Anda di halaman 1dari 9

HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR

Syeh Abidin (1604026035)


Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang
Email: syehabidin08@gmail.com

Di susun guna memenuhi tugas UAS


Mata Kuliah: Hermenutika
Dosen Pengampu: Dr. H. Mukhsin Jamil, M.Ag

A. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia memiliki sifat alamiah salah satunya adalah berfikir,
manusia tidak bisa dipisahkan, dan lepas dari segala katifitas yang berkaitan dengan
pemikiran. Secara tidak langsung manusia sudah menerapkan hermeneutika dalam
kehidupan sehari-harinya. Efek dari sifat keingintahuan manusia terhadap sesuatu
yang abstrak dan memerlukan penafsiarn didalamnya, guna menimbulkan
pemahaman tertentu. Dalam sejarahnya hermeneutika bersalal dari bahasa Yunanai
hermeneuni dan hermenia yang berarti ”menmafsirkan” dan “penafsiran”.1
Gambaran umum hermeneutika juga diungkapkan oleh Zygmunt Bauman, yakni
sebagai upaya menjelaskan dan menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah
ucapan atau tulisan yang tidak jelas, kabur, remang-remang dan kontradiktif yang
menimbulkan kebingungan.2

Sebagai metode penafsiran “ heremenutika” tidak hanya berurusan dengan


teks yang dihadapi secara tertutup, melainkan penafsiran teks tersebut membuka diri
terhadap teks-teks yang melingkupinya, sejalan dengan tersebut Faiz menyebutnya
sebagai mempertimbangkan horizon-horison yang melingkupi teks tersebut, yakni

1
Kaelan, Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermenutika, Yogyakarta: Paradigma, 2009, hlm 5.
2
Abdul Wachid B.S, Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi Paul Ricoeur dalam Memahami Teks-Teks
Seni, Imaji Vol.4, No.2, Agustus 2006, hlm 210.
horizon teks horizon pengarang dan horizon pembaca.3 Banyak sekali yang
menghubung-hubungkan antara hermeneutika dengan protestan, akibat dari filosuf
berkebangsaan Jerman yang membaw hermenutika kedalam biblical studies, selain
itu hermeneutika dikenal sebagai metode Bible.4 Oleh karena itu banyak sekalu
sarjana muslim yang mempersoalkan hermenutika sendiri untuk dioperasionalkan
kedalam Al-Qur’an.

Wilhelm Dilthey seorang sejarawan mengatakan bahwa hermeneutika


muncul satu abad lebih awal dari pada protestan. Pada masa Dilthey, saat itu
hermeneutrika hanya terbatas pada persoalan teks agama saja, kemudian
dikembangkan lagi dengan gagasan Dilthey bahwa hermenutika sebagai landasan
ilmu-ilmu kemanusiaan. Lalu George Gadamer yang memodifikasi hermeneutika
sehingga bertranformasi menjadi metode filsafat.5 Setelah itu hermeneutika
dikembangkan oleh berbagai tokoh kontemporer dengan pemikran dan cirikhas
tersendiri, diantaranya adalah Habermas dan juga Paul Ricoeur.

Paul Ricoeur merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh besar dalam
perkembangn hermenutika pada masanya. Pemikirannya sangat luas, hermenutika
filosofis, sejarah filsafat dan agama, filsafat sejarah dan filsafat agama, teori
Freudian, psikoligi, etika, teori politik, antropologi filosofis, studi simbol dan mitos,
filsafat bahasa, dan lain-lain. Luasnya cakupan itu mempunyai satu pertanyaan
antropologi filsosofis, apa artinya menjadi manusia?. Ricoeur setuju dengan
Heidegger bhawa aku tidak bisa mendevinisikan adaku dari aktifitas berfikir saja.
Hakekat “aku” hanya dapat diakses dengan kegiatan interpretasi.6

3
Abdul Wachid B.S, Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi Paul Ricoeur dalam Memahami Teks-Teks
Seni, Imaji Vol.4, No.2, Agustus 2006, hlm 213.
4
Imam Rifa’i¸ Skripsi: Hermeneutika Fenomenologi Paul Ricoeur Telaah Filosofis-Historis, Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga, 2014, hlm 2.
5
Ibid, Imam Rifa’i¸ Skripsi: Hermeneutika Fenomenologi Paul Ricoeur Telaah Filosofis-Historis, hlm 3.
6
M. Sastrapratedja, Hermeneutika dan Etika Naratif Menurut Paul Ricoeur, Kanz Philosophia Vol.2, No.2,
hlm 249.
Beberapa pokok pemikiran Ricoeur berawal dari pemikiran mengenai
simbol, menurutnya simbol memberi makna namun makna yang diberikan tersebut
adalah hal yang harus dipikirkan. Simbol berangkat dari sebuah kesaksian yang
merupakan ranah pengalaman sebelum masuk pada ranah teologi.7 Bahasa mitis dan
simbolik merupakan sumber dimana kita dapat menggali pemahaman mengenai
manusia. Karena simbol merupakan bahasa yang dipadatkan semaksimum mungkin,
simbolisme mengungkapkan secara tidak langsung dimensi-dimensi eksistensi
manusiawi yang tak dapat direduksi kedalam abstraksi konseptual. Simbolisme
merangkum realitas dengan cara yang tidak mungkin dilakukan melalui pemikiran
filsafat atau pemikiran ilmiah.8

