Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada batuan berumur tersier, teruma di Indonesia, jumlah kemunculan fosil-fosil


moluska jumlahnya sangat melimpah, lebih dari 3000 jenis spesies telah dikenali.
Turritella merupakan taksa yang paling sering dijumpai pada lokasi-lokasi tipe jarang
biostratigrafi Moluska. Kehadiran turritella sangat layak untuk dikaji dari aspek
paleontologi agar tidak terjadi kerancuan dalam melakukan identifikasi. Jadi, kehadiran
turritella di beberapa tempat dapat lebih dimanfaatkan dalam aspek geologi, yaitu dalam
penentuan umur dan cekungan pada lokasi ditemukan turritella tersebut. Metode
penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah untuk mengetahui tiga hal, yaitu
taksonomi dan filogeni dari turritella, mengetahui umur dari batuan dan terakhir
mengetahui lingkungan dari turritella tersebut.

Penelitian ini menggunakan parameter untuk mengidentifikasi turritella dari aspek


biometri. Aspek pada biometri pada turritella juga berhubungan dengan aspek geologi
berupa cekungan dan umur. Apabila diteliti lebih lanjut, adanya hubungan antara aspek
biometri dengan aspek geologi dapat membuktikan bahwa pada masing masing cekungan
yang sama ditemukan turritella yang sama dan pada cekungan yang berbeda turritella
yang muncul juga berbeda.

Oleh karena itu, penelitian dengan metode biometri sangat diperlukan dalam
penelitian pada praktikum kali ini sebagai dasar dari penelitian yang lebih lanjut untuk
mengetahui umur dari batuan dan lingkungan dari spesies Turritella tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pada penelitian ini, didapatkan rumusan masalah, yaitu :

1. Metode apakah yang harus digunakan dalam penelitian praktikum kali ini?
2. Bagaimana cara mengetahui turritella yang tergolong dalam satu spesies dengan
menggunakan metode tersebut?
3. Apakah sampel turritella dalam kotak A tergolong dalam satu spesies atau tidak?
1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian pada praktikum ini
bertujuan untuk:

1. Menentukan metode yang harus digunakan dalam praktikum ini


2. Menentukan cara untuk mengetahui apakah turritella tersebut tergolong dalam
satu spesies atau bukan
3. Menentukan apakah sampel-sampel tersebut tergolong dalam satu spesies atau
tidak

1.4 Asumsi dan Hipotesis

Asumsi: Semua sampel ditemukan di lingkungan pengendapan yang sama dan ditemukan
pada lapisan batuan yang berumur sama

Hipotesis: Dugaan sementara dari kelompok kami adalah sampel-sampel turritella pada kotak
A tidak tergolong dalam satu spesies karena beberapa sampel dalam satu whorl-nya memiliki
jumlah garis yang berbeda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Turritella merupakan genus dari keluarga turritellidae, kelas gastropoda, dan filum
moluska. Fosil turritella memiliki ciri morfologi yang sama dengan fosil cangkang
gastropoda lainnya antara lain memiliki apex, terdiri dari beberapa whorl (kamar) dimana
whorl terakhir lebih besar dari yang lainnya, terdapat lubang aperture pada whorl terakhir,
memiliki bibir dalam (inner lip) dan bibir luar (outer lip). Selain itu, ia juga memiliki kanal
sifon sebagai jalur keluar masuknya air, zat sisa dan zat yang dibutuhkan.

Karakter taksonomi dari Turritellidae telah dikembangkan oleh beberapa penulis.


Merriam (1941) mengusulkan tiga parameter utama untuk identifikasi antara lain: 1) jejak
bibir luar (outerlip), 2) ontogeni spiral primer, dan 3) keong proto. Parameter ini telah
diterima oleh beberapa penulis lain seperti Marwick (1957) dan Kotaka (1959) dengan
beberapa perbaikan yang lebih detail. Shuto (1969) menambahkan parameter lain yang
berhubungan dengan biometrik. Studi biometrik pada Turitella antara lain dengan
mengidentifikasi jumlah uliran whorl, panjang cangkang (L), lebar maksimum dari whorl
terakhir (Wang), lebar sutura pada whorl terakhir (Wsut), dan besar sudut apex ().
Salah satu penentuan taksonomi dari Turritellidae adalah dengan menggunakan
analisis biometrik. Biometrik (berasal dari bahasa Yunani ‘bios’ yang artinya hidup dan
‘metron’ yang artinya mengukur). Adalah studi tentang metode otomatis untuk mengenali
makhluk hidup berdasarkan satu atau lebih bagian tubuh makhluk hidup atau kelakuan dari
makhluk hidup itu sendiri.

