menyendiri di pojok sunyi yang sedang merayakan kelahiran duka seorang pencinta.
Batinku sekarat,
Mentalku sarat,
Hatiku tersayat.
//
P: Hei..
L: Ada apa?
P: Hei..
L: Hentikan suara itu, kelembutan mu atau apa yang kudengar mungkin hanya sekedar gemar,
seperti serangan fatamorgana di tengah gurun pasir .
L: Hehe,
Atau kau akan pergi seperti kawanan pemangsa yang setelah kenyang memakan semua daging
hingga hanya meninggalkan bangkai?
E.. maaf, lebih baik ku akhiri saja panggilan ini daripada mulutku melontarkan kalimat yang meajam
di hati dan pikiranmu.
P: Hei !
Tunggu dulu,
L: Kau berdusta
P: Lalu apa gunaku dusta ketika aku jelas jelas menghubungi mu yang sedang merasakan pedih dan
menanggung nya sendirian?
//
Haha,
//
Harapan,
Impian,
//
Menjadikan iba sebagai dalih prestasi yang nantinya di gunakan sebagai kabar
Bahwa katanya baru saja “aku menyelamatkan seseorang yang terpuruk dan menjadikan nya tegar”
Atau hanya sekedar tempat singgah yang tak sungguh kemudian pergi
//
Tapi,