biaya survei yang relatif murah. Teknik pengukuran geolistrik
7
di lapangan telah berkembang dari penggunaan sepasang elektroda sumber arus dan
sepasang elektroda penerima beda potensial menjadi beberapa elektroda sekaligus
(multi electroda), seperti Gambar (2.2) Model Susunan multielektroda setiap
elektroda dapat berfungsi sebagai sumber atau penerima pada saat tertentu.
Penggunaan elektroda semacam ini, dapat meningkatkan produktivitas dan
menekan biaya operasional lapangan (Syukri, 2020).
Gambar 2.3 Konfigurasi elektroda dalam metode geolistrik (Gokdi, dkk., 2012)
8
Pada konfigurasi elektroda Wenner, kedua elektroda arus diletakkan di luar
elektroda potensial. Jarak antar elektroda mempunyai jarak yang sama panjang
sebesar a. Sedangkan pada konfigurasi elektroda Schlumberger, kedua elektroda
arus diletakkan di luar elektroda potensial. Setengah jarak antara 2 elektroda arus
sebesar L, sedangkan setengah jarak 2 elektroda potensial l (Gokdi, dkk., 2012).
Potensial listrik alam atau potensial diri disebabkan karena terjadinya kegiatan
elektrokimia atau kegiatan mekanik. Faktor pengontrol dari semua ini adalah air
tanah. Potensial ini berassosiasi dengan pelapukan mineral pada bodi sulfida
perbedaan sifat batuan (kandungan mineral) pada kontak biologi, kegiatan
bioelektrik dari material organik, gradian termal dan gradian tekanan. Potensial
alam dapat dikelompokkan menjadi empat (Lantu dan syamsuddin, 2009):
a. Potensial Electrokinetik: Potensial ini timbul bila suatu larutan bergerak
melalui medium berpori.
b. Potensial diffusi: Potensial ini disebabkan bila terjadi perbedaan mobilitas ion
dalam larutan yang memiliki konsentrasi berbeda.
c. Potensial Nerust: Potensial ini timbul bila suatu elektroda dimasukkan ke
9
dalam larutan homogen.
d. Potensial mineralisasi: Potensial ini timbul bila dua elektroda logam
dimasukkan kedalam larutan homogen. Harga potensial ini paling besar
nilainya bila dibanding dengan potensial lainnya.
Biasanya potensial timbul pada zona yang mengandung banyak sulfida, graphite
dan magnetik. Sedang penyebab potensial lain seperti korosi, biolistrik, gradian
suhu, dan tekanan sudah tercakup dalam satu kelompok di atas.
Pada sebagian besar batuan yang ada di dekat permukaan bumi, peristiwa konduksi
didominasi oleh konduksi elektrolitik di larutan yang terdapat kandungan garam
yang terdistribusi melalui pori-pori batu atau pada bidang batas (interface) air dan
batuan. Matriks batuan itu sendiri biasanya merupakan isolator, dan resistivitas
batuan sangat bergantung pada porositas (dan struktur pori batuan), jumlah air
(yang tersaturasi), salinitas, temperatur, interaksi dan alterasi air-batuan, tekanan
dan kandungan uap dalam air (Syukri, 2020).
Sebagian besar mineral batuan dan tanah adalah isolator dengan resistivitas sangat
10
tinggi. Namun, pada beberapa mineral konduktif seperti magnetit, karbon, grafit,
pirit, dan pirhotit terdapat dalam jumlah yang cukup dalam batuan akan sangat
mempengaruhi konduktivitas batuan. Gambar (2.4) menunjukkan nilai resistivitas
dan konduktivitas beberapa jenis batuan. Isolator disifatkan dengan adanya ikatan
ionik sehingga elektron valensi tidak bebas bergerak. Perbedaan lain dari konduktor
dan semi-konduktor adalah variasinya terhadap suhu. Konduktor konduktivitasnya
tinggi pada temperatur sekitar 0 K, sebaliknya untuk semikonduktor (Syukri, 2020).