Data biometrik dari Turritellidae telah dianalisis dengan metode statistik. Analisis
dilakukan pada empat parameter: 1) rasio panjang cangkang (L) dengan jumlah whorl, 2)
rasio Wang dengan Wsut, 3) rasio panjang cangkang (L) dengan Wang, dan 4) rasio panjang
cangkang (L) dengan Wsut. Fiksasi parameter ini didasarkan pada asumsi bahwa organisme
akan selalu memiliki konsistensi pertumbuhan, ketika salah satu parameter naik itu harus
diikuti dengan yang lain. Rasio panjang shell dengan jumlah whorl telah diusulkan oleh
Aswan (1997). Berdasarkan panjang cangkang, Kotaka (1959) cangkang dibagi menjadi dua
kelompok, ada cangkang kecil jika pengukuran kurang dari 60 mm, dan cangkang besar jika
lebih dari 60 mm.
BAB III

METODE DAN DATA

3.1 Metode Penelitian

Metode yang dirasakan paling tepat untuk menjawab rumusan masalah di atas
adalah dengan metode biometri yaitu metode yang memperhatikan data kuantitatif dari
sampel, antara lain panjang cangkang (L), jumlah whorl, lebar maksimum dari whorl
terakhir (Wang), lebar sutura pada whorl terakhir (Wsut), dan besar sudut apex (). Akan
tetapi setelah didapatkan kelima data tersebut kami hanya melakukan perhitungan rasio
panjang cangkang (L) dengan jumlah whorl, rasio Wang dengan Wsut, rasio panjang
cangkang (L) dengan Wang, dan rasio panjang cangkang (L) dengan Wsut pada tiap
sampel. Hasil dari perhitungan tersebut akan diurutkan dan akan diambil nilai
perbandingannya dari beberapa sampel. Nilai-nilai tersebut akan dimasukkan ke dalam
grafik kemudian akan ditarik garis regresi dari nilai-nilai pada grafik tersebut sehingga
menghasilkan nilai R². Apabila nilai rata-rata R² > 0,7 maka dapat dikatakan sampel-
sampel yang nilai perbandingannya dimasukkan dalam grafik merupakan satu spesies
turritella yang sama. Sebaliknya, apabila nilai rata-rata R² < 0,7 maka dapat dikatakan
sampel-sampel yang nilai perbandingannya dimasukkan dalam grafik bukan merupakan
satu spesies turritella yang sama.

3.2 Data Hasil Penelitian


A1 A2 A3

A4 A5 A6

A7

No Wang Wsut Whorl


sampel L (cm) (cm) (cm)   Number
 Wang:L Wsut:L Wsut:Wang
A1 11,6 3 1,7 31 12 0,2586 0,1465 0,5667
A2 8,7 2,7 1,8 22 11 0,3103 0,2068 0,6667
A3 7,7 2 1,6 20 13 0,2338 0,18181 0,7778
A4 5,3 2,8 1,8 35 7 0,528 0,3396 0,643
A5 5,2 2,8 1,8 36 7 0,528 0,3396 0,643
A6 4,8 1,5 1,1 32 6 0,3125 0,22917 0,7334
A7 3,1 1,1 0,9 26 6 0,3548 0,2903 0,8181
BAB IV

ANALISIS DAN DISKUSI

Setelah didapatkan hasil perhitungan maka dilakukan analisis dengan mencari nilai
regresi (R²) dari data-data nilai perbandingan yang dimasukkan dalam sebuah grafik. Apabila
nilai rata-rata R² > 0,7 maka dapat dikatakan sampel-sampel yang nilai perbandingannya
dimasukkan dalam grafik merupakan satu spesies turritella yang sama. Sebaliknya, apabila
nilai rata-rata R² < 0,7 maka dapat dikatakan sampel-sampel yang nilai perbandingannya
dimasukkan dalam grafik bukan merupakan satu spesies turritella yang sama.

