Anda di halaman 1dari 11

Name No.

Bp Subject

: Ayunanda Putri : 1110003924004 : Introduction to Literary Studies

Diksi dan Gaya Bahasa

Bab I Retorika
1. Pengertian Retorika Retorika adalah suatu istilah yang secara tradisional diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. 2. Jaman Yunani Menurut sejarah perkembangannya, retorika mula mula tumbuh dan berkembang di Yunani abad V dan IV sebelum Masehi. Menurut pengertiannya yang asli, retorika adalah sebuah telaah atau studi mengenai oratoria atau seni berpidato. Corax dari Sirakusa membagi oratori atas lima bagian, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Proem atau pengantar Diegesis atau Narratio Agon atau Argumen Parekbasis atau Digressio Peroratio

Sudah sejal permulaan perkembangan retorika timbul perbedaan pendapat atau kontroversi yang menyangkut persoalan pemakaian unsure stilistika, masalah hubungan antara retorika dan moral dan masalah pendidikan. 3. Jaman Romawi Ahli ahli yang terkenal di jaman Romawi adalah Appius Cladius Caecus, Cato de Censoris , Sulpicius Galba , Caius Graechus dll. Walaupun terdapat ahli ahli retorika dari Romawi, pengajar pengajar retorika yang formal adalah orang orang Yunani. 4. Metode Retorika Klasik 4.1Masalah Retorika Ada tiga masalah pokok dalam retorika, yaitu : 1. Seni retorika 2. Masalah pidato 3. Situasi yang menimbulkan pidato 4.2Metode Pendidikan

Page 1

Metode yang biasa digunakan adalah : a. Imitasi b. Deklamasi c. Dasar latihan 5. Abad Pertengahan ( V- XV ) Dalam jaman Romawi, para kaisar member subsidi kepada sekolah sekolah yang memasukkan retotika dalam silabus pendidikannya. Retorika pada abad pertengahan digolongkan dalam tujuh kesenian liberal. 6. Jaman Renaissance ( XV- XVIII) Kekaburan yang ditimbulkan oleh tulisan tulisan mannerism, menimbulkan suatu reaksi keras. Reaksi itu lahir dalam wujud kembali ke retorika klasik . Buku buku pegangan pada abad XV dan XVI melanjutkan retorika sebagai seni untuk menyiapkan dan menyajikan pidato menurut langkah klasik mulai dari invention, disposition, elocution , memoria dan action. 7. Kemunduran Retorika ( XVIII XX ) Aliran Ramisme membawa keruntuhannya sendiri dan sekaligus keruntuhan bagi seni retorika. Dikotomi yang dikembangkan aliran ini antara gagasan dan kata yang mengungkapkan gagasan itu, merangsang suatu penelitian untuk mendapatkan suatu gaya ( style )yang sederhana. 8. Retorika Modern Suatu retorika modern akan tetap bertolak dari beberapa macam prinsip, yaitu : a. b. c. d. e. Penguasaan secara aktif kosa kata bahasa yang dikuasai Penguasaan secara aktif kaidah kaidah ketatabahasaan Mengenal dan menguasai bermacam gaya bahasa Memiliki kemampuan penalaran yang baik Mengenal ketentuan teknis penyusunan komposisi tertulis.

Bab II Kata dan Pilihan Kata


1. Kata dan Gagasan Tidak ada suatu batasan mengenai kata yang sahih bagi semua bahasa di dunia. Dalam mendeskripsi banyak bahasa di dunia diperlukan sebuah unit yang disebut kata, namu bagi sebagian pengertian kata dibatasi secara fonologis, sedangkan bagi bahasa yang lain dibatasi secara morfologis.

Page 2

2. Pilihan kata Pengertian diksi atau pilihan kata jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata kata itu sendiri. Istilah ini digunakan untuk menyatakan kata kata mana yang dipaki untuk mengungkapkan suatu gagasan tapi juga meliputu persoalan fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan. Ada tiga kesimpulan mengenai diksi, pertama pilihan kata atau diksi mencakup pengertian yang dipakai untuk mengemukakan suatu gagasan. Kedua, pilihan kata atau diksi kemampuan membedakan secara tepat gagasan yang disampaikan. Dan ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata. 3. Makna Kata Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek yaitu aspek bentuk dan aspek isi makna. 4. Macam macam Makna Pada umumnya makna kata dibedakan atas makna yang bersifat denotative dan konotatif. Kata yang tidak mengandung makna atau perasaan perasaan tambahan disebut makna denotative, sedangkan yang mengandung makna tambahan disebut makna konotatif. 5. Konteks Linguistis dan Nonlinguistis a. Konteks Nonlinguistis Konteks ini mencakup dua hal yaitu hubungan antara kata dan barang atau hal, dan hubungan antara bahasa dan masyarakat atau disebut konteks sosial Konteks sosial itu mencakup : i. Ciri cirri yang relevan dari partisipan ii. Obyek obyek yang relevan iii. Efek dari aksi verbal b. Konteks Linguistis Konteks linguistis adalah hubungan antara unsure bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Dalam konteks linguistic dapat muncul pengertian tertentu akibat perpaduan antara dua buah kata. 6. Konteks Leksikal Struktur Leksikal adalam bermacam relasi semantic yang terdapat pada kata. Hubungan itu dapat berwujud : sinonimi, polisemi, homonimi dan antonimi. a. Sinonimi

Page 3

Adalah suatu istilah yang dimana dua kata berbeda memiliki makna yang sama. b. Polisemi dan Homonimi Bila dalam sinonimi berbicara mengenai beberapa kata yang memiliki makna yang mirip, makan polisemi adalah kata yang memiliki bermacam arti sedangkan homonimi adalah dua kata atau lebih yang tetapi memiliki bentuk yang sama c. Hiponimi Hiponimi adalah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam suatu makna terdapat komponen yang lain. d. Antonimi Istilah antonimi dipakai untuk menyatakan lawan makna, sedangkan kata yang berlawanan disebut antonim Ada perbedaan dalam bentuk dari antonimi, yaitu : i. Oposisi kembar ii. Oposisi majemuk iii. Oposisi gradual iv. Oposisi relasional v. Oposisi hirarkis vi. Oposisi inversi

Bab III Kamus sebagai Sumber Diksi


1. Macam Macam Kamus Kamus dibedakan menurut luas lingkup isinya. Ada kamus umu, khusus, istilah. Dan melihat sifatnya ada kamus standar dan kamus nonstandar. 2. Sifat Kamus Walaupun sebuah kamus standar merupakansebuah khazanah dari kata yang dipakai dalam sebuah bahasa, belum tentu kamus tersebut memuaskan pemakainya. Ada faktor yang mempengaruhi hal tersebut, salah satunya adalah pasti ada kata kata yang luput dari pencatatan seorang leksikograf dan faktor lain yang mempengaruhi sifat sebuah kamus adalah minat dan tujuan seorang leksikograf. 3. Susunan Kamus Terdiri dari : a. Bagian Pendahuluan b. Isi kamus

Page 4

c. Bagian Pelengkap 4. Isi Kamus Pokok pokok isi kamus terdiri dari : a. Ejaan b. Suku Kata c. Aksen d. Kapitalisasi e. Ucapan f. Kelas kata g. Etimologi ( asal kata ) h. Definisi i. Sinonim 5. Kata dan Frasa asing Dalam tata cara dan kehidupan ilmiah sering kali ada kata kata asing yang disisipkan di tengah tengah kalimat yang mempergunakan bahasa lain. 6. Penutup Kamus merupakan sebuah buku referensi yang segera dapat digunakan dan dapat memenuhi kebutuhan yang mendesak. Masalah kata merupakan hal yang paling fundamental dalam bahasa. Seseorang yang dapat menguasai sejumlah kata dapat berkomunikasi dengan orang lain, walaupun dengan cara yang terputus karena tidak menguasai kaidah ketatabahasaan.

Bab IV Perluasan Kosa Kata


1. Pendahuluan Kosa kata harus terus menerus diperbanyak dan diperluas , pertama tama sesuai dengan tuntutan usia yang semakin dewasa yang ingin mengetahui segala hal, kedua sesuai dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat yang selalu menciptakan kata kata baru. 2. Tingkat Perluasan Kosa Kata a. Masa kanak kanak b. Masa remaja c. Masa dewasa 3. Cara memperluas kosa kata Cara memperluas kosa kata seseorang dapat melalui : proses belajar, melalui konteks, melalui kamus , kamus sinonim dan tesaurus dan dengan menganalisa kata kata.

Page 5

4. Mengaktifkan Kosa Kata a. Kata aktif dan pasif Kosa kata seseorang adalah keseluruhan kata yang berada dalam ingatan seseorang yang akan menimbulkan reaksi jika didengar atau dibaca. Yang dimaksud dengan kata kata aktif adalah kata kata yang sering digunakan dalam berbicara atau menulis. Sedangkan kata kata pasif adalah kata kata yang hampir tidak dapat digunakan oleh seseorang tapi akan menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca. b. Cara mengaktifkan kosa kata 1. Di luar kemauan seseorang 2. Dengan kemauan seseorang

Bab V Pendayagunaan Kata dan Ketepatan Pilihan Kata


1. Ketepatan Pilihan Kata Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. 2. Persyaratan Ketepatan Diksi Beberapa butir perhatian dan persoalana berikut harus diperhatikan untuk mencapai ketepatan diksi, yaitu : a. b. c. d. e. f. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi Membedakaan dengan cermat kata kata yang hampir bersinonim Membedakan kata kata yang mirip dalam ejaannya Hindarilah kata kata ciptaan sendiri Waspada pada penggunaan akhiran asing Kata kata yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatic g. Bedakan kata umum dan khusus h. Menggunakan kata kata indria yang menunjukkan persepsi khusus i. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata yang sudah dikenal j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata

Page 6

3. Kata Umum dan Kata Khusus Pada umumnya untuk mencapai ketepatan pengertian lebih baik memilih kata khusus daripada kata umum. a. Kata khusus - Nama Diri - Daya Sugesti kata khusus b. Kata Umum - Gradasi Kata Umum - Kata Kata abstrak c. Penggunaan kata umum dan khusus 4. Kata Indria Seringkali terjadi bahwa hubungan antara satu Indria dengan yang lain dirasakan begitu rapat, sehingga kata yang sebenarnya hanya dikarenakan kepada suatu indria dikenakan pula pada indria yang lain. 5. Perubahan Makna a. Terjadinya makna kata dalam arti yang luas, tidak hanya mencakup perubahan yang dapat dikatakan berada dalam dua ekstrim tadi yaitu bidang waktu dan tempat. b. Macam macam perubahan makna : i. Perluasan arti ii. Penyempitan arti iii. Ameliorasi iv. Peyorasi v. Metafora vi. Metonimi 6. Kelangsungan pilihan kata Teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud dan pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis.

Bab VI Pendayagunaan Kata dan Kesesuaian Pilihan Kata


1. Kesesuaian Pilihan Kata Persoalan kedua dalam pendayagunaan kata- kata adalah kecocokan atau kesesuaian dan tingkah laku manusia yang berwujud bahasa juga akan disesuaikan dengan suasana yang formal dan nonformal tersebut. 2. Syarat- syarat kesesuaian Diksi

Page 7

Syarat syarat kesesuaian diksi : a. Hindari bahasa atau unsure substandard dalam situasi yang formal b. Gunakan kata kata ilmiah c. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum. d. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata kata slang. e. Jangan mempergunakan kata percakapan f. Hindarilah ungkapan ungkapan using g. Jauhkan kata kata atau bahasa yang artificial 3. Bahasa Standar dan Substandar Bahasa Standar adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Bahasa nonstandard adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh kedudukan atau pendidikan yang tinggi. 4. Kata Ilmiah kata kata popular Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategori sesuai dengan penggunaanya. Salah satu diantaranya adalah kata- kata ilmiah lawan kata popular. 5. Jargon Kata Jargon mengandung beberapa pengertian. Salah satunyas, jargon mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap sopan dan aneh. 6. Kata percakapan Yang dimaksud kata kata percakapan adalah kata kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang orang yang terdidik. 7. Kata kata Slang Kata kata slang adalah semacam kata percakapan yang tinggi atau murni. Kata slang adalah kata nonstandard yang informal, yang disusun secara khas, atau kata kata biasa yang diubah secara arbitrer atau kiasab yang khas. 8. Idiom Idiom adalah pola pola structural yang menyimpang dari kaidah kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata kata yang membentuknya.

Page 8

9. Bahasa artificial Yang dimaksud bahasa artificial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang artificial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud.

BAB VII Gaya Bahasa


1. Pengertian gaya Bahasa Gaya bahasa dikenal dengan style dalam retorika. Ada 2 aliran yang terkenal dalam style : a. Aliran Platonik Yaitu yang menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan b. Aliran Aristoteles Yang menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren. 2. Sendi Gaya Bahasa Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut : kejujuran, sopan santun dan menarik. 3. Jenis jenis Gaya Bahasa a. Segi nonbahasa Pada dasarnya style dapat dibagi atas tujuh pokok : i. ii. iii. iv. v. vi. vii. Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan pengarang masa medium subyek tempat hadirin tujuan

b. Segi bahasa i. Gaya bahasa berdasrkan pilihan kata ii. Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana iii. Gaya bahasa berdasarkan structure kalimat iv. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna 4. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata a. Gaya bahasa resmi

Page 9

b. Gaya bahasa tak resmi c. Gaya bahasa percakapan 5. Gaya bahasa berdasarkan nada a. Gaya sederhana b. Gaya mulia dan bertenaga c. Gaya menengah 6. Gaya berdasrkan struktur kalimat a. Klimaks = diturunkan dari kalimat yang bersufat periodic b. Antiklimaks = kalimat yang berstruktur mengendur c. Paralelisme = semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata kata atau frase farse yang mendudukifungsi yang sama dalm bentuk grametikal yang sama. d. Antithesis = gaya bahasa yang mengandung gagasan gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata kata atau kelompok kata yang berlawan. e. Repetisi = perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. 7. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. a. Gaya a. b. c. d. e. f. g. h. i. b. Gaya a. b. c. d. e. f. g. bahasa retoris Aliterasi Asonansi Anastrof Apofasis / preterisio Pleonasme dan tautology Erotesis / pertanyaan retoris Hiperbol Apostrof Asindekton bahasa kiasan Persamaan/ simile Metafora Allegory, parable & fable Personifikasi/ prosopopoeia Alusi Eponym Epitet j. k. l. m. n. o. p. q. r. s. t. h. i. j. k. l. Polosindeton Periphrasis Sitepsis & zeugma Paradox Ellipsis Eufimisme Litotes Hysteron proteron Prolepsis / antisipasi Koreksi / epanortosis Oksimoron

Sinekdote Metonimia Antonomasia Hipalase Ironi, sinisme & sarkasme m. Satire n. Innuendo o. Antifasis

Page 10

Page 11

Anda mungkin juga menyukai