Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“ASAL USUL KEHIDUPAN DAN MANUSIA MENURUT ALIRAN TRANSFORMASI”

Disusun Oleh :

Siti Hidayatul Awwaliyah

NIM : 3301417022

Dosen Pengampu :

Andi Suhardiyanto, S.Pd.,M.Si

Drs. Setiajid, M.Si

PRODI

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asal mula bahasa pada spesies manusiatelah menjadi topik perdebatan para ahli

selama beberapa abad. Walaupun begitu, tidak ada kesepakatan umum mengenai kapan dan

umur bahasa manusia secara pasti. Salah satu permasalahan yang membuat topik ini sangat

sulit dikaji adalah kurangnya bukti langsung. Akibatnya, para ahli yang ingin meneliti asal

mula bahasa harus menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti lain seperti catatan-catatan

fosil atau bukti-bukti arkeologis, keberagamanan bahasa kontemporer, kajian akuisisi

bahasa, dan perbandingan antara bahasa manusia dengan sistem komunikasi hewan,

terutama sistem komunikasi primata lain. Secara umum ada kesepakatan bahwa asal mula

bahasa manusia berkaitan erat dengan asal usul perilaku manusia modern, namun terdapat

perbedaan pendapat mengenai implikasi-implikasi dan keterarahan hubungan keduanya.

Langkanya bukti empiris membuat banyak ahli menganggap topik ini tidak dapat dijadikan

kajian penting. Pada tahun 1866, Société de Linguistique de Paris bahkan melarang

perdebatan mengenainya. Larangan tersebut tetap berpengaruh di banyak negara barat

hingga akhir abad ke-20. Sekarang, ada banyak hipotesis mengenai bagaimana, kenapa,

kapan dan di mana bahasa mungkin pertama kali muncul.  Tampaknya tidak begitu banyak

kesepakatan pada saat ini dibandingkan seratus tahun lalu, saat teori evolusi Charles

Darwin lewat seleksi alam-nya menimbulkan banyak spekulasi mengenai topik ini.  Sejak

awal 1990-an, sejumlah ahli bahasa, arkeologis, psikologis, antropolog, dan ilmuwan

profesional lainnya telah mencoba untuk menelaah dengan metode baru apa yang mereka

mulai pertimbangkan sebagai permasalahan tersulit dalam sains.


Keberadaan bahasa merupakan keniscayaan bagi manusia, karena bahasa merupakan

salah satu pembeda antara hewan dan manusia. Hal ini dikarenakan, hanya manusialah yang

memiliki bahasa. Jadi, sudah seharusnya disyukuri apa yang telah dikaruniakan oleh Sang

Pencipta kepada kita, yaitu bahasa.

Dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi berbagai aliran dan paham

yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan dan membingungkan terutama

bagi para pemula (Chaer, 2003:332). Sejarah linguistik yang sangat panjang telah

melahirkan berbagai aliran-aliran linguistik. Masing-masing aliran tersebut memiliki

pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa, tapi pada prinsipnya aliran tersebut

merupakan penyempurnaan dari aliran-aliran sebelumnya. Oleh karena itu, dengan

mengenal dan memahami aliran-aliran tersebut akan menjadi pedoman bagi setiap orang

untuk dapat memilih atau mengacu kepada aliran linguistik apa yang menurutnya baik.

Dalam makalah ini akan dipaparkan salah satu sejarah perkembangan aliran-aliran linguistik

yaitu aliran transformasiona.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana Asal usul kehidupan dan manusia menurut aliran transformasi?

2. Bagaimanaa pandangan aliran transformasi terhadap bahasa?

3. Apa saja prinsip-prinsip dasar aliran tranformasional?

4. Apa saja kelemahan dan keunggulan aliran transformasi?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut

1. Mendeskripsikan Asal usul kehidupan dan manusia menurut aliran transMendeskripsik

2. Mendeskripsikan pandangan aliran transformasi terhadap bahasa.


3. Mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar aliran transformasi.

4. Mendeskripsikan kelemahan dan keunggulan aliran transformasi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal usul kehidupan dan manusia menurut aliran transformasi

Pencarian terhadap asal mula bahasa memiliki sejarah yang panjang dan berakar

dari mitologi Kebanyakan mitologi tidak menganggap manusia sebagai penemu bahasa, tetapi

menganggapnya sebagai ucapan ilahi mendahului bahasa manusia. Bahasa mistik digunakan

untuk berkomunikasi dengan binatang atau roh, seperti bahasa burung, juga banyak, dan cukup

menarik pada masa Renaisans.

Vāc adalah dewi bahasa di, atau "penjelmaan perkataan". Sebagai "pengucapan yang

suci" brahman, dia memiliki peran kosmologis sebagai "Ibu dari Veda". Berdasarkan

kisah Aztek, hanya seorang laki-laki, Coxcox, dan seorang wanita, Xochiquetzal, yang bertahan,

dari mengapung di atas potongan kulit pohon. Mereka terdampar di sebuah daratan dan

melahirkan banyak anak yang saat pertama kali lahir tidak bisa berbicara, tapi selanjutnya, saat

datangnya sebuah merpati yang diberkahi dengan bahasa, walaupun masing-masing dari mereka

diberikan bahasa yang berbeda supaya mereka tidak bisa memahami satu sama lain.

Sumber-sumber mistisisme seperti itu bisa dipahami telah berkembang bersamaan dengan

pemikiran bahwa nasib seseorang terikat dengan keinginan dewa/tuhan, alam, dll. Dalam sejarah,

bahasa dianggap sebagai sesuatu yang diwariskan secara ilahi sama seperti tanaman (misalnya,

padi) yang dianugrahkan oleh dewa kebajikan dan alam. Saat misteri tentang bagaimana tanaman
tumbuh hilang seiring dengan berkembangnya teknologi, begitu juga dengan pemikiran tentang

bahasa yang diturukan secara ilahi juga akan lambat laun menghilang.

Sejarah memiliki sejumlah anekdot tentang orang yang mencoba menemukan asal mula

bahasa dengan bereksperimen. Kisah pertama diceritakan oleh Herodotus . Ia mengatakan bahwa

Firaun Psammetichus (mungkin Psamtik I, dari abad ke-7 SM) memilih dua anak yang

dibesarkan oleh seorang penggembala, dengan instruksi bahwa tidak ada yang boleh berbicara

dengan mereka, tapi si penggembala harus memberi makan dan menjaga mereka sementara

mendengarkan kata pertama mereka. Saat salah satu anak menangiskan kata "bekos" dengan

tangan yang terulur. Si penggembala mengasumsikan bahwa kata tersebut adalah bahasa Frigia

karena seperti itulah bahasa Frigia untuk kata roti. Dari hal tersebut Psammetichus

menyimpulkan bahwa bahasa pertama adalah Frigia. Raja James V dari Skotlandia dikatakan

melakukan percobaan yang sama: anaknya dikatakan berbicara bahasa Ibrani.  Dua raja pada

abad pertengahan Frederick II dan Akbar dikatakan melakukan percobaan yang sama; anak yang

ikut dalam percobaan tersebut tidak berbicara. 

Akhir abad ke-18 sampai awal abad ke-19 ilmuwan Eropa mengasumsikan bahwa bahasa

di dunia merefleksikan bermacam tingkatan perkembangan dari primitif sampai ucapan tingkat

lanjut, mencapai puncaknya pada rumpun bahasa Indo-Eropa, dianggap sebagai yang paling

berkembang .

Linguistik modern tidak muncul sampai akhir abad 18, dan

tesis Romantis atau animismedari Johann Gottfried Herder dan Johann Christoph Adelung masih

berpengaruh sampai abad 19. Pertanyaan mengenai asal mula bahasa tampak tidak dapat dilacak

dengan pendekatan metodis, dan pada tahun 1866 Linguistic Society of Paris secara terkenal

melarang semua diskusi mengenai asal mula bahasa, menganggapnya sebagai masalah yang tidak
terjawab. Meningkatnya pendekatan sistematik terhadap sejarah linguistik berkembang pada abad

19, mencapai puncaknya pada ajaran Junggrammatiker dari Karl Brugmann dan lainnya.

Walaupun begitu, ketertarikan ilmuwan terhadap pertanyaan dari asal mula bahasa secara

berangsur-angsur hidup kembali sejak tahun 1950-an (dan secara kontroversial) dengan ide-ide

seperti tata bahasa universal, Perbandingan massa dan glotokronologi. "Asal mula bahasa"

sebagai subjek tersendiri muncul dari pembelajaran

dalam neurolinguistik, psikolinguistik dan evolusi manusia. Linguistic Bibliography

memperkenalkan "Origin of language" (asal mula bahasa) sebagai topik terpisah pada tahun

1988, sebagai sub-topik dari psikolinguistik. Institut penelitian khusus terhadap evolusi

linguistik adalah fenomena baru, muncul sejak tahun 1990-an.

B. Pandangan Aliran Transformasi Terhadap Bahasa

Adapun pandangan aliran transformasi terhadap bahasa adalah sebagai berikut.

a. Bahasa merupakan satu produk kebudayaan yang kreatif manusiawi.

b. Bahasa bukan merupakan rekaman tingkah laku luar yang berupa bunyi yang dapat

didengar, melainkan bahasa merupakan satu proses mentalistik yang kelak kemudian

dilahirkan dalam bentuk luar bunyi bahasa yang didengar atau kelak dimanifestasikan

dalam bentuk tulis.

c. Bahasa merupakan satu proses produktif, sehingga metode analisis bahasa harus

bersifat deduktif

d. Formalisasi matematis dapat juga dikenakan pada formalisasi sistem produktif bahasa

e. Analisis bahasa tidak dapat dilepaskan dari hakikat bahasa yang utuh yakni bunyi dan

makna.

f. Menurut Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun

tata bahasa dari bahasa tersebut. Bahasa dapat dianggap sebagai kumpulan kalimat
yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna. Setiap tata bahasa merupakan

teori dari bahasa itu sendiri, dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:

1) Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai

bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.

2) Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga istilah yang

digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus

sejajar dengan teori linguistik.

g. Chomsky membedakan antara kemampuan (competence) dan perbuatan berbahasa

(performance). Dalam tata bahasa transformasi ini kemampuanlah yang menjadi

objeknya, meskipun perbuatan berbahasa juga penting. Competence adalah

kemungkinan yang terwaris dan tersimpan dalam otak manusia itu memberikan

kemungkinan kepadanya untuk melaksanakan proses berbahasa. Dengan kata lain

competence adalah pengetahuan yang dimilki oleh pemakai bahasa mengenai

bahasanya. Ia berpendapat bahwa sebenarnya kalimat yang kita dengar dari seorang

pembicara bahasa tertentu itu pada umumnya adalah kalimat-kalimat yang baru.

Sedangkan performance merupakan pencerminan dari competence, yang juga

dipengaruhi oleh berbagai situasi mental dan lingkungan real seperti keterbatasan

ingatan, keteledoran, kecerobohan dan sebagainya. Oleh karena itu, agar performance

benar-benar merupakan pencerminan competence atau bunyi dan makna bersesuai

dengan kaidah-kaidah competence, maka faktor-faktor ekstralinguistik tersebut sejauh

mungkin dihindari. Dengan kata lain dapat kita katakan bahwa performance adalah

pemakaian bahasa itu sendiri dalam keadaan yang sebenarnya.

2.      Prinsip-prinsip Dasar Aliran Transformasi


Cengkeraman tata bahasa struktural dalam kajian linguistik yang seakan tidak dapat

dilepas lagi, sedikit demi sedikit mengalami ketercabutan dengan dipublikasikannya gagasan

Chomsky lewat bukunya Syntatic Structure. Gagasan dasar Chomsky dalam buku tersebut ,

yang lebih lanjut disebut dengan Tata Bahasa Generatif Transformasi Tahap Pertama

(TGT-!), ialah penolakannya terhadap asumsi utama strukturalisme yang beranggapan bahwa

kelayakan kajian kebahasaan ditentukan oleh deskripsi data kebahasaan secara induktif . bagi

Chomsky, kajian linguistik berkaitan dengan aktifitas mental yang berkaitan dengan

probabilitas, dan bukan berhadapan dengan data kajian yang tertutup dan selesai sehingga

dapat dianalisis dan dideskripsikan secara pasti. Sebab itulah teori linguistik haruslah

dikembangkan dengan bertolak dari cara kerja secara deduktif yang dibangun oleh konstrk

hipotetik tertentu.

Menurut aliran ini sebuah tata bahasa hendaknya terdiri dari sekelompok kaidah yang

tertentu jumlahnya, tetapi dapat menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.

Seseorang bisa membuat berbagai kalimat yang tidak terbatas jumlahnya dan bisa ia

mengerti, yang mana sebagian besar kalimat tersebut barangkali belum pernah diucapkan

ataupun didengar. kemampuan tersebut dinamakan aspek kreatif bahasa.

3.      Kelemahan dan Keunggulan Aliran Transformasi Aliran transformasi

Aliran transformasi memiliki kelemahan dan keunggulan adalah sebagai berikut.

1.      Kelemahan

a. Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa dan

kalimat.

b. Bahasa merupakan innate walaupun manusia memiliki innate untuk berbahasa tetapi

tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.

c. Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep structure


2.      Keunggulan

a. Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan bukan fisik.

b. Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan berbahasa

(linguistic competent dan linguistic performance).

c. Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan kaidah yang ada.

d. Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antarasubstansi dan

perwujudan.

e. Dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya bersifat

generatif.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Vāc adalah dewi bahasa di, atau "penjelmaan perkataan". Sebagai "pengucapan yang

suci" brahman, dia memiliki peran kosmologis sebagai "Ibu dari Veda". Berdasarkan

kisah Aztek, hanya seorang laki-laki, Coxcox, dan seorang wanita, Xochiquetzal, yang bertahan,

dari mengapung di atas potongan kulit pohon. Mereka terdampar di sebuah daratan dan

melahirkan banyak anak yang saat pertama kali lahir tidak bisa berbicara, tapi selanjutnya, saat

datangnya sebuah merpati yang diberkahi dengan bahasa, walaupun masing-masing dari mereka

diberikan bahasa yang berbeda supaya mereka tidak bisa memahami satu sama lain.
Bahasa bukan merupakan rekaman tingkah laku luar yang berupa bunyi yang dapat

didengar, melainkan bahasa merupakan satu proses mentalistik yang kelak kemudian dilahirkan

dalam bentuk luar bunyi bahasa yang didengar atau kelak dimanifestasikan dalam bentuk tulis.

Aliran transformasi memiliki kelemahan dan keunggulan yaitu Tidak mengakui

eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa dan kalimat dan Proses berbahasa

merupakan proses kejiwaan bukan fisik.

Referensi

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta

Rahman, Elmustian & Abdul Jalil, 2004. Teori Sastra. Pekanbaru:UNRI Press.

https://shaffiya 18.blogspot.com/2012/02/makalah-aliran-transformasional.html

Anda mungkin juga menyukai