Anda di halaman 1dari 31

DIPONEGORO

Karya Chairil Anwar

Dimasa pembangunan ini..

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api..

Didepan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati..

MAJU...

Ini barisan tak bergendang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti

Sudah itu mati..

MAJU...

Bagimu negeri

Menyediakan api..

Punah diatas menghamba..

Binasa diatas ditindas..

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai..

Jika hidup harus merasai..

Maju..

Serbu..

Serang..

Terjang..
PERINGATAN

Karya Widji Tukul

Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati

Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi

Dan berbisik bisik

Ketika membicarakan

Masalahnya sendiri

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh

Itu artinya sudah gawat

Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibuang kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu kamanan

Maka hanya ada satu kata

Lawan!
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

Karya Chairil Anwar

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,


Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

Di karet, di karet (daerahku y.a.d.) sampai juga deru angin

Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang


Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu,
Tapi kini tangan yang bergerak lantang

Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku


SYAIR ORANG LAPAR

Karya Taufik Ismail

Lapar menyerang desaku..

Kentang dipanggang kemarau..

Surat orang kampungku..

Kuguratkan kertas..

Risau..

Lapar lautan pidato..

Ranah dipanggang kemarau..

Ketika berduyun mengemis..

Kesinikan hatimu..

Kuiris..

Lapar digunung kidul..

Mayat dipanggang kemarau..

Berjajar masuk kubur..

Kuulang jua..

Kalau..
DIMASJID

Karya Chairil Anwar

Kuseru saja dia

Sehingga datang juga

Kamipun bermuka-muka

Seterusnya ia bernyala-nyala dalam dada

Segala daya memadamkannya

Bersimpah peluh diri yang tak bisa diperkuda

Ini ruang..

Gelanggang kami berperang

Binasa-membinasa

Satu menista lain gila


KERENDAHAN HATI

Karya Taufik Ismail

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin

Yang tegak dipuncak bukit

Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik

Yang tumbuh ditepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar

Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang

Memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau kau tidak mampu menjadi jalan raya

Jadilah saja jalan kecil

Tetapi jalan setapak yang

Membawa orang kemata air

Tidaklah semua menjadi kapten

Tentu harus ada awak kapalnya

Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi

Rendahnya nilai dirimu

Jadilah saja dirimu

Sebaik baiknya dari dirimu


KENANGAN

Karya Kahlil Gibran

Kenangan ..

Yang terlihat hanya canda dan kesedihan

Dalam gelap hati aku menangis

Mengenang tak jadi arti

Takkan kembali

Kenangan..

Kan tercipta bila kekasih pergi

Tuk selamanya

Bisikan hati yang tersimpan dalam bayangan telah jadi bintang

Kali ini aku takkan biarkan ia terjatuh


JIWA JIWA YANG GUGUR

Karya Reyhandi

Jiwa-jiwa yang gugur

Jasad-jasad berserakan di bumi indonesia

Darah menjadi biru hitam jeritan

Rasa takut menyatu dengan hati

Jiwa jiwa yang gugur

Kini mereka suci di jannah

Menjadi tamu Allah

Mereka tersenyum disana

Tersenyum untuk indonesia yang semakin dan menderita

Jiwa jiwa yang gugur

Tidak Tahukah kau jumlah roh yang terpisah dengan jasad?

Beratus bahkan beribu menjadi almarhum.

Jiwa-jiwa yang gugur

Mereka gugur untuk satu nama

Mereka berkorban untuk satu nama

Mereka menangis untuk satu nama

Indonesia..... indonesia!
NYANYIAN AKAR RUMPUT

Karya Widji Tukul

Jalan raya dilebarkan

Kami diusir

Mendirikan kampung

Digusur

Kami berpindah-pindah

Menempel ditembok-tembok

Dicabut

Terbuang

Kami rumput

Butuh tanah

Dengar!

Ayo gabung ke kami

Biar jadi mimpi buruk presiden!


IBU

Karya Chairil Anwar

Pernah aku ditegur

Katanya untuk kebaikan

Pernah aku dimarah

Katanya membaiki kelemahan

Pernah aku diminta membantu

Katanya supaya aku pandai

Ibu..

Pernah aku merajuk

Katanya aku manja

Pernah aku melawan

Katanya aku degil

Pernah aku menangis

Katanya aku lemah

Ibu..

Setiap kali aku tersilap

Dia hukum aku dengan nasihat

Setiap kali aku kecewa

Dia bangun dimalam hari lalu bermunajat

Setiap kali aku dalam kesakitan

Dia obati dengan penawar dan semangat

Dan bila aku menapai kejayaan

Dia kata bersyukurlah pada tuhan


Namun...

Tidak pernah aku lihat air mata dimatamu

Mengalir dipipimu

Begitu kuatnya dirimu..