Secara umum batuan dan mineral dapat dikelompokkan sebagai konduktor menjadi
3 kelompok (Adawiyah, dkk., 2018):
a. Konduktor baik, nilai resistivitasnya 10-8 – 1 Vm
b. Konduktor sedang, nilai resistivitasnya 1 – 107 Vm
c. Konduktor buruk (isolator), nilai resistivitasnya lebih dari 107 Vm.
Konduksi dielektrik terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik artinya batuan
tersebut mempunyai elektron sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi karena
adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektron-elektron dalam atom batuan
dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dengan intinya, sehingga terjadi
polarisasi. Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat
11
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu; konduktor baik (10-6<ρ< 100 Ωm),
konduktor pertengahan (100<ρ<107 Ωm), isolator (ρ>107) (Telford, dkk., 1990).
Tabel 2.1 Tabel harga resistivitas material bumi (Telford, dkk., 1990)
Material Resistivitas (Ωm)
Galena 3×10-5 - 3×102
Hematite 3.5×10-3 - 107
Limonite 103 - 107
Calcite 1×1012 - 1×1013
Quartz 500 – 800000
Rock Salt 30 - 1×1013
Granite 200 – 10000
Andesite 1.7×102 - 45×104
Basalt 200 – 100000
Limestone 500 – 10000
Sandstone 200 – 8000
Slate 20 – 2000
Sand 1 – 1000
Clay 1 – 100
Aquifer 0.5 – 300
Sea Water 0.2
Dry Gravel 600 – 10000
Alluvium 10 -800
Soil (40% Clay) 8
Soil (20% Clay) 33
Surface Soil 250 – 1700
Sand - Clay 30 – 215
Laterite 800 – 1500
Pada bagian batuan atom-atom terikat secara ionik atau kovalen karena adanya
ikatan ini, maka batuan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik. Aliran arus
listrik dalam batuan dibagi atas 3 macam kelompok (Lantu dan syamsuddin, 2009):
1. Konduksi Elektronik: Konduksi ini adalah tipe normal dari aliran arus listrik
dalam batuan/mineral. Hal ini terjadi jika batuan tersebut mempunyai banyak
elektron bebas. Akibatnya arus listrik mudah mengalir dalam batuan.
2. Konduksi Elektrolitit: Konduksi jenis ini banyak terjadi pada batuan/mineral
yang bersifat porous dan pada porinya berisi larutan elektrolit. Dalam hal ini,
arus listrik mengalir karena dibawa oleh ion-ion larutan elektrolit. Konduksi
12
dengan cara ini lebih lambat dari pada konduksi elektronik.
3. Konduksi dielektrik: Konduksi terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik
artinya batuan tersebut mempunyai elektron bebas yang sedikit atau tidak ada
sma sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik eksternal, maka
elektron dalam atom dipaksa berpindah dan berkumpul berpiasah dengan
intinya sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini sangat tergantung
konduktivitas batuan yang bersangkutan.
I = A × ΔV/ρL (2.7)
Yang berlaku untuk arus listrik I melewati bahan berbentuk kubus dengan luas
penampang A dengan panjang L dan diberi beda tegangan ΔV antara ujung-
ujungnya (Gambar 2.5). Besaran I, ΔV, A, dan L dapat diukur secara langsung
dengan menggunakan Amperemeter, Volt meter, jangka sorong, dan alat pengukur
panjang sehingga dapat diperoleh nilai resistivitas ρ.
13
A dan B disebut elektroda arus atau current electroda, sedangkan elektroda M dan
N disebut elektroda potensial atau potential electroda (Gokdi, dkk., 2012).
