Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“BAHASA DALAM SEJARAH FILSAFAT”


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Filsafat Bahasa Dan Sastra

Dosen Pegampu : Rina Hayati Maulidah,M.Pd

DISUSUN OLEH :

 Nadila Cahyanti (21053109)


 Nurul Aulia (21053131)
 Badrianur(21053120)
 Elvride Indah Manurung(21053135)
 Ramona Harahap(21053115)
 Adesyah Putri(21053132)

KELAS II D
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASAHAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia nya , sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai “BAHASA DALAM SEJARAH FILSAFAT”dengan tuntas.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu Rina Hayati Maulidah,M.Pd yang telah
membimbing dan memberikan tugas mata kuliah Filsafat Bahasa Dan Sastra kepada kami.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai pemikiran bahasa dalam sejarah filsafat
.Kami menyadari masih ada kesalahan dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu,
kami memohon maaf atas kesalahan yang mungkin ditemukan didalamnya. Kami juga
mengharapkan adanya kritik dan saran, membangun untuk membantu kami dimasa depan.
Akhir kata, semoga tujuan dari penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan pendengar.

kisaran,maret 2022

penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

“Tiada kehidupan tanpa sebuah bahasa” dan “Tiada sebuah cinta tanpa adanya filsafat”
Bahasa dan filsafat berjalan berpapasan mengikuti arus sesuai dengan peralihan dari siang
ke petang, dari hari kemarin ke hari esok. Sesorang akan mampu berfilsafat jika bahasa itu
ada, begitu juga dengan adanya bahasa, seseorang itu akan berbahasa sesuai dengan hasil
penalaran, proses kerja otak dan menghasilkan pengetahuan yang diolah melalui filsafat. Jadi,
bahasa danfilsafat merupakan dua sejoli yang tidak terpisahkan. Mereka bagaikan dua sisi mata
uang yangsenantiasa bersatu..Minat seseorang terhapad kajian bahasa bukanlah hal yang baru
sepanjang sejarah filsafat.Semenjak munculnya Retorika Corax dan Cicero pada zaman Yunani
dan Romawi abad 4 – 2SM hingga saat ini (Post Modern), bahasa merupakan salah satu tema
kajian filsafat yang sangatmenarik.Hadirnya istilah filsafat bahasa dalam ruang dunia filsafat
dapat dikatan sebagai suatu hal yang baru. Istilah muncul bersamaan dengan kecendrungan
filsafat abad ke-20 yang bersifatlogosentris.
Oleh karena itu, sangat wajar apabila ditemukan kesulitan untuk mendapatkan pengertian
yang pasati mengenai apa sebetulnya yang dimaksud dengan filsafat bahasa.Verhaar telah
menunjukkan dua jalan yang terkandung dalam istilah filsafat bahasa, yaitu : 1)filsafat mengenai
bahasa; dan 2) filsafat berdasarkan bahasa. Di dalam pembahasan makalah ini,akan dibahasa
lebih detail tentang hakikat filsafat bahasa. Dan adapun garis-gari besar yangdibahas yaitu :
spekulasi asal-usul bahasa, defenisi bahasa dan filsafat itu sendiri, esensi bahasaditinjau dari segi
filsafat, dan hubungan bahasa dengan filsafat.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian Filsafat ?
2. Bagaimanakah sejarah filsafat bahasa yg terkandung pada abad yunani?
3. Bagaimanakah Pemikiran Filsafat Bahasa Dalam Sejarah Zaman Romawi?
4. Definisi Tentang Pemikiran Masa Abad Pertengahan?
5.

C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat
2. Untuk mengetahui
3. Untuk mengetahui
4. Untuk mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. ZAMAN YUNANI


A.Pengertian Filsafat

Dalam istilah bahasa Inggris, philosophy, yang berarti filsafat, juga berasal dari kata Yunani
yaitu “philosophia” yang lazim diterjemahkan ke dalam bahasa tersebut sebagai cinta kearifan.
Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu, filsafat berarti cinta kearifan.

Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan
nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia
sekalipun. Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat
dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal
mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan
hidupnya. Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang
bertanya. Obyek materinya adalah semua yang ada.

Karena filsafat bukanlah suatu disiplin ilmu maka sesuai dengan definisinya, sejarah dan
perkembangan filsafat tidak akan pernah habis untuk dibahas. Dalam perkembangannya filsafat
berkembang melalui beberapa zaman yaitu diawali dari Zaman Yunani Kuno, Zaman kegelapan
(Abad 12-13 M), Zaman Pencerahan (14-15 M), Zaman awal Modern dan Modern (Abad 16-18
M), dan Zaman Pos Modern (Abad 18-19) hingga saat ini. Dalam karya ilmiah ini akan dibahas
mengenai sejarah dan perkembangan filsafat dari Zaman Yunani Kuno hingga saat ini.

