Anda di halaman 1dari 7

1

PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN KARBONAT


Muh. Zahril[2], Dian Dwi Permana[2]
1
Praktikan Praktikum Petrografi, Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
2
Asisten Praktikum Petrografi, Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

Sari
Petrografi merupakan cabang ilmu petrologi yang berfokus pada deskripsi batuan secara rinci. Dalam
hal ini, kandungan mineral dan hubungan tekstur dalam batuan dijelaskan secara detail untuk dapat mengetahui
nama dan jenis dari suatu batuan. Maksud dari praktikum petrografi ini adalah untuk mengamati batuan secara
petrografi menggunakan mikroskop polarisasi, sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan
nama dari batuan sedimen non karbonat. Metode pengamatan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah dengan
mengamati sampel batuan dengan menggunakan mikroskop Polarisasi jenis nikon eclipse E200 yang memiliki
empat lensa objektif dengan perbesaran 40x. Dalam mengamati sayatan batuan, penggunaan data minimal
menggunakan tiga diameter medan pandang agar data yang dipakai dalam penamaan batuan dapat mewakili
seluruh batuan. Selanjutnya tahapan pengolahan data, dimana dalam tahapan ini dilakukan penentuan persentase
setiap mineral, kemudian masuk dalam tahapan penamaan batuan menggunakan klasifikasi tertentu. Dalam hal
penamaan batuan sedimen, digunakan klasifikasi berdasarkan kebutuhan. Klasifikasi yang digunakan untuk
penamaan batuan sedimen non karbonat adalah klasifikasi Dunham, 1962. Dari hasil pengamatan sampel
pertama yaitu Peckstone dan Crystaline. Dan untuk sampel kedua yaitu Feldspatic greywacke memiliki
kandungan mineral kuarsa (26,23%), muskovit (9,84%), mineral opaq (4,92%), mineral opaq (4,92%), matriks
(50,82%) dan semen (8,2%).

Kata kunci: Petrografi, Mineral optik, Batuan sedimen non karbonat, Klasifikasi Pettijohn 1987

1. Pendahuluan sangat kasar dan beberapa proses yang


Batuan sedimen terbentuk dari proses penting lagi yang termasuk kedalam
akumulasi material hasil perombakan batuan sedimen. Disbanding dengan
batuan yang sudah ada sebelumnya atau batuan beku, batuan sedimen hanya
hasil aktivitas kimia maupun organisme, merupakan tutupan kecil dari kerak bumi.
yang di endapkan lapis demi lapis pada Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh
permukaan bumi yang kemudian batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi.
mengalami pembatuan (Pettijohn, 1975 ). Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah
Batuan sedimen banyak sekali 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-
jenisnya dan tersebar sangat luas dengan kira 80% ( Pettijohn, 1975 ).
ketebalan antara beberapa centimeter
sampai beberapa kilometer. 2. Tinjauan Pustaka
Batuan sedimen adalah batuan Juga 2.1 Pengertian Batuan Sedimen
ukuran butirnya dari sangat halus sampai
2

Batuan sedimen adalah batuan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat
terbentuk sebagai hasil pemadatan ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di
endapan yang berupa bahan dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari
lepas. Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu
sedimen adalah batuan yang terbentuk dari selalu tidak pasti karena setiap saat selalu
akumulasi material hasil perombakan bertambah ketebalannya. Ketebalan yang
batuan yang sudah ada sebelumnya atau dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis
hasil aktivitas kimia maupun organisme, dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3
yang di endapkan lapis demi lapis pada kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata
permukaan bumi yang kemudian sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).
mengalami pembatuan. Menurut Tucker
2.1.1 Batuan Sedimen Non Karbonat
(1991), 70 % batuan di permukaan bumi
Batuan sedimen klastik merupakan
berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu
batuan sedimen yang terbentuk dari
hanya 2 % dari volume seluruh kerak
pengendapan kembali detritus atau
bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar
pecahan batuan asal. Batuan asal dapat
sangat luas di permukaan bumi, tetapi
berupa batuan beku, metamorf dan
ketebalannya relatif tipis.
sedimen itu sendiri. Batuan sedimen
Volume batuan sedimen dan
diendapkan dengan proses mekanis,
termasuk batuan metasedimen hanya
terbagi dalam dua golongan besar dan
mengandung 5% yang diketahui di
pembagian ini berdasarkan ukuran besar
litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar
butirnya. Cara terbentuknya batuan
tepian benua, dimana batuan beku
tersebut berdasarkan proses pengendapan
metabeku mengandung 95%. Sementara
baik yang terbentuk dilingkungan darat
itu, kenampakan di permukaan bumi,
maupun dilingkungan laut. Batuan yang
batuan-batuan sedimen menempati luas
ukurannya besar seperti breksi dapat
bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa
terjadi pengendapan langsung dari ledakan
dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan
gunungapi dan di endapkan disekitar
sedimen dimulai dari lapisan yang tipis
gunung tersebut dan dapat juga
sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan
diendapkan dilingkungan sungai dan
batuan sedimen antara 0 sampai 13
batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan
kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan
laut, sungai dan danau. Semua batuan
yang tersingkap dibagian benua. Bentuk
diatas tersebut termasuk ke dalam
yang besar lainnya tidak terlihat, setiap
golongan detritus kasar. Sementara itu,
singkapan memiliki ketebalan yang
3