Gambar 2.5 Model pergerakan arus listrik di dalam medium (Gokdi, dkk., 2012)
Pada Gambar (2.2) dijelaskan panjang sisi (L) akan dilalui arus (I), konduktifitas
listrik yang dilalui mengakibatkan penurunan potensial (V) yang berlawanan.
Menurut Hukum Ohm, hambatan (R) sebanding dengan panjang (L) dan
berbanding terbalik dengan luas penampang (A), dimana:
ρL
R= (2.8)
A
Untuk sebuah rangkaian listrik Hukum Ohm dapat ditulis dengan R=V/I. Dari
persamaan tersebut dapat dirumuskan nilai resistivitas yang digunakan dalam
metoda geolistrik, yaitu:
VA
ρ= (2.9)
IL
Metode Geolistrik dilakukan dengan cara menginjeksi arus dan mengukur beda
potensial yang terbaca dipermukaan, sehingga diperoleh resistivitas antar lapisan
batuan di bawah permukaan bumi, dan juga ketebalan masing-masing lapisan
batuan tersebut. Metode geolistrik mempunyai banyak macam, termasuk
didalamnya potensial diri, arus telurik, elektromagnetik, induksi polarisasi, dan
resistivitas atau tahanan jenis (Syukri, 2020).
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
15
5. Menghubungkan alat dengan gulungan kabel elektroda, serta menyambungkan
gelungan kabel tersebut dengan masing-masing elektroda.
6. Menyalakan alat kemudian melihat display.
7. Melakukan cek koneksi apakah elektroda telah menancap di tanah dan siap
dialirkan arus.
8. Melakukan cek koneksi dengan menekan Connection Test A-B untuk arus dan
M-N untuk potensial.
9. Menekan tombol rel∆ untuk mencari nilai di display yaitu 000,0 untuk arus dan
000,0 untuk potensial.
10. Mengamati apabila arus potensial tidak mencapai nol maka angka pertama
yang diamati dan akan dikurangkan dengan hasil nilai potensial yang
didapatkan.
11. Apabila telah sesuai syarat, menekan tombol inject selama setelah terdengar
suara sebanyak 3 kali, kemudian menekan tombol hold secara bersamaan.
12. Mencatat nilai yang terbaca pada display.
13. Melakukan pengukuran sebanyak 3 kali pembacaan data.
14. Setelah itu, pindahkan posisi elektroda sesuai yang telah ditentukan
sebelumnya.
15. Mengulang tahap 7-13 pada semua titik hingga pengukuran selesai.
16
atas (1-16) untuk mendapatkan data dengan posisi elektroda yang berbeda.
7. Lakukan hal yang sama hingga seluruh data diperoleh sesuai rencana
pengukuran.
17
Gambar 3.5 Kabel MultiChannel
7. Switch box, berfungsi untuk conector antara means unit dengan kabel elektroda,
dan untuk mengatur nomor elektroda yang akan mengalirkan arus atau AB dan
mengukur beda potensial atau MN.
18
8. Palu, untuk memudahkan dalam menancapkan elektroda.
10. Alat tulis, digunakan untuk mencatat data dari hasil pengukuran di lapangan.
11. Selotip atau lakban, digunakan untuk menempelkan elektroda dengan kabel
untuk proses injeksi dan berguna juga untuk melindungi tangan saat melakukan
injeksi.
19
Gambar 3.12 Selotip
III.4.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data primer yang diperoleh dari
hasil akusisi data langsung di depan Masjid Al Aqsho, Universitas Hasanuddin,
Makassar. Dengan Panjang lintasan untuk konfigurasi schlumberger yaitu 100 m
dan untuk konfigurasi Wenner – schlumberger yaitu 16 m.
1. Buka software IPI2WIN dan masukan nilai AB, MN, dan nilai resistivitas dari
excel, seperti pada gambar di bawah ini.
20
Gambar 3.14 Proses pengimputan data pada software IPI2WIN
2. Klik ok dan kemudian muncul seperti gambar di bawah, pada MN nya pilih
Avr kemudian klik ok.