Dari 7 sampel yang ada didapatkan tiga grafik dengan keterangan sebagai berikut:
16

14 R² = 0.7396
12
Whorl Number

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14
L (cm)

Grafik 1: Perbandingan antara panjang cangkang (L) dengan whorl number


3.5
R² = 0.4183
3

2.5
W ang (cm)

1.5

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12 14
L (cm)
Grafik 2: Perbandingan antara panjang cangkang (L) dengan Wang

2
1.8
1.6 R² = 0.3377
1.4
W sut (cm)

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12 14
L (cm)

Grafik 3: Perbandingan antara panjang cangkang (L) dengan Wsut

2
1.8 R² = 0.8979
1.6
1.4
W sut (cm)

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
W ang (cm)

Grafik 4: Perbandingan antara Wang dengan Wsut

Dari analisis yang telah kami lakukan didapatkan nilai R2 untuk :

- Grafik 1 merupakan perbandingan antara panjang cangkang (L) dengan whorl number
sebesar 0,7396
- Grafik 2 merupakan perbandingan antara panjang cangkang (L) dengan Wang sebesar 0,4183
- Grafik 3 merupakan perbandingan antara panjang cangkang (L) dengan Wsut sebesar 0,3377
- Grafik 4 merupakan perbandingan antara Wang dengan Wsut sebesar 0,8979
Kemudian didapatkan rata-rata R2 dari keempat parameter tersebut sebesar 0,598375
sehingga dapat dikatakan bahwa sampel A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7 bukan merupakan satu
spesies yang sama.

Hasil tersebut didapatkan apabila melihat secara keseluruhan dari ke tujuh turritella,
apabila dilihat per satuan turritella, untuk turritella A1, A2, A3, A6, A7 morfologinya
menunjukkan kesamaan, terutama dari kenampakkannya whorl nya cenderung lebih ramping,
sedangkan untuk turritella A4 dan A5 menunjukkan kenampakkan whorl yang lebih lebar.
Diperkuat juga dengan hasil Biometri yang direpresentasikan dalam grafik regresi linear
menunjukkan untuk A4 dan A5 hasilnya berbeda jauh dari sampel turritella yang lainnya.
Sehingga apabila melihat tidak secara keseluruhan sampel, dengan mengesampingkan A4 dan
A5, dapat ditentukan untuk A1, A2, A3, A6, dan A7 adalah satu spesies.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan :

 Metode yang paling tepat pada praktikum ini adalah biometri yaitu dengan mengukur
whorl number, panjang cangkang, Wang, Wsut, dan besar sudut apex dari tiap sampel
 Cara menentukan kesamaan spesies pada sampel turritela adalah menggunakan
metode regresi (R2) kemudian dimbil rata-rata R2 dari empat parameter apabila lebih
dari 0,7 maka sampel merupakan satu spesies
 Berdasarkan analisis regresi didapatkan rata-rata R2 sebesar 0,598375 (<0,7) sehingga
dapat disimpulkan sampel turritella pada kotak A bukan dari satu spesies yang sama

5.2 Saran

Dari hasil penelitian, perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan alat ukur
yang jauh lebih teliti, karena penelitian dalam hal pengukuran yang telah dilakukan dirasa
kurang akurat karena hanya menggunakan alat ukur yang ketelitiannya tidak terlalu besar,
karena biometri memerlukan hasil yang akurat agar hasilnya pun akurat atau minimalnya
tidak melenceng terlalu jauh.
Referensi

Pandita, Hita, Yahdi Zaim, and Yan Rizal. "Relationship of biometrical aspect of Turritellidae with
geochronological aspect in West Java." International Journal of Geosciences 4.04 (2013):
777.

Aswan., dan Yahdi Zaim. 1994. Analisa Kuantitatif Turritella Angulata Bantamensis Formasi Bojong
Pandeglang Jawa Barat. Bandung: Jurusan Teknik Geologi-ITB.

Baqai, Aisha. 2000. Bodjong Formation, Indonesia, di akses


https://ucmp.berkeley.edu/tertiary/pli/bodjong.html (diakses pada 17 November 2019).
LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ANALISIS BIOMETRI UNTUK MENENTUKAN KESAMAAN
SPESIES PADA TURRITELLA

1. Muhammad Bahrun Najah (12018004)


Nama Anggota :
2. Saiful Amri (12018022)
3. Aditya Tirta Kusuma (12018050)
4. Alfian Saffani Adam (12018034)

Shift : Senin, 07.00 – 09.00


1. Adam Ahmad Asvandiari (12017001)
Asisten :
2. Faizal Agi Nurluthfi (12017019)

LABORATORIUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019

Anda mungkin juga menyukai