Anda di halaman 1dari 94

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

LAPORAN LENGKAP FIELDTRIP GEOLOGI


“ STUDI GEOLOGI DAERAH AWILA PUNCAK”
KECAMATAN MOLAWE KABUPATEN KONAWE UTARA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

OLEH :

ITA PUSPITA HANDAYANI


R1A1 17 011

AWILA PUNCAK

2017
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

STUDI GEOLOGI DAERAH AWILA PUNCAK

KECAMATAN MOLAWE KABUPATEN KONAWE UTARA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LEMBAR TUJUAN

“Di ajukan sebagai salah satu syarat standar kelulusan mata kuliah Geologi
Dasar jurusan Teknik Geofisika Fakultas Ilmu dan Tekonlogi Kebumian
Unniiversitas Halu Oleo”

ITA PUSPITA HANDAYANI

R1A117011

KENDARI

2017

I
HALAMAN PENGESAHAN

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Geologi Dasar
Di Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Universitas Halu Oleo.

OLEH

ITA PUSPITA HANDAYANI


R1A1 17 011

ASISTEN 1 ASISTEN 2 PRAKTIKAN

LAODE AHMAD
JALALUDDIN S NENSI SETYANI ITA PUSPITA
R1A1150 HANDAYANI
F1H113059
R1A117011

KOORDINATOR ASISTEN

MUHAMMAD ICHSANUL AKBAR N.


F1H113009

DOSEN PEMBIMBING

ALI OKTO, S.T., M.T


NIDN:8893340017

II
III
Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, segala puji dan puja bagi Allah SWT,

Tuhan semesta alam yang dengan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya, saya

dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Lapangan Praktikum Geologi Dasar

ini. Shalawat serta Salam tak lupa kita haturkan kepada Rasulullah Muhammad

SAW, yang atas perjuangannya membawa perubahan di bumi hingga dapat

menikmati indah dan nikmatnya Nur Ilahi.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Ali Okto selaku Dosen

pembimbing Fieldtrip Geologi Dasar dan kakak - kakak asisten yang telah

membina kami untuk lebih memahami rahasia alam ini khususnya didalam

bidang ilmu kebumian, mulai dari praktikum di laboratorium hingga praktikum

di lapangan, serta terima kasih juga saya ucapkan kepada orang tua atas doa

dan dukungannya. Laporan Praktikum Mata Kuliah Geologi Dasar ini dapat

diselesaikan dengan adanya kerjasama dan bantuan serta bimbingan dari

berbagai pihak. Laporan ini disusun sebagai hasil dari penelitian di Awila

Puncak, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi

Tenggara pada tanggal 1-3 Desember 2017, yang dilakukan oleh Jurusan

Teknik Geofisika Semester 1 Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Universiitas Halu Oleo. Dalam laporan ini dirasakan masih banyak

kekurangan, baik dalam sistematika penyusunan maupun penggunaan kata-

kata. Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai cerminan

saya dalam penyusunan laporan berikutnya. Akhirnya kepada Allah jualah saya

IV
serahkan semuanya. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi tim penyusun

khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin...

Kendari,30 Desember 2017

Penulis

V
DAFTAR ISI

Halaman Sampul...............…………..………………………………………. I
Halaman Tujuan...……………………………………………………….. II
Halaman Pengesahan.......………………………………………………. III
Kata Pengantar....……………………………………………………………. V
Daftar Isi...…………………………………………………………………..... VI
Daftar Tabel.……………………………………………………………….. VIII
Daftar Foto.……………………………………………………………..... IX
BAB I PENDAHULUAN…………………………….……..……………....... 1
1.1. Latar Belakang .........……………………………………….…….... 1
1.2. Maksud dan Tujuan…………....……………….…………………... 2
1.3. Waktu, Letak, dan Kesampaian daerah..……….…………………... 2
1.4. Alat dan Bahan……………………………….……………….......... 4
1.5. Peneliti Terdahulu..………... .………………….…………………... 5
1.6. Manfaat Penelitian.………….…………………………………….... 5
BAB II GEOLOGI REGIONAL………..………...………...…….................. 6
2.1. Geomorfologi Regional..………...........……………………………. 6
2.2. Stratigrafi Regional..…………...........…………...…………........... 6
2.3. Struktur Geologi Regional..……………................. …………........ 6
2.4. Geologi Lokal Daerah Penelitian.....…...…............ ………………. 7
A. Geomorfologi Lokal..………...... ……...…...........…………………. 7
B. Stratigrafi Lokal..……………...............................………………….. 7
C. Struktur Geologi Lokal………….............……..........………………. 7
BAB III LANDASAN TEORI……….........………......................................... 8
3.1. Pengertian Geologi........….……..........…………………………….. 8
3.2. Mineral...................................………..…………………………….. 10
3.3. Batuan Beku.........………..…………..…………………………….. 17
3.4. Batuan Sedimen................. …………..…………………………..... 29
3.5 .Batuan Metamorf...... ...………………..…………………….....…... 37
3.6 .Peta Dasar Geologi......…………………..…………………….....… 42

VI
3.7 .Alat-alat geologi.............…………………..……………….....….... 48
3.8 .Struktur Geologi..........................……..……………………....….... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......…….......................................…. 64
4.1.Hasil Penelitian........................ ………..…………….……….....….. 64
4.1.1 Deskripsi Litologi Perstasiun..…………..... ……………….....….. 64
4.2.Pembahasan.................................. ……..…………………….....….. 77
4.2.1 Kondisi Litologi Daerah Penelitian....……..…………….........….. 77
BAB V PENUTUP.....................….…………................................................... 82
5.1.Kesimpulan...................... ……………..…………….……….....….. 82
5.2.Saran.....................................…………..…………….……….....….. 83
DAFTAR PUSTAKA........................……………........................................… 84
LAMPIRAN................................................……....………............................… 87

VII
DAFTAR TABEL

Tabel 1.4.1 Alat dan Bahan ……..........………...........................…................... 4

Tabel 3.2.1 Skala Kekerasan Mohs... …...........................…............................... 16

Tabel 3.3.1 Warna Mineral Pada Batuan............................................................. 20

Tabel 3.3.2 Identifikasi Tekstur Pada Batuan...................................................... 20

Tabel 3.4.1 ukuran butir skala W. Wentworth..................................................... 32

Tabel 3.4.2 Tekstur Non klasik Batuan Sedimen................................................. 32

Tabel 4.1 Data kedudukan Kekar Gerus..............................................................

Tabel 4.2 Analisa Kekar ( Shear Joint )...............................................................

VIII
DAFTAR FOTO

Gambar 3.3.1 Bowen Reaction Series.............…..........................….................. 28

Gambar 3.3.2 Siklus Batuan.............….........................................….................. 29

Gambar 3.6.1 Simbol pada peta Geologi...........................….............................. 47

Gambar 3.7.1 Kompas Geologi.........….....................................…..................... 49

Gambar 3.7.2 Bagian Kompas Geologi............................................................... 55

Gambar 3.7.3 Peta Dasar...................................... ............................................. 55

Gambar 3.7.4 Palu Batuan Beku ......................................................................... 56

Gambar 3.7.5 Palu Batuan Sedimen.................................................................... 56

Gambar 3.7.6 Lup Geologi.................................................................................. 57

Gambar 3.7.7 Alat Ukur....................................................................................... 57

Gambar 3.7.8 Larutan HCL................................................................................. 58

Gambar 3.7.9 Kantong Sampel............................................................................ 58

Gambar 3.7.10 Buku Lapangan...........................................................................

Gambar 4.1. Singkapan Stasiun 1

Gambar 4.2. Batugamping

Gambar 4.3. Singkapan Stasiun 2

Gambar 4.4. Batugamping

Gambar 4.5. Singkapan Stasiun 3A

Gambar 4.6. Batupasir Halus

IX
Gambar 4.7. Singkapan Stasiun 3B

Gambar 4.8. Serpih Merah

Gambar 4.9. Singkapan Stasiun 4

Gambar 4.10. Batu Serpentinit

Gambar 4.11. Singkapan Stasiun 6

Gambar 4.12. Batu Peridotit

Gambar 4.13. Pengamatan Mata Katak

Gambar 4.14. Pengamatan Mata Elang

V
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menyelidiki lapisan–

lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi. Geologi menelaah segala sesuatu yang

mencakup gejala, proses dan mekanisme ataupun sifat – sifat yang ditunjukan

didalam permukaan bumi dengan hubungan sebab akibat dalam ( kulit) bumi.

Untuk itu diperlukan penalaran yang benar. Karena tidak semua gejala dan proses

dapat ditiru di laboratorium. Untuk itu dilakukanlah kegiatan Fieldtrip Geologi

Dasar di Desa Awila Puncak, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara,

Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kegiatan Fieldtrip Geologi Dasar ini dimaksudkan untuk menyesuaikan antara

teori yang diterima dengan objek lapangan. Karena kita tahu bahwa kajian geologi

belum cukup lengkap jika sebatas teori saja, sehingga praktek lapangan sangatlah

penting untuk dilaksanakan karena dapat membantu mempermudah pemahaman

mahasiswa untuk memahami teori yang telah diperoleh sebelumnya dan

mengetahui kebenaran yang ada tentang gejala – gejala geologi dimuka bumi.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan kuliah lapangan atau Fieldtrip ini yaitu untuk

memenuhi standar kelulusan mata kuliah Geologi Dasar Jurusan Teknik

Geofisika Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu oleo.

1
Tujuan dilaksanakannya kegiatan Fieldtrip ini yaitu untuk mengetahui

kondisi geologi regional yang meliputi aspek geomorfologi,stratigrafi, dan

struktur geologi daerah Awila Puncak.

1.3. Waktu, Letak, dan Kesampaian daerah

Kegiatan Fieldtrip Geologi Dasar di daerah Awila Puncak, Kecamatan

Molawe, Kabupaten Konawe Utara, Povinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan

pada tanggal 1-3 Desember 2017. Perjalanan ke lapangan di Desa Awila Puncak

Kecamatan Molawe, kami didampingi oleh Dosen pembimbing serta Asisten dari

Geofisika dan Geologi yang dimulai dari pelataran prodi Fakultas Ilmu dan

Teknologi Kebumian pada pukul 14:30 WITA menggunakan 3 unit Damri dari

Dinas Perhubungan dan sampai dilokasi sekitar jam 17.40 WITA.

1.4. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Fieldtrip Geologi dasar dapat

dilihat pada tabel 1.4.1

NO Alat dan Bahan Kegunaan

Untuk mengukur kedudukan suatu


unsur struktur geologi,mengukur
1 Kompas Geologi
strike/dip dari kemiringan lapisan
batuan,dan sebagai penunjuk arah

2 Palu Geologi Untuk mengambil sampel

Untuk menguji kandungan karbonat


3 Larutan Hcl
sampel

2
Sebagai alat untuk mencatat hasil
4 ATK
deskripsi sampel

5 Kantong Sampel Untuk menyimpan sampel

Untuk menentukan koordinat posisi


6 GPS
dan arah saat survey

Untuk mencatat hasil dari survey yang


7 Buku Lapangan
dilakukan

Sebagai media untuk menggambar


8 Kertas Kalkir
peta

Untuk menentukan lokasi,jarak,rute


9 Peta Dasar
perjalanan dan keadaan di lapangan

Untuk mendokumentasikan lokasi


10 Kamera
kegiatan serta singkapan batuan

(Tabel 1.4.1 Alat dan Bahan)

1.5. Peneliti Terdahulu


Nama-nama peneliti terdahulu adalah sebagai berikut :

1. Rusman, E Sukido, Sukarna. D. Haryono, E, Simanjuntak T.O 1993.


Keterangan Peta Geologi lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi Tenggara, skala
1 : 250.000.puslitbang Geologi Bandung. Bandung
2. Sukamto, R. 1975. Struktural of Sulawesi in the light of Plate Tektonik. Dept.
of Mineral and Energi. Jakarta 21
4. Surono, 2013. Geologi lengan Tenggara Sulawesi.Badan geologi.Kementrian
energi dan sumber daya mineral. Bandung

1.6. Manfaat Penilitan

3
Dari kegiatan Fieldtrip Geologi Dasar ini yang di laksanakan oleh
mahasiswa Teknik Geofisika Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Universitas Halu Oleo dapat lebih mengenal jenis-jenis batuan, mineralogi,
serta struktur geologi seperti patahan, retakan, lipatan dan lain-lain. Serta
dapat menambah pengetahuan kita khususunya di bidang ilmu Geologi.

4
BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Geomorfologi Regional

A. Satuan pegunungan

Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di kawasan lengan

tenggara Sulawesi, satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar dengan

kemiringan lereng tinggi. Rangkaian pegunuingan dalam satuan ini mempunyai

pola yang hampir sejajar searah barat laut - tenggara. Arah ini sejajar dengan pola

struktur sesar regional di kawasan ini. Pola ini mengindikasikan bahwa

pembentukan morfologi pegunungan itu erat hubungannya dengan sesar regional.

Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat oleh

batuan ofiolit. Ada perbedaan khas antara kedua penyusun batuan itu. Pegunungan

yang disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang panjang dan

lurus dengan lereng relatif rata, serta kemiringan yang tajam. Sementara itu,

pegunungan yang dibentuk oleh batuan malihan, punggung gunungnya terputus

pendek-pendek dengan lereng yang tidak rata walaupun bersudut tajam.

B. Satuan perbukitan tinggi

Satuan morfologi perbukitan tinggi menempati bagian selatan lengan

tenggara, terutama di selatan Kendari. Satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang

mencapai ketinggian 500m dpl dengan morfologi kasar . batuan penyusun

morfologi ini berupa batuan sedimen klastika Mesozoikum dan Tersier.