3. Selanjutnya klik point, inversion option, dan pilih Min. layers number ubah ke
angka 5, klik ok.
21
Gambar 3.16 Proses pengubahan jumlah layers pada software IPI2WIN
5. Selanjutnya edit gambar kurva agar mirip dengan garis merah, dan rms
errornya di bawah 10%.
22
6. Setelah mendapat edit dengan rms yang rendah, klik ok dan dapatlah hasil
akhir.
23
2. Setelah dilakukan pengolahan data di microsoft excel, selanjutnya data disalin
ke lembar kerja microsoft excel yang baru untuk disalin ke notepad dengan
susunan data tertentu agar dapat dibaca oleh software RES2DINV. Berikut
merupakan susunan data yang akan disimpan dalam bentuk notepad.
24
5. Setelah itu, klik Edit > Exterminate bad datum points. Ini dilakukan untuk
menampilkan datum point dari data. Jika titik-titik datum cenderung lurus,
maka dapat dikatakan bahwa nilai resistivitasnya sudah bagus, dan jika terdapat
patahan yang cukup besar maka dapat dikatakan itu adalah anomali. Titik-titik
dapat dihapus tapi lebih baik jika dilakukan iterasi.
6. Kemudian klik Change Settings > Finite mesh grid size. Pilih 4 nodes agar
hasilnya lebih akurat, lalu klik OK.
25
7. Klik lagi menu Change Settings > Mesh refinement. Pilih choose 4 nodes lalu
klik OK.
8. Kemudian klik lagi menu Change settings > Use finite – element method. Pada
type of finite-element method pilih trapezoidal agar hasilnya lebih akurat.
26
9. Kemudian klik menu Inversion > include smooting of model resistivity > yes
10. Kemudian klik menu Inversion > use combine inversion method > yes
27
11. Kemudian klik menu Inversion > choose logarithm of apparent resistivity >
use apparent resistivity
12. Kemudian klik menu Inversion > pilih use model refinement > ok > klik
kembali data kelompok7.dat
28
13. Kemudian klik lagi menu Inversion > Least - squares inversion, simpan data
dalam bentuk .inv lalu klik Save. Selanjutnya terjadi proses iterasi sampai
muncul jendela Enter additional iteration maka dapat dipilih 0 jika iterasinya
sudah dianggap cukup dengan RMS error yang sesuai atau iterasi dapat dilanjut
dengan mengetikkan jumlah iterasi yang diperlukan. Kemudian akan tampil
penampang resistivitas dari data yang diolah. Gambar pertama menunjukkan
nilai resistivity model (model lapangan), gambar kedua menunjukkan model
kalkulasi, dan gambar ketiga menunjukkan model inversi dari nilai
resistivitasnya.
Akuisisi
Processing
Inversi Data
RES2DINV dan
IP2WIN
29
Penampang
Resistivitas
Interpretasi
SELESAI
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.2. Pembahasan
Percobaan geolistrik ini menggunakan konfigurasi wenner - schlumberger yang
bertujuan untuk memahami prinsip dasar geolistrik tahanan jenis konfigurasi
wenner - schlumberger dan dapat mengetahui sebaran nilai resistivitas di lokasi
praktikum. Pada praktikum ini dilakukan pengambilan data secara langsung di
Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Data yang digunakan selanjutnya diolah dengan menggunakan microsoft excel dan
notepad lalu dimasukkan ke software RES2DINV untuk diproses lebih lanjut.
Diperoleh penampang resistivitas 2D untuk data resistivitas lapangan, data
kalkulasi, dan hasil inversi.
31
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan software RES2DINV,
diperoleh penampang resistivitas 2D untuk data resistivitas lapangan, data
kalkulasi, dan hasil inversi.