Berdasarkan latar belakang diatas maka pokokn pembahasan yang akan


dibahas adalah Hermeneutika Paul Ricoeur:

1. Bagaimana Kehidupan Singkat Paul Ricoeur?


2. Bagaimana Hermeneutika Paul Ricour?

B. Pembahasan
1. Sekilas Tentang Paul Ricoeur

Paul Ricoeur seorang filosof Prancis yang begitu tenar di era sekarang
dalam dunia edukasi pada kususnya, sehingga tidak heran jika banyak lembaga atau
personal yang membicarakannya baik historisitas maupun gagasannya. Ide-ide
hermeneutikanya memeiliki karakter yang menariak dan unik, sehingga ia
didudukan pada posisi yang berbeda darin para filosof sebelumnya. Pendudukan ini

7
Indarningsih, Hermeneutika Paul Ricoeur dan Penerapannya Pada Pemaknaan Simbol dalam Rom,\an
Rafilus Karya Budi Darma, Filsafat Vol.21, No 2, 2011, hlm 119.
8
M. Sastrapratedja, Hermeneutika dan Etika Naratif Menurut Paul Ricoeur, Kanz Philosophia Vol.2, No.2,
hlm 250.
pernah dilakukan oleh Richard E. Palmer, Patrick L. Bourgous, Zainal Abidin, dan
Josef Bleicher.9

Seperti ukasan dalam sebelumny, Paul Ricoeur lahir di Velence Prancis


Selatan, pada tahun 1913. Dia berasal dari keluarga Kriste Protestan yang saleh dan
dipandang sebagai cendekiawan Protestan yang saleh dan dipandang sebagai
cendekiawan terkemuka di Prancis. Dia dibesarkan di Rennes sebagai anak yatim
piatu, di Lycee Ricoeur berkenalan dengan filsafat untuk pertama kalinya melalui
R.Dalbiez, seorang filsuf yang menganut aliran pemikiran Thimistis. Pada ahir
tahun 1930 Dia mendaftar sebagai mahasiswa pasca-sarjana di Universitas Sorbone
di tahun 1933 Ricoeur memperoleh licence de philosopie, dan tahun 1935
memperoleh aggregation de philosophie (izin menjadi anggota suatu organisasi
dalam bidang filsafat).10

Seelah setahun mengajar di Colmar, ia dipanggil untuk memenuhi wajib


militer (1937-1939). Pada saat mobilisasi, ia masuk ketentaraan Prancis dan
dijadikan tawanan perang sampai 1945. Selama dalam tahanan Jerman, ia bersama
dengan sahabat dan sesame tahanannya, Mikel Dufrenne menulis buku Karl Jaspers
La Philosophie den I’Existence (1947). Bersamaan dengan ini diterbitkan pula buku
Gibriel Marcel et Jaspers. Sesudah perang Ricoeur menjadi dosen filsafat pada
Collge Covenol, Pusat Protestan Internasional pada bidang pendidikan dan
kebudayaan di Chambon-Sur Lignon. Tahun 1948 Dia menggantikan Jean
Hyppolite sebagai guru besar filsafat di Universitas Strasbourg. Tahun 1950
Ricoeur meraih gelar doctor es lettres, sebagai tesis utama diajukan jilid pertama
dari Philosophie de La Volonte (filsafat kehendak).11

9
Latifatul Izzah el Mahedi, Hermeneutika Fenomenologi Paul Ricoeur dari Pembacaan Simbol Hingga
Pembacaan Teks Sejarah, Kajian Islam Interdisipiner, Vol.6, No.1, 2007, hlm. 18.
10
Hermenutika Paul Ricoeur. digilib.uinsby.ac.id, diakses pada tanggal 28 November 2018 pukul 14.30.
hlm. 20.
11
Latifatul Izzah el Mahedi, Hermeneutika Fenomenologi Paul Ricoeur dari Pembacaan Simbol Hingga
Pembacaan Teks Sejarah, Kajian Islam Interdisipiner, Vol.6, No.1, 2007, hlm. 19.
Tahun 1967-1987 mengajar di fakultas sastra Universitas Paris Nantere,
sekaligus menjadi Dekan. Tahun 1975 Ricoeur menerbitkan bukunya La Metaphore
Vive yang banyak membahas tentang tata aturan metafora. Dia juga menjadi
anggota di beberapa lembaga akademisi dan mendapat penghargaan dari The Hegel
Award (Stuttgart), The Karl Jaspers Award (Heidelberg), The Leopold Lucas
Award (Tubingen), dan The Gand Prix de I’Academie Francaise.12