5
2.2 Stratigrafi Regional

A. Batuan Ofiolit (Ku)

Terdiri atas peridotit, dunit dan serpentinit. Serpentinit berwarna kelabu tua

sampai kehitaman, padu dan pejal. Batuannya bertekstur afanitik dengan susunan

mineral antigorite, lempung dan magnetit. Umumnya memperlihatkan strukutur

kekar dan cermin sesar yang berukuran megaskopis. Dunit, kehitaman, padu dan

pejal, bertekstur afanitik. Mineral penyusunnya ialah olivin, piroksin, plagioklas,

sedikit serpentin dan magnetit, berbutir halus sampai sedang. Mineral olivine

berjumlah sekitar 90%. Tampak adanya penyimpangan dan pelengkungan

kembaran yang dijumpai pada piroksin, mencirikan adanya gejala deformasi yang

dialami oleh batuan ini. Di beberapa tempat dunit terserpentinkan kuat yang

ditunjukan oleh struktur sisa seperti rijang dan barik-barik mineral olivin dan

piroksin, serpentin dan talkum sebagai mineral pengganti. Peridotit terdiri atas

jenis harzburgit dan lherzolith. Harzburgit, hijau sampai kehitaman, holokristalin,

padu dan pejal. Mineralnya halus sampai kasar, terdiri atas olivin (60%) dan

piroksin (40%). Di beberapa tempat menunjukkan struktur perdaunan. Hasil

penghabluran ulang pada mineral piroksen dan olivin mencirikan batas masing-

masing kristal bergerigi. Lherzolith, hijau kehitaman, holokristalin, padu dan

pejal. Mineral penyusunnya ialah livin (45%), piroksin (25%), dan sisanya epidot,

yakut, klorit, dan bijih dengan mineral berukuran halus sampai kasar. Satuan

batuan ini diperkirakan berumur Kapur.

B. Formasi Meluhu (TRJm)

6
Terdiri atas batupasir, kuarsit, serpih hitam, serpih merahfilit, batusabak,

batugamping dan batulanau. Batupasir telah termetamorfkan lemah, batugamping

mengandung fosil Halobia sp. dan Daonella sp. Umur dari formasi ini adalah

Trias Tengah sampai Jura. Foormasi ini menindih tak selaras batuan malihan

Paleozoikum dan menjemari dengan formasi Tokala.

C. Formasi Tokala (TRJt)

Terdiri atas kalsilutit, batugamping, batupasir, serpih dan napal. Kalsilutit

berwarna kelabu muda, kelabu sampai merah jambu, berbutir halus, sangat padu,

serta memiliki perlapisan yang baik, dengan kekar yang diisi urat kalsit putih

kotor. Umumnya telah mengalami pelipatan kuat, tidak jarang ditemukan sinklin

dan antiklin, serta lapisan yang hamper tegak (melebihi 80˚). Setempat

terdaunkan. Batugamping mengandung fosil Halobia, Amonit dan Belemnit.

Batupasir berukuran halus sampai kasar, berwarna kelabu kehijauan sampai merah

kecoklatan terakat lempung dan oksida besi lunak, setempat padat, mengandung

sedikit kuarsa, berlapis baik. Serpih dan napal berwarna kelabu sampai kelabu tua,

memiliki perlapisan baik, tebal lapisan antara 10 – 20cm. lempumg pasiran,

berwarna kelabu sampai kecoklatan, perlapisan baik, tebal lapisan antara 1 -10cm

berselingan dengan batuan yang disebutkan terdahulu. Formasi ini diperkirakan

berumur Trias – Jura Awal dengan lingkungan pengendapan pada laut dangkal

(neritik). Tebal formasi ini diperkirakan lebih dari 1000 meter.

2.3. Struktur Geologi Regional

7
Lengan tenggara Sulawesi, struktur utama yang terbentuk setelah tumbukan

adalah sesar geser Mengiri, termasuk sesar Matarombeo, sistem sesar Lawanopo

(yang berasosiasi dengan batuan camur-aduk Toreo), sistem sesar Konawe’eha,

sesar Kolaka, dan banyak sesar lainnya seta liniasi. Sesar dan liniasi menunjukkan

sepanjang arah utama tenggara – barat laut (N 332˚ E), dan timur laut – barat daya

(N 42˚ E). Arah tenggara – barat laut merupakan arah umum dari sesar geser

Mengiri di lengan tenggara Sulawesi.

Sistem sesar Lawanopo termasuk sesar-sesar berarah utama barat laut –

tenggara yang memanjang sekitar 260 km dari utara Malili sampai tanjung

Toronipa. Ujung barat laut ini menyambung dengan sesar Matano, sementara

ujung tenggaranya bersambung langsung dengan sesar Hamilton, yang memotong

sesar naik Tolo. Sistem sesar ini diberi nama sesar Lawanopo oleh Hamilton

(1979) berdasarkan dataran Lawanopo yang ditorehnya.

Kenampakan fisiografi sistem sesar Lawanopo tergambar jelas lebih dari 50

km pada citra penginderaan jauh, termasuk citra langsat dari IFSAR. Citra

tersebut menggambarkan adanya lembar linear panjang, scap, offset, dan

pembelokkan aliran sungai. Aliran sungai yang tergeser sesar Mengiri dapat

diidentifikasi di beberapa tempat antara Tinobu sampai Soropia. Contohnya

pergeseran sesar Mengiri 2 km sungai Anduonohu (selatan Tinobu). Jarak

pergeseran yang membesar semakin besar dengan sesar yang bersangkutan

merupakan tanda sesar geser (Silvester, 1988). Pergeseran Mengiri sepanjang

formasi Meluhu yang berada di tengah lengan tenggara Sulawesi.

8
2.4 Geologi Lokal Daerah Penelitian
A. Geomorfologi Local
Khusus daerah Awila Puncak terbentuk dari perbukitan dan banyak dimensi
dengan perbukitan, struktur sesar di kawasan ini sejajar dengan pola struktur
sesar, pola ini mengidentifi bahwa pembentukan morfologi pegunungan ini erat
hubungannya dengan sesar regional. Satuan morfologi kawasan ini mempunyai
topografi yang kasar dengan kemiringan lereng tinggi. Batuan penyusun
morfologi ini berupa batuan sedimen klasik. Singkapan batuan sedimen breks
sesar penciri jalur sesar lawanopo
B. Stratigrafi Lokal
Stratigrafi untuk daerah Awila Puncak memiliki 3 formasi yaitu batuan
Ofiolit, formasi Meluhu dan formasi Tokala, Batuan ofiolit terdiri atas peridotit,
Mineral pendukungnya yaitu Olivin, Pyroxene, Plageoklas. Batuan ini berumur
kapur, formasi Meluhu terdiri atas batu pasir kuarsit, Filit umur dari farmaso ini
adalah Trias tengah sampai Jura. Formasi tokala berumur Trias-Jura awal yang
terdiri atas batu gamping, pasir, Kawasan Awila Puncak ini memperlihatkan
struktur kekar dengan sesar yang berukuran megaskopis. Adanya penyimpangan
dan pelengungan kembaran yang dijumpai adanya gejala deformasi yang di alami
oleh batuan yang berada di kawasan ini
C. Struktur Geologi Lokal
Arah tenggara barat laut merupakan arah umum dari sesar geser mengiri
dilengan tenggara sulawesi. Sistem sesar "lawanopo termasuk sesar-sesar berarah
utama barat laut tenggara yang memanjang sekitar 260 m dari Utara Malili sampai
tanjung Toronipa. ujung barat laut sesar ini menyambung dengan sesar matano,
sementara ujung tenggaranya bersambung dengan sesar hamilton, yang memotong
sesar naik tolo.

BAB III
LANDASAN TEORI

9
3.1. Pengertian Geologi

Kata Geologi berasal dari kata Yunani, geos berarti bumi dan logos yang
berarti ilmu. Jadi Geologi adalah Ilmu yang mempelajari material bumi secara
menyeluruh, termasuk asal mula, struktur, penyusun kerak bumi, proses - proses
yang berlangsung selama dan atau setelah pembentukannya, dan yang sedang
berlangsung, hingga menjadikan keadaan bumi seperti saat ini.

Atau definisi geologi adalah suatu ilmu pengetahuan kebumian yang


mempelajari semua tentang planet bumi beserta isinya. Yaitu kelompok ilmu yang
mengupas mengenai berbagai sifat dan bahan yang membentuk planet bumi,
strukturnya, maupun proses yang sedang berjalan didalam dan diatas permukaan
planet bumi.Ilmu geologi mempelajari dari benda yang ukurannya sangat kecil
seperti atom, sampai benda yang ukurannya besar seperti samudra, benua, pulau,
pegunungan dan lain-lain.

Kajian geologi memiliki ruang lingkup yang luas, di dalamnya terdapat


kajian-kajian yang kemudian berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri
walaupun sebenarnya ilmu-ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling
menunjang satu sama lain. ilmu-ilmu tersebut yaitu :

1. Mineralogi, yaitu ilmu yang mempelajari mineral, berupa pendeskripsian


mineral yang meliputi warna, kilap, goresan, belahan, pecahan dan sifat
lainnya.

2. Petrologi, yaitu ilmu yang mempelajari batuan, didalamnya termasuk


deskripsi,klasifikasi dan originnya.
3. Sedimentologi, yaitu ilmu yang mempelajari batuan sediment, meliputi
deskripsi, klasifikasi dan proses pembentukan batuan sediment.
4. Stratigrafi, yaitu ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan, pemeriannya
dan proses pembentukannya.
5. Geologi Struktur, adalah ilmu yang mempelajari arsitektur kerak bumi dan
proses pembentukannya.

10
6. Palentologi, yaitu ilmu yang mempelajari aspek kehidupan masa lalu yang
berupa fosil. Paleontology berguna untuk penentuan umur dan geologi
sejarah.
7. Geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuk bentang alam dan
proses0proses pembentukan bentang alam tersebut. Ilmu ini berguna dalam
menentukan struktur geologi dan batuan penyusun suatu daerah.
8. Geologi Terapan, merupakan ilmu-ilmu yang dikembangkan dari geologi
yang digunakan untuk kepentingan umat manusia, diantaranya Geologi
Migas, Geologi Batubara,Geohidrologi, Geologi Teknik, Geofisila,
Geothermal dan sebagainya.
9. Petroleoum geology (Perminyakan) yaitu digunakan untuk mengetahui
jebakan-jebakan minyak bumi dan gas bumi.
10. Miming geology (Pertambangan) yaitu untuk mengetahui proses pembentukan
endapan mineral yang sifatnya ekonarris, yang sangat diperlukan oleh manusia.
11. Hydrogeology (Hidrologi) yaitu untuk mempelajari tentang kejadian
pemanfaatan air tanah.
12. Environment geology (Geologi lingkungan) yaitu geologi sangat dibutuhkan
untuk mengevaluasi interaksi antar manusia dengan lingkungannya.
13. Engineering geology (Geologi tekhnik) yaitu untuk mempelajari hubungan
antar ilmu geologi dengan berbagai problem ketekhnikan.
3.2 Pengertian Mineral

Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan
kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai
sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara
beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal. Istilah mineral dalam
arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya
bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-
sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-
molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam
suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan

11
mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan
zat anorganik. ( Murwanto, Helmy, dkk. 1992 )

Maka pengertian yang jelas dari batas mineral oleh beberapa ahli geologi
perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum
untuk definisinya.

Definisi mineral menurut beberapa ahli :

L.G.Berry dan B.Mason, 1959

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam


terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas batas tertentu
dan mempunyai atom atom yang tersusun secara teratur.

D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara structural homogen


mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977

Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas batas dan mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk
dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.

UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun 2009

Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu, serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun dalam bentuk yang padu.

B. Sifat - Sifat Fisik Mineral

1. Warna

Warna adalah suatu yang kita tangkap dengan mata apabila mineral
terkena oleh cahaya atau spektrum cahaya yang dipantulkan oleh mineral itu

12
sendiri. Warna penting untuk membedakan antara warna mineral yang diakibatkan
oleh pengotoran dan warna asli dari mineral itu sendiri. Banyak mineral
mempunyai warna yang khusus, misalnya mineral azurit yang berwarna biru dan
mineral epidon yang berwarna kuning hijau, dll. Warna mineral dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu:

a. Warna Isiokhromatik

Apabila mineral mempunyai warna yang selalu tetap, pada umumnya


dijumpai pada mineral - mineral, yang tidak tembus cahaya (opaque) atau berkilap
logam. Contoh : Magnetit, Galena, Pirit, Pirolusit, dll.

b. Warna Allokhromatik

Apabila mineral warnanya tidak tetap tergantung terhadap mineral


pengotornya, pada umumnya yang dijumpai pada mineral yang tembus cahaya
(transparan/translucent) atau berkilap non logam. Contoh : Kuarsa, Gipsum,
Kalsit, dll.

2. Kilap (Luster)

Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah


mineral yang erat hubungannya itu dengan sifat pemantulan dan pembiasan.
Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, apabila semakin besar
indeks bias mineral, semakin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan . Macam
- macam kilap antara lain :

1. Kilap Logam (Metallic Luster)

Mineral - mineral opaque yang mempunyai indeks bias sama dengan tiga
atau lebih Contoh : Galena, Native Metal, Sulfit, Pirit, dll.

2. Kilap Kaca (Vitreous Luster)

Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti kaca. Contoh :


Kuarsa, Kalsit, dll

3. Kilap Intan (Diamond Luster)

13
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan cemerlang seperti intan.
Contoh : Intan

4. Kilap Sutera (Silky Luster)

Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan sutera dan umumnya


terdepat pada mineral yang berserat. Contoh : Asbes, Aktinolit, Gipsum, dll

5. Kilap Damar (Resinous Luster)

Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti getah damar atau
kekuning - kuningan. Contoh : Spalerit, Sulfonit, dll

6. Kilap Mutiara (Pearly Luster)

Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti mutiara atau


bagian dalam dari kulit kerang. Contoh : Muskovit, Talk, Dolomit, dll

7. Kilap Lemak (Greasy Luster)

Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti sabun. Contoh :


Serpentinit, dll

8. Kilap Tanah (Earthy Luster)

Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti lempung. Contoh :


Kaolin, Limonit, Pauksit, dll

3. Cerat/Warna

Cerat atau warna goresan merupakan bagian dari warna di dalam mineral,
tetapi dalam bentuk serbuk, dapat diperloeh dengan cara mengikir atau digesekkan
di bagian belakang porselen atau ampelas.

4. Pecahan

Pecahan adalah kenampakan mineral dalam keadaan pecah, cara


mengetahuinya dengan melalui bidang yang tidak rata, tidak halus, tidak licin, dan
tidak teratur. jenis - jenis pecahan yaitu :

a. Pecahan Konkoidal

Memperlihatkan gelombang seperti kenampakan bagian luar kulit kerang


atau botol yang dipecah. Contoh : Kuarsa, Kalsedon, dll

14
b. Pecahan Serat

Menunjukkan kenampakan permukaan yang gejala seperti serat atau


daging. Contoh : Serpentinit, Asbes, Augit, dll

c. Pecahan Tidak Rata

Menunjukkan kenampakan permukaan yang tidak teratur dan kasar.

d. Pecahan Runcing

Permukaannya tidak teratur dan ujung - ujungnya runcing dan kasar.

e. Pecahan Rata

Permukaannya rata dan cukup halus. Contoh : Lempung, dll

5. Belahan

Belahan adalah kenampakan minearl untuk membelah melalui bidang


yang rata, halus, dan licin, serta pada umumnya selalu berpasangan. Belahan
dapat dibedakan menjadi :

1. Belahan Sempurna (Perfect Cleavage)

Merupakan pecahan yang sejajar terhadap bidang dari satu belahannya dengan
memperlihatkan bidang permukaan yang halus. Contoh : Biotit, Muskovit, dll

2. Belahan Baik (Good Cleavage)

Merupakan mineral lebih mudah belah yang menurut bidang di dalam


belahannya bila dibandingkan dengan belahannya kearah lain. Contoh : Kalsit,
Orthoklas, Gipsum, dll

3. Belahan Tidak Jelas (Indistinct Cleavage)

Merupakan bidang belahan seperti garis atau kenampakan striasi pada


bidang belahannya. Contoh : Plagioklas, dll

4. Belahan Tidak Tentu

15
Merupakan mineral yang tidak ada belahannya. Contoh : Kuarsa, Opal,
Kalsedon, dll

5. Belahan Jelas (Distinct)

Merupakan pecahan yang sesuai terhadap bidang dari suatu belahan tetapi
juga terpecah kearah lain. Contoh : Hornblende

6. Belahan Tidak Sempurna (Inperfect Cleavage)

Merupakan bidang belahan yang tidak rata dan juga cukup sukar untuk
diamati. Contoh : Apatit, Native Metal, dll Ditinjau dari arah belahannya, maka
belahan dapat dibedakan menjadi :

1. Belahan satu arah 3. Belahan tiga arah

2. Belahan dua arah 4. Belahan empat arah

6. Bentuk

Bentuk mineral ada dua macam, yaitu :

1. Bentuk Kristalin, Apabila mineral mempunyai bidang yang ideal dan


baisanya terdapat pada mineral yang mempunyai bidang belahan.

2. Bentuk Amorf, Mineral tidak mempunyai batasan yang jelas.

7. Kekerasan

Kekerasan adalah ukuran daya tahan suatu mineral apabila permukaannya


digores dengan mineral lain. Selain menggunakan mineral, bisa juga
menggunakan alat untuk mengukur suatu kekerasan dari mineral

Berikut tabel Skala Kekerasan mineral yang dibuat oleh Mohs.

Kuku Jari 2,5 Pisau Baja 5,5

Jarum 3,0 Kaca 5,5 - 6,0

Uang Logam 3,5 Kikir Baja 6,0 - 7,0

Paku Besi 4,5 Ampelas 8,0 - 9,0

(Tabel 3.2.1 Skala Kekerasan Mohs)

8. Kemagnetan

16
Kemagnetan adalah sifat mineral pada gaya tarik magnet. kemagnetan
dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Ferromagnetik : tertarik kuat oleh magnet seperti magnetit dan pirotit.

2. paramagnetik : tertarik lemah oleh magnet seperti pirit.

3. Diamagnetik : tidak tertarik oleh magnet.

9. Sifat Dalam

Sifat dalam adalah reaksi mineral terhadap gaya seperti memberi


penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, atau penghancuran. Sifat
dalam dibedakan menjadi enam, yaitu:

1. Rapuh (Brittle), Bila digores menjadi tepung, tetapi isinya atau bubuknya
tidak pergi ke segala arah dan mudah untuk dihancurkan.

2. Dapat Diiris (Sectile), Dapat diiris dengan pisau dan juga pada
kenampakannya memberikan kehalusan.

3. Dapat Dipintal (Ductile), Dapat dibentuk layaknya kapas.

4. Lentur (Elastic), Bila dibengkokkan dapat kembali keseperti semula.

5. Fleksible, Bila dibengkokkan tidak dapat kembali lagi keseperti semula.

6. Dapat Ditempa, Bila mineral dipukul, dapat menjadi lebih tipis atau
melebur.

3.3 Batuan Beku


Batuan beku adalah batuan yang berasal dari pembekuan magma. Magma
adalah massa batuan dalam bentuk/keadaan cair, bersuhu sangat tinggi (10000C-
20000C). Magma berada dalam bumi pada suatu tempat yang disebut sebagai
dapur magma. Letak kedalaman, volume, dan sifat-sifat dapur magma bermacam-
macam. Magma umumnya mengandung bermacam-macam gas. Gas-gas yang ada
dalam magma mempunyai energi yang besar, sehingga mendorong magma ke atas
hingga kadang-kadang mencapai permukaan Bumi, seperti yang terjadi pada
gunung api aktif yaitu gunung merapi/gunung berapi. Komposisi mineral batuan

17
beku tidak selalu sama dengan magma asalnya karena ada kemungkinan bereaksi
dengan batuan yang dilalui atau yang diterobos.

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke


permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut
dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-
mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan
Bowen’s Reaction Series. Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu
sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan
komposisi mineral batuan beku.

Batuan beku adalah produk akhir dari konsolidasi magma, magma cair
dengan komposisi dasar silikat, kaya unsur volatile dan terbentuk di bawah
permukaan Bumi/dalam Bumi oleh massa yang solid. Pencairan sebagian lapisan
Bumi berlangsung di bawah kerak (mantel), tempat kita hidup yang menghasilkan
magma primer, biasanya dengan komposisi berupa basaltik yang datang ke
permukaan Bumi dengan cara letusan (batuan vulkanik/ekstrusif) atau dengan
injeksi ke lapisan atau celah di kerak pada kedalaman tertentu. Magma lainnya,
berasal dari lelehan basaltik melalui proses diferensiasi. Sebaliknya , massa
batuan asal saat berada di permukaan perlahan-lahan tenggelam ke kedalaman
tertentu karena posisinya yang berada di luar equillibrium isostatic dan dapat
mencapai suhu dan tekanan dimana beberapa mineral dengan titik leleh rendah
yang menyatu atau meleleh, dan inilah yang dinamakan massa magmatik yang
kemudian menghasilkan batuan beku baru

Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi


batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari
besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite,
dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat
letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah

18
basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite.
Batuan beku terbentuk dari pemadatan bahan batu (magma cair), baik mengalami
kristalisasi maupun tanpa kristalisasi. Ada dua tipe dasar batuan beku yaitu:

1) Batuan beku intrusif (plutonik) seperti diorit, granit, gabro, dan


pegmatite yaitu batuan beku yang mengeras di bawah permukaan bumi.

2) Batuan beku ekstrusif (vulkanik) seperti andesit, basalt, obsidian, batu


apung, riolit dan scoria yang mengeras pada atau di atas permukaan bumi.

Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan menjadi:

a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%. Contohnya
Dunit dan Peridotit.

b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52 %. Contohnya


Gabro, Basalt.

c. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-65 %.


Contohnya Andesit dan Syenit.

d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 65%. Contohnya
Granit, Riolit.

Dari segi warna,batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap
dibanding yang komposisinya asam. Ciri khas batuan beku adalah
kenampakannya yang kristalin, yaitu memiliki unut-unit kristal yang kecil yang
saling mengikat satu sama lain.

a. Warna

Warna batuan beku biasanya representasi dari mineral pembentuk batuan beku
itu sendiri. Mineral-mineral tersebut biasanya dibedakan menjadi dua kelompok,
yakni: berwarna cerah (bersifat asam/ felsic) dan berwarna gelap (bersifat basa/
mafic). Beberapa ciri warna pada mineral yang penting pada batuan beku:

Berwarna putih jernih, putih susu dan tidak


Kwarsa :
memiliki belahan.

Mika : Apabila berwarna putih diberi nama muskovit,

19
bilaberwarna hitam diberi nama biotit

Apabila berwarna merah daging diberi nama


ortoklas (bidang belah tegak lurus/ 90o), bila
Feldspar :
berwarna putih abu-abu diberi nama plagioklas
(belahan kristal kembar)

Hijau (butiran/ granular),atau biasanya erwarna


Olivin :
kuning kehijauan seperti gula pasir.

Piroksen : Hijau kehitaman berbentuk prismatik pendek

Amfibol : Hitam mengkilat berbentuk prismatik panjang

Oksida besi : Kuning-coklat kemerahan.

(Tabel 3.3.1 Identifikasi Warna Mineral Pada Batuan)

b. Tekstur

Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan


susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk
tentang proses (genesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga menghasilkan
batuan tersebut. Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan beku:

Bila butiran-butiran mineral dapat dilihat dengan


Faneritik : mata telanjang. Bila faneritik dengan ukuran
yang seragam, maka disebut faneritik granular.

Bila butiran-butiran mineral sangat halus


Afanitik : sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang.

Bila mineral butiran yang besar (fenokris-nya)


Porfiritik : dikelilingi mineral-mineral yang berukuran butir
lebih kecil (massa dasar-nya)

Glassy (gelas) : Bila batuan beku tersusun oleh gelas/ kaca

Bila batuan beku terdiri dari fragmen (bagian-


Fragmental :
bagian) batuan beku hasil erupsi gunung api.

20
(Tabel 3.3.2 Identifikasi Tekstur Pada Batuan)

c. Kristalinitas

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar.
Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus,
akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya
berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi,
yaitu:

• Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur
holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah
membeku di dekat permukaan.

• Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.

• Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur
holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai
fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

d. Granularitas

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

1. Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat


dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal
jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:

– Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

– Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.

21
– Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.

– Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan


dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan
tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa
mikroskopis dapat dibedakan:

– Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati


dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.

– Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil


untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran
berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.

– Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

e. Bentuk Kristal (Fabric)

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga
bentuk kristal, yaitu:

– Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.

– Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.

– Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

– Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:

– Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.

– Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
yang lain.

– Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi
yang lain.

– Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

f. Hubungan Antar Kristal (Relasi)

22
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan
antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis
besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

– Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk


batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka
equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

– Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya


terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.

– Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya


terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.

– Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya


terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

– Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk


batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain
disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

g. Struktur

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan


lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar
hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:

• Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik
bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.

• Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang


tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat
dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:

> Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen
lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.

23
> Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh
keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut
menunjukkan arah yang teratur.

> Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-
lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.

> Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh
mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.

> Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan


batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.

> Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-
struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan
(fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang),
dan sheeting joint (kekar berlembar).

h. Komposisi Mineral

Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan


mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

• Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari
mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.

• Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen,
amphibol dan olivin.

Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan


SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang
berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar
klasifikasinya.

Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976)


batuan beku dibagi menjadi:

• Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.

24
• Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.

• Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T.
Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut
batuan vulkanik.

Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:

• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya
adalah riolit.

• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% – 66%.


Contohnya adalah dasit.

• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% – 52%. Contohnya
adalah andesit.

• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%.
Contohnya adalah basalt.

Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:

• Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.

• Mesococtik rock, apabila mengandung 30% – 60% mineral mafik.

• Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.

Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan
indeks warnanya sebagai berikut:

• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.

• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.

• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.

• Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan


kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:

1. Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.

25
2. Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.

Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung


semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan
bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan
dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun
Oleh Bowen. pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan
temperaturnya Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur
telah disusun oleh Bowen. Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang
pertama kali terbentuk dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi
jika magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama
kali. Olivin dan Piroksan merupakan pasangan ”Incongruent Melting”; dimana
setelah pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk
Piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan sesuai
dangan temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk
dalam temperatur yang rendah Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral
kelompok Plagioklas, karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas.
Anorthite adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan
banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin
terbentuk peda suhu menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit.
Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini
banyak tersebar pada batuan asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya
komposisiPlagioklas ini merupakan deret : “Solid Solution” yang merupakan
reaksi kontinue, artinya kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi
setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis Plagioklas
yang kaya Ca, sering disebut Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah
Plagioklas kaya Na ( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium
Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral
Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau

26
mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah
mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.

(Gambar 3.3.1 Bowen Reaction Series)


Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan dari
magma yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku, lalu
sadimen, batuan sedimen dan batuan metamorphic dan akhirnya berubah menjadi
magma kembali. Mekanisme siklus batuan yaitu magma mengalami proses siklus
pendinginan, terjadi kristalisasi membentuk batuan beku pada siklus ini, Ketika
batu didorong jauh di bawah permukaan bumi, maka batuan dapat melebur
menjadi magma. Selanjutnya batuan beku tersebut mengalami pelapukan. tererosi,
terangkut dalam bentuk larutan ataupun tidak larut, diendapkan, sedimentasi
membentuk batuan sedimen. Ada pula yang langsung mengalami peubahan
bentuk menjadi metamorf saat siklus berlangsung. Selanjutnya pada siklus ini,
batuan sedimen dapat mengalami perubahan baik secara kontak, dynamo dan
hidrotermik akan mengalami perubahan bentuk dan menjadi metamorf. Siklus
berikutnya, batuan metamorf yang mencapai lapisan bumi yang suhunya tinggi
mungkin berubah lagi menjadi magma lewat proses magmatisasi.Setelah
mengalami siklus mulai dari magma tadi, batuan akan berubah bentuk dan
jenisnya menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf kemudian
menjadi magma kembali jika terdorong ke dalam bumi dan meleleh.

27
(Gambar 3.3.2 Siklus Batuan)

3.4 Batuan Sedimen

Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnesis


dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini
meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan
yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosidan
transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika
energi transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.

Proses mengenai lapisan tanah yang beroperasi di permukaan Bumi, sulit


dipisahkan dengan perubahan yang terjadi di daratan benua selama masa hidup
manusia tetapi terjadi diatas masa sepuluh ribuan atau berjuta-juta tahun, efek
dari proses ini adalah pantas untuk dipertimbangkan. Pada waktu yang tertentu,
kekuatan erosi/longsor dari sistem hidrologi, dapat mengikis secara keseluruhan
dari suatu dataran rendah. Dalam prosesnya, bekas peninggalan yang dikikis
diangkut oleh sungai dan tersimpan seperti lapisan sedimentary yang baru
terbentuk. Satu rangkaian lapisan sedimentary batu karang mungkin memiliki
ketebalan beribu-ribu meter. Ketika terangkat ke permukaan, masing-masing
lapisan batu karang menyediakan informasi tentang peristiwa yang lampau
(genesa) tentang sejarah Bumi. Peristiwa seperti itu contohnya adalah
pembentukan Moenkopi di selatan Utah yang terlihat di bagian atas permukaan.

Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang
terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi.
Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih
ada energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-

28
terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material
sedimen dapat berupa :

1. Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di
sungai, pasir di pantai dan lumpur di laut atau di danau.

2. Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organism


air dan vegetasi di rawa-rawa.

4. Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau dankalsim
karbonat di laut dangkal.

Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada


sediment selama terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah
proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang kompak.
Proses diagnesis ini dapat merupakan kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan
lapisan di atas atau proses sedimentasi yaitu perekatan bahan-bahan lepas tadi
menjadi batuan keras oleh larutan-larutan kimia misalnya larutan kapur atau
silisium. Sebagian batuan sedimen terbentuk di dalam samudera. Bebrapa zat ini
mengendap secara langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam
(CaSO4.nH2O). adapula yang diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik
tumbuhan maupun hewan.

Proses diagenesa antara lain :

1. Kompaksi Sedimen

Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan
dari berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar
butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.

2. Sementasi

Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara


kimiawi mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif
bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.

3. Rekristalisasi

29
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang
berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya.
Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.

4. Metasomatisme

Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa


pengurangan volume asal.

Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Sedimen

-Tekstur.

Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berkaitan dengan ukuran, bentuk,


dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk
tentang proses (genesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga menghasilkan
batuan tersebut.

Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan sedimen yaitu :

1. Tekstur Klastik : jenis tekstur batuan sedimen ini merupakan hasil rombakan
material-material yang telah ada sebelumnya. Yang perlu diperhatikan pada
batuan sedimen klastik adalah ukuran dan bentuk butir. Untuk ukuran butir
digunakan skala W. Wentworth, sebagai berikut :

Nama Butiran Ukuran Butir (mm)

Boulder (bongkah) > 256


Cobble (brangkal) 64 – 256
Pebble (kerakal) 4 – 64
Granule (kerikil) 2–4
Sand (pasir) 1/16 – 2
Silt (lanau) 1/256 – 1/16
Clay (lempung) < 1/256
(Tabel 3.4.1 ukuran butir skala W. Wentworth)

Agar lebih mudah melakukan pengukuran ukuran butir, maka digunakan


alat pembanding ukuran butir batuan (komparator). Bentuk butir dibagi dua, yaitu

30
: membulat (rounded) dan meruncing (angular). Bentuk butir akan mempengaruhi
penamaan batuan apabila berukuran lebih besar dari 2 mm.

2. Tekstur non-klastik : ciri khas dari tekstur non-klastik adalah adanya kristal-
kristal yang saling menjari, tidak terdapat ruang pori-pori antar butir, dan
umumnya memiliki satu jenis mineral saja (monomineralitik) dan merupakan
hasil aktivitas kimiawi, termasuk biokimia.

Jenis Butir Ukuran Butir (mm)


Kasar >5
Sedang 1–5
Halus <1
(Tabel 3.4.2 Tekstur Non klasik Batuan Sedimen)

a. Warna
Secara umum warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa
factor, yaitu :
a) Warna mineral pembentukkan batuan sedime Contoh jika mineral
pembentukkan batuan sedimen didominasi oleh kwarsa maka batuan akan
berwarna putih.
b) Warna massa dasar/matrik atau warna semen.
c) Warna material yang menyelubungi (coating material).Contoh batupasir
kwarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau.
d) Derajat kehalusan butir penyusunnya. Pada batuan dengan komposisi yang
sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya cenderung akan lebih
gelap.

Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan, jika


kondisi lingkungannya reduksi maka warna batuan menjadi lebih gelap
dibandingkan pada lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang banyak kandungan
material organic (organic matter) mempunyai warna yang lebih gelap.

b. Pemilahan (Sorting)

31
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan
sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka
pemilahan semakin baik. Pemilahan yaitu keseragaman butir didalam batuan
sedimen klastik. Beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan
batuan, adalah:

- Well sorted : terpilah baik

- Medium sorted : terpilah sedang

- Poor sorted : terpilah buruk

c. Kebundaran (Bentuk Butir)

Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana


sifat ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klastik kasar.

– Wellrounded (membundar baik) : Semua permukaan konveks, hampir


equidimensional, sferoidal.
– Rounded (membundar) : Pada umumnya permukaan-permukaan bundar,
ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar.
– Subrounded (membundar tanggung) : Permukaan umumnya datar dengan
ujung-ujungnya yang membundar.
– Subangular (menyudut tanggung) : Permukaan pada umumnya datar
dengan ujung-ujung tajam.
– Angular (menyudut) : Permukaan konkaf dengan ujungnya tajam.
d. Kemas
merupakan hubungan antar butir dimana dibagi menjadi dua berdasarkan
kerapatan antar butiran yaitu:
 Tertutup bila butirannya saling bersentuhan satu dengan yang lainnya.
Batuan yang memiliki kemas tertutup memiliki lingkungan pengendapan
pada media encer/cair yang menyebabkan menganduk matriks atau semen.

 Terbuka bila butirannya saling tidak bersentuhan satu dengan yang


lainnya. Batuan yang memiliki kemas terbuka memiliki lingkungan
pengendapan pada media yang pekat.

32
e. Porositas,

menentukan perbandingan volume antara rongga-rongga pori batuan


dengan volume total seluruh batuan. Penentuan porositas ini harus diteliti lebih
lanjut di laboratorium dengan menggunakan sayatan batuan. Untuk dilapangan
dapat digunakan dengan cara porositas baik dan porositas buruk.

f. Permeabilitas (Kelulusan)

Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat


cair). suatu batuan memiliki permeabilitas baik jika cairan diatas batuan yang
diteteskan air terserap dengan sangat cepat. Suatu batuan memiliki permabilitas
sedang jika cairan diatas batuan yang diteteskan air terserap dengan cepat. Suatu
batuan memiliki permeabilitas buruk jika carian diatas batuan yang diteteskan air
terserap dengan lambat.

 1. Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air

 2. Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air

g. Struktur

Struktur sedimen meripakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari


batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi
pembentukannya. Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan
maupun segera setelah proses pengendapan Dengan kata lain, struktur sedimen
adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar.

– Massif adalah struktur yang tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain
yang tertanam dalam atau ketebalan lebih dari 120 cm.

– Graded bedding adalah lapisan yang dicirikan oleh perubahan yang


granual dari ukuran butir penyusunya, bila bagian bawah kasar dan ke atas
semakin halusdisebut normal gradding, sebaliknya apabila dari halus ke atas
semakin kasar disebut inverse gradding.

33
– Lapisan adalah lapisan yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 cm,
terbentuk dari pola pengendapan dengan energi yang konstan, biasanya
terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.

– Cross bedding, dihasilkan oleh migrasi riple yang cukup besar, atau oleh
gelombang-gelombang yang membawa pori dimana masing-masing lapisan
berukuran lebih dari 5 cm, perlapisan ini membentuk sudut terhadap bidang
lapisan di atas atau di bawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk
akibat intesitas arus yang berubah-ubah.

– Clastic imbrication adalah struktur sedimentasi yang dicirikan oleh


fragmen-fragmen tabular yang overlaping dan menunjukan arus ke atas pada
daerah yang miring kenampakan penjajaran material seperti susunan
genting, disebabkan penggulungan energi transportasi.

h. Komposisi Mineral.
Mineral-mineral yang terdapat pada batuan sedimen, antara lain : kwarsa,
mika, karbonat, mineral lempung, dan sebagainya. Komposisi mineral dari batuan
sedimen klastik dapat dibedakan yaitu :
– Fragmen adalah bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat berupa
pecahan-pecahan batuan, mineral dan cangkang-cangkang fosil atau zat
organik lainnya.
– Matriks adalah bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan
terletak diantara fragmen massa dasar. Matriks dapat berupa batuan, mineral
atau fosil.
– Semen, bukan butir tetapi material pengisi rongga antar butir dan bahan
pengikat diantara

3.5 Batuan Metamorf

Batuan metamorf membentuk bagian yang cukup besar dari kerak bumi
dan diklasifikasikan berdasarkan tekstur, selain juga oleh susunan mineral dan
susunan kimianya (fasies metamorfik). Batuan jenis ini dapat terbentuk secara

34
mudah akibat berada dalam kedalaman tinggi, mengalami suhu tinggi dan tekanan
besar dari lapisan batuan di atasnya. Mereka dapat terbentuk dari
proses tektonik seperti tabrakan benua, yang menyebabkan tekanan horisontal,
gesekan dan distorsi. Mereka juga terbentuk ketika batuan terpanaskan oleh
intrusi dari batuan cair dan panas yang disebut magma dari interior bumi.
Beberapa contoh batuan metamorf adalah slate, filit, sekis, gneis, dan lain-lain.

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan


aslinya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T)
dan tekanan (P) yang tinggi. Batuan metamorfosa disebut juga dengan batuan
malihan atau ubahan, demikian pula dengan prosesnya, proses malihan. Proses
metamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan mineral dan tekstur
batuan, namun dibedakan denag proses diagenesa dan proses pelapukan yang juga
merupakan proses dimana terjadi perubahan. Proses metamorfosa berlangsung
akibat perubahan suhu dan tekanan yang C dan 300 Mpa (mega pascal), dan
dalam keadaan padat. tinggi, diatas 200 C dan Sedangkan proses diagenesa
berlangsung pada suhu dibawah 200 proses pelapukan pada suhu dan tekanan
normal, jauh dibawahnya, dalam lingkungan atmosfir. Preses metamorfosa dapat
didefinisikan sebagai: ”Perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam
keadaan (fasa) padat (solid C dan tekanan 300 Mpa”. slate) pada suhu diatas 200.

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat
proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan
sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan
baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah
batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer
yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan
perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya
terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian
mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi

35
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi
fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan
sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa. Tahap-
tahap proses metamorfisme :
1. Rekristalisasi Proses ini dibentukoleh tenaga kristaloblastik, di sini terjadi
penyusunan kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah
ada sebelumnya.
2. Reorientasi Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini
pengorientasian kembali dari susunan kristak-kristal, dan ini akan
berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada.
3. Pembentukan mineral-mineral baru Proses ini terjadi dengan penyusunan
kembali elemen-elemen kimiawi yang sebelumnya sudah ada.

Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi


dasarnya. Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan
permukaan yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi
pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar.
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir batuan,
mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak
berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan hidroflorik.
Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta
bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis
Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang
suatu batuan tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas
memberi nama batuan tersebut. Berikut cara menentukan sifat fisik batuan :
a. Warna
Beberapa ciri warna pada mineral yang penting :
– Kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.
– Mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna
hitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahanseperti lembaran-
lembaran.

36
– Feldspar : apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas(bidang belah
tegak lurus/ 90°), bila berwarna putih abu-abudiberi nama plagioklas (belahan
kristal kembar).
– Karbonat : biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomit, ciri utama
mineral karbonat ini adalah bereaksi dengan HCl.
b. Tekstur
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral
yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk
butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan
berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur
berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur
merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,dan sesudah kristalisasi. Secara
umum, tekstur metamorf terbagi atas tekstur dan tekstur larutan sisa.

– Lepidoblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang tabular.


– Nematoblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang prismatic.
– Porfiroblastik, apabila mempunyai tekstur porfiroblastik
– Relic, apabila tteksturnya berasal dari batuan terdahulu.
– Homeoblastik, apabila batuan terdiri dari atas satu tekstur saja.
– Granoblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang equedimensional
(granular) dengan batas – batas yang sutured. Mineral – mineralnya
mempunyai bentuk anhedral.
– Granuloblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang equedimensional
(granular) dengan batas – batas yang unsutured. Mineral – mineralnya
mempunyai bentuk anhedral.
– Hornfelsik, seperti granoblastik memperlihatkan tekstur mosaic tetapi tidak
menunjukkan orientasi.
– Heteroblastik, apabila batuan terdiri atas lebih dari satu tekstur.
granoblastik polygonal

c. Struktur

37
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang
berbeda.Macam-macam struktur merupakan hubungan antar butir penyusun dalam
batuan tersebut, antara lain dibedakan menjadi 2 macam :

1. Foliasi

Struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral – mineral pipih sebagai


akibat dari proses metamorphosis. Dapat diperlihatkan boleh mineral – mineral
prismatic yang menunjukkan orientasi – orientasi tertentu. Dihasilkan oleh proses
metamorfisme regional, kataklastik.