Pada proses inversi, respon model dibandingkan dengan respon data lapangan dan
jika berbeda jauh maka model diubah sampai mendekati data dari struktur bawah
permukaan sebenarnya. Proses tersebut dilakukan dengan menggunakan software
RES2DINV melalui proses iterasi sehingga dicapai nilai error yang bisa diterima.
Pada praktikum ini, diperoleh nilai error sebesar 128.2% setelah dilakukan
sebanyak 2 kali iterasi. Dari hasil pengolahan, diketahui bahwa nilai resistivitas
bawah permukaan berkisar antara 0,00038 Ωm hingga 4.66 Ωm.
Berdasarkan kisaran harga resistivitas yang di telaah Loke (2004) maka potensi
beberapa jenis batuan tanah dan mineral dalam daerah yang di survei bisa
dikategorikan sebagai Marls (3-70 Ωm), Limestone (50-107 Ωm), Clay (1-100
Ωm), Alluvium (10-800 Ωm), Oil Sands (4-800 Ωm), dan Fresh Groundwater (10-
100 Ωm). Selain itu, daerah praktikum dari data sekunder juga merupakan Formasi
Tonasa yang terdapat batu gamping (limestone), napal (marls), batu
pasir(sandstone), lanau (silt), dan lempung (clay).
32
Melalui studi literatur sebelumnya yang dihubungkan dengan hasil penampang 2D
yang diolah menggunakan RES2DINV, ada beberapa hal yang menjadi pendugaan
penulis, yakni:
Penampang berwarna biru tua hingga muda dapat menunjukkan lapisan lempung
(clay) berkisar pada kedalaman 2.8-2.87 meter dengan resistivitas dari 0.00038-
0.00543 Ωm. Rendahnya nilai resistivitas dapat disebabkan karena dekat dengan
permukaan yang berpotensi lebih banyak terkena aktivitas meterologi seperti hujan.
Penampang berwarna hijau muda ke hijau tua diduga menunjukkan lapisan napal
(marls) yang berpotensi terisi air berkisar pada kedalaman 2.30-2.87 meter yang
berakibat pada nilai resistivitas yang rendah, yakni 0.0206-0.0782 Ωm. Nilai
resistivitas tersebut dapat menandakan bahwa lapisannya cukup basa.
Pada penampang yang berwarna kuning hingga merah tua dapat menunjukkan
lapisan batu gamping (limestone) yang jauh dari permukaan atau sekitaran pada
kedalaman 0.125-2.29 meter dan memiliki resistivitas cukup tinggi yakni 0.297-
4.27 Ωm. Kondisi perlapisan yang cukup jauh dari permukaan dapat berpengaruh
pada basah atau keringnya jenis lapisan. Semakin basah material maka resistivitas
semakin rendah dan begitupun sebaliknya.
33
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka kesimpulan yang diperoleh
yaitu:
1. Proses akuisisi geolistrik metode resistivitas tahanan jenis 1D dan 2D yang
dilakukan di Samping Masjid Al-Aqso, Universitas Hasanuddin, Makassar
dengan menggunakan alat Resistivity meter single channel dengan konfigurasi
Schlumberger dan konfigurasi Wenner-Schlumberger yang berguna untuk
mengukur nilai beda potensial (V), kuat arus (I) dan nilai resistivitas.
2. Pada pengolahan data 1D menggunakan aplikasi IP2WIN didapatkan dua kurva
berdasarkan nilai resistivitas yang didapatkan. Kurva pertama merupakan kurva
hasil data observasi, kurva kedua adalah kurva penampang hasil kalkulasi.
Kurva hitam yang mewakili data observasi dan kurva warna merah yang
mewakili data kalkulasi dan juga garis biru sebagai batas lapisan. Matchingkan
kurva hitam dan merah dengan memperkecil RMS dan hasil RMS yang
didapatkan 13.6%. Pada pengolahan data 2D dengan menggunakan aplikasi
RES2DINV didapatkan tiga gambar penampang bawah permukaan berdasarkan
nilai resistivitas yang didapatkan. Gambar pertama merupakan gambar hasil
data observasi, gambar kedua adalah gambar penampang hasil kalkulasi, dan
gambar ketiga adalah gambar penampang setelah data diinversikan.