2. Hermeneutika Paul Ricoeur

Hermenutika secara umum dapat didefinisakian sebagai teori penafsiran atau


interpretasi terhadap suatu makna yang kabur, belum jelas, dan juga ambigu.Untuk
mengkaji hermeneutika Paul Ricoeur, tidak perlu melacaknya sampai pada
heremenutika sebelumnya. Palmer pun menempatkan hermeneutika Ricoeur
sepenuhnya terpisah dari tokoh-tokoh herneutik sebelumnya, yaitu hermeneutika
teori penafsiran kitab suci, hermeneutika metode filologi, hermeneutika pemahaman
linguistik.

Melalui bukunya, De l’interetation (1965), Paul Ricoeur mengatakan bahwa


hermeneutika merupakan “teori mengenai aturan-aturan penafsiran, yaitu penafsiran
terhadap teks tertentu, atau tanda, atau simbul, yang dianggap sebagai teks.”
Menurutnya tugas utama hermeneutika adalah disatupihak mencari dinamika
internal yang mengatur structural kerja di dalam sebuah teks, di lain pihak mencari
daya yang dimiliki kerja teks itu untuk memproyeksikan diri keluar dan
memungkinkan halnya teks itu muncul kepermukaan. Penafsiran terhadap teks
tertentu, atau tanda, atau simbol yang diaggap sebagai teks, ini menempatkan kita
harus memahami what is a text ? dalam sebuah artikelnya, Ricoeur mengatakan
bahwa teks adalah any discourse fixed by writing dengan istilah discourse ini

12
Hermenutika Paul Ricoeur. digilib.uinsby.ac.id, diakses pada tanggal 28 November 2018 pukul 14.30.
hlm. 22.
Ricoeur merujuk pada bahasa sebagai event, yaitu bahasa yang membicarakan
tentang sesuatu, bahasa yang ia guanakan untuk berkomunikasi.

Paul Ricoeur mengalamatkan penafsiran kepada tanda, atau simbul, yang


dianggab sebagai teks. Yang dimaksutkan disini adalah interpretasi atas ekspresi-
ekspresi kehidupan yang ditentukan secara linguistik. Sebab seluruh aktivitas
kehidupan manusia berurusab dengan bahasa. Manusia pada dasarnya merupakan
bahasa dan bahasa sendiri itu merupakan syarat utama bagi pengalaman manusia.
Sekali lagi, “setiap kata adalah sebuah simbol,” tegas Paul Ricoeur, kata-kata penuh
dengan makna dan intensi yang tersembunyi. Tidak hanya kata-kata dalam karya
sastra, kata-kata dalam bahasa keseharian juga merupakan sebuah simbol sebab
menggambarkan makna lain yang sifatnya tidak langsung, terkadang berupa bahasa
kiasan yang semuanya itu dapat dimengerti melali simbol itu.

Simbol dan interpretasi merupakan konsep pluralitas makna yang


terkandung didalam simbol atau kata-kata dalam bahasa. Setiap interpretasi adalah
upaya untuk membongkar makna yang terselubung dan membuka lipatan makna
dalam karya sastra, hermeneutika bertujuan untuk menghilangkan misteri yang
terdapat dalam sebuah simbol dengan membuka selubung daya yang belum
diketahui di dalam simbol tersebut.

Interpretasi dilakukan dengan cara distansi kultural, yaitu penafsir harus


mengambil jarak agar ia dapat melakukan interpretasi dengan baik. Namun yang
dimaksut dengan “distansi kultural” itu tidaklah steril dari “anggapan-anggapan”.
Disamping itu yang dimaksut dengan “mengambil jarak terhadap peristiwa sejarah
dan budaya”, tidak berarti seseorang bekerja dengan tangan kosong. Artinya posisi
pembaca bekerja tidak dengan tangan kosong, seperti kasya sastra itu sendiri yang
tidak dicipta dalam kekosongan budaya. Akan tetapi seorang pembaca harus
mempunya yang Hedeiger sebut dengan vorhabe (apa yang ia miliki), vorsicht (apa
yang ia lihat), dan vorgiff (apa yang akan menjadi konsep kemudian). Hal itu artinya
seseorang dalam interpretasi tidaklah dapat menghindarkan dari prasangka.

