Anda di halaman 1dari 4

Name No.

Bp Subject

: Ayunanda Putri : 1110003924004 : Introduction of Literary Studies

Jenis jenis Sastra 1. Pengantar


Teks teks dikelompokkan menurut fungsinya. Kriterium ini tidak cocok untuk pembagian lebih lanjut bagi kelompok teks teks sastra yang luas dan terbuka. Secara menyeluruh teks- teks sastra mempunyai fungsi yang sama. Semenjak jaman baheula telah banyak ditulis mengenai jenis jenis sastra. Seringkali pengarang berusaha untuk menyelaraskan karya sastra mereka dengan yang sudah ada. Sikap ini dinamakan estetika identitas. Aliran klasisisme di Prancis merupakan contoh jelas bagaimana norma- norma klasik mengenai jenis jenis itu diikuti. Corneille menulis karangan karangan panjang lebar untuk menunjukkan bahwa karyanya serasi dengan peraturan peraturan klasik, sekalipun ditentang oleh sementara pihak. Lain halnya dengan roman pada abad ke 18. Bila dipandang dari sudut abad ke -20 romanroman itu disebut anti roman ( seperti Tristram Shandy karangan Sterne dan Jacques le Fatalisle karangan Diderot). Dalam karya karya tersebut pengarang selalu menelanjangi sifat rekaan yang dibuat buat. Jenis anti juga merupakan suatu bentuk jenis. Justru dengan melawan kaidah kaidah mapan, pengarang ini menunjukkan betapa pentingnya jenis jenis itu. Menurut Aristoteles terdapat dua jenis sastra, yakni yang bersifat cerita dan yang bersifat drama. Aristoteles juga menekuni sarana sarana penulisan : prosa, sajak sajak, berbagai bahasa dan tingkat bahasa. Perbedaan epic dan drama sebetulnya bersifat tematik, tetapi oleh sementara komentator secara prinsip mau dikaitkan dengan perbedaan antara adanya satu orang juru bicara, yaitu para actor dan pelaku. Yang dibahas Aristoteles dan para pengikutnya ialah contoh contoh dari zaman mereka sendiri. Tetapi bila pada zaman sekarang ini dua criteria itu, yang pada pokoknya tak ada sangkut paut yang satu dengan yang lain.

2. Kriteria dalam Pembagian


2.1 Situasi Bahasa Kriteria yang paling umum berlaku ialah situasi bahasa yang menunjukkan perbedaan dalam sikap saja. Kita dapat mengadakan suatu pembagian atas dasar situasi bahasa tanpa

memperhatikan isinya. Jenis jenis kongkret tidak diakibatkan secara alami melainkan secara konvensional oleh sikap sikap tersebut. Secara skematik situasi bahasa dalam berbagai jenis sastra dapat digambarkan sebagai berikut : Monolog sajak Pr Penyair Pr aku Lirik Subyek Pa pendengar pembaca engkau anda yang disapa Pa pembaca puisi

Dialog drama Pr Pengarang drama Pr aktor Pa aktor Pa pembaca drama Penonton

Pencangkokkan Roman, novel, cerpen Pr Pengarang Roman Pr juru Dongeng Pr actor Pa aktor Pa pendengar pembaca dalam teks Pa pembaca roman

2.2 Isi Abstrak Pembagian menurut situasi bahasa dapat dijabarkan lebih lanjut. Mengenai dua dari tiga kelompok itu isinya dirumuskan secara umum menurut istilah istilah global. Baik drama atau teks cerita mempunyai isi yang berupa rangkaian peristiwa yang dikaitkan secara logic dan kronologik. Rangkaian peristiwa itu disebut sejarah atau riwayat. Isi sebuah sajak dapat berupa apa saja. Andaikata sebuah sajak yang menyajikan serangkaian peristiwa, kita berhadapan dengan sebuah sajak naratif. Seperti sajak Nijhoff berikut ini : Tanah Ketiga Sambil berdendang dan tanpa ingatan

Kutinggalkan tanah pertama Berdendang dan tanpa ingatan Kumasuki tanah kedua Oh Tuhan, aku tidak tahu kemana aku pergi Ketika kumasuki tanah ini, O, Tuhan aku tidak tahu kemana aku pergi, Tetapi biarkan aku pergi dari tanah ini, O, biarkan aku tanpa ingatan Dan sambil berdendang memasuki tanah ketiga.

2.3 Tematik Dalam perkembangan sejarah, berbagai tema silih berganti digemari. Tema pengasingan misalnya oleh Brecht dibahas dala perspektif masyarakat, sedangkan oleh Sartre secara eksistensial. Dalam sastra Barat ada beberapa tema yang selalu hadir, ada juga yang kadang kadang muncul. Seperti pada akhir tahun 1979 di Belanda ada empat buku yang bertemakan kematian seorang ayah. Dalam teori mengenai jenis jenis sastra sejak dahulu memang dikaitkan situasi bahasa dengan tematik. Demikian pada abad ke 18 terjadi pembagian klasik antara lirik, epic dan dramatic. Tiga jenis sastra itu dikaitkan dengan beberapa tema yang memang penting bagi sejarah kebudayaan Eropa Barat, tetapi tidak ada sangkut paut dengan suatu situasi bahasa tertentu. Tematik berbagai jenis sastra ini berubah dari zaman ke zaman dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam fungsi, keadaan, public, dan medium. 2.4 Gaya Pembagian global menurut puisi dan prosa sebetulnya bersifat stilistik. Dalam pandangan ini puisi dianggap teratur menurut irama. Dalam buku buku poetika klasik juga dibedakan secara stilistik antara gaya tinggi dan gaya rendah, gaya yang pantas bagi seorang ningrat dan gaya yang cocok bagi seorang petani. Pernah juga dibedakan antara gaya simbolik dan gaya realistic. Dalam teori klasik gaya tinggi dihubungkan dengan pentas tragedy, sedangkan gaya rendah dengan komedi.

2.5 Akibat Pragmatik Kategori tujuan dan akibat pernah juga dipergunakan untuk mengadakan pembagian teks teks. Tujuan dan akibat tidak selalu sama. Alasan pertama karena akibat dan pengaruh terhadap pembaca berubah dari zaman ke zaman. Khotbah khotbah Bossuet dan John Donne kini tidak kit abaca lagi sebagi khotbah- khotbah.

2.6 Bentuk Material dan Lahiriah Masalah masalah besar yang timbul bila kita membahas jenis jenis sastra menyebabkan sementara teoritisi hanya ingin bertitik tolak dari wujud lahiriah teks yang diterbitkan. Dalam hal puisi pun halaman tidak diisi sepenuhnya, bait bait terpisah oleh bidang putih dan perwujudan lahiriah masih memperlihatkan variasi variasi lain pula.

3. Manfaat pembagian menurut jenis


Manfaat ini pertama tama bersifat historic. Sastra berkembang dalam kotak kotak serupa itu. Situasi ini menyebabkan bahwa teori teori samping terutama dikembangkan pada bidang yang dapat dikaitkan dengan drama, teks teks naratif, dan puisi. Karena sukar dicapai sepakat mengenai ciri ciri sastra yang berlaku umum, maka untuk menjabarkan modul modul analisa jenis jenis yang ada dijadikan tolak ukur, tanpa meragukan sahnya pembagian menurut jenis jenis itu. Pembagian itu tidak mempunyai status teoretik, tetapi memungkinkan pembagian lebih lanjut yang lebih rumit. Pembagian historik itu berguna bila kita ingin meneliti hubungan antara berbagai jenis, yaitu intertekstualitas.

Anda mungkin juga menyukai