golongan detritus halus terdiri dari batuan batuan batu pasir bisa terjadi dilingkungan
lanau, serpih dan batua lempung dan laut, sungai dan danau. Semua batuan
napal. Batuan yang termasuk golongan ini diatas tersebut termasuk ke dalam
pada umumnya di endapkan di lingkungan golongan detritus kasar. Sementara itu,
laut dari laut dangkal sampai laut dalam. golongan detritus halus terdiri dari batuan
Fragmentasi batuan asal tersebut lanau, serpih dan batua lempung dan
dimulai dari pelapukan mekanis maupun napal. Batuan yang termasuk golongan ini
secara kimiawi, kemudian tererosi dan pada umumnya di endapkan di lingkungan
tertransportasi menuju suatu cekungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam
pengendapan. Setelah pengendapan (Pettjohn, 1975). Fragmentasi batuan asal
berlangsung sedimen mengalami tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis
diagenesa yakni, prosess- proses yang maupun secara kimiawi, kemudian tererosi
berlangsung pada temperatur rendah di dan tertransportasi menuju suatu cekungan
dalam suatu sedimen, selama dan sesudah pengendapan (Pettjohn, 1975).
litifikasi. Contohnya; Breksi, Setelah pengendapan berlangsung
Konglomerat, Standsstone (batu pasir), sedimen mengalami diagenesa yakni,
dan lain-lain. proses proses-proses yang berlangsung
Batuan sedimen yang terbentuk pada temperatur rendah di dalam suatu
dari pengendapan kembali detritus atau sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal
pecahan.batuan asal. Batuan asal dapat ini merupakan proses yang mengubah
berupa batuan beku, metamorf dan suatu sedimen menjadi batuan keras
sedimen itu sendiri. (Pettjohn, 1975). (Pettjohn, 1975)
Batuan sedimen diendapkan dengan proses
2.2 Tekstur Batuan Sedimen
mekanis, terbagi dalam dua golongan
Tekstur batuan sedimen adalah
besar dan pembagian ini berdasarkan
segala kenampakan yang menyangkut
ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya
butir sedimen seperti besar butir,
batuan tersebut berdasarkan proses
kebundaran, pemilahan dan kemas.
pengendapan baik yang terbentuk
Tekstur batuan sedimen mempunyai arti
dilingkungan darat maupun dilingkungan
penting karena mencerminkan proses yang
laut. Batuan yang ukurannya besar seperti
telah dialami batuan tersebut (terutama
breksi dapat terjadi pengendapan langsung
proses transportasi dan
dari ledakan gunungapi dan di endapkan
pengendapanannya) dan dapat digunakan
disekitar gunung tersebut dan dapat juga
untuk menginterpretasikan lingkungan
diendapkan dilingkungan sungai dan
4

pengendapan batuan sedimen. Besar Butir Klasifikasi besar butir menggunakan skala
(Grain Size) Besar Butir adalah Wentworth (Tabel 1)
ukuran/diameter butiran, yang merupakan Besar butir ditentukan oleh : Jenis
unsur utama dari batuan sedimen klastik, pelapukan : pelapukan kimiawi (butiran
yang berhubungan dengan tingkat energi halus), pelapukan mekanis (butiran kasar),
pada saat transportasi dan pengendapan. Jenis transportasi, waktu/jarak transportasi,
Resistensi.

Gambar 2.1. Klasifikasi Pettijohn, 1987

Tabel 2.1 Klasifikasi besar butir.

2.4 Klasifikasi Batupasir

Parameter : butiran (stabil dan tak


stabil) : kuarsa, felspar, fragmen litik
matriks lempung (hasil
rombakan atau alterasi batuan) Gambar 2.2. Klasifikasi WTG, 1987
batupasir arenite : bila
kehadiran matriks lempung 3. Metode Penelitian
<15% batupasir wacke : bila kehadiran
Pada pengamatan petrografi, dilakukan
matriks lempung >15%Pembagian secara
di Laboratorium Petrografi Departemen
umum (Gilbert, 1982; Pettjohn, 1987; dan
Teknik Geologi Universitas Hasanuddin.
Folk, 1974) : batupasir kuarsa, batupasir
Pada tahapan sebelum penelitian,
arkose, batupasir litik, batupasir
dilakukan studi literatur yaitu tugas
greywacke.
pendahuluan. Selanjutnya masuk dalam
pengambilan data pada sayatan tipis
batuan. Adapun batuan yang diamati yaitu
5