Ibu ..

Aku sayang padamu..

Tuhanku..

Aku mohon pada-Mu

Sejahterakanlah dia

Selamanya ...
HUJAN BULAN JUNI

Karya sutardji joko darmono

Tidak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tidak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

Yang ragu dijalan itu

Tidak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan juni

Dibiarkannya yang tidak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu


TAPI

Karya Sutardji Calzoum Bachri

Aku bawakan bunga padamu

Tapi kau bilang masih

Aku bawakan resahku padamu

Tapi kau bilang hanya

Aku bawakan darahku padamu

Tapi kau bilang Cuma

Aku bawakan mimpiku padamu

Tapi kau bilang meski

Aku bawakan dukaku padamu

Tapi kau bilang tapi

Aku bawakan mayatku padamu

Tapi kau bilang hampir

Aku bawakan arwahku padamu

Tapi kau bilang kalau

Tanpa apa aku datang padamu

Wahh!
GERILYA

Tubuh biru

Tatapan mata biru

Lelaki berguling dijalan

Angin tergantung

Terkecap pahirnya tembakau

Bendungan keluh dan bencana

Tubuh biru

Tatapan mata biru

Lelaki berguling dijalan

Dengan tujuh lubang pelor

Diketuk gerbang langit

Dan menyala mentari muda

Melepas kesumatnya

Gadis berjalan disubuh merah

Dengan sayur mayur dipunggung

Melihatnya pertama

Ia beri jeritan manis

Dan duka daun wortel

Tubuh biru

Tatapan mata biru


Lelaki berguing dijalan

Orang-orang sekampung megenalnya

Anak janda berambut ombak

Ditimba air bergantang-gantang

Disiram atas tubuhnya

Tubuh biru

tatapan mata biru

Lelaki beguling dijalan

Lewat gardu belanda dengan berani

Berlindung warna malam

Sendiri masuk kota

Ingin ikut ngubur ibunya


DEMI APAPUN KAMU MELEBIHI APAPUN

Karya Salsa Fk.


PENIKMAT RINDU

Karya Ananda Keisya

Aku hanyalah sipenikmat rindumu

Bagai angin yang membawanya padaku

Menyebar sebagai syaraf dikepalaku

Yang memaki sanubari akan dirimu

Kepada awan yang senantiasa bersama langit

Kepada angin yang tertiup saat bersama

Lewat rasa dingin yang tercipta

Sampaikan rasa ini kepadanya

Mungkin langit terlalu bisu

Untuk mengabarkan segalanya tentang dirimu

Senyummu meracuni seluruh jiwaku

Hingga hatiku dan benakku selalu ingat tentangmu


AKU

Karya Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku

Ku mau tak seorang merayu

Tidak juga kau..

Tidak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap nerajang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari..

Hingga hilang pedih peri..

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi


MAJU

Karya Chairil Anwar

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti

Sudah itu mati

MAJU..

Bagimu negeri

Menyediakan api

Punah diatas menghamba

Binasa diatas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju

Serbu

Serang

Tejang
AKU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS BAGAIMANA

Karya Mustopa Bisri


AKU DAN MALAM

Karya kahlil Gibran

Ketika gelap malam mulai menyapa

Kurebahkan tbuh ini pada segelintir malam yang pekat

Dan biarlah, angin membawa lelah ini terbang jauh bersama kesunyian

Saat malam tersenyum pahit menatapku

Hanya kebisuan yang menyelimuti kelamnya malam

Disini kusandarkan seluruh resahku, gundahku

Diruang ini, kuluapkan semua rasa sakitku, dan rasa kecewaku

Dibalik gelapnya malam,

Kalaku terjaga oleh malam yang gemulai

kumencoba tuk mencari celah disetiap sudut malam

adakah sesuatu yang ku dapatakan?

Kemana malam yang selalu ku rindukan?

Hilangkah? Lenyapkah?

Atau mungkin raib terbawa kabut malam?

