Anda di halaman 1dari 14

Berpendidikanlah

Berpendidikanlah ..
Maka hidupmu akan berubah
Berpendidikanlah ..
Maka mata yang mulanya hitam akan terang
Berpendidikanlah ..
Maka resahmu akan menjadi emas

Banyak orang menganggur karena sekolah


Banyak orang pontang-panting karena sekolah
Memanglah pendidikan bukan jaminan
Tapi hendaknya berusahalah

Berpendidikanlah ..
Dunia tidak hanya membutuhkan kepandaianmu
Kini dunia tidak butuh itu
Karena cuma pandai itu tidak cukup
Yang dibutuhkan hanya tekadmu
Niatmu ..
Semangatmu ..
Usahamu ..

Pemerintah tidak akan mempersulitmu


Gunakan semua fasilitas
Semua ini untuk generasi bangsa
Manfaatkan .. manfaatkan ..

Masa depanmu di tanganmu


Pendidikan hanyalah jembatan
Hanyalah sarana
Bangkitlah ..
Majulah ..

Lihat dirimu
Apa kau ingin seperti orang tuamu
Air mata yang terus membasahi pipinya
Apa tak kasihan
Di mana hatimu ..

Ini semua untuknya bukan


Ayo bangkitlah
Ayo majulah
Ayo buktikan
Demi orang tuamu

Hingga dirimu berubah menjadi jingga yang ranum.

(Oleh: Iin Fajar Duhri Saputri)


Pena
Pena…
Kuikat ilmu dengannya…
Kutulis kisah sejarah bersamanya…

Pena…
Kugapai cita cita dengannya
Tak lupa teriring doa dan usaha
Sebagai wujud penghambaanku pada sang Pencipta

Pena…
Bersamanya, kutulis cerita cinta berbau surga
Agar manusia tak terjebak pada dunia yang fana
Tak jelas asalnya, tak jelas pula hasilnya

Pena…
Simbol peradaban dari zaman purba ke zaman aksara
Di mana manusia tak lagi menghambakan diri pada mitos yang tak jelas asalnya

Pena…
Dengannya, hidup manusia menjadi mulia
Lantaran mencari ilmu untuk kesejahteraan dunia.

(Oleh: Ade Lanuari Abdan Syakuro)


Tinta Hitamku
Sunyi, gersang, redup…
Itulah diriku
12 tahun sudah mengemban ilmu, dengan rasa pilu
Diriku hanya insan biasa, yang masih kaku dalam mencarimu
Aku harus bangkit, bangkit dan bangkit
Demi sebuah kemenangan sejati
12 tahun sudah bersama tinta hitamku, menorehkan kata per kata di atas selembar
kertas putih
Di sini bukan masalah gelar ataupun pangkat, namun masalah jati diri
Bukan untuk menjadi kaya, bukan!!
Cukup menjadi sebuah acuan dalam kehidupan
Di negeri ini aku menuntut ilmu, mencari hal baru dalam sebuah titik temu
Tinta hitam yang kubawa bersama setumpuk buku
Kini menjadi saksi bisu dalam perjalananku
Mencapai nilai sempurna bukanlah hal yang mudah
Tidak cukup dengan membaca dan menulis.
Tak perlu bersandiwara untuk menjadi perwira
Benar, aku memang harus giat
Giat untuk sukses dalam kiat-kiat
Jangan biarkan otak kalian membeku hingga menjadi abu
Asahlah layaknya sebuah pisau yang tajam
Yakin bahwa masa depan ada di depan mata.

(Oleh: Eersta Tegar Chairunissa)


Mimpi dan Cita
Tersenyum aku menahan getir dan rintihan jiwa
Sebab impian dan cita-cita terhenti
Oleh ketidak-mampuanku dan tiadanya dukungan orang tua
Kusimpan mimpiku setelah lepas masa Putih Abu

Perjuanganku belum berakhir


Walau setitik harapan sudah kudapat
Pada Kota penuh cahaya ini
Aku datang untuk pergi, berkelana merajut cita

Tentang semua mimpi dan cita


Takkan pernah ada kata menyerah
Meski berpuluh kali aku telah jatuh
Berpuluh kali pula aku bangkit lagi

Di atas tanah Bumi Pertiwi aku melangkah


Di atas tanah ini pula ku berbakti, menuntut ilmu
Akan kutunjukkan pada Dunia, aku bisa
Aku mampu meraih mimpi dan cita-citaku, di Indonesia.

(Oleh: Elisabeth Yofrida)


Hanya Pendidikan
Manusia berakal yang jauh dari moral
Tercemari udara kontemporer
Sudah jauh dari norma dan aturan
Siapa lagi yang bisa selamatkan
Selain tanaman pendidikan
Kelak manusia akan paham
Bahwa dirinya bukan apa-apa
Jika hanya ingin menikmati
Tanpa berusaha mati
Dengan pendidikan manusia akan tahu
Bahwa berakit itu ke hulu
Dan berenang ke tepian
Dengan pendidikan manusia akan sadar
Bahwa mimpi harus terus berakar
Untuk mencapai hidup tanpa samar
Hanya dengan pendidikan
Seluruh makhluk terselamatkan
Cinta dan kasih bertebaran
Hanya pendidikan
Bunga yang terus bermekaran
Harumnya semerbak bertebaran
Hanya pendidikan
Mampu selamatkan pergaulan
Mencapai mutiara masa depan
Hanya pendidikan
Selamanya hidup aman.

(Oleh: Salma Salsabila)


Semangat Baja Pemuda Bangsa
Kini kerusuhan tlah jadi ketenangan
Pembantaian tlah jadi perdamaian
Hitam-putih sudah berwarna-warni
Kini negeri ini tlah berevolusi

Dan kini kitalah penerus mereka


Tak perlu di medan perang
Hanya perlu di ranah pendidikan
Mengukir prestasi, harumkan negeri ini

Kumpulkan segudang ilmu


Gunakan otakmu sebagai ruang alam pikiranmu
Perbaiki jalan pikiranmu yang buntu
Sadarkan pikiran dan hatimu yang kosong

Ayo satukan seluruh warna!


Kokohkan yang tlah satu
Jangan bilang tak bisa sebelum mencoba
Jangan lemah tak berdaya setelah jatuh

Bangkit dan bergerak!


Tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa!

(Oleh: Nuraini Fitri)


Lentera Pendidikan
Langkah kaki menapaki jalan
Tak tahu arah tujuan
Bagai hidup tak berpedoman
Seperti hidup dilanda kebodohan

Hidup tanpa ilmu


Bagai rumah tak berlampu
Gelap bagai abu
Seperti bayangan yang semu

Pada siapa kubertanya


Tentang arti hidup yang sebenarnya
Ketika ilmu tak kupunya
Pendidikanlah yang menjadi jalannya

Cahaya di tengah kegelapan


Menerangi setiap kehidupan
Menumpas segala kebodohan
Yang merusak masa depan

Semangat dalam meraih asa


Tak pernah lelah dan putus asa
Berdoa pada Sang Kuasa
Sebagai generasi penerus bangsa.

(Oleh: Putri Tarisa Dewi)


Asa Siswa
Indahnya sekolah menengah
telah pun berlalu
semua lelah
sirna
tiada tersisa

kini,
masa telah berbeda
bangsa menanti
jati diri terus terpatri
untuk mengabdi pada negeri
tiga tahun berlalu

mahasiswa,
ya, itu asaku terus menggebu
kini ku tak lagi pakai seragam abu-abu
tapi aku tetap malu
sebab diri tak juga mampu
ukir rasa
bangga

kuingin rajut
impian
penuh harapan
semangatku pahat
beralas juang

betapa bangga
orang tua
pada jiwa
yang telah jadi dewasa
tapi apalah daya
aku
baru memulai asa
jadi mahasiswa

selagi kecil berusia muda


kiri kanan hamparan senja
jangan lengah
kerlipnya madah
itu hanya pelipur lara

kenang tak berkenan


harus dikenang
itulah jiwa petualang
harus terang
tenteram
tanpa geram
apalagi dendam
asaku hanya
jadi mahasiswa.
(Oleh: Rabiah, M. Pd.)

Sejatinya Pendidikan
Telah sejarah riwayatkan dalam sebuah mozaik destinasi
Tujuan luhur, agung nan bijaksana
Mencerdaskan kehidupan bangsa seutuhnya

Ia yang sejatinya bukan sekedar hak yang harus diterima


Melainkan adalah tulang punggung yang menentukan nasib
Pola yang menentukan karakter bangsa

Bocah lugu terlahir dari bijana terdalam


Berlari riang, bermain ke sana ke mari
Menyunggingkan senyum manis di kala guru tiba

Kerinduan itu kini sedikit telah terobati


Sederhana memang
Sederhana yang kadang terabaikan
Mereka ingin tahu, ada apa di sana
Mereka ingin paham, mengapa begini
Mereka ingin mengerti, mengapa mereka ada
Mereka ingin mencari apa tujuan mereka
Dan kadang mereka ingin tahu apa sejatinya yang mereka lakukan

Selaksa air yang melegakan dahaga


Mengubah horizon kemarau
Menjadi subur pengetahuan dalam kebijaksanaan.

(Oleh: Putri Anugerah)


Lelang Pendidikan
Pendidikan…
Kata yang didengungkan oleh banyak kalangan
Katanya
Pendidikan itu tak memandang latar belakang
Namun, apalah daya
Itu ‘cuma’ slogan
Entah jaman yang telah berevolusi
Atau sedari dulu tetap begini

Pendidikan adalah hak setiap warga


Namun, mana buktinya
Kami beli, kami juga yang menjual
Itu kata yang sering terlontar, dari orang yang katanya berpendidikan
Kami beli mahal, maka kami juga mendapatkan yang mahal

Pantas saja jika negara ini tak mencapai kejayaan


Kelakuan orang orang berpendidikan tak lagi bisa di harapkan
Pendidikan investasi masa depan
Namun, bukan berarti pendidikan sebagai alasan untuk meraup pajak besar-besaran
Bukan pula sebagai alasan untuk meletakkan kaki di atas hidung anak jalanan

Mau sampai kapan, pendidikan akan terus dilelang


Hingga rakyat kecil musnah dengan perlahan?
Atau hingga jas mengkilap tak lagi muat dikenakan?

Tak hanya tuan yang membutuhkan


Tapi, kami juga tak meminta
Karena kami tak sanggup jika harus bermain lelang
Dengan apa yang seharusnya kami dapatkan.

(Oleh: Ahmad Latiful Ansori)


Senandung Literasi
Senja ini semburat merah mewarna langit yang abu
Anganku terbang pada masa belajar mengeja
Kala itu, aku tersenyum mendengar dongeng pelajar nusantara
Sang penakluk bukit, penyisir sungai yang handal
Para pengejar ilmu, penggerak peradaban

Teruntuk pencinta ilmu


Membaca adalah bukti rindu yang menyeruak
Memaksa mata terkunci dengan baris dan baitnya
Lantas waktu bertransformasi jadi anak panah berkecepatan tak hingga
Dunia memang tak menjadi milikku, tapi aku mencipta duniaku sendiri

Aku ingin berkata lewat aksara, goresan pena


Merapal doa dan nasihat untuk maslahat
Diam untuk membaca, berkata untuk bercerita
Sebab literasi tak melulu tentang seni, tapi juga keinginan berbagi

Tinta senja adalah katalis bagi zaman yang tengah miris


Malam segera tiba, tapi fajar pasti menyingsing setelahnya
Maka mimpi dan usaha harus digerilya demi mentari yang lebih jingga.

(Oleh: Anisah Izdihar Nukma)


Peti Sejuta Mimpi
Mimpi ini terasa terkubur begitu dalam
Begitu dalam sampai tak bisa tergali
Ingin kukeluarkan mimpi-mimpi itu sekarang
Tapi itu tidaklah mudah….
Butuh sejuta peti emas untuk menggali mimpi itu
Itulah mahalnya pendidikan
Begitu mahal sampai harus mengubur mimpi ini.
Sungguh ku butuh peti emas itu
Apalah daya, mengisi perut keroncong pun sulit
Apakah hanya mimpi seorang anak pejabat yang bisa tumbuh?
Apakah niat tidaklah cukup tanpa sepeti emas?
Zaman yang begitu kaya….
Bukan karena kebodohan kami tidak bisa menggapai mimpi kami.
Tapi karena peti emas yang tidak bisa kami dapatkan.
Begitu kaya karena sejuta mimpi yang terkubur dengan sejuta peti emas.
Lebih baiklah tak perlu bermimpi,
Daripada bermimpi tapi harus terkubur jua.

(Oleh: Annisah Fatona)


Jam Kosong Kami Bahagia
Betapa bahagia kami
Jam kosong tak ada guru terasa lagi
Telah menjadi tradisi; lumrahnya kami
Merekah senyum bahagia sana sini
Dan di sudut kiri
Guru mulai menyibukkan diri; melupa kepada kami

Ada yang membangkit senyum dari tidurnya


Ada yang membaca buku lalu menertawakannya
Ada pula yang mencela, pada daftar nama yang tertera

Begitulah kami
Pelajar generasi negeri ini
Yang gembira tiada henti
Kala jam kosong tak terganti.

(Oleh: AR. Izzal Muflihin)


Ironi Pendidikan
Untukmu yang mengenyam pendidikan…
Di saat kau diberi kesempatan
Mengeja hal istimewa bernama pendidikan
Di saat yang sama kau malah menyia-nyiakan

Kau terjerembab dalam kenyamanan


Sekelilingmu pun kau abaikan
Bukankah pendidikan mengajarkan kepedulian
Ataukah kita yang terlalu asyik dengan keegoisan

Sadarilah di sisi lain, ada hati yang mengebu-gebu


Mendamba hal termewah yang kau jadikan sia-sia
Bangkit, lawan rasa malas dan keegoisan yang menggerogotimu
Atau kau terlarut dalam dunia yang menjadikanmu tak berguna.

(Oleh: Marleni Putri Bulawan)

Anda mungkin juga menyukai