batuan metamorf. Pengamatan ini, Dalam pengamatan petrografi,


menggunakan mikroskop Polarisasi jenis dilakukan dengan menggunakan minimal
Nikon Eclipse E200 yang memiliki empat tiga diameter medan pandang. Hal ini agar
lensa objektif dengan perbesaran 5x, 10x, data tersebut dapat mewakili keseluruhan
40x dan 100x. Dalam mengamati sayatan batuan. Dari persentase mineral tersebut,
batuan, penggunaan data minimal maka dapat digunakan dalam penamaan
menggunakan tiga diameter medan batuan dengan melihat persentase mineral
pandang agar data yang digunakan dalam kuarsa, feldspar dan persentase matriks.
penamaan batuan dapat mewakili seluruh 4.1. Batuan Sedimen Non Karbonat
batuan. Selanjutnya tahapan pengolahan 1. Sampel 1
data, dimana dalam tahapan ini dilakukan Untuk sampel pertama memiliki ciri
penentuan persentase setiap mineral untuk optik warna absorbsi transparan–kuning,
selanjutnya masuk dalam tahapan warna interferensi abu kehitaman,
penamaan batuan menggunakan klasifikasi memiliki ukuran mineral 0,075 mm -
tertentu. Dan dalam hal penamaan batuan, 0,375 mm, bentuk subhedral – anhedral,
digunakan klasifikasi berdasarkan tekstur klastik, struktur tidak berlapis
kebutuhan dan untuk batuan beku asam dengan komposisi mineral antara lain
dan intermediet digunakan klasifikasi kuarsa, biotit, piroksin, matriks dan
Travis, 1955 dan batuan beku basa mineral opaq.
ultrabasa menggunakan klasifikasi Dari pengamatan menggunakan tiga
Streckeisen, 1974. Selanjutnya masuk DMP, dapat diketahui persentase mineral
terakhir adalah pembuatan laporan. penyusun batuan. Adapun persentase dari
setiap mineral yaitu kuarsa (76,67%),
biotit (5%), piroksin (1%), matriks
(13.33%) dan mineral opaq (4%). Dari
sifat optik dan komposisi mineral tersebut,
berdasarkan klasifikasi Pettijhon, 1987
dengan melihat persentase material
pentusun batuan piroklastik, nama batuan
adalah Quartz Arenite.

Gambar 3. Bagan Alur Penelitian

4. Pembahasan
6

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan
Gambar 4.1 Quartz Arenite dalam syatan tipis.
petrografis dapat disimpulkan bahwa
2. Sampel 2 dalam penamaan batuan sedimen non
Untuk sampel kedua memiliki ciri karbonat dilihat dari komposisi mineral
optik warna absorpsi tranparan hingga abu dan persentase matriks. Dalam penamaan
- abu, bentuk mineral anhedral, ukuran batuan sedimen non karbonat
mineral 0,025 mm – 0,05 mm, warna menggunakan klasifikasi Pettijohn 1987,
interferensi abu – abu kehitaman, tekstur maka didapat nama batuan untuk batuan
klastik, dengan mineral yang terdiri dari sedimen non karbonat sampel 1 yaitu
kuarsa, muskovit, mineral opaq, matriks Quartz Arenite dan nama batuan sampel 2
dan semen. adalah Feldspatic greywacke.
Dari pengamatan menggunakan tiga
DMP, dapat diketahui persentase mineral DAFTAR PUSTAKA

penyusun batuan. Adapun persentase dari Boggs, Sam, J. R., 1995, Principles
setiap mineral yaitu kuarsa (26,23%), ofSedimentology and Stratigraphy,
University of Oregon, Prentice Hall,
muskovit (9,84%), mineral opaq (4,92%),
Upper Saddle River, New Jersey
mineral opaq (4,92%), matriks (50,82%)
Kaharuddin, 1988. Penuntun Praktikum
dan semen (8,2%). Dari sifat optik dan
Petrologi. Makassar : Himpunan
komposisi mineral tersebut, berdasarkan Mahasiswa Teknik Geologi Fakultas
klasifikasi Pettijhon, 1987 dengan melihat teknik Universitas Hasanuddin
persentase material pentusun batuan Kerr P. F. 1977. Optical Mineralogy. New
piroklastik, nama batuan adalah Feldspatic York,Toronto : London Mcgraw hill
greywacke. Book Company Inc.

Maulana, A. 2013. Petrologi. Makassar:


Universitas Hasanuddin

Pettijohn F. J. 1975. Sedimentary Rocks :


Harper & Row Publishers, New
York - Evanston -San Fransisco-
London.
Gambar 4.2 Feldspatic greywacke dalam syatan
tipis.
7

Travis, R.B. 1955. Classification of rocks. 50/1, 98 p.


Colorado School Mines, Quarterly

Anda mungkin juga menyukai