SITI HAFIZAH
Itulah gelora pesan bibir putri jepara, demi mengangkat harkat dan martabat kaumnya yang lugu
dan berbudi pekerti luhur dibawah penindasan adat dan budaya di zaman Siti Nurbaya. Perempuan
adalah budak bagi kaum Adam, yang dengan arogan memerintah dan menghardik, mengacungkan
tinju jika keinginannya tidak tercapai. Singkatnya kaum hawa adalah kambing hitam bagi masalah
yang dirasa tidak beres.
Putri Raden Ajeng Kartini kelahiran Jepara, mengangkat kaumnya yang tenggelam dan terpuruk
dalam lumpur penderitaan menunjukan pada kaum Adam bahwa persepsi mereka tentang kaum
hawa perlu dirubah.
Tulang rusuk itu dekat dihati dan perlu dicintai, dekat di dada untuk didekap, dekat di lengan untuk
di peluk dan di rangkul. Bukan di kaki untuk di tendang , atau di ujung jari utuk di tumbuk.
Jelasnya kaum hawa adalah IBU bagi anak-anak manusia yang lahir di muka bumi ini dari ujung
bumi sampai di batas jagat. Pesanmu putri jepara terpatri indah dalam hati kaummu terutama
PEKKA.........Yah PEKKA akan menyambung nafasmu guna membuktikan pada dunia bahwa
kaum hawa punya harkat dan martabat yang sama dengan kaum adam.
Dalam kekalemanmu engkau merasa terpinggirkan namun justru dalan kekalemanmu itulah nyata
kedasyatanmu karena dikaulah lambang cinta anak-anak manusia yang berdarah adam.
Dalam kehinaan engkau merasa terpojokan, namun justru dalam kehinaanmu itulah sinar
kemuliaanmu. Karena dikaulah ibu yang peka dengan arus globalisasi yang mengancam hancurnya
anak-anak manusia yang manusiawi.
Dalam kelemahan yang manusiawi engkau mengeluh karena di abaikan, namun justru dalam
kelemahanmu itulah terletak kekuatanmu karena dikaulah pemberi nafas baru bagi anak-anak
manusia dari ujung bumi sampai kebatas jagat.
Dalam kerapuhanmu yang mendasar engkau meratap karena ditinggalkan, namun justru dalam
kerapuhanmu itulah terpancar kegigihanmu karena dikaulah proteksi bagi embrio-embrio yang
bakal menjadi manusia di muka bumi ini.
Dalam kelembutanmu engkau khawatir karena diremehkan namun justru dalam kelembutanmu
itulah terbit keperkasaanmu karena dikaulah awal denyutan kehidupan yang merangkul bayi-bayi
mungil yang tak berdaya ketika hadir di muka bumi ini.
Dalam kekerdilanmu engkau mendesah karena dikucilkan namun justru dalam kekerdilanmu itulah
muncul kebesaranmu karena dikaulah yang melepas pergikan pahlawan-pahlawan di medan perang
dengan doa dan berkat dari tanganmu yang mungil.
Dalam kekerdilanmu engkau merasa tersorot, namun justru dalam kekerdilanmu tersembul
kebesaranmu karena dikaulah yang mengatur menu makanan bagi kelangsungan hidup anak-anak
manusia di seantero dunia ini.
Dalam ketiadaanmu engkau menangis karena disakiti, namun justru dalam ketiadaanmu itulah
takhta keberadaanmu karena dikaulah yang memancarkan tunas-tunas muda penerus satu generasi
ke generasi berikutnya.
Tepatnya dikaulah ibu yang keibuan, dikaulah makanan pertama anak-anak manusia ketika pertama
kalinya datang kemuka bumi ini. Dikaulah tempat kediaman calon-calon anak manusia yang bakal
menghuni bumi ini,hingga akhirnya menetap dalam rahim bumi.
Dikau ku kagumi karena kasihmu tanpa batas menggapai anak-anak manusia yang terlahir dari
rahimmu.
Semangat kasihmu ibarat pisang, pantang mati sebelum berbuah sekalipun di tebas, dibantai dan di
cincang, dikau tidak kenal menyerah, dikau pasti tumbuh lagi di celah-celah tumpang tindihnya
sisa-sisa batangmu yang mati terkapar tak berdaya.
Walau aku tak dapat membalas kasihmu karena aku tak akan pernah memberikan nafas kehidupan
kepadamu. Tapi aku tersenyum puas karena engkau bangga memiliki aku.
Terima kasih PEKKAku, terima kasih Ibuku, terima kasih Paradigtaku. Kuteruskan perjuanganmu
sampai akhir batas waktuku dibumi pertiwi ini.
PEREMPUAN PATRIOT PERKASA
Dikaulah panah api yang terbit di ufuk timur untuk menyingkap tabir rahasia kegelapan yang
menyelimuti ibu pertiwi ini.
Sinar cahayamu menuntun kaum marginal dan disabilitas untuk menggapai hak-hak mereka yang
terabaikan. Bagi kami kaum hawa tamparan karena kasih lebih berkesan dari pada ciuman seorang
penghianat.
Kata-kata yang terucap dari bibirmu menggerakan semangat kami tapi perbuatanmu yang
mengiringi gerak langkah kami lebih dahsyat terpatri dalma jiwa kami.
Dikau cerminan tempat kami berebenah diri, dikau mata air pembias dahaga kaum papa, embun
kasihmu menyegarkan kekerdilan yang gersang di padang gurun yang kerontang ini. Dikaulah
mutiara permata yang berharga yang dicari insan musafir di tanah persada ini.
Walau engkau jauh di bawah dasar laut yang curam namun sinar cahayamu memancar menembusi
kabut yang tebal. Betapa bahagianya kami memiliki mutiara yang hadir dari sebuah tiram yang
terduka. Tempatmu nyaman dalam cangkang tiram yang tertutup. Kami cangkang tiram yang
tertutup itu membuka diri untuk menampakan kemilau cahayamu mutiaraku.
Dan kami tidak akan melepaskan keindahan yang adikodrat itu. Kami pasrahkan diri kami
kepadamu, perbuatlah sekehendak hatimu seperti emas yang di uji dalam dapur api, kami selalu
tegar hingga emas itu memenuhi keinginan tuannya, biarpun dibakar, di pukul, dan di cairkan
kami akan semakin indah dalam pandangan mata tuannya. Jika kami menjadi indah disitulah cita-
cita tuannya telah tercapai.
Koordinator pendidikan Akademi Paradigta NTT, batu karang yang tegar di tengah hempasan
ombak yang dahsyat. Ditengah badai gelombang dan tsunami yang mengancam tiang dasarmu
selangkahpun kau tidak pernah bergeser, kini gelombang yang melandamu ambruk disisimu,
meluluhkan butiran-butiran air yang menyisakan gema yang bergaung.
Disini kami merekam adegan tragis itu, sebagai inspirasi yang memotivasi langkah kami hingga
tiba di destinasi akhir kami.
Dikau perempuan patriot perkasa yang memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender. Kini kami
telah sampai pada titik kulminasi terakhir tapi disinilah kami mengawali perjuangan bersamamu
hingga titik darah penghabisan.
KATA PENGANTAR
Kalau saya boleh membuat metafora, dinamika dunia pendidikan formal saat ini seperti,
“menggaruk bulan dalam kolam”. Artinya kita menggaruk-garuk bayangan bulan yang tertangkap
dalam sebuah kolam untuk menemukan bulan tersebut. Padahal sang rembulan berada pada langit.
Kalau yang kita lakukan adalah cara konyol seperti itu, sampai kapanpun, kita tidak akan
menemukan bulan tersebut.
Era akademi Paradigta langsung mengantar kita kebulan, dengan modul yang di pelajari dan
tugas lapang yang di kerjakan kita akan bisa menganalisa sebuah masalah dibantu dengan video
yang di paparkan, sehingga terkesan lebih membantu akademi menganalisa masalah bukan teori
panjang lebar dalam kertas ujian yang hanya short memory yang setelah habis ujian habislah semua
yang telah terekam dalam otak.
Bukan berarti pendidikan formal itu tidak penting, akan tetapi jika perhatian kita hanya
terpusat pada angka hitam di atas putih yang diberi lebel IJAZAH semua upaya kita untuk
membenahi dunia pendidikan akan menjadi kurang efektif.
Kalau saja guru disekolah menyamakan diri dengan mentor di Paradigta mungkin saja tidak
ada murid yang merasa di rendahkan atau di pandang bodoh dan karena selalu di cap bodoh, otak
neo korteksnya pun tertutup dan dia membenarkan perkataan gurunya bahwa dia bodoh dan selalu
mendapat nilai merah.
Di Paradigta rasa percaya diri, ditumbuhkan pola pikir dan inteligensi di pupuk dan
karenanya Akademi Paradigta tampil prima penuh percaya diri.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Rasa terima kasih yang sangat mendalam saya haturkan kepada Yang Empunya hidup yakni
Tuhan Yang Maha Kuasa yang menggerakan hati dan pikiran saya untuk mennulis dan
kepadaNya ku persembahkan karya ini.
2. Kepada kedua orang tua saya, Bapak Petrus Peten Sili dan Mama Genoveva Lipat Samon,
yang telah menghadirkan saya di muka bumi ini, telah berjasa membesarkan saya sejak dari
rahim hingga detik ini dan saya menjadi manusia yang sangat berguna bagi keluarga pada
khususnya, dan nusa dan bangsa pada umumnya.
3. Kepada suamiku tercinta Andreas Ola Mangu. Terima kasih atas segala dorongan, motivasi
dan dukungan selama saya sekolah di Akademi Paradigta.
4. Kepada anakku Hendra, Chandra, Indra, dan Andra, Mama berterimakasih kepadamu walau
kalian malu melihat Mama yang sudah tua mau sekolah lagi namun dikau semua adalah
buah hatiku yang tidak menolak keinginan mama untuk sekolah di Paradigta
5. Kepada Bunda Nani Zulminarni, pendiri dan perintis Akadaemi Paradigta. Terimakasih
Bunda, kami menjadi manusia genius karena engkau peletak batu pertama pada fondasi
tegar dan kuat tak tergoyahkan.
6. Kepada Ibu Bernadete Deram selaku koordinator Pendidikan Akademi Paradigta NTT.
Dikau sumber inspirasi kami yang selalu memotivasi kami dalam setiap pertemuandikelas
maupun di Pekka. Terimakasih atas pemberian dirimu kepada kami, semoga kami dapat
meneladanimu dalam kata- kata maupun tindakan konkrit kami sehari- hari.
7. Kepada Ibu Petronela Peni selaku mentor yang rajin dan semangat dalam mengampuh
pelajaran di kelas Paradigta sehingga kamipun selalu semangat dan riang gembira.
8. Kepada Kamsina Palan Bolen selaku mentor yang riang gembira yang selalu membuat
kami tersenyum senang.
9. Kepada Petronela Barek Duli, Vin Samu, Susan, Ole, Beatrix Mala Mada Maharia, Masi
Senari, Ade Kris Adobala dan semua mentor yang telah banyak membantu namun tidak bisa
disebutkan satu persatu di sini, saya ucapkan terima kasih banyak, semoga Tuhan membalas
jasa anda sekalian
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR VI
PENDAHULUAN
BAB I:
BAB II:
A. PERUBAHAN PALING MENDASAR DALAM DIRI SAYA SETELAH
MENGIKUTI PENDIDIKAN AKADEMI PARADIGTA
B. REAKSI ATAU RESPON DARI SUAMI DAN ORANG –ORANG SEKITAR
C. IMPIAN HIDUP SAYA KEDEPAN
D. IMPIAN DESA HARAPAN SAYA
E. UNTUK SATU TAHUN KEDEPAN
BIODATA PENULIS
PENDAHULUAN
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat cinta dan berkat serta
anugerahNyalah tulisan ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan, sebagai syarat
untuk bisa diwisuda sebagai Akademi Paradigta Angkatan II Tahun 2017-2018 ini.
Setiap kali seseorang di tanya tentang keinginan akan kesuksesan, kebahagiaan, kemenangan,
kesenangan dan kejayaan, pastilah ia akan menjawabnya dengan ungkapan “ ya, saya ingin sukses
dan bahagia”. Tidak ada seorangpun yang mau gagal, mau menderita dan mau hidup miskin serta
bodoh.
Untuk mendapatkan jawaban di atas, hanya Paradigta yang bisa membuka jalan untuk kita
temukan kesuksesan, kemenangan, kejayaan dan kebahagiaan. Mempelajari modul demi modul
dalam Paradigta dan mendalaminya lewat bacaan dan video yang secara tidak langsung
menginspirasi kita dalam menggapai apa yang kita inginkan.
Saya sendiri, ketika di pandang sebelah mata oleh masyarakat tempat saya berada, di Paradigta saya
merasa di hargai, diakui dan di pahami, sehingga dengan semangat membara saya maju ke caleg
dengan penuh percaya diri.
Saya merasa bangga dan bersyukur mendapat dukungan dari teman- teman Akademi
Paradigta yang dengan semangatnya mendukung dan mendoakan saya. Semoga Tuhan
mendengarkan doa- doa kita untuk mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan.
BAB I : HAL TERMOTIVASI MENGIKUTI PARADIGTA
Dari hasil anyaman kelompok kami, saya membawanya ke center Pekka Lodan Doe untuk
promosi pada tanggal 02-02-2018.
Kelompok kami terbentuk pada tangga 01-10-2017 dengan nama KASIH BUNDA,
beranggotakan 10 orang.
BIODATA PENULIS
Margaretha Herin Boro terlahir dari pasangan Ibunda Genoveva Lipat Samon dan Ayahanda
Petrus Peten Sili, pada tanggal 10 Juni 1968. Penulis adalah anak kedua dari delapan
bersaudara.
Riwayat pendidikan:
Penulis bisa mengarang kronik untuk kakak kelas yang mau tamat SMP, penulis bisa
membuat puisi sejak SMA untuk di lombakan antar desa dan mendapat juara I. Pada tahun
1988, penulis menjadi sutradara sebuah drama di bawah judul “CINTA DI TAPAL
TRAGEDI” .
Cita- cita penulis waktu kecilmenjadi seorang guru namun setelah tamat SMA, penulis
mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi Negeri di Undana Kupangnamun tidak lulus
akhirnya cita- cita hanya tinggal cita- cita.
Setelah pulang dari Kupang, penulis bekerja di Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 di
Lembata dari tahun 1988 dan pindah di Waiwerang pada tahun 1989.
Penulis mengadu nasib ke Pulau Batam dan bekerja di Restoran Lestari dari situlah saya
bertemu dengan pasangan hidup saya Andreas Ola Mangu.
Pada tahun 1991 kami ke Kuala Lumpur. Kami di karuniai 4 orang anak, anak pertama saya
Hendra lahir pada tanggal 02-01-1993, anak kedua Chandra lahir pada tanggal 22-08-1994,
anak ketiga Indra lahir pada tanggal 26-06-1998, anak keempat saya Andra lahir pada
tanggal 06-04-2009.
Tahun 2015 saya menjadi utusan perempuan Kecamatan Adonara untuk mengikuti
MUSREMBANGKAB di Larantuka