Anda di halaman 1dari 10

BAB X

NARASI

A. Pengertian Narasi
Narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang
rangkaian peristiwanya dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan
akhir.
Menurut Keraf, narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-
tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu
kesatuan waktu. Atau dapat dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana
yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa
yang telah terjadi (Keraf, 1982: 136).
Menurut Remini, narasi adalah bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan
menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan
perkembangan dari waktu ke waktu.

B. Ciri-ciri Narasi
1. Mempunyai unsur pokok berupa tokoh, waktu dan peristiwa.
Tokoh, waktu dan peristiwa merupakan unsur-unsur yang saling berkaitan dalam sebuah
narasi. Tokoh-tokoh berperan dalam sebuah peristiwa yang runtun berdasarkan waktu.
Misalnya, sebuah biografi menceritakan tentang kehidupan seorang tokoh mulai dari kecil,
peristiwaperistiwa hidup hingga meninggalnya tokoh tersebut.

2. Teks narasi bersifat fiksi dan non fiksi.


Teks narasi yang merupakan fiksi misalnya, dongeng, cerpen, novel, roman. Sedangkan
teks narasi yang merupakan non fiksi misalnya, biografi dan autobiografi. Masing-masing
narasi tersebut sama-sama mengandung rangkaian peristiwa berdasarkan urutan waktu.
3. Adanya unsur rangkaian cerita.
Kisah dalam sebuah narasi saling berkaitan. Sebuah insiden harus berkaitan dengan
insiden yang lainnya sehingga cerita mudah dimengerti oleh pembaca ataupun pendengar.

4. Adanya sudut pandang pengarang.


Sudut pandang terbagi menjadi dua:
a. Sudut pandang orang pertama.
Sudut pandang ini kemudian terbagi lagi menjadi variasi-variasi kecil didasarkan
pada tipe relasi pengisah (narator) dengan tindak-tandung dalam narasi.
1) Narator sebagai tokoh utama.
Pengisah (narator) menceritakan perbuatanperbuatan atau tindakan-tindakan yang
melibatkan dirinya sendiri sebagai tokoh utama dari seluruh narasi.
2) Narator sebagai pengamat.
Pengisah (narator) terlibat dalam seluruh tindakan tetapi hanya berperan sebagai
pengamat (observer).
3) Narator sebagai pengamat langsung
Pengisah (narator) mengambil bagian langsung dalam sebuah rangkaian tindakan
(sebagai partisipan) dan turut menentukan hasilnya, tetapi ia tidak menjadi tokoh
utama.
b. Sudut pandang orang ketiga.
Pengarang tidak tampil sebagai pengisah, tetapi untuk itu ia menampilkan seorang
narrtor yang tak berbadan, yang menyaksikan gerak gerik dan tindak-tanduk dalam
seluruh narasi. Relasi antara pengisah yang tak berwujud ini dengan seluruh tindak-
tanduk itu adalah bahwa ia tidak turut dalam seluruh tindak-tanduk itu. Ia bertindak
semata-mata sebagai penonton. Sudut pandang ini dibagi lagi menjadi 3:
1) Sudut pandang panoramik atau serba tahu.
Dalam sudut pandang ini pengarang berusaha melaporkan semua segi dari suatu
peristiwa.
2) Sudut pandang terarah.
Pengarang tidak menyapu seluruh tindakan-tindakan yang ada, tetapi memutuskan
perhatiannya hanya pada satu karakter saja yang mempunyai pertalian dengan
proses yang dikisahkan.

5. Adanya keterangan nama tokoh dalam cerita.


Nama tokoh dalam cerita merupakan satu hal penting agar pembaca lebih mengenali
tokoh-tokoh dalam kisah yang diceritakan.

6. Titik sentral karangan adalah kisah.


Inti dari sebuah narasi adalah kisah, dimana kisah tersebut diceritakan dalam bentuk
paragraf-paragraf hingga bab-bab.

7. Menggunakan bahasa sehari-hari.


Penggunaan bahasa sehari-hari pada narasi bertujuan agar pembaca lebih mudah
memahami isi narasi.

Ciri-ciri narasi menurut Keraf:


1. Menonjolkan perbuatan atau tindakan.
Dalam narasi terdapat tokoh-tokoh dan peristiwa, dari hubungan tokoh dengan
peristiwa inilah akan menimbulkan perbuatan atau tindakan.
2. Dirangkai dalam urutan waktu.
Kisah yang diceritakan dalam narasi memiliki urutan waktu yang runtun sehingga
pembaca atau pendengar mudah mengerti maksud dari kisah yang diceritakan.
3. Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang telah terjadi?
Dilihat dari salah satu pengertian narasi rnenurut Keraf yakni narasi adalah suatu
bentuk wacana yang berusaha menggarnbarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca
suatu peristiwa yang telah terjadi, maka ciri ini dapat diartikan bahwa pertanyaan “apa
yang telah terjadi?” rnerupakan pertanyaan yang berasal dari pembaca atau pendengar
rnengenai suatu peristiwa, sehingga teks narasi berusaha untuk menjawab pertanyaan itu
dengan menyajikan gambaran dengan sejelas-jelasnya dalam bentuk wacana. Misalnya
teks narasi yang mengungkapkan sebuah kasus penculikan. Dari teks ini, pertanyaan dari
pernbaca atau pendengar akan terjawab.
4. Ada konflik.
Konflik atau pertikaian dalarn sebuah narasi akan membuat narasi lebih menarik.
Konflik dibagi atas 3 macam:
a) Konflik melawan alam.
Merupakan suatu pertarungan yang dila�ukan oleh seorang tokoh atau manusia
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melawan kekuatan alam yang mengancam
kehidupan manusia itu sendiri.
b) Konflik antar manusia.
Merupakan pertarungan antara manusia satu melawan manusia yang lain, seorang
melawan kelompok yang lain yang berkuasa, satu kelompok melawan kelompok yang
lain, sebuah negara melawan negara yang lain.
c) Konflik batin.
Yaitu pertarungan seseorang melawan dirinya sendiri.
5. Memunculkan tokoh.
Dalam sebuah narasi tentunya memiliki tokoh sebagai salah satu unsur penting
karena titik pusat dalam sebuah narasi ialah kisah.
6. Memunculkan latar.
Sebuah narasi pasti memunculkan latar agar memperjelas kisah yang diceritakan.
7. Memiliki alur.
Sebuah narasi tentunya memiliki alur karena isi dari narasi sendiri merupakan
kisah yang diceritakan secara teratur sesuai dengan urutan waktu yang digunakan penulis.

C. Jenis-jenis Narasi
1. Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris adalah narasi yang bertujuan untuk menggugah pikiran para
pembaca atau pendengar untuk mengetahui apa yang dikisahkan (Keraf, 1982: 136).
Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca
sesudah membaca kisah tersebut. Misalnya, suatu narasi yang ditampilkan oleh seorang
penuntut umum di depan pengadilan mengenai bagaimana berlangsungnya suatu
pembunuhan, atau sebuah narasi tentang Narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap
kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar.
Ciri-ciri narasi ekspositoris:
a) Bersifat khas atau khusus
Berusaha menceritakan peristiwa yang khas, yang terjadi satu kali. Misalnya
mengenai pengalaman seseorang yang pertama kali masuk perguruan tinggi.
b) Bersifat generalisasi
Menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja dan dapat
pula dilakukan berulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara ·
berulang-ulang maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai
hal itu. Misalnya sebuah wacana naratif mengenai cara membuat roti.
c) Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan
kata-kata denotatif.

2. Narasi Sugestif
Merupakan rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang
daya khayal pembaca atau pendengar. Pembaca atau pendengar menarik suatu makna
baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit.
Ciri-ciri narasi sugestif:
a) Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
Seperti dalam dongeng anak-anak, penulis mengisahkan sebuah kisah yang menarik
dan dari keseluruhan kisah tersebut, anak-anak akan mengambil sebuah makna atau
amanat.
b) Menimbulkan daya khayal.
Pada saat para pembaca atau pendengar mengambil sebuah makna atau amanat yang
tersirat, saat itulah daya khayal pembaca atau pendengar dirangsang.
c) Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif denganmenitik beratkan penggunaan
kata-kata konotatif.
Penggunanan bahasa yang figuratif atau yang sering disebut majas dan penggunaan
kata-kata konotatif bertujuan untuk menimbulkan unsur keindahan, sehingga
membuat pembaca atau pendengar tertarik dengan kisah yang diceritakan.
D. Struktur Narasi
Sesuatu dikatakan mempunyai struktur, bila ia terdiri dari bagian-bagian yang secara
fungsional berhubungan satu sama lain. Demikian pula dengan narasi. Struktur narasi dapat
dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya.
1. Alur (Plot)
Alur merupakan rangkaian pola kejadian yang berusaha memecahkan konflik yang terjadi
dalam narasi itu. Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah. Alur
mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus berkaitan satu sama lain, bagaiman suatu
kejadian mempunyai hubungan dengan kejadian yang lain, bagaimana tokohtokoh harus
digambarkan dan berperan dalam tindakantindakan itu dan bagaimana situasi dan perasaan
karakter yang berperan dalam tindakan-tindakan itu yang terlibat dalam satu kesatuan waktu.
Selain tindakan-tindakan, karakter tokoh dan pikiran atau suasana hati yang menjadi dasar
sebuah plot, ada beberapa faktor lain yang harus diperhatikan juga dalam sebuah alur, yaitu
latar (setting), kiasan makna (khususnya narasi fiktif). Tindakan-tindakan dalam sebuah
narasi biasanya berlangsung dengan mengambil sebuah tempat tertentu yang dipergunakan
sebagai pentas. Tempat-tempat atau pentas itu disebut latar atau setting. Latar dapat
digambarkan secara hidup-hidup dan terperinci, dapat pula digambarkan secara sketsa sesuai
dengan fungsi dan perannya dalam tindakan-tindakan yang berlangsung.
2. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar memungkinkan pembaca memahami
adegan-adegan selanjutnya. Karena bagian pendahuluan menentukan daya tarik dan selera
pembaca pada bagian-bagian berikutnya, maka penulis harus mengerjakan dengan sungguh-
sungguh secara seni. Bagian pendahuluan harus merupakan seni tersendiri agar bisa
menjaring minat pembaca.
Dalam menyajikan narasi yang menyangkut fakta, seperti yang dilakukan penulis sejarah,
tugas pertama seorang penulis ialah menganalisis materi untuk memperoleh kepastian.
Selanjutnya, materi harus dalam disajikan dalam suatu rangkaian cerita yang menarik
sehingga pembaca dapat dengan mudah peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Dalam
menyusun sebuah nasari imajinatif, masalah yang dihadapi penulis sebenarnya sama saja
dengan narasi faktual. Perbedaannya hanya menyangkut persoalan bahwa narasi fiktif tidak
menganalisis materi faktual. Pengarang narasi fiktif harus menciptakan materinya sendiri.
3. Bagian Perkembangan.
Bagian perkembangan adalah batang tubuh yang utama dari seluruh tindakan-tindakan
para tokoh. Bagian ini merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh
proses narasi. Bagian ini mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan
dari situasi asli. Bagian yang menegangkan merupakan klimaks dari perkembangan narasi
bukan hanya terdapat dalam cerit fiktif tetapi juga dalam cerita nonfiktif.
4. Bagian Penutup
Akhir dari suatu perbuatan atau tindakan mempakan titik dimana tenaga-tenaga atau
kekuatan-kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula membersit keluar
dan menemukan pemecahannya. Bagian ini merupakan titik dimana pembaca terangsang
untuk melihat seluruh makna cerita.

E. Cara-cara Menulis Narasi


Langkah-langkah menyusun narasi cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai
dengan mencari, menemukan, dan menggali ide.
1. Menentukan tema atau amanat yang akan disampaikan.
Langkah pertama ini menjadi dasar bagi pembuatan semua karangan. Kita bisa
menentukan sebuah tema secara bebas, sesuai dengan keinginan kita dan amanat yang
berhubungan dengan tema yang telah kita ambil, nantinya akan dikembangkan dalam
mengarang narasi.
2. Menetapkan sasaran pembaca.
Poin kedua juga merupakan poin penting dalam menulis karangan narasi. Kita tentunya
harus memilih target pembaca entah untuk anak-anak, dewasa atau segala umur. Dari sinilah
nantinya kata-kata yang kita rangkai dalam karangan sesuai dengan sasaran pembaca. Jangan
sampai kita menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh pembaca yang mengakibatkan isi
karangan menjadi tidak jelas dan �isa menimbulkan salah tangkap bagi pembaca.