3. Pada praktikum ini didapatkan hasil interpretasi dengan tiga jenis litologi
dengan rentan nilai resistivitas 0.00038 Ωm hingga 4.36 Ωm, yakni, clay, marls,
dan limestone. Lapisan lempung (clay) terdapat berkisar pada kedalaman 2.8-
2.87 meter dengan resistivitas dari 0.00038-0.0054 Ωm, lapisan napal (marls)
berkisar pada kedalaman 2.30-2.8 meter dengan nilai resistivitas 0.0206-0.0782
Ωm, dan lapisan batu gamping (limestone) pada kedalaman 0.125-2.29 meter
dan memiliki resistivitas 0.297-4.27 Ωm.
34
bisa menghirup udara luar juga dapat diberitahukan jauh hari agar tidak mendadak.
35
DAFTAR PUSTAKA
Gokdi, H., dkk. 2012. Menentukan Litologi Dan Akuifer Menggunakan Metode
Geolistrik Konfigurasi Wenner Dan Schlumberger Di Perumahan Wadya
Graha I Pekanbaru. Pekanbaru: Fakultas MIPA, Universitas Binawidya.
Usman, B., Manrulu, R.H., Nurfalaq, A., Dan Rohayu, E. 2017. Identifikasi Akuifer
Air Tanah Kota Palopo Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis
Konfigurasi Schlumberger. Jurnal Ilmiah Fisika Fmipa Universitas
Lambung Mangkurat. 14(2), pp.65-72.
36
LAMPIRAN
37
1 5 6 7 8 6,5 1 6,28319 8,52754 1,3572
1 6 7 8 9 7,5 1 6,28319 9,38331 1,4934
1 7 8 9 10 8,5 1 6,28319 8,3359 1,3267
1 8 9 10 11 9,5 1 6,28319 9,76533 1,5542
1 9 10 11 12 10,5 1 6,28319 4,98879 0,79399
1 10 11 12 13 11,5 1 6,28319 15,8971 2,5301
1 11 12 13 14 12,5 1 6,28319 8,79269 1,3994
1 12 13 14 15 13,5 1 6,28319 8,47916 1,3495
2 0 2 3 5 2,5 1 18,8496 5,29465 0,28089
2 1 3 4 6 3,5 1 18,8496 6,60865 0,3506
2 2 4 5 7 4,5 1 18,8496 6,01753 0,31924
2 3 5 6 8 5,5 1 18,8496 5,42038 0,28756
2 4 6 7 9 6,5 1 18,8496 5,03113 0,26691
2 5 7 8 10 7,5 1 18,8496 5,9919 0,31788
2 6 8 9 11 8,5 1 18,8496 6,00924 0,3188
2 7 9 10 12 9,5 1 18,8496 6,98678 0,37066
2 8 10 11 13 10,5 1 18,8496 6,19491 0,32865
2 9 11 12 14 11,5 1 18,8496 6,66501 0,35359
2 10 12 13 15 12,5 1 18,8496 5,87314 0,31158
3 0 3 4 7 3,5 1 37,6991 2,89341 0,07675
3 1 4 5 8 4,5 1 37,6991 3,12967 0,08302
3 2 5 6 9 5,5 1 37,6991 2,78008 0,07374
3 3 6 7 10 6,5 1 37,6991 3,67431 0,09746
3 4 7 8 11 7,5 1 37,6991 2,46997 0,06552
3 5 8 9 12 8,5 1 37,6991 2,94988 0,07825
3 6 9 10 13 9,5 1 37,6991 3,71909 0,09865
3 7 10 11 14 10,5 1 37,6991 4,14313 0,1099
3 8 11 12 15 11,5 1 37,6991 4,0666 0,10787
4 0 4 5 9 4,5 1 62,8319 1,3742 0,02187
