Anda di halaman 1dari 11

BERPENDIDIKANLAH

Berpendidikanlah ..
Maka hidupmu akan berubah Berpendidikanlah ..
Maka mata yang mulanya hitam akan terang
Berpendidikanlah ..
Maka resahanmu akan menjadi emas

Banyak orang menganggur karena sekolah


Banyak orang pontang-panting karena sekolah
Memanglah pendidikan bukan jaminan
Tapi hendaknya berusahalah

Berpendidikanlah ..
Dunia tidak hanya membutuhkan kepandaianmu
Kini dunia tidak butuh itu
Karena cuma pandai itu tidak cukup
Yang dibutuhkan hanya tekadmu
Niatmu ..
Semangatmu ..
Usahamu ..

Pemerintah tidak akan mempersulitmu


Gunakan semua fasilitas
Semua ini untuk generasi bangsa
Manfaatkan .. manfaatkan ..

Masa depanmu di tanganmu


Pendidikan hanyalah jembatan
Hanyalah sarana
Bangkitlah ..
Majulah ..

Lihat dirimu
Apa kau ingin seperti orangtuamu
Air mata yang terus membasahi pipinya
Apa tak kasihan
Di mana hatimu ..

Ini semua untuknya bukan


Ayo bangkitlah
Ayo majulah
Ayo buktikan
Demi orangtuamu

Hingga dirimu berubah menjadi jingga yang ranum.


TINA HITAMKU

Sunyi, gersang, redup…


Itulah diriku
12 tahun sudah mengemban ilmu, dengan rasa pilu
Diriku hanya insan biasa, yang masih kaku dalam mencarimu
Aku harus bangkit, bangkit dan bangkit
Demi sebuah kemenangan sejati
12 tahun sudah bersama tinta hitamku, menorehkan kata per kata di atas
selembar kertas putih
Di sini bukan masalah gelar ataupun pangkat, namun masalah jati diri
Bukan untuk menjadi kaya, bukan!!
Cukup menjadi sebuah acuan dalam kehidupan
Di negeri ini aku menuntut ilmu, mencari hal baru dalam sebuah titik temu
Tinta hitam yang ku bawa bersama setumpuk buku
Kini menjadi saksi bisu dalam perjalananku
Mencapai nilai sempurna bukanlah hal yang mudah
Tidak cukup dengan membaca dan menulis.
Tak perlu bersandiwara untuk menjadi perwira
Benar, aku memang harus giat
Giat untuk sukses dalam kiat-kiat
Jangan biarkan otak kalian membeku hingga menjadi abu
Asahlah layaknya sebuah pisau yang tajam
Yakin bahwa masa depan ada di depan mata.

(Oleh: Eersta Tegar Chairunissa)


SEMANGAT BAJA PEMUDA BANGSA

Kini kerusuhan tlah jadi ketenangan


Pembantaian tlah jadi perdamaian
Hitam-putih sudah berwarna-warni
Kini negeri ini tlah berevolusi

Dan kini kitalah penerus mereka


Tak perlu di medan perang
Hanya perlu di ranah pendidikan
Mengukir prestasi, harumkan negeri ini

Kumpulkan segudang ilmu


Gunakan otakmu sebagai ruang alam pikiranmu
Perbaiki jalan pikiranmu yang buntu
Sadarkan pikiran dan hatimu yang kosong

Ayo satukan seluruh warna!


Kokohkan yang tlah satu
Jangan bilang tak bisa sebelum mencoba
Jangan lemah tak berdaya setelah jatuh

Bangkit dan bergerak!


Tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa!

(Oleh: Nuraini Fitri)


LENTERA PENDIDIKAN
Langkah kaki menapaki jalan
Tak tahu arah tujuan
Bagai hidup tak berpedoman
Seperti hidup dilanda kebodohan

Hidup tanpa ilmu


Bagai rumah tak berlampu
Gelap bagai abu
Seperti bayangan yang semu

Pada siapa ku bertanya


Tentang arti hidup yang sebenarnya
Ketika ilmu tak kupunya
Pendidikanlah yang menjadi jalannya

Cahaya di tengah kegelapan


Menerangi setiap kehidupan
Menumpas segala kebodohan
Yang merusak masa depan

Semangat dalam meraih asa


Tak pernah lelah dan putus asa
Berdoa pada Sang Kuasa
Sebagai generasi penerus bangsa.

(Oleh: Putri Tarisa Dewi)


SATU KATA, “MERDEKA”

Hingga detik ini ribuan darah telah tertumpah


Hingga detik ini ribuan nyawa telah melayang
Hingga detik ini ribuan belulang telah berserakan
Sebuah harga yang harus dibayar
Demi terwujudnya kemerdekaan bangsa
Semi terwujudnya satu kata
Merdeka

Detik ini bangsa kita telah merdeka


Detik ini Indonesia telah merdeka
Bangsa besar telah lahir
Terwujud dengan semangat para pejuang
Yang terbayarkan dengan tetesan darah dan air mata
Serta jiwa-jiwa yang terkorbankan
Demi satu kata
Merdeka

Tak terhitung jiwa gugur di medan pertempuran


Darah segarmu merasuk ke dalam sela-sela tanah air
Dengan bangga jenazahmu tersenyum
Menyaksikan kemenangan yang tak pernah kau nikmati
Semua demi satu kata
merdeka
PAHLAWANKAH?

Pahlawankah?
Bila kekuasaan adalah tujuan
kedudukan adalah pamrih
dan kekayaan adalah cita-cita

Pahlawankah?
Bila kepentingan sendiri adalah hal utama
kepentingan rakyat adalah selingan
dan kepentingan keluarga sibuk diperhatikan

Pahlawankah?
Bila keikhlasan bukanlah landasan
tergantikan oleh ketamakan serta kesombongan
dan ambisi yang menuntut pemenuhan

Bertanyalah pada nurani…


pahlawankah?

(oleh: SIM)
KEPERGIAN PAHLAWANKU

Senja yang pilu


membuat hari kian membiru
Langit tanpak keruh,
mengantar kepergianmu.. pahlawanku

Gerimis jatuh membasahi pucuk sunyi,


melagukan nada-nada lara hati
Saat doa-doa ikut tertanam,
bersama bayangmu yang kian tenggelam

Kaulah pahlawan hidupku


meninggalkan berjuta jejak
dalam rentang waktuku
mengukir berjuta cinta
dalam lembar hidupku.
Kepergianmu ini,
membuatku bagai kota mati
Namun, aku mengerti
bahwa engkau… Ibu
takkan pernah layu dalam kalbuku
dalam setiap kenangan, kulantunkan doaku
tenang dan bahagiamu
kembali kepada-Nya.

(oleh: SIM)
AKU INGIN
(Sapardi Djoko Damono)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;


dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang
menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;


dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang
menjadikannya tiada.
HATIKU SELEMBAR DAUN
(Sapardi Djoko Damono)

Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput

Nanti dulu, biarkan aku sejenak berbaring di sini

Ada yang masih ingin ku pandang

Yang selama ini senantiasa luput

Sesaat adalah abadi

Sebelum kau sapu taman setiap pagi

Hujan di Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu


AKU
(Chairil Anwar)

Kalau sampai waktuku


‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi


DOA
(Chairil Anwar)

kepada pemeluk teguh


Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh


mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci


tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

Anda mungkin juga menyukai