Biarkan ku bersandar dibalik auramu

Biarlah hanya kau yang menjadi penambat kegelisahanku

Karna hanya kaulah yang selalu memandangiku dari kejauhan

Membelaiku dalam setiap mimpiku

Dan selalu menjadi lukisan kisi-kisi hatiku,

Yang rapuh...
PADA SUATU HARI NANTI

Karya Supardji Djoko Darmono

Pada suatu hari nanti

Jasadku tak akan ada lagi

Tapi dalam bait-bait sajak ini

Kau takan ku telakan sendiri

Pada suatu hari nanti

Suaraku tak terdengar lagi

Tapi diantara larik-larik sajak ini

Kau akan tetap ku siasati

Pada suatu hari nanti

Impiankupun tak dikenal lagi

Namun disela sela hurup sajak ini

Kau takan letih-letihnya ku cari


PENGHIDUPAN

Karya Chairil Anwar

Lautan maha dalam

Mukul dentur selama

Menguji tenaga mematang kita

Mukul dentur selama

Hingga hancur remuk redam

Kurnia bahagia

Kecil ketumpuk

Sia-sia dilindungi sia-sia dipupuk


DERAI-DERAI CEMARA

Karya Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh

Terasa hari akan jadi malam

Ada beberapa dahan ditingkap merapuh

Dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan

Sudah berapa waktu bukan kanak lagi

Tapi dulu memang ada suatu bahan

Yang bukan dasar pertimbangan kini

Hidup hanya menunda kekalahan

Tambah serasing dari cinta sekolah rendah

Dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan

Sebelum pada akhirnya kita menyerah


DENGAN PUISI, AKU

Karya Taufik Ismail

Dengan puisi aku bernyanyi

Sampai senja umurku nanti

Dengan puisi aku bercinta

Berbaur cakrawala

Dengan puisi aku mengenang

Keabadian yang akan datang

Dengan puisi aku menangis

Jarum waktu bila kejam mengiris

Dengan puisi aku mengutuk

Nafas zaman yang busuk

Dengan puisi aku berdoa

Perkenanlanlah kiranya
JADI

Karya Sutardji

Tidak setiap derita

Jadi luka

Tidak setiap sepi

Jadi duri

Tidak setiap tanda

Jadi makna

Tidak setiap makna

Jadi ragu

Tidak setiap jawab

Jadi sebab

Tidak setiap jangan

Jadi pegang

Tidak setiap kabar

Jadi tahu

Tidak setiap luka

Jadi kaca

Memandang kau

pada wajahku
SAJAK ANAK MUDA

Karya WS. Rendra


KEPADA PEMINTA-PEMINTA

Karya Chairil Anwar

Baik, baik aku akan menghadap Dia

Menyerahkan diri dan segala dosa

Tapi jangan tentang lagi aku

Nanti darahku jadi beku

Jangan lagi kau bercerita

Sudah tercacar semua dimuka

Nanah meleleh dari luka

Sambil berjalan kau usap juga

Bersuara tiap kau melangkah

Mengerang setiap kau memandang

Menetes dari suasana kau datang

Sembarang kau merebah

Mengganggu dalam mimpiku

Menghempas aku dibumi keras

Dibiirku terasa pedas

Mengaum ditelingaku

Baik, baik aku akan mengahdap Dia

Menyerahkan diri dari segala dosa

Tapi jangan tentang lagi aku

Nanti darahku jadi beku


DARI PEMBENTANGAN LANGIT

Karya Emha Ainun Najib

Dari pembentangan langit yang semu

Ia, kemarau itu, datang kepadamu tumbuh perlahan

Berhembus amat panjang menyapu lautan

Mengekal tanah berbongkahan menyapu hutan!

Mengekal tanah berbongkahan!

Datang kepadamu, ia, kemarau itu dari tuhan

Yang senantiasa diam dari tangan-Nya

Dari tangan yang dingin

Dan tak menyapa yang senyap

Yang tak menoleh barang sekejap


LELAKI DISUDUT LORONG

Karya Reyhandi

Lelaki disudut lorong

Dia adalah lelaki kuat bak baja

Dan sabar bak laut

Tidak mengeluh ketika susah

Tiada pula berteriak ketika senang

Lelaki disudut lorong

Dia adalah lelaki miskin

Miskin hartanya tetapi kaya hatinya

Miskin ilmunya tapi kaya iman

Lelaki disudut lorong

Dia adalah lelaki mati rasa

Tiada bisa tersenyum tiada bisa menangis

Kehidupan telah mempermainkannya

Lelaki disudut lorong

Dia adalah lelaki berhati maaf

Ratusan orang pernah memakinya

Memaki harga dirinya

Maaf masih ia sungguhkah untuk membalas mereka

Lelaki disudut lorong

Dia adalah lelaki yang hidup dengan air mata

Dan hidup dijalan


Bertemankan hina dan berkasihkan sengsara

Lelaki disudut lorong

Kerasnya takdir telah mengubahnya

Hatinya telah tiada tanpa bentuk

Raib ditelan rasa sakit

Lelaki disudut lorong

Makanannya adalah kekecewaan

Minumnya adalah air mata

Dan pujiannya adalah hinaan

Lelaki disudut lorong

Tidur di emperan toko

Kerjaan nya adalah mengharap

Tidak! Mengemis

Mengemis sedikit nurani dari makhluk yang mengaku manusia

Lelaki disudut lorong

Dia adalah ayahku

Masa mudanya telah menjadikannya batu

Kerasnya hidup membuat ia tegar

Anda mungkin juga menyukai