Anda di halaman 1dari 34

Jauharul Habibi

Surabaya, 15 Januari 2021


Mengenal Puisi
Menulis Puisi

Menang Puisi
Apa itu Puisi . .
: Puisi itu bunyi,
dalam diri puisi ada Bunyi.
: Puisi itu seni kata yang ketat dan
kompleks, yang melibatkan berbagai
elemen;
Diksi yang kuat,
citraan yang hidup,
metafora yang segar,
keselarasan rima dan irama,
keunikan perspektif dan kreativitas
dalam mengolah dan memainkan kata.
: Puisi menjadi rangkaian kata indah
yang mewakili ekspresi jiwa sebagai
pesan menyejukkan, dengan pilihan
diksi yang estetik.
: ragam sastra yang bahasanya terikat
oleh irama, matra, rima, serta
penyusunan larik dan bait.
Menulis puisi itu ????????????????????????????????
: Pengulangan bunyi berselang

Subuh : Telah datang waktu subuh


Luruh : sebelum sempat kantuk luruh
Sentuh : jemari ibu sudah lekas menyentuh
Lusuh : kuiyakan dengan raut wajah masih lusuh
Gaduh : jika tak segera! Kamar pun siap-siap gaduh
Basuh : kujalankan kedua mata, mata kaki kubasuh
Rengkuh : tanbiat langit mulai kurengkuh
: rima dengan larik awal dan akhir mengapit

Perasaan siapa takkan nyala


melihat anak berlagu dendang
seorang sahaja di tengah padang
tiada berbaju buka kepala

“Gembala” (M. Yamin)


: Rima awal dan akhir kembar secara berturut-turut

Yang putih menyilaukan adalah kabut


Yang mengurungku dalam kamar adalah kabut
Yang mendinding dalam langkah adalah kabut
Yang hadir tak terjamah adalah kabut
Yang bergetar tak terdengar adalah kabut
Yang diam, yang rahasia, yang tak pasti.
: rima dengan bunyi vokal dan konsonannya sama

Angin pulang menyejuk bumi


Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun alun di atas alas
: Puisi yg huruf awalnya menciptakan suatu kata

R : Runtuh dilumat jarak


I : Ingatan dibuat tersungkur
N : Nanti yang entah, mempertanyakan temu.
D : Dengan menengadahkan wajah ke angkasa
U : Untaian doaku memeluknya jauh, sebelum
temu itu sempat menamu.
: Majas retorik berupa pengulangan kata dalam
kelompok kata secara berturut-turut

Semakin saya kenal diri saya,


Semakin saya tidak percaya,
Kepada diri saya . .
Kepada ketulusan hati saya
Kepada kehalusan budi saya
Kepada kebenaran pikiran saya Oh Ibu, . . .
Kepada tutur kata saya . . Oh Ibu, . . .
Oh Ibu, . . .
(Or. Mandank) Oh Ibu, . . .
: Kombinasi vokal dan konsonan yang harmonis
(bunyi merdu)

Terdengar derai ombak bercerai;


terhampar ke pantai, sorai terurai,
mengaum deram derum lautan,
walau dalam malam yang kelam.

“Lautan” (Rustam Efendi)


: Ulangan bunyi vokal secara berurutan

. . dalam rupa maha sempurna,


rindu sendu mengharu kalbu

(Amir hamzah)

Kumbang terbang pulang sarang


T- ikus kurus meringkus kardus
: Sajak dua seuntai yang lariknya sama; (dua larik)

Entah apa yang aku ke kehidupan baru,


Meninggalkan menistakan kehidupan lama
Setiap kali aku terbujuk gemerlap restu,
Sekejap lagi tersuram gelap derita.

(Armijn Pane)
: gaya ulang dalam puisi yg menentukan unsur penting

Rakyat ialah kita


jutaan tangan yang mengayun dalam kerja di
bumi tanah tercinta . .

Rakyat ialah kita


otak yang menapak sepanjang jemaring angka-
angka . .

Rakyat ialah kita


beragam suara di langit tanah tercinta . .

“Rakyat” (Hartojo Andangdjaja)


: mendeskripsikan sesuatu;
: Majas pengorangan dengan memberikan wujud
manusia ke suatu benda atau objek abstrak

Bulan : bunting beranak bintang


Matahari : tersenyum di ujung kokok ayam
Doa : memeluk pertemuan yang masih rahasia
Gajah : menari-nari dalam imajinasi seorang bocah
Ranting : ingkar janji, dedaun pun gugur
: majas yang mengandung pengandaian kata dengan
makna yg tersirat (mengandaikan sesuatu dg lainnya)

Manusia dengan alam


Manusia dengan benda
Benda dengan . . . . . . .
: Serangkaian kata yg artinya tidak bisa diartikan secara
harafiah, namun mewakilkan ekspresi tertentu yg tersirat

Buah tangan : Oleh-oleh


Gulung tikar : Bangkrut
Kepala batu : Susah dinasehati
Banting tulang : Bekerja sungguh-sungguh
Tikus kantor : Koruptor

“Menggabungkan dua kata yang kelihatannya tidak mungkin”

Mata bulan Berwajah Malam Sepasang musim salju


: Susunan bunyi yang tidak selaras dalam kata atau
pola irama

tiktaktiktaktikataktiktaktiktaktiktaktikatakno
no no no no nono no no no zzzzzzzzzzzz
zzzzzzzzzzz zzzzzzzzzzzz zzzzzzzzzzz no.

“Mesin kawin” (Sutardji Calzoum Bachri)


Note; Hiperfoola: Majas yg menyatakan
sesuatu dengan berlebih-lebihan.
Diksi: Pilihan kata untuk
mengungkapkan suatu gagasan. Plagiat: Penggunakan tulisan oranglain
yang diakui sebagai tulisan sendiri.
Sosiologi Sastra: telaah sastra yang
berpusat pada persoalan hubungan Imajinasi: Daya cipta untuk membuat
karya dengan pengarang. gambaran dalam angan-angan/pikiran.

Sarkasme: Majas yg mengungkapkan Eufoni: Bunyi merdu


sindiran secara kasar, menyakitkan hati
Citraan: Sarana dalam sastra untuk
dan tidak enak didengar.
menggambarkan sesuatu.
Klise: Kata, frasa, ungkapan, atau
Antologi: Kumpulan pilihan karya
gagasan yg telah hilang kesegaran
sastra beberapa pengarang
dan keaslian.
Literature:

1. Abdul Rozak dkk, “Kamus Istilah Sastra”, Balai Pustaka (2007)

2. Syofian Zakaria, “Kamus Kecil Kesusastraan Indonesia”, CV Tries (1975)

3. Hasan Shadily, “Ensiklopedi Indonesia”, Ichtiar Baru-Van Hoeve (1984)

4. Jan Van Luxemburg, “Pengantar Ilmu Sastra” terj. Hartoko, Pustaka Jaya (1984)

Anda mungkin juga menyukai