Memang, setiap kalin kita membaca teks tidak dapat menghindar dari
prasangka yang dipengaruhi oleh kultur masyarakat, tradisi yang hidup dari
berbagai gagasan. Menurut Ricoeur sebuah teks harus kita tafsirkan dalam bahasa
yang tidak pernah penuh dengan pengandaian dan diwarnai dengan situasi kita
sendiri dalam kerangka waktu yang khusus. Karenanta sebuah teks seslalu berdiri
diantara structural penjelasan dan pemahaman hermenutika, yang berhadapan.
Penjelasan structural bersifat objektif, dan pemahaman hermeneutika memebri
kesan koita subjektif. Dikotomi antara subjetif dan objektif ini oleh Ricoeur
diselesaikan dengan “sistem bolak balik”, yaitu penafsir melakukan pembebasan
teks (dekontekstualisasi) dengan maksut untuk menjaga otonomi teks ketika
penafsir melakukan pemahaman terhadap teks, dan melakukan langkah kembali ke
konteks (rekontekstualisasi) untuk melihat latar belakang terjadinya teks.
Dekontesktualisasi dan rekonteksualisasi bertumpu pada otonomi teks yang meliputi
tiga macam; pertama, maksut pengarang, kedua situasi kultur kondisi sosial teks,
ketiga untuk siapa teks dimaksutkan.

Adapaun langkah dalam pemahaman sebuah teks menurut Paul Ricoeur


adalah;

1. Pemahaman terhadap simbol


2. Pemberian makna oleh simbol serta “penggalian yang cermat atas makna
3. Langkah filosofis, berpikir mengunakan simbol sebagai tituk tolaknya.

Ketiga langkah tersebut erat hubungannya dengan langkah pemhaman bahasa, yaitu
semantik, refleksi, eksistensial atau ontologies. Langkah semnatik merupakan
pemhaman pada tingkat bahasa murni, refleksi setingkat lebih tinggi mendekati
ontologis, sedangkan eksistensial atau ontologies pemahaman pada tingkat
keberadaan makna itu sendiri.

Upaya interpretasi teks menurut Paul Ricoeur;

1. Teks harus dibaca dengan kesungguhan, menggunkan symphatic imagination


(imajinasi dengan penuh rasa simpati).
2. Penta’wil mesti terlibat dalam analisis structural mengenai maksut penajian teks,
menentukan tanda-tanda yang terdapat didalamnya sebelum dapat menyingkap
makna terdalam dan sebelum menunjukan rujukan serta konteks dari tanda-
tanda signifikan dalam teks. Barulah penta’wil memberikan hipotesis.
3. Penta’wil melihat bahaw sesutau yang berhubungan dengan makna dan gagasan
dalam teks merupakan pengalaman tentang keyakinan non-bahasa.13

C. Penutup

Paul Ricoeur mengatakan bahwa hermeneutika merupakan “teori mengenai


aturan-aturan penafsiran, yaitu penafsiran terhadap teks tertentu, atau tanda, atau
simbul, yang dianggap sebagai teks.” Simbol dan interpretasi merupakan konsep
pluralitas makna yang terkandung didalam simbol atau kata-kata dalam bahasa. Setiap
interpretasi adalah upaya untuk membongkar makna yang terselubung dan membuka
lipatan makna dalam karya sastra, hermeneutika bertujuan untuk menghilangkan misteri
yang terdapat dalam sebuah simbol dengan membuka selubung daya yang belum
diketahui di dalam simbol tersebut.

13
Abdul Wachid B.S, Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi Paul Ricoeur dalam Memahami Teks-Teks
Seni, Imaji Vol.4, No.2, Agustus 2006, hlm 214-220.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2009. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermenutika, Yogyakarta: Paradigma.

Wachid, Abdul B.S.2006.Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi Paul Ricoeur


dalam Memahami Teks-Teks Seni, Imaji Vol.4, No.2.

Rifa’i¸Imam Skripsi.2014.Hermeneutika Fenomenologi Paul Ricoeur Telaah Filosofis-


Historis, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

M. Sastrapratedja, Hermeneutika dan Etika Naratif Menurut Paul Ricoeur, Kanz


Philosophia Vol.2, No.2.

Indarningsih. 2011. Hermeneutika Paul Ricoeur dan Penerapannya Pada Pemaknaan


Simbol dalam Rom,\an Rafilus Karya Budi Darma, Filsafat Vol.21, No 2.

Izzah, Latifatul el Mahedi. 2007 .Hermeneutika Fenomenologi Paul Ricoeur dari


Pembacaan Simbol Hingga Pembacaan Teks Sejarah, Kajian Islam Interdisipiner, Vol.6,
No.1.

Hermenutika Paul Ricoeur. digilib.uinsby.ac.id. diakses pada tanggal 28 November 2018


pukul 14.30.

Anda mungkin juga menyukai