4 1 5 6 10 5,5 1 62,8319 0,41433 0,00659
4 2 6 7 11 6,5 1 62,8319 0,00269 4,3E-05
4 3 7 8 12 7,5 1 62,8319 1,59115 0,02532
4 4 8 9 13 8,5 1 62,8319 1,73548 0,02762
4 5 9 10 14 9,5 1 62,8319 0,16117 0,00257
4 6 10 11 15 10,5 1 62,8319 2,0771 0,03306
5 0 5 6 11 5,5 1 94,2478 6,91816 0,0734
5 1 6 7 12 6,5 1 94,2478 0,62819 0,00667
5 2 7 8 13 7,5 1 94,2478 4,61663 0,04898
5 3 8 9 14 8,5 1 94,2478 4,9825 0,05287
38
5 4 9 10 15 9,5 1 94,2478 8,00842 0,08497
6 0 6 7 13 6,5 1 131,947 12,3518 0,09361
6 1 7 8 14 7,5 1 131,947 3,21277 0,02435
6 2 8 9 15 8,5 1 131,947 0,15892 0,0012
7 0 7 8 15 7,5 1 175,929 19,3927 0,11023
39
Data 2D Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Data Kelompok 7
1
7
49
1
0
1.5 1 1 8.816565623
2.5 1 1 8.837928453
3.5 1 1 10.14734427
4.5 1 1 8.939716055
5.5 1 1 8.801485978
6.5 1 1 8.527539099
7.5 1 1 9.383308938
8.5 1 1 8.335901947
9.5 1 1 9.765326604
10.5 1 1 4.988786302
11.5 1 1 15.89708715
12.5 1 1 8.792689519
13.5 1 1 8.479158572
2.5 1 2 1.764883921
3.5 1 2 2.202884769
4.5 1 2 2.005844077
5.5 1 2 1.806792767
6.5 1 2 1.67704499
7.5 1 2 1.997298945
8.5 1 2 2.003079476
9.5 1 2 2.328925466
10.5 1 2 2.064968851
11.5 1 2 2.221671493
12.5 1 2 1.957714878
3.5 1 3 0.482234472
40
4.5 1 3 0.521611195
5.5 1 3 0.463347217
6.5 1 3 0.612384373
7.5 1 3 0.411661735
8.5 1 3 0.491646684
9.5 1 3 0.619848797
10.5 1 3 0.690522065
11.5 1 3 0.677767199
4.5 1 4 0.137419546
5.5 1 4 0.041433209
6.5 1 4 0.000268983
7.5 1 4 0.159115385
8.5 1 4 0.173547861
9.5 1 4 0.016116999
10.5 1 4 0.20770954
5.5 1 5 0.461210934
6.5 1 5 0.041879315
7.5 1 5 0.307775549
8.5 1 5 0.332166874
9.5 1 5 0.533894822
6.5 1 6 0.588181543
7.5 1 6 0.152989279
8.5 1 6 0.007567468
7.5 1 7 0.692595516
0
0
0
0
41
Lampiran 2 Biodata dan Dokumentasi Kegiatan
A. Biodata Praktikan
Nama : Nurhuda Ningsi Hasan
NIM : H061191015
Tempat, Tanggal Lahir : Patani, 15 September 2001
Agama : Islam
Alamat : Patani
Nomor Handphone : 085341708245
E-mail : nurhudaningsi0001@gmail.com
Motto : Tidak penting seberapa lambat anda melaju, selagi anda
tidak berhenti
Kesan dan Pesan : Kesan saya terhadap praktikum ini memberi tambahan
ilmu yang lebih banyak, seru, senang, dan lumayan
capek. Pesannya mungkin masalah waktu bisa tidak
dadakan sekali.
42
B. Dokumentasi Kegiatan
43