B.pemikiran Pada Zaman Yunani

A. Zaman Yunani Kuno

Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini
disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris yaitu pola pikir yang
sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Pada saat itu, gempa bumi
bukanlah suatu fenomena biasa melainkan suatu fenomena di mana Dewa Bumi yang sedang
menggoyangkan kepalanya.

Pada periode ini muncullah filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul alam yaitu Thales
(624-546 SM). Pada masa itu, Ia mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur terpenting
bagi setiap makhluk hidup adalah air. Air dapat berubah menjadi gas seperti uap dan benda padat
seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air. Sedangkan Heraklitos berpendapat bahwa segala
yang ada selalu berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama
dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api
mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada dan mengubah sesuatu tersebut menjadi abu
atau asap. Sehingga Heracllitos menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini
adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang
paling asasi dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat
melunakkan es. Artinya, api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap
sebagai simbol perubahan itu sendiri.

Selain Heraclitos ada pula permenides. Permenides lahir di kota Elea. Ia merupakan ahli filsuf
yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada. Menurut pendapat Permenides apa
ang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Yang ada itu ada, yang ada dapat
hilang menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat
dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. Dengan demikian, yang
ada itu satu, umum, tetap, dan tidak dapat di bagi-bagi karena membagi yang ada akan
menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak mungkin.

Zaman keemasan atau puncak dari filsafat Yunani Kuno atau Klasik, dicapai pada masa Sokrates
(± 470 – 400 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates merupakan anak
dari seorang pemahat Sophroniscos, ibunya bernama Phairmarete yang bekerja sebagai seorang
bidan. Istrinya bernama Xantipe yang terkenal galak dan keras.

Socrates adalah seorang guru. Setiap kali socrates mengajarkan pengetahuannya, Socrates tidak
pernah memungut bayaran kepada murid-muridnya. Oleh karena itulah, kaum sofis menuduh
dirinya memberikan ajaran baru yang merusak moral dan menentang kepercayaan negara kepada
para pemuda. Kemudian ia ditangkap dan dihukum mati dengan minum racun pada umur 70
tahun yakni pada tahun 399 SM. Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara
keseluruhan yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak
dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.

Plato lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari Socrates, Pythagoras,
Heracleitos, dan elia. Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan
permasalahan lama yakni mana yang benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap
(Parmenidas). Pengetahuan yang diperoleh lewat indera disebutnya sebagai pengetahuan indera
dan pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebutnya sebagai pengetahuan akal. Plato
menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua dunia yaitu dunia pengalaman
yang bersifat tidak tetap dan dunia ide yang bersifat tetap. Dunia yang sesungguhnya atau dunia
realitas adalah dunia ide.

Menurut Plato ada beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas jika manusia tidak
mengetahuinya, masalah tersebut adalah:

a. Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.

b. Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat manusia.

c. Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat, tidak ada anak dan lain-
laian.
d. Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyai peraturan menjadi mempunyai
peraturan.

Sebagai puncak pemikiran filsafatnya adalah pemikiran tentang negara, yang tertera dalam
polites dan Nomoi. Konsepnya mengenai etika sama seperti Socrates yakni tujuan hidup manusia
adalah hidup yang baik (eudaimonia atau well being). Menurut Plato di dalam negara yang ideal
terdapat tiga golongan, antara lain:

a. Golongan yang tertinggi (para penjaga dan para filsuf).

b. Golongan pembantu (prajurit yang bertugas untuk menjaga keamanan negara).

c. Golongan rakyat biasa (petani, pedagang, dan tukang).

Plato mengemukakan bahwa tugas seorang negarawan adalah mencipta keselarasan semua
keahlian dalam negara (polis) sehingga mewujudkan keseluruhan yang harmonis. Apabila suatu
negara telah mempunyai undang-undang dasar maka bentuk pemerintahan yang tepat adalah
monarki. Sementara itu, apabila suatu negara belum mempunyai undang-undang dasar, bentuk
pemerintahan yang paling tepat adalah demokrasi.