3. Merancang peristiwa yang akan dibahas dengan skema alur.


Hal ini bertujuan untuk mengurutkan jalannya cerita dan memudahkan penulis dalam
membuat karangan narasi. Sehingga karangan yang akan dibuat dapat runtut, jelas dan enak
untuk dibaca.
4. Adanya awal, pengembang dan akhir karangan.
Awal karangan menceritakan sebelum kejadian atau peristiwa yang nantinya
dikembangkan hingga terjadi suatu peristiwa, setelah itu diakhiri dengan akhir karangan yang
menandakan selesainya peristiwa yang diceritakan. Setelah selesai semuanya, pembaca dapat
menyimpulkan amanat yang dapat dipetik atau diambil dari karangan.
5. Menyusun tokoh, perwatakan, sudut pandang, latar.
Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mengembangkan karangan narasi. Kita
harus menyusun latar, tokoh, watak, sudut pandang yang akan kita pakai dalam membuat
karangan narasi Selain langkah-langkah diatas, dalam menyusun sebuah teks narasi juga
dapat menggunakan mmus 5 W + 1 H
1. What.
Apa yang akan diceritakan?
2. Where.
Dimana setting/lokasi ceritanya,
3. When.
Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4. Who.
Siapa pelaku ceritanya,
5. Why.
Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6. How.
Bagaimana cerita itu dipaparkan

F. Tujuan Menulis Karangan Narasi


Langkah-langkah menyusun narasi cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai
dengan mencari, menemukan, dan menggali ide.
1. Memberi informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan.
Sebuah karangan narasi, entah fiktif maupun nonfiktif hendaklah mengandung
hal-hal yang dapat memberi informasi dan wawasan yang akhimya dapat memperluas
pengetahuan pembaca. lnformasi atau wawasan tersebut harus berhubungan dekarangan
narasi.
2. Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
Sebuah narasi hendaklah memberikan sebuah cerita yang benar-benar baik. Baik
dalam hal ini maksudnya, cerita harus mengandung semua unsur-unsumya dan harus
dikemas berdasarkan alur yang baik dan benar agar membuat pembaca terkagum.
3. Memberikan hiburan.
Selain memberikan informasi dan memperluas pengetahuan, sebuah karangan narasi yang
baik tentunya akan memberikan hiburan tesendiri bagi pembacanya.

G. Makna Sebuah Narasi


Rangkaian aksi yang menandai sebuah narasi bukan hanya merupakan suatu rangkaian
dalam waktu saja, tetapi juga merupakan rangkaian tindakan yang terdiri dari tahap-tahap
sebuah struktur. Sebuah narasi disusun bukan dari suatu rangkaian perbuatan semata-mata,
tetapi suatu rangkaian perbuatan yang mempunyai makna secara keseluruhan. Makna narasi
selalu akan diungkapkan dengan jelas, kalau narasi itu sendiri dijalin dengan jelas. Jika
hubungan anatara setiap unsur dalam narasi dijalin dengan jelas maka pembaca akan seolah-
olah ikut melihat, mendengar, merasakan dan memahami peristiwa di dalam narasi dan
setelah itu, pembaca akan lebih mudah memahami makna yang terkandung di dalam narasi.
Untuk dapat memahami makna sebuah narasi, seorang pembaca tentunya harus
memusatkan seluruh perhatiannya kepada cerita. Jika pembaca dapat memusatkan
perhatiannya dengan baik kepada cerita, tentu pembaca akan dengan mudah memahami
tema, alur cerita serta konflik-konflik yang terkandung didalamnya. Jika pembaca dapat
memahami hal-hal tersebut, maka pembaca akan mudah memahami makna yang terkandung
di dalam sebuah narasi.
DAFTAR RUJUKAN

Keraf, Gorys. 1982. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.

______. ______. Narasi. (Online) (https://id.m.wikipedia.org/wiki/narasi), diakses 22 April 2017

Ndeso Net, Blogger. 2013. Pengertian Karangan Narasi dan Ciricirinya, (Online),
(bloggerndesonet.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-karangannarai-dan-ciri.html?m=1)
diakses 22 April 2017.

Raka, Sandi. 2009. Karangan Narasi, (Online),


(makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2009/03/karanganarasi.html?m=1) diakses 22 April
2017.

Anda mungkin juga menyukai