2. Non-Foliasi

Struktur yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional yang terdiri


dari butiran butiran granular. Dihasilkan oleh proses metamorfisme kontak.D.
Komposisi Mineral pembentuk batuan.

Struktur – struktur yang biasa dikenal pada batuan metamorf adalah :

a) Slaty cleavage : merupakan struktur foliasi planar yang dijumpai sebagai


bibang – bidang belah pada batu sabak.

b) Granulose / hornfelsik : struktur yang tidak menunjukkan cleavage,


merupakan bmozaik yang terdiri dari mineral yang equidimensional, hasil
dari metamorphosis thermal

c) Filitik : terlihat rekristalisasi yang lebih kasar dari slaty cleavage, sudah mulai
terjadi pemisahan mineral granular (segregasi) tetapi belum sempurna, lebih
kilap daripada batu sabak.

d) Schistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan mineral


equigranular, mineralnya pipih orientasi tidak terputus – putus.

e) Gneistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan mineral


equigranular, orientasi mineral pipih terputus – putus oleh mineral granular.

f) Milonitik : berbutir halus, menunjukkan gerusan – gerusan akibat granulation


yang kuat.

38
g) Filonitik : gejala dan kenampakan mirip milonitik, tetapi sudah terjadi
rekristalisasi dan menunjukkan kilap silky.

3.6 Peta Dasar Geologi

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala
tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Kemudian pengertian geologi secara
umum adalah ilmu yang mempelajari planet bumi, termasuk komposisi,
keterbentukan, dan sejarahnya.

Definisi Peta Geologi menurut (SNI-4691, 1998) adalah Gambaran atau


bentuk dengan melalui ungkapan data dan informasi geologi suatu
daerah/wilayah/kawasan dengan tingkat kualitas berdasarkan skala
Peta geologi dapat diartikan pula sebagai gambar yang merupakan bentuk
data dan informasi geologi suatu daerah atau wilayah dengan tingkat kualitas yang
tergantung pada skala peta yang digunakan. Peta geologi menggambarkan
informasi penyebaran, jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika,
fisiografi dan potensi sumber daya mineral dan juga energi yang disajikan dalam
bentuk gambar dengan warna, simbol atau gabungan dari ketiganya.
Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk
menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur
geologi dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum berbagai data
lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran teknis dari permukaan bumi dan
sebagian bawah permukaan yang mempunyai arah, unsur-unsurnya yang
merupakan gambaran geologi, dinyatakan sebagai garis yang mempunyai
kedudukan yang pasti.
Untuk dapat menggambarkan keadaan geologi pada suatu peta dasar,
digunakan beberapa aturan teknis, antara lain perbedaan jenis batuan yang
digambarkan dengan tanda atau warna,batas satuan batuan atau struktur harus
berupa garis tegas dan penyebarannya harus mengikuti bentuk tubuh batuan beku

39
(sill,batholite,dike,dan sebagainya).sedangkan jenis batuan sedimen akan
tergantung pada Jurus(Stike)dan Kemiringan(Dip).Jurus dan kemiringan adalah
pengukuran yang dilakukan untuk mendiskripsi kedudukan batuan dipermukaan
bumi dan sudutnya dari bidang horizontal.sedangkan definisi Dip adalah sudut
vertikel pada arah tegak lurus strike.

Adapun jeni-jenis peta Geologi dan peta lainnya yang berkaitan


dengan geologi adalah sebagi berikut:
1. Peta geologi permukaan” atau “peta rincian” (surface geological map)
memberikan berbagai formasi geologi yang langsung terletak di bawah
permukaan.
2. Peta singkapan adalah peta yang umumnya berskala besar mencantumkan
lokasi ditemukannya batuan padat, yang dapat memberikan sejumlah
keterangan dari pemboran beserta sifat batuan dan kondisi strukturalnya. Peta
ini digunakan untuk menentukan lokasi, misalnya material yang berupa
pecahan batu, dapat ditemukan langsung di bawah permukaan.
3. Peta ikhtisar geologis, adalah peta yang berskala sedang hingga besar, di
mana garis-garis menghubungkan titik-titik yang sama tebal dan sebuah
formasi atau lapisan (dengan demikian konfigurasi struktural tidak kita
temukan di dalamnya) Peta ikhtisar geologis”. tidak saja memberikan
pengamatan langsung terhadap formasi-formasi yang telah tesingkap, akan
tetapi ada kalanya pula ekstrapolasi atas daerah-daerah yang beberapa
formasinya.
4. memberikan informasi langsung berupa formasi-formasi yang telah
tersingkap, mapun ekstrapolasi terhadap beberapa lokasi yang formasinya
masih tertutup oleh lapisan Holosen. Peta ini kadang agak skematis,
umumnya berskala sedang atau kecil, dengan skala 1 : 100.000 atau lebih
kecil.
5. Peta struktur, berskala sedang hingga besar. peta dengan garis-garis
kedalaman yang dikonstruksikan pada permukaan sebuah lapisan tertentu,
yang berada di dalam tanah-bawah. adalah peta dengan garis-garis kedalaman

40
yang dikonstruksikan pada permukaan sebuah lapisan tertentu yang berada di
bawah permukaan. Peta ini memiliki skala sedang hingga besar.
6. Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta
dasar topografi atau batimetri dengan nama dan nomor lembar peta yang
mengacu pada SK Ketua Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK
penggantinya
7. Peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan/atau
potensi sumber daya mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu
8. Peta topografi adalah peta ketinggian titik atau kawasan yang dinyatakan
dalam bentuk angka ketinggian atau kontur ketinggian yang diukur terhadap
permukaan laut rata-rata.
9. Peta isopach, yaitu peta yang menggambarkan garis-garis yang
menghubungkan titik-titik suatu formasi atau lapisan dengan ketebalan yang
sama. Dalam peta ini tidak ditemukan konfigurasi struktural. Peta ini berskala
sedang hingga besar.
10. Peta fotogeologi, adalah peta yang dibuat berdasarkan interpretasi foto udara.
Peta fotogeologi harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang sesungguhnya
di lapangan.
11. Peta hidrogeologi, adalah peta yang menunjukkan kondisi airtanah pada
daerah yang dipetakan. Pada peta ini umumnya ditunjukkan formasi yang
permeabel dan impermeabel.

Khususnya peta Geologi akan memiliki sebuah bagian-bagian yang nantinya


akan menjadi tuntunan atau panduan untuk kita bisa membaca sebuah kondisi
lapangan dari gambar yang terdapat dalam sebuah peta. diantaranya :
a) Judul Peta
Adalah sebuah identitas dari sebuah peta. Biasanya ditulis suatu nama daerah
tempat yang digambarkan.

b) Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi yang dicantumkan dibagian kiri bawah dari sebuah peta
yang berisi tentang informasi pembuatan dan instansi pembuat.

41
c) Nomor Peta
Adalah angka yang dicantumkan dibagian kanan atas peta yang menunjukan
nomor peta tersebut.
d) Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan dari nomor-nomor peta yang lain yyang tergambar
disekitar peta yang bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila
memrlukan interprestasi suatu daerah yang lebih luas.
e) Sistem Koordinat
Sistem koordinat ini sangatlah penting dalam sebuah pembuatan peta, karena
dengan adanya sistem koordinat maka kita akan dapat menggambarkan
sebuah peta topografi dengan mudah dalam skala yang lebih kecil. Sumbu
koordinat ini adalah berupa dua garis sumbu yang biasa dilambangkan
dengan X dan Y. beberapa macam koordinat diantaranya, yaitu : Koordinat
geografis Koordinat grid Koordinat lokal

f) Skala Peta
Pengertian dari skala yaitu suatu perbandingan dari jarak gambar pada peta
terhadap jarak datar sesungguhnya di lapangan. Contohnya skala 1 :15.000,
ini berarti 1 cm dip eta sama dengan 15 m jarak sebenarnya di lapangan.
g) Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi,
garis kontur ini memiliki sifat-sifat tertentu diantaranya, yaitu : Garis kontur
merupakan kurva tertutup yang tidak akan memotong satu sama lain dan
tidak akan bercabang. Garis kontur yang didalam selalu lebih tinggi dari pada
garis kontur yang di luar. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang
sama. Indeks kontur dinyatakan dengan garis tebal. Semakin rapat jarak
antara garis kontur berarti semakin terjal medan sebenarnya dan jika garis
kontur bergerigi maka kemiringannya hampir sama dengan 900. Pelana

42
(sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah
satu sama lainnya.
h) Legenda Peta
Legenda dalam sebuah peta merupakan salah satu bagian dari gambar peta
yang berfungsi sebagai tambahan agar dapat memudahkan interpretasi peta,
berupa simbol-simbol maupun keterangan lainnya. Dalam peta geologi
simbol yang digunakan biasanya berupa gambar sebaran batuan yang
berwarna-warni yang membedakan jenis batuan yang satu dengan yang
lainnya.

(Gambar 3.6.1 Simbol Batuan pada peta Geologi)

Singkatan huruf satuan kronostratigrafi pada peta geologi ditunjukan dengan


singkatan huruf (Elseiver, 1989). Dengan aturan sebagi berikut :

1. Huruf pertama, ditulis dengan huruf kapital (besar). Huruf pertama ini
menyatakan jaman, misalnya P untuk Perem, TR untuk Trias, T untuk Tersier
2. Huruf kedua, ditulis dengan huruf kecil yang menyatakan seri. Misalny Tm
yang berarti kala Miosen jaman Tersier.

43
3. Huruf ketiga, ditulis dengan huruf kecil yang menyatakan nama formasi atau
satuan litologi. Misalnya Tmc yang berarti Formasi Cipluk berumur Miosen.
4. Huruf keempat, ditulis dengan huruf kecil yang menyatakan jenis litologi atau
satuan peta yang lebih rendah (anggota). Misalnya Tmcl yang berarti anggota
batugamping Formasi Ciluk yang berumur Miosen.
5. Huruf kelima hanya digunakan batuan yang mempunyai kisaran umur
panjang. Misalnya Tpokc yang berarti Anggota Cawang Formasi Kikim
berumur Paleosen-Oligosen.
6. Huruf pT (p kecil sebelum T besar) digunakan untuk singkatan umur batuan
sebelum Tersier yang tidak diketahui umur pastinya.
7. Untuk batuan yang mempunyai kisaran umur panjang, urutan singkatan umur
berdasarkan dominasi umur batuan, misalnya QT untuk batuan berumur
Tersier hingga Kuarter yang didominasi batuan berumur Quarter; Jk untuk
batuan berumur Jura hingga Kapur yang didominasi batuan berumur Jura.
8. Batuan beku dan malihan yang tidak terperinci susunan dan umurnya cukup
dinyatakan dengan satu atau dua buah huruf, misalnya a untuk andesit, b
untuk basal, gd untuk granodiorit, um untuk ultramafik atau ofiolit dan s
untuk sekis.
9. Batuan beku dan malihan yang diketahui umurnya menggunakan lambang
huruf jaman, misalnya Kg berarti granit berumur kapur.
10. Pada peta geologi skala kecil, himpunan batuan cukup dinyatakan dengan
huruf dibelakang jaman era, jaman atau sub-jaman; misalnya Pzm berarti
batuan malihan berumur Paleozoikum, Ks berarti sedimen berumur Kapur,
Tmsv berarti klastika gunungapi berumur Miosen, Tpv berarti batuan
gunungapi berumur Paleogen, Tni berarti batuan terobsan berumur Neogen.
Satuan bancuh dinyatakan dengan notasi m.

3.7Ala tAlat Geologi

Alat Geologi adalah alat – alat yang digunakan untuk mempelajari ,


mungumpulkan data , mecari bahan galian ,pengambilan sampel , meliputi
pengukuran permukaan bumi hingga penggambaran bentuk bumi secara detail

44
dan mendukung suatu kegiatan atau praktek lapangan geologi sehingga di
perlukannya alat-alat agar kegiatan dapat berjalan dengan baik. Berikut
adalah alat-alat yang di gunakan dalam geologi

1. Kompas Geologi

(gambar 3.7.1 Kompas Geologi)

Kompas, klinometer, dan “hand level” merupakan alat-alat yang dipakai


dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan
unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan kombinasi dari ketiga

fungsi alat tersebut. Jenis kompas yang akan dibahas disini adalah tipe
Brunton dari berbagai merek. Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton
diperlihatkan dalam (gmbr. Kompas tipe Brunton). Yang terpenting diantaranya
adalah :

1. Jarum Magnet

Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet bumi
(bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan dari posisi
utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya deklinasi berbeda dari
satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat menunjuk posisi geografi yang
benar maka “graduated circle” harus diputar. Penting sekali untuk memperhatikan
dan kemudian mengingat tanda yang digunakan untuk mengenal ujung utara
jarum kompas itu. Biasanya diberi warna (merah, biru atau putih).

2. Lingkaran Pembagian Derajat (graduated circle)

Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi, yaitu


kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0 pada arah utara (N) sampai

45
360 , tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam dan kompas kwadran
dengan pembagian derajat dimulai 0 pada arah utara (N) dengan selatan (S),
sampai 90 pada arah timur (E) dan barat (W).

3. Klinometer

Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau


kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas dan
dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian skala (Gb.
II.3A). Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan persen.

4. Pengatur Horizontal
Alatnya adalah sebuah nivo bulat yang bergandengan dengan klinometer.
Kedudukan kompas horizontal bila gelembung udara tepat di tengah lingkaran.
5. Pengatur Arah
Rangkaian alatnya terdiri dari sighting arm, peep sigh, axial line, felding
sight, dan sight window. alat-alat tersebut dibantu dengan cermin. bila kompas
ditembakkan ke sasaran, semua rangkaian alat tersebut harus bearada di garis
sasaran.
6. Cermin
Cermin merupakan bagian kompas yang digunakan untuk melihat objek
padasaat di lapangan. Cara pengukuran menggunakan kompas geologi adalah
sebagai berikut :

 Mengukur Strike

Tempelkan sisi E (east), geser-geser, bersabarlah hingga gelembung udara


dalam Bull's eye level masuk ke dalam lingkaran, jangan langsung diotak-atik,
tapi tunggu dulu hingga jarum kompas stabil (nggak gerak), terakhir amati sudut
yang ditunjuk arah Utara. Lalu tulislah
sesuai petunjuk N __˚ E
1. Carilah bidang batuan yang agak rata (agar lebih rata, kamu bisa memakai
papan clipboard sebagai alas).

46
2. Tempelkan sisi W (WEST) badan kompas ke bidang batuan dengan lengan
kompas searah strike.
3. Geser-geserlah sampai gelembung udara pada level bulat (bull's eye level)
tepat di tengah.

4. baca derajat yang ditunjukkan jarum utara (yaitu jarum yang menunjuk ke
utara ketika kamu menghadap utara).

 Mendukur Dip
Tempelkan sisi W (west) badan kompas usahakan membentuk sudut 90˚
terhadap strike, Clinometer level diputar-putar sampai gelembung udara berada di
antara garis dalam clinometer level ditengah-tengahnya, terakhir baca sudut dalam
clinometer scale.
1. Tempelkan sisi E (EAST) badan kompas ke bidang batuan dengan lengan
kompas tegak lurus strike.
2. Di bagian belakang kompas ada tuas kecil untuk memutar level tabung
(clinometer level).Putarlah level tabung sampai gelembung tepat di tengah.
3. baca derajat yang ditunjukkan derajat klinometer (ingat, derajat dip maksimal 90
derajat).
 Mengukur Azimuth
Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke tempat
yang dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa : puncak bukit, patok yang
sengaja dipasang, dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil pembacaan yang baik,
dianjurkan mengikuti tahapan sebagai berikut :
1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang
2. Kompas dibuat horizontal dan dipertahankan demikian selama pengamatan.
3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135o menghadap ke depan dan
sightingarm dibuka horizontal dengan peep sight ditegakkan ).
4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang dimaksud
tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung sightingarm dan garis

47
tengah dan garis tengah pada cermin. Sangat penting diingat bahwa : bukan
hanya tangan dengan kompas yang berputar tetapi seluruh badan.
5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak. Hasil bacaan adalah
arah yang dimaksud. Hasil pembacaan arah dapat dipakai untuk menentukan
lokasi dimana pengamat berdiri, dengan dibantu peta topografi.

 Mengukur Slope

1. Buka tutup kompas ± 45° dan posisi kompas tetap vertikal, dengan
klinometer dinol-kan dan nivo tabung berada diatas.
2. Arahkan kompas pada objek yang akan diamati (bisa lebih tinggi atau lebih
rendah), posisi tangan harus lurus.
3. Bidik objek yang akan diamati melalui tabung pengintip.

4. Kunci jarum dengan penahan jarum, lalu baca sudut slopenya

Bagian-bagian dari kompas geologi tersebut. Diantaranya adalah :

 Bull's eye level : Kalo dibahasa indonesiakan menjadi level mata sapi.
Fungsinya digunakan dalam menentukan kedataran kompas geologi saat
melakukan pengukuran strike dan trend.
 Clinometer level : Fungsinya digunakan dalam menentukan kedataran
kompas geologi saat melakukan pengukuran dip dan plunge.
 Clinometer scale : skala yang digunakan saat melakukan pengukuran dip dan
plunge.
 Index pin : penunjuk 0 derajat pada kompas geologi. Bagian ini dapat diputar-
putar sesuai kebutuhan, tetapi biasanya di arahkan ke arah Utara.
 Small sight dan large sight : Fungsinya digunakan untuk melakukan
penembakan menggunakan kompas geologi supaya yang kita bidik tepat lurus
dengan kita.
 Folding sight : Digunakan dalam pengukuran bearing dan inclination
sighting, digunakan juga sebagai bagian penutup kompas.

48
 Lid : Penutup kompas dan merupakan tempat cermin, axial line, dan sighting
window yang berguna ketika membidik suatu sasaran.
 Mirror : Cermin yang terletak pada lid, berfungsi sebagai alat yang membantu
untuk melihat sasaran, terutama ketika mengukur arah dengan kompas sejajar
pinggang.
 Axial line : Berfungsi sebagai indikator kesejajaran kompas dengan sasaran
yang dibidik.
 Sighting window : Lubang yang terletak pada lid, ditengahnya dilewati oleh
axial line, berfungsi untuk membidik suatu sasaran di hadapan pengamat
dengan tepat.
 Graduated circle : Lingkaran pembagi derajat, merupakan bagian yang
ditunjuk oleh jarum kompas.
 Compass needle : Merupakan batang jarum yang berfungsi menunjuk utara
dan selatan dari medan magnet bumi.
 Lift pin : Tombol kecil yang berfungsi untuk menahan arah dari jarum
kompas agar dapat diamati dengan baik.
 Adjusting screw : Berfungsi untuk mengubah graduated circle agar kompas
menunjukkan posisi geografi yang benar.
 Wire coil : Merupakan lilitan pada jarum kompas yang dapa digeser,
berfungsi sebagai pemberat untuk menyesuaikan inklinasi magnetik.
 Hinge : Merupakan sendi kompas yang dapat dilipat, terdapat dua buah pada
kompas geologi, hinge pada sighting arm dan hinge pada lid.
 Sighting arm : Merupakan lengan pada sisi kompas, berfungsi terutama saat
membidik suatu sasaran, dan indikator arah suatu kemiringan objek ketika
mengukur kemiringan (dip).

 Open slot : Merupakan lubang pada sighting arm, ditengahnya terdapat


benang aksial, berfungsi untuk membantu membidik sasaran dengan tepat.
 Peep sight : Berfungsi untuk membidik objek dalam pengukuran azimuth. 18.
Pivot needle : Jarum vertikal yang berfungsi sebagai poros berputarnya
jarum kompas.

49
 Jewel : Bagian jarum kompas yang bersentuhan dengan pivot needle,
berfungsi menahan tubuh jarum kompas diatas pivot needle.

(Gambar 3.7.2 Bagian Kompas Geologi)

2. Lup Geologi
Lup atau kaca pembesar adalah sebuah lensa cembung yang mempunyai
titik fokus yang dekat dengan lensanya. Benda yang akan diperbesar terletak di
dalam titik fokus lup itu atau jarak benda ke lensa lup tersebut lebih kecil
dibandingkan jarak titik fokus lup ke lensa lup tersebut. Di geologi, lup digunakan
untuk mengamati batuan misalnya mineral maupun fosil., lensa pembesar yang
umum dipakai adalah perbesaran 8 sampai 20.

(Gambar 3.7.6 Lup Geologi)


3. Peta dasar

50
Peta dasar atau potret udara gunanya untuk mengetahui gambaran secara
garis besar daerah yang akan kita selidiki, sehingga memudahkan penelitian
lapangan baik morfologi, litologi, struktur dll. Selain itu peta dasar digunakan
untuk menentukan lokasi dan pengeplotan data, umumnya yang digunakan adalah
peta topgrafi/kontur.digunakan untuk informasi tentang keadaan, lokasi, jarak,
rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi juga menampilkan variasi daerah,
tingkat tutupan vegetasi dan perbedaan ketinggian kontur.

(Gambar 3.7.3 Peta Dasar)

4. Palu Batuan Beku

(Gambar 3.7.4 Palu Batuan Beku )

Palu batuan beku berbentuk runcing ini umumnya dipakai di daerah batuan
keras (batuan beku dan metamorf) Ujungnya yang lancip dibuat agar ketika
menggunakannya, kekuatan tumbukan terpusat pada ujungnya yang runcing
tersebut untuk memecahkan batuan-batuan beku dan mengambil bebatuan yang
ingin diamati..

5. Palu Batuan Sedimen

51
(Gambar 3.7.5 Palu Batuan Sedimen )

Bentuknya berujung datar seperti pahat, umumnya dipakai untuk batuan yang
berlapis (batuan sedimen) dan mengambil fosil. palu ini digunakan untuk batuan
sedimen (berlapis). Hal ini dapat dilihat dari bentuknya yang persegi berguna
untuk memecahkan bagian "sampling".
6. Alat Ukur

(Gambar 3.7.7 Alat Ukur)

Biasanya digunakan untuk mengukur jarak litasan dalam suatu daerah


ataupun mengukur ketebalan lapisan, lebar singkapan, dan lain-lain. Alat ukur
yang di gunakan biasanya memilki panjang 50 meter

7. Larutan HCl

(Gambar 3.7.8 Larutan HCl)

52
Larutan HCL digunakan untuk menguji kadar karbonat dalam batuan,
sorting dan determinasi batuan-batuan, baik batuan beku, batuan sedimen dan
batuan metamorf, dan lain sebagainya. Larutan HCL digunakan untuk menguji
kadar karbonat, umumnya 0,1 N.

8. Kantong Sampel

(Gambar 3.7.9 Kantong Sampel)

Kantong contoh batuan (kantong sampel) yang dipakai untuk


membungkus contoh-contoh batuan Sedangkan kertas label digunakan untuk
memberi kode pada tiap contoh batuan sehingga mudah untuk dibedakan. Dapat
juga menggunakan "permanent spidol" untuk meberi kode langsung pada kantong.

9. Buku Lapangan

(Gambar 3.7.10 Buku Lapangan)

Buku catatan lapangan di gunakan untuk mencatat Semua hal-hal penting


di lapangan di catat di buku ini. Mulai dari data-data hasil pengukuran, sketsa,
deskripsi, dan lain-lain ada di dalamnya.

53
3.8 Struktur Geologi

Struktur geologi adalah segala unsur dari bentuk arsitektur kulit bumi
yangdiakibatkan oleh gejala-gejala gaya endogen bumi. Bentuk arsitektur susunan
batuandi suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan yang telah
mengalamideformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Deformasi
adalah perubahan dalam tempat dan/atau orientasi dari tubuh batuan. Deformasi se
caradefinisi dapat dibagi menjadi :
- Distortion, yaitu perubahan bentuk
.- Dilatation, yaitu perubahan volume.
- Rotation, yaitu perubahan orientasi.

- Translation, yaitu perubahan posisi.

Struktur geologi adalah suatu struktur atau kondisi geologi yang ada di
suatu daerah sebagai akibat dari terjadinya perubahan-perubahan pada batuan oleh
proses tektonik atau proses lainnya. Dengan terjadinya proses tektonik, maka
batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf) maupun kerak bumi
akan berubah susunannya dari keadaannya semula. Struktur geologi yang penting
untuk diketahui antara lain : sistem perlipatan,sistem kekar, sistem sesar,bidang
perlapisan, dan ketidakselarasan. Deformasi adalah proses perubahan pada
tubuh batuan (berupa perubahan bentuk, posisi, maupun volume batuan)
akibat gaya yang bekerja padanya. Ada 3 jenis stress (gaya yang bekerja pada
suatu permukaan (persatuan luas).

 Compressive forces: dihasilkan oleh gaya eksternal yang saling


berhadapan dan menekan batuan. batuan akan mengalami pemendekan

 Tensional forces : dihasilkan oleh gaya eksternal yang saling berhadapan


dan menjauhi batuan. batuan akan mengalami pemanjangan

 Shearing forces : dihasilkan oleh gaya eksternal yang saling sejajar


namun berlawanan arah. batuan akan mengalami pergeseran antar
perlapisan

54
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai
produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures) dan
Rekahan (cracks); (2). Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting).
Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur
struktur, yaitu:

1. Kekar (Jointing )

Secara sederhana dikatakan sebagai rekahan berbentuk teratur pada masa


batuan yang tidak menampakkan (dilihat dengan mata telanjang) telah terjadi
pergeseran pada kedua sisi-sisinya.
Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang
umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
 Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola
saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama.
Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.

 Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah


gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.

 Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak


lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

2. Lipatan (Folding)

Lipatan adalah Lipatan adalah bentuk lengkung suatu benda yang


pipih/lempeng, deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan
sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan.

Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu lipatan


sinklin dan lipatan antiklin. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke
arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan
menjadi :

- Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.

55
- Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu
utama.

- Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau


tidaknya sumbu utama.

- Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.

- Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.

- Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.

- Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh
permukaan planar.

3. Patahan/ Sesar ( Faulting )

Sesar / patahan (fault) yang dikenal juga sebagai patahan adalah rekahan
pada masa batuan yang telah memperlihatkan gejala pergeseran pada ke dua belah
sisi bidang rekahan. Sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang
berhadapan, dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan. Ukuran sesar dapat
berkisar beberapa centimeter sampai mencapai ratusan kilometer. Jurus dan
kemiringan sesar diujur sama seperti pengukuran pada perlapisan batuan
sedimen. Berdasar kinematikanya, secara garis besar, dibedakan menjadi sesar
turun, sesar naik, dan sesar geser. Sesar yang dimaksud adalah pergeseran yang
disebabkan oleh gaya tektonik. Sesar adalah satuan rekahan pada batuan yang
telah mengalami pergeseran

JENIS SESAR

 Sesar Normal / Turun (Normal / Gravity Fault)

 Sesar Naik (Reverse / Thrust Fault)


 Sesar Mendatar / Geser (Horizontal / Strike-Slip Fault)
 Sembul (Horst)
 Terban (Graben)

4. Hubungan Antara Lipatan dan Patahan

56
Batuan yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda terhadap gaya
tegasan yang bekerja pada batuan batuan tersebut, dengan demikian kita juga
dapat memperkirakan bahwa beberapa batuan ketika terkena gaya tegasan yang
sama akan terjadi retakan atau terpatahkan, sedangkan yang lainnya akam terlipat.

Geometri dari perlipatan lapisan batuan yang terkena tegasan dimana pada
tahap awal perlapisan batuan akan terlipat membentuk lipatan sinklin – antiklin
dimana secara geometri bentuk lengkungan bagian luar (outer arc) akan
mengalami peregangan sedangkan lengkungan bagian dalam akan mengalami
pembelahan (cleavage). Apabila tegasan ini berlanjut dan melampaui batas
elastisitas batuan, perlipatan akan mulai terpatahkan (tersesarkan) melalui bidang
yang terbentuk pada sumbu lipatannya. Pada bidang patahan, gaya tegasan akan
berubah arah seperti diperlihatkan pada.

Ketika batuan batuan yang berbeda tersebut berada di area yang sama,
seperti batuan yang bersifat lentur menutupi batuan yang bersifat retas, maka
batuan yang retas kemungkinan akan terpatahkan dan batuan yang lentur mungkin
hanya melengkung atau terlipat diatas bidang patahan. Demikian juga ketika
batuan batuan yang bersifat lentur mengalami retakan dibawah kondisi tekanan
yang tinggi, maka batuan tersebut kemungkinan terlipat sampai pada titik tertentu
kemudian akan mengalami pensesaran, membentuk suatu patahan.

57
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Deskripsi Litologi Perstasiun

1. Stasiun 1

N 220° E

Gambar 4.1. Singkapan stasiun 1

a. Data Singkapan

Ditemukan singkapan yang terletak pada koordinat 3°35’36” S dan

122°10’9,2” E dengan dimensi panjang 4 meter dan tinggi 5 meter. Singkapan ini

bersifat insitu dan hubungan antar batuan sekitarnya tidak selaras, arah

penyebaran N 275° E/50°.

b. Data Litologi

Jenis batuan : Batuan sedimen Non-klastik

Warna lapuk : Coklat kekuningan

58
Warna segar : Coklat kehitaman

Porositas : Buruk

Permeabilitas : Buruk

Struktur : Sakaroidal

Nama batuan : Batugamping (bereaksi dengan HCl)

Gambar 4.2. Batugamping

c. Data Geomorfologi

Lembah berbentuk V, stadia daerah muda, tingkat pelapukan rendah, tata

guna lahan perkebunan, tipe morfologi sungai bersifat permanen.

d. Data Struktur

Tabel 4.1 Data Kedudukan Kekar gerus (Shear Joint)

No. Kedudukan

1. N 202° E / 45° - N 105° E / 10°

2. N 280° E / 53° - N 160° E / 52°

59
3. N 301° E / 52° - N 105° E / 48°

4. N 285° E / 54° - N 82° E / 48°

5. N 274° E / 64° - N 210° E / 11°

6. N 282° E / 65° - N 105° E / 10°

7. N 274° E / 45° - N 210° E / 11°

8. N 205° E / 45° - N 160° E / 32°

9. N 265° E / 45° - N 272° E / 62°

10. N 284° E / 61° - N 261° E / 16°

11. N 276° E / 65° - N 279° E / 34°

12. N 283° E / 71° - N 350° E / 86°

13. N 269° E / 34° - N 271° E / 46°

14. N 98° E / 35° - N 305° E / 86°

15. N 77° E / 79° - N 68° E / 17°

16. N 132° E / 67° - N 221° E / 71°

Tabel 4.2 Analisa Kekar (shear Joint)

No. Azimuth Pelurus Turus Frekuensi

1. 0-10 181-190

2. 11-20 191-200

3. 21-30 201-210 |||| 5

4. 31-40 211-220

5. 41-50 221-230

60
6. 51-60 231-240

7. 61-70 241-250

8. 71-80 251-260 | 1

9. 81-90 261-270 |||| 5

10. 91-100 271-280 |||| ||| 8

11. 101-110 281-290 |||| 4

12. 111-120 291-300 | 1

13. 121-130 301-310 || 2

14. 131-140 311-320

15. 141-150 321-330

16. 151-160 331-340

17. 161-170 341-350 || 2

18. 171-180 351-360 | 1

2. Stasiun 2

N 75° E

Gambar 4.3. Singkapan stasiun 2

61
a. Data singkapan

Ditemukan singkapan batuan yang terletak pada koordinat 3°35’34,5” S

dan 122°10’8,5” E dengan dimensi panjang 1,03 meter dan tinggi 2 meter.

Singkapan ini bersifat insitu dan hubungan antar batuan sekitarnya tidak selaras,

arah penyebaran N 70° E/ 30°.

b. Data Litologi

Jenis batuan : Batuan sedimen Non-klastik

Warna lapuk : Coklat kehijauan

Warna segar : hitam keabu- abuan

Struktur : Sakaroidal

Nama batuan : Batugamping

Gambar 4.4. Batugamping

62
c. Data Geomorfologi

Lembah berbentuk V, stadia daerah muda, tingkat pelapukan rendah, tata

guna lahan perkebunan, tipe morfologi sungai bersifat permanen.

d. Data Struktur

Data struktur yang ditemukan pada stasiun ini adalah zona hancuran atau

breksiasi sesar dari sesar Lawanopo.

3. Stasiun 3A

N 260° E

Gambar 4.5. Singkapan stasiun 3A

a. Data singkapan

Ditemukan singkapan batuan yang terletak pada koordinat 3°35’31,5” S

dan 122°10’9,9” E dengan dimensi panjang 3 meter dan tinggi 0,7 meter.

Singkapan ini bersifat insitu dan hubungan antar batuan sekitarnya sama atau

selaras, arah penyebaran N 30° E/ 78°.

63
b. Data Litologi

Jenis batuan : Batuan sedimen klastik

Warna lapuk : Coklat

Warna segar : Abu-abu

Tekstur

Ukuran butir : Pasir halus (1/8 mm – ¼ mm)

Bentuk : Rounded

Sortasi : Well sorted

Kemas : Tertutup

Permeabilitas : Sedang

Porositas : Sedang

Tabel 4.3 Komposisi Material Batuan Stasiun 3A

Komposisi Material Bentuk Ukuran Material Batuan Asal Persentase


Fragmen Butiran 1/8 – ¼ mm feldspar 58 %
Matriks Butiran 1/256 – 1/16 mm Kuarsa 30 %
Semen Butiran < 1/256 mm Oksida besi 12 %

Nama batuan : Batu pasir halus

64
Gambar 4.6. Batupasir Halus

c. Data Geomorfologi

Lembah berbentuk V, stadia muda, tingkat pelapukan rendah, tata guna

lahan perkebunan, tipe morfologi sungai permanen.

d. Data Struktur

Data struktur pada singkapan ini yaitu sesar tarik atau extension joint.

Termasuk dalam formasi Tokala dengan kemiringan hampir tegak mendekati 90o

4. Stasiun 3B

N 178° E

Gambar 4.7. Singkapan stasiun 3B

a. Data singkapan

65
Ditemukan singkapan yang terletak pada koordinat 3°35’31,5” S dan

122°10’9,9” E dengan dimensi panjang 7 meter dan tinggi 5 meter. Singkapan ini

bersifat insitu dan hubungan antar batuan sekitarnya sama atau selaras.

b. Data Litologi

Jenis batuan : Batuan sedimen klastik

Warna lapuk : Coklat

Warna segar : Abu-abu kemerahan

Tekstur

Ukuran butir : Lempung (<1/256 mm)

Bentuk : Rounded

Sortasi : Well sorted

Kemas : Tertutup

Permeabilitas : Buruk

Porositas : Buruk

Struktur : Berlapis

Tabel 4.4 Komposisi Material Batuan Stasiun 3B

Komposisi Material Bentuk Ukuran Material Batuan Asal Persentase


Fragmen - 1/256 – 1/16 mm Feldspar 45%

66
Matriks - < 1/256 mm Feldspar 35%
Semen - <1/256 mm Oksida besi 20%

Nama batuan : Serpih merah

Gambar 4.8. Serpih Merah

c. Data Geomorfologi

Lembah berbentuk V, stadia daerah muda, tingkat pelapukan rendah, tata

guna lahan perkebunan, tipe morfologi sungai permanen.

d. Data Struktur

Data struktur pada singkapan ini yaitu kekar tarik atau extension joint.

Termasuk formasi Tokala dengan kemiringan mendekati 90°.

5. Stasiun 4

N 179° E

67
Gambar 4.9. Singkapan stasiun 4

a. Data singkapan

Ditemukan singkapan yang terletak pada koordinat 3°35’31,5” S dan

122°10’9,9” E dengan dimensi panjang 8 meter dan tinggi 6 meter. Singkapan ini

bersifat insitu dan hubungan antar batuan sekitarnya sama atau selaras.

b. Data Litologi

Jenis batuan : Batuan beku ultrabasa

Warna lapuk : Abu-abu kecoklatan

Warna segar : Hijau

Tekstur

Kristalinitas : Holokristalin

Granularitas : Faneritik

Fabrik : Euhedral

Relasi : Innequigranular

Tabel 4.5 Komposisi Mineral Batuan Stasiun 4

Komposisi Mineral Warna Bentuk Mineral Persentase

68
Olivin Hijau muda Kubik 74%
Piroksen Hitam kehijauan Prismatik 16%
Feldspar Merah daging Prismatik 10%
Struktur : Masif

Nama batuan : Sarpentinit

Gambar 4.10. Serpentinit

c. Data Geomorfologi

Singkapan ini memiliki slope N 205° E, relief berbukit tersayat tajam atau

terjal, erosi alur, tata guna lahan jalan, tingkat pelapukan sedang.

6. Stasiun 6

N 105° E

Gambar 4.11. Singkapan stasiun 6

69
a. Data singkapan

Ditemukan singkapan yang terletak pada koordinat 3°35’40,7” S dan

122°11’23,8” E dengan dimensi panjang 8 meter dan tinggi 17 meter. Singkapan

ini bersifat insitu dan hubungan antar batuan sekitarnya sama atau selaras.

b. Data Litologi

Gambar 4.12. Peridotit

Jenis batuan : Batuan beku

Warna lapuk : Coklat keabuan

Warna segar : Hijau Kehitaman

Tekstur

Kristalinitas : Holokristalin

Granularitas : Faneritik

Fabrik : Euhedral

Relasi : Innequigranular

Tabel 4.6 Komposisi Mineral Batuan Stasiun 5

70
Komposisi Mineral Warna Bentuk Mineral Persentase
Olivin Hijau muda Kubik 52%
Piroksen Hitam kehijauan Prismatik 28%
Amphibol Hitam mengkilat Prismatik 20%

Struktur : Masif

Nama batuan : Peridotit

c. Data Geomorfologi

Singkapan ini memiliki slope N 52° E, relief bergelombang atau miring,

tata guna lahan jalan, tingkat pelapukan sedang, stadia daerah muda.

Mata Katak

Yaitu proses membuat sketsa yang dilihat dari bawah ke atas puncak.

Gambar 4.13. Pengamatan Mata Katak

71
Mata Elang

Yaitu proses pengambilan sketsa yang dilihat dari atas puncak ke bawah.

Gambar 4.14 Pengamatan Mata Elang

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kondisi Litologi Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa satuan litologi daerah Awila

Puncak yaitu berupa batuan sedimen klastik dan non-klastik untuk wilayah

perbukitan yang memanjang dari barat ke timur serta batuan beku basa pada

wilayah pegunungan di sebelah utara.

Stasiun 1 ditemukan singkapan yang terletak pada titik kordinat N 30 35’

36,6” dan E 1220 10’ 9,2” dengan dimensi panjang 4 m dan tinggi 5 m. Singkapan

batuan ini bersifat insitu atau bersifat menyatu dengan batuan induknya serta

hubungan antar batuan sekitarnya tidak selaras dengan lembah berbentuk V,

72
stadia daerah muda, tingkat pelapukan rendah, tata guna lahan perkebunan, tipe

morfologi sungai bersifat permanen. Arah penyebarannya N 275° E/50.

Singkapan batuan ini mengalami deformasi berupa kekar gerus atau Shear Joint

yang dimana jenis kekarnya yang membentuk pola saling berpotongan

membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama, biasanya berpasangan dan

rekahannya licin dikarenakan terbentuk dari gaya kompresi, sempit. Batuan ini

merupakan jenis batuan sedimen non-klastik dengan warna lapuk coklat

kekuningan dan warna segar coklat kehitaman. Memiliki porositas buruk yang

artinya tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam

batuan tidak ada atau ukuran rongga batuan yang sangat kecil, sehingga

permeabilitas batuan tersebut juga dapat di katakan buruk karena tidak dapat

meloloskan suatu fluida. Struktur sakaroidal dimana partikel – partikelnya

berbutir halus dan sama besar. Batuan ini bereaksi dengan larutan HCl, yang

menandakan bahwa adanya senyawa karbonat pada batuan ini. Berdasarkan hasil

deskripsi, maka diperoleh nama batuannya yaitu batu gamping.

Stasiun ke 2 dijumpai singkapan yang terletak pada titik koordinat S

3˚35’34,3” dan E 122˚10’8,5” dengan dimensi panjang 1,03 m dan tinggi 2 m.

Singkapan batuan ini bersifat insitu dan tidak selaras dengan batuan sekitarnya

dengan daerah sungai yang bersifat permanen dan berbentuk V, tingkat pelapukan

rendah dengan stadia daerah muda serta tata guna lahan berupa perkebunan. Arah

penyebarannya N 70˚ E/30˚. Singkapan batuan ini mengalami deformasi batuan

berupa Breksiasi Sesar atau zona hancuran. Batuan ini merupakan jenis batuan

sedimen non-klastik dengan warna lapuk coklat kehijauan dan warna segar hitam

73
keabuan. Memiliki porositas buruk yang artinya tingkatan banyaknya lubang

(porous) rongga atau pori-pori di dalam batuan tidak ada atau ukuran rongga

batuan yang sangat kecil, sehingga permeabilitas batuan tersebut juga dapat di

katakan buruk karena tidak dapat meloloskan suatu fluida. Serta mempunyai

struktur sakaroidal dimana partikel – partikelnya berbutir halus dan sama besar.

Batuan ini bereaksi dengan larutan HCl, yang menandakan bahwa adanya

senyawa karbonat pada batuan ini. Berdasarkan hasil deskripsi, maka diperoleh

nama batuannya yaitu batu gamping.

Stasiun ke 3 dijumpai singkapan yang terletak pada titik koordinat S

3˚35’31,1” dan E 122˚10’9,9” dengan daerah sungai yang bersifat permanen dan

berbentuk V, tingkat pelapukan rendah dengan stadia daerah muda serta tata guna

lahan berupa perkebunan. Pada stasiun ini ditemukan dua singkapan. Pada

singkapan A mempunyai dimensi panjang 3 m dan tinggi 0,7 m. Singkapan ini

bersifat insitu dan hubungan antar batuan sekitarnya sama atau selaras, arah

penyebaran N 30° E/ 78°. Pada singkapan B memiliki dimensi panjang 7 m dan

tinggi 5 m. Bersifat insitu dan juga selaras dengan batuan di sekitarnya. Arah

penyebarannya N 190˚ E/68˚. Singkapan ini mengalami deformasi berupa kekar

tarik atau Extension Joint, dimana jenis kekarnya berpola tegak lurus dengan arah

gaya utama dan bentuk rekahannya umumnya terbuka.

Batuan A merupakan jenis batuan sedimen klastik dengan warna lapuk abu-

abu dan warna segar coklat. Ukuran butirnya pasir halus yaitu 1/8 – ¼ mm ( Skala

Wentworth ) dengan bentuk rounded ( membundar ) dan sortasi well sorted

74
dimana ukuran butirnya seragam, hal ini biasa terjadi pada batuan sedimen dengan

kemas tertutup. Kemas tertutup dikarenakan butiran fragmen didalam batuan

saling bersentuhan atau berhimpitan satu sama lain, memiliki porositas sedang

yang artinya tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam

batuan cukup banyak, sehingga permeabilitas batuan tersebut juga dapat di

katakan cukup baik karena dapat meloloskan suatu fluida. Komposisi material

batuan ini yaitu fragmen berukuran pasir halus (1/8 – ¼ mm) berbentuk rounded

dengan persentase 60%. Matriks berukuran lanau (1/256 – 1/16 mm) bentuk

rounded dengan persentase 30%.Semen berukuran lempung (< 1/256 mm)

berbentuk rounded dengan persentase 12%. Berdasarkan hasil deskripsi maka

diperoleh nama batuannya yaitu batu pasir halus.

Batuan B merupakan jenis batuan sedimen klastik dengan warna lapuk coklat

dan warna segar abu-abu kemerahan. Ukuran butirnya lempung (< 1/256 mm)

dengan bentuk rounded ( membundar ) dan sortasi well sorted dimana ukuran

butirnya seragam, hal ini biasa terjadi pada batuan sedimen dengan kemas

tertutup. Kemas tertutup dikarenakan butiran fragmen didalam batuan bersentuhan

atau berhimpitan satu sama lain, memiliki porositas buruk yang artinya tingkatan

banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori sedikit/kecil bahkan tidak ada,

sehingga permeabilitas batuan tersebut juga dapat di katakan buruk karena tidak

dapat meloloskan suatu fluida. Komposisi material batuan ini yaitu fragmen dan

matriks berupa feldspar dengan persentase fragmen 45% dan matriks 35%. Semen

berupa oksida besi dengan persentase 20%. Berdasarkan hasil deskripsi maka

diperoleh batuan yaitu batu serpih merah.

75
Stasiun ke 4 ditemukan singkapan yang terletak pada titik koordinat S

3˚35’30,6” dan E 122˚10’59,5” memiliki dimensi panjang 8 m dan tinggi 6 m.

Bersifat insitu dan selaras dengan batuan di sekitarnya, terdapat sungai musiman

berbentuk V, tingkat pelapukan sedang, stadia daerah muda dan tata guna lahan

sebagai jalanan. Singkapan ini memiliki slope N 205˚ E. Batuan ini merupakan

jenis batuan beku ultrabasa dengan warna lapuk abu-abu kecoklatan dan warna

segar hijau. Kristalinitas holokristalin dimana batuannya semua tersusun oleh

kristal, Granularitas faneritik dikarenakan kristalnya dapat dibedakan satu sama

lain secara megaskopis/kasat mata. Fabric euhedral, karena batas dari mineral

adalah bentuk asli dari bidang kristal. Relasi atau hubungan antar kristalnya yaitu

Inequigranular yang dimana ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan

tidak sama besar. Mempunyai struktur Masif yaitu memperlihatkan suatu massa

batuan yang terlihat seragam. Batuan ini mengandung mineral olivin berwarna

hijau muda dengan persentase 74%, piroksin berwarna hitam kehijauan dengan

persentase 16% dan feldspar berwarna merah daging dengan persentase 10%.

Berdasarkan hasil deskripsi maka diperoleh nama batuannya yaitu batu

serpentinit.

Stasiun ke 5 berlokasi di daerah bekas tambang . Pada stasiun ini dilakukan

deskripsi penggambaran/sketsa mata elang dan mata katak. Mata elang adalah

metode penggambaran/sketsa suatu daerah dari puncak/atas ke bawah, sedangkan

mata katak adalah metode penggambaran/sketsa suatu daerah dari bawah ke

puncak/atas. Berdasarkan hasil pengamatan penggambaran mata elang dan mata

76
katak dapat disimpulkan bahwa daerah Awila Puncak memiliki morfologi berupa

pegunungan, perbukitan, serta dataran rendah berupa pantai.

Stasiun ke 6 ditemukan singkapan yang terletak pada koordinat S 3˚35’40,7”

dan E 122˚11’23,8” memiliki dimensi panjang 8 m dan tinggi 17 m, stadia daerah

muda serta tata guna lahan berupa jalanan, bersifat insitu dan selaras dengan

batuan di sekitarnya. Singkapan batuan yang dtemukan memiliki slope 52˚.

Batuan ini merupakan jenis batuan beku basa dengan warna lapuk coklat kelabu

dan warna segar hijau kehitaman. Kristalinitas holokristalin dimana batuannya

semua tersusun oleh kristal, Granularitas faneritik dikarenakan kristalnya dapat

dibedakan satu sama lain secara megaskopis/kasat mata. Fabric euhedral, karena

batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal. Relasi atau hubungan

antar kristalnya yaitu Inequigranular yang dimana ukuran butir kristalnya sebagai

pembentuk batuan tidak sama besar. Mempunyai struktur Masif yaitu

memperlihatkan suatu massa batuan yang terlihat seragam Batuan ini

mengandung mineral olivin berwarna hijau muda sebesar 52%, piroksin berwarna

hijau kehitaman sebesar 28% dan amfibol berwarna hitam mengkilat sebesar 20%.

Berdasarkan hasil deskripsi maka diperoleh nama batuannya yaitu batu peridotit.

77
BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di tarik dari kegiatan Fieldtrip ini yaitu :

1. Ada dua jenis batuan yang terdapat di lapangan, yaitu batuan sedimen dan
batuan beku, batuan sedimen banyak terdapat di sekitar area sungai, dan batu
beku di daerah pertambangan
2. Untuk daerah Awila Puncak memiliki 3 formasi yaitu batuan Ofiolit, formasi
Meluhu dan formasi Tokala, Batuan ofiolit terdiri atas peridotit, Mineral
pendukungnya yaitu Olivin, Pyroxene, Plageoklas. Batuan ini berumur kapur,
formasi Meluhu terdiri atas batu pasir, kuarsit, dan Filit. Umur dari formasi
ini adalah Trias tengah sampai Jura. Formasi tokala berumur Trias-Jura awal
yang terdiri atas batu gamping dan pasir
3. Sistem sesar daerah awila puncak yaitu sistem sesar lawanopo, sistem sesar
ini temasuk sesar-sesar berarah utama, sistem sesar ini menggambarkan
adanya lembar linear panjang, scap, offset, dan pembelokan aliran sungai

5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk praktikum kali ini yaitu:
1. Sebaiknya pada saat di lapangan para praktikan tidak gaduh atau menjaga
ketenangan agar pada saat pengammbilan data dapat lebih konstrasi
2. Kedepannya Para praktikan yang membuat keributan sebaiknya di kasih
hukuman agar mereka jera dan tidak mengulangi kesalahannya
3. Pada saat pengambilan data di lapangan para praktikan di sarankan
membagi tugas agar pengambilan data dapat lebih cepat
4. Pada saat di lapangan ada baiknyajika semua praktikan dapat saling
membantu satu sama lain

78
5. Untuk para asisten kedepannya di sarankan agar lebih memperhatikan para
praktikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan yang di sebabkan
ulah praktikan

DAFTAR PUSTAKA

jurnal-geologi.blogspot.com/2009/07/geo-pengertian-geologi.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Geologi

www.maribelajarbk.web.id › IPA

pengertiandefinisi.com

https://affajri.wordpress.com/2014/03/01/pengertian-geologi/

belajarips.com/info-106-pengertian-geologi.html

Graha, Setia, Doddy (1987). Batuan dan Mineral. Bandung: Nova

http://geoenviron.blogspot.co.id/2012/10/praktikum-mineralogy.html

http://tambangupri-mks.blogspot.co.id/2016/03/laporan-lengkap-kristalografi.html

http://ikhsangeologi.blogspot.co.id/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

79
http://www.slideshare.net/komarreza/24034898-Laporanhasilpraktikummineralogi

http://tluye.blogspot.co.id/2014/10/kalsit-kuarsa-dan-pirit.html

Endarto, Danang. 2005. Mineralogi. Jakarta.

Calvert, S. J. & Hall, R., 2003, The Cenozoic Geology Of The Lariang And
Karama Regions, Western Sulawesi: New Insight Into The Evolution Of
The Makassar Straits Region, Proceeding 29th, Indonesian
Petroleum Association.
Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, E., Simandjuntak, T.O. 1993.
Keterangan Peta Geologi Lembar Lasusua – Kendari, Sulawesi
Tenggara, skala 1:250.000.Puslitbang Geologi, Bandung.
Sukamto, R. 1975. Structural of Sulawesi In The Light of Plate Tectonic. Dept.of
Mineral & Energi, Jakarta 21.
Surono,2013, Geologi Lengan Tenggara Sulawesi, Badan Geologi, Kementrian
Energi dan Sumber daya Mineral, Bandung.
Hamblin, 2004. The Earth’s Dynamic Systems, Pearson/Pentrice Hall, Upper
Saddle River NJ.

Pettijohn,1964, Rift-basin Sedimentation Responses to Climate Tectonisem and


Volcanisem, Journal of African Earth Science. Afrika Timur.

Simon, Schuster. 1998. Rocks And Minerals. Bruce Coleman Inc: New York.

Moss,S.J. et. al. 1997. New Observations on the Sedimentary and Tectonic
Evolution of the Tertiary Kutai Basin, East Kalimantan. In Fraser, A.J.,
Matthews, S.J. & Murphy, R.W. eds. Petroleum Geology of Southeast Asia,
Special Publications .126, pp. 395-416. The Geological Society: London.
Lyell Carles, 2001 : The Student's Elements of Geology. The Project Gutenberg
Literary Archive Foundation Newyork.
Gorthzinger John dkk. 2007. Understanding of Eatrh.W.H. Freeman and
Company. Newyork
wikantika.wordpress.com

80
Geologiminyak, 2012, “Peta geologi dan pengertian peta geologi”,
Anwno, Andi, 2010, “Komponen peta dan legenda peta”,
http://andimanwno.wordpress.com/2010/07/03/kompenen-peta-simbol-dan-
legenda.html. Diakses tanggal 17 Desember 2017 ( html, online).
Firdaus,2011:Modul Praktikum Geology Dasar,Unhalu,Kendari.
http://geologiminyak.blogspot.com/2012/03/bagian-peta-topografi.html. Diakses
tanggal 17 Desember 2017 (html, online).
http://www.geologinesia.com/2017/08/peta-geologi-dan-jenis-jenisnya.html
https://allaboutgeo.wordpress.com/2013/11/23/peta-geologi/
http://wikantika.wordpress.com/2008/05/05/istilah-geologi-peta-batuan-vs-
inderaja/ Diakses tanggal 17 Desember 2017 (html, online).
https://adenurahmangeologypage.blogspot.com/.../alat-alat-survey-geologi-dan-
fungsi.. Diakses tanggal 17 Desember 2017 (html, online).
https://www.scribd.com/doc/216554327/Alat-Alat-Geologi-Lapangan. Diakses
tanggal 17 Desember 2017 (html, online).
suarageologi.blogspot.com/2011/09/peralatan-dan-perlengkapan-pemetaan.
Diakses tanggal 17 Desember 2017 (html, online).
emsidik.blogspot.com/2013/03/peralatan-geologi-di-lapangan. Diakses tanggal 17
Desember 2017 (html, online).
dinarproject.com › Home › News. Diakses tanggal 17 Desember 2017 (html,
online).
http://strikedip.blogspot.co.id/2016/03/kompas-geologi-dan-bagian-bagiannya.
Diakses tanggal 17 Desember 2017 (html, online).
http://info-pertambangan.blogspot.co.id/2012/10/struktur-geologi.html Diakses
tanggal 19 Desember 2017 (html, online).

https://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_geologi . Diakses tanggal 19 Desember


2017 (html, online).

https://geologiunpad2010.wordpress.com/2011/10/24/jenis-jenis-struktur-
geologi/Diakses tanggal 19 Desember 2017 (html, online).

81
Lampiran

82

Anda mungkin juga menyukai