Filsafat Plato dikenal sebagai idealisme dalam hal ajarannya bahwa kenyataan itu tidak lain
adalah proyeksi atau bayang-bayang/ bayangan dari suatu dunia “ide” yang abadi belaka dan
oleh karena itu yang ada nyata adalah “ide” itu sendiri. Karya-Karya lainnya dari Plato sangat
dalam dan luas meliputi logika, epistemologi, antropologi (metafisika), teologi, etika, estetika,
politik, ontologi dan filsafat alam.

Sedangkan Aristoteles sebagai murid Plato, dalam banyak hal sering tidak setuju/berlawanan
dengan apa yang diperoleh dari gurunya (Plato). Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara pada
tahun 384 SM. Bagi Aristoteles “ide” bukanlah terletak dalam dunia “abadi” sebagaimana yang
dikemukakan oleh Plato, tetapi justru terletak pada kenyataan atau benda-benda itu sendiri.
Setiap benda mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi (“hylé”) dan
bentuk (“morfé”). Lebih jauh bahkan dikatakan bahwa “ide” tidak dapat dilepaskan atau
dikatakan tanpa materi, sedangkan presentasi materi mestilah dengan bentuk. Dengan demikian
maka bentuk-bentuk “bertindak” di dalam materi, artinya bentuk memberikan kenyataan kepada
materi dan sekaligus adalah tujuan (finalis) dari materi. Karya-karya Aristoteles meliputi logika,
etika, politik, metafisika, psikologi, ilmu alam, Retorica dan poetika, politik dan ekonomi.
Pemikiran-pemikirannya yang sistematis tersebut banyak menyumbang kepada perkembangan
ilmu pengetahuan.
Berikut ini beberapa pemikiran Aristoteles yang terdiri dari:

a. Ajarannya tentang logika

Suatu pengertian memuat dua golongan, yaitu substansi dan aksidensia. Dan dari dua golongan
tersebut terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu :

1) Substansi (manusia, binatang).


2) Kuantitas (dua, tiga).

3) Kualitas (merah, baik).

4) Relasi (rangkap, separuh).

5) Tempat (di rumah, di pasar).

6) Waktu (sekarang, besok).

7) Keadaan (duduk, berjalan).

8) Mempunyai (berpakaian, bersuami).

9) Berbuat (memmbaca, menulis).

10) Menderita (terpotong, tergilas). Sampai sekarang, Aristoteles dianggap sebagai Bapak logika
tradisional.

b. Ajaranya tentang sillogisme.

c. Ajarannya tentang pengelompokkan ilmu pengetahuan. Aritoteles mengelompokkan ilmu


pengetahuan menjadi tiga golongan.

d. Ajarannya tentang potensia dan dinamika. Hule adalah suatu unsur yang menjadi
permacaman. Sementara itu, morfe adalah unsur yang menjadi dasar kesatuan.

e. Ajarannya tentang pengenalan.

f. Ajarannya tentang etika.

g. Ajarannya tentang negara.

1.2. ZAMAN ROMAWI


A.Pemikiran Filsafat Bahasa Dalam Sejarah Zaman Romawi

Alexander agung yang dalam sejarah telah mendirikan suatu kerajaan besar, yang meliputi juga
romawi maupun yunani.

Pemikiran-pemikiaran dalambidang filsafat baha walaupun masih memiliki cirri spekulatif


namun telah mengarah pada dasar-dasar lingistik.

Pemikiran Varro tentang hakikat bahasa


1. Etimologi

Dalam bidang eimologi Varro mencatat perubahan bunyi dari zaman ke zaman dan perubahan
makna dari sebuah kata, walaupun contohnya kurang tepat. Ia memberikan contoh perubahan
bunyi ‘ deellum’ menjadi bellum’= perang.

2. Pengertian kata

Kata adalah bagiab dari ucapan, yang tidak dapat dipisahkan lagi dan merupakan bentuk
minimum, jika ia mempunyai deklinasi yang biasa dipakai semua orang menurut ketentuan dan
aturan.

3. Konsep morfologi

Dalam bidang morfologi Varro menunjukan orsinalitasnya dalam pembagian kelas pembagian
kata. Antara lain yang berinfleksi kasus, yang berinfleksi ‘tense’, yang berinfleksi kasus dan
tense, yang tidak berinfleksi.

4. Kasus dan deklinasi

Secara singkronis ada dua deklinasi yaitu deklinasi naturalis dan deklinasi ilmiah ialah
perubahan sebuah bentuk yang terjadi dengan sendirinya dan sudah terpola, sedangkan
dekliminisi naturalis pada umumnya regular dan dapa diketahui masyarakat pemakai bahasa
denga serta merta tanpa ragu-ragu.

5. Konsep Priscia

Perkembangan pmikiran tentang pemikiran bahasa lama kelamaan menjadi makin sempurna dan
berkembang kearah studi ketatabahasaan. Konsep priscia mrupakan model yang paling
berpengaruh terhadap perkembangan bahasa sesudahnya. Dalam bidang Fonologi priscia
membicarakan tulisan atau hurup yang disebut litterae yang merupakan bagian yang terkecil dari
bunyi yang dapat dituliskan. Sedangkan menurut konsep morfologi dijelaskan bahwa kata
disebut diktio. Kata adalah bagin yang minimum dari suatu ujaran yang harus diartikan terpisah
dalam makna suatu keseluruhan.

1.3. ABAD PERTENGAHAN

Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan arah
pemikiran dunia kuno. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru sekali
di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa barat. Filsafat yang baru
ini disebut Skolistik. Sebutan Skolistik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad
pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terkait pada tuntutan
pengajaran di sekola-sekolah itu. Semula Skolistik timbul di biara-biara tertua di Gallia Selatan,
tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa-bangsa. Sbb di situlah tersimpan hasil-hasil
karya para tokoh kuna dan para penulis Kristiani.
Pada awal abad ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan ilmu pada
waktu itu terhambat. Hal ini disebabkan karena abad ke-6 dan ke-7 adalah abad-abad yang
kacau. Pada waktu itu ada perpidahan bangsa-bangsa, yang mengakibatkan adanya serangan-
serangan bangsa-bangsa yang masih belum beradab terhadap kerajaan Romawi, sehingga
kerajaan itu runtuh. Bersamaan dengan keruntuhan kerajaan Romawi itu runtuhlah juga segala
peradabat Romawi, baik peradaban yang bukan Kristiani maupun peradaban Kristiani yang
sedang dibangun selama 5 abad terakhir.
Akan tetapi di sepanjang perjalanan abad-abad keadaan berubah. Buku-buku pegangan
dialektika lama-kelamaan diganti dengan karangan-karangan Aristoteles mengenai logika,
sedang dalam perkembangannya yang lebih lanjut lagipelajaran artes liberales makin diubah
menjadi studi filsafat, terutama filsafat Aristoteles. Untuk itu setelah mempelajari mengenai
sejarah perkembangan ilmu filsafat pada masa abad pertengahan ini, kita akan mampu
membedakan baik dari segi karakteristik, filosof, dan pemikiran tokoh itu sendiri, menginat
pentingnya filsafat bagi kehidupan kita sehari-hari.

a. Definisi Tentang Pemikiran Masa Abad Pertengahan

Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaan dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu
melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa
peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah
filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani
jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan
kekuasaan hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga
ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang menciptakan masa kemasan
kesusastraan Latin, kesian, dan arsitektur Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan
Eropa, di sana mendapatkan lahan baru dalam petumbuhan. Karena bersamaan dengan agama
kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formasi
baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai pejelmaan filsafat Yunani
setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
b.Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad petengahan antara lain:

1) Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.


2) Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
3) Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.

Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya
mengiringi manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan
menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena iru paerkembangan ilmu pengetahuan
terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke
arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominisi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan
kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk
menentukan masa depannya sendiri.
Zaman Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait
dengan aktivitas keagamaan. Semboyang yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla
theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan bidang
ilmu yang terjadi pada masa ini. Periode Abad Pertengahan mempunyai perbadaan yang
mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama.
Timbulnya agama Kristen yang dijarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi
membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Agama Kristen menjadi problem
kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang
sejati.Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat
dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:

1. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani
merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
2. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan,
kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan.

a.Masa Parastik

Istilah parastik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para
pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli
pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat
Yunani dan ada yag menerimanya. Bagi mereka yang menolak, alasanya karena beranggapan
bahwa sudah mempuyai sumber kebenaranyaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila
mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang yang
menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu
firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya
saja (tata cara berfikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi
manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, mereka/menerima filsafat Yunani diperbolehkan
selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentagan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima filsafat Yunani
menuduh bahwameeka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu menarik.
Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan tersebut
dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mngatakan
bahwa dirinyalah yang bena-benar hidup sejalan dengan Tuhan.

b. Masa Skolatik

Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi,
skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak
khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat beberapa penegrtian dari cork khas
Skolatik, sebagai berikut;
• Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolatik ini
sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
• Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional
memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, kehormatan, baik
buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-
lainnya.
• Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran enegetahuan alam
kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi anatar kepercayaan dan akal.
• Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi leh ajaran gereja.
Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena beberapa faktor, diantaranya faktor
Religius dan fakktor Ilmu Pengetahuan.

1.Skolastik Awal (800-1200)

Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi
pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan
terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah
dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 – 814) dapat
memberika suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pegetahuan,
termaksud kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai
adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecermelangan abad pertengahan, di
mana arah pemikiran berbeda sekali dengan sebelumnya.
2.Skolastik Puncak ( 1200-1300)
Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-1300 dan masa ini
juga disebut masaberbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan
ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu
pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan
dan kebudayaan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolistik mencapai pada puncaknya.
• Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga
sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
• Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas inu merupakan
gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas
di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
• Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan
suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan-kehidupan
kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi,
seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, William Ocham.

3.Skolastik Akhir (1300-1450)

Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang
menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Selain itu, ditandai dengan
pemikiran kefilsafatan yang berkebang ke arah nominalisme, ialah yang berpendapat bahwa
universalisme tidak memberi petunjk tentang aspek yang sma dan yang umum mengenai adanya
sesuatu hal. Pengetia umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang
objektif. Perkembangan Skolisik yang paling memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad
ke-13 dan perempatan pertama abad ke-14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah rasa jemu
terhadap segala macam filsafat yang konstruktip. Sebab orang-orang yang setia kepada
pemikiran yang mebangun menampakkan gejala pembekuan. Timbullah dua kelompok pemikir,
yaitu dari aliran Thomisme dan Scotisme.

B.Tokoh Yang Hidup Masa Abad Pertengahan

Dari definisi yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa tokoh/filosof yang berbendapat antara
lain:
• Pada Masa Patristik

1. Justinus Martin
Nama aslinya Justinus, kemudiam nama Marin diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati
hanya untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena
Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen.
Padahal, Musa hidup sebelu Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah
menurunkan hikmahnya dngan mmakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat
Yunani ini mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos.
Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-oran Yahudi (Socrates, Plato dan Lin-lain)
kurang memahami apa yang terkandung dan memacar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga
orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka
menyimpang? Karena orang-orang Yahudi terpengaruh leh demon atau setan. Demon atau setan
tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen
lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.
2). Klemens ( 150 – 215 )
Ia juga termaksud pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok
pikirannya adalah sebagai berikut:
• Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri dari
otoriter filsafat Yunani;
• Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;
• Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan pemikiran
secara mendalam.

Pada masa Skolistik


• Skolastik Awal
1). Peter Abaelardus (1079 – 1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya
sangat tajam sehingga sering kali bertengkar engan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia
termaksud orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai
rasionalistik, artiya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iamn. Iman harus mau didahului
akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan sengan man.
Aberlardus memberikan alasan bahwa berfikir itu berada di luar iman (di lur kepercayaan).
Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode
dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bhwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua bukti-bukt. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampr
kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti,
termaksud bukti dalam wahyu Tuhan.
2). Johanes Scotus Eriugena (815 – 870)
3).Anselmus dari canterbury (1033 – 1109)
4). Petrus Abaelardus (1079 – 1142)
Dilahirkan di Le Pallet (dekat Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan tetapi karena
kekerasan wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan dengan para pejabat
gerejani. Jasa-jasanya terletakdalam pembaharuan metode peikiran dan dalam memikirkan lebih
lanjut persoalan-persoalan dialektis yang aktual. Metode yang dipakai adlah rasionalistis, yang
menundukkan iman kepada akal. Iman harus mau diawali akal. Ang wajib dipercaya ialah apa
yan telah disetujui akal dan telah diterima olehnya. Pandangan ini berbeda sekali dengan
pandangan Anselmus, yang mengemukakan, bahwa berfikir harus dilaksanakan dalam iman.
• Skolastika Puncak
1). Albertus mangunus (1203 – 1280)
Di samping sebaga birawan, Albertus mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan abad
pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor
universalis” dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus mangnus (Albert the Great). Ia
mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberalis, ilmu-ilmu
pengetahuan alam, kedkteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo
Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teknologi. Selain
daripada itu ia juga mengantarkan ajaran Aristotelesdi Eropa Barat, yang oleh karenanya telah
membuka keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat
Aristoteles. Lebih dari siapa pun ia telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia Barat.
Sekalipun demikian ia tetap setia kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah memperkuat
pengaruh Neoplatonisme dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.
2).Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas.
Di samping sebagai ahli pikir, ia juga serang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir di Rocca Secca,
Napoli, Italia. Ia merupakan tooh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci greja Katolik
Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245
belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana Paus.
Karya Thomas Aquinas telah menanadai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad
pertengahan. Ia berusaha untuk memebuktikan bahwa iaman Kristen secara penuh dapat
dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas
tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan
jalan ynag berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau
agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yan terungkap dalam
kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul
secara keutuhan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yan berada di luar
kekuatan pikir.
• Skolastik Akhir
1).William Ockham (1285 – 1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkatran
umu denga Paus John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari
perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan Mendahlilkan bahwa
kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda atu demi satu dan hal-hal yang umum itu hanya
tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-
barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum
tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini,
dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Disamping itu, ia membantah anggapan
skolistik bahwa logika dapat mebuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan
dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
2). Nicolas Cusasus (1401 – 1464 )
Ia sebagi tokoh pemikiran yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya,
terdapat tiga cara untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi. Dengan indra kita akan
mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan
akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau
tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. hanya
dengan intuisi inilah kita akn dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan.
Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya
menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena
keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi
inilah diharapkan akan sampai pada knyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu
bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
Pemikran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang
dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikiranya
ini tersirat suatu pemikiran para humanis.

1.4. ZAMAN ABAD MODERN


A.Pemikiran Mengenai Sejarah Bahasa Filsafat

Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci
atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun
tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa
sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme,
sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang
inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de
la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi
semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Hukum alam
adalah hukum alam. Jika kita bicara tentang “hukum alam” atau “sebab-akibat”, sebenarnya kita
membicarakan apa yang kita harapkan, yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte
oleh kebiasaan atau perasaan kita saja. Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya
bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-
batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.
Dengan Kritisisme Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua
pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar
separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera
kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang
dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi
manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui secara pasti
seperti apa dunia “itu sendiri” (“das Ding an sich”), namun hanya dunia itu seperti tampak
“bagiku”, atau “bagi semua orang”. Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi
sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi
lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan
indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi
pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-
proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan.
Demikian Kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat, membuat suatu sintesis, dan
meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini

B.TOKOH ATAU FILOSOF YANG HIDUP PADA MASA MODERN

a) Rasionalisme

Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan
yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang
mmenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh
kebenaran dengan metodee deduktif, seperti yang dicintohkan dalam ilmu pasti. Ia menemukan
ilmu pasti ialah sistem koordinat yang terdiri atas du garis lurus X dan Y dalam bidang datar.
Garis X letaknya horizotal dan disebut axis atau simbol X, sedangkan garis Y letaknya tegak
lurus sumbu X. Karena sistem tersebut didasarkan pada dua garis lurus yang berpotongan tegak
lurus, maka sistem koordinat itu dinamakan orthogonal coordinate system. Kedudukan tiap titik
dalam bidang tersebut diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada sumbu X dan sumbu Y.
Dengan demikian kedudukan tiap titik potong kedua sumbu menyusuri sumbu-sumbu tadi.
Latar belakang munuclnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala
pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangan
hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dipahami. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat
itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.

b) Empirisme

– Thomas Hobbes
Ia seorang ahli inggris lahir di Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke Oxford untuk belajar
logika Skolistik dan fisika, yang ternyata gagal, karena ia tidak bermiat sebab guruna beralih
Aristotelian. Sumbangan yang besar sebagai ahli pikir adalah suatu sistem materialistis yang
besar, termaksuk juga perikehidupan organis dan rohaniah. Dalam bidang kenegaraan ia
mengemukakan teori Kontak Sosial. Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adlah suatu ilmu
pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tetang
akibatakibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah
fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan
prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ilmu alam. Namanya sangat terkenal karena teorinya
tentang Kontrak Sosial, yaitu manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahaakan diri.
Apabila setiap orang mempunyai kecenderungan demikian, maka pertentangan, pertengkaran
atau perang total tak dapat dihindari.
– John Locke
Ia dilahirkan di Wrington, dekat Btistol, Inggris. Di samping ahli hukum, ia juga menyukai
filsafat dan teologi mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Dalam mencapai
kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana) manusia memakai kemampuanya. Dalam
penelitiannya ia memeakai istilah sensation dan reflection Sensation adalah suatu yang dapat
berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sementara
itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang
sifatnya lebih baik daripaada sensation. Tiap-tiap pengetahuan yang diperoleh manusi aterdiri
dari sensation dan relection. Walau;oun demikia, manusia harus mendahulukan sensation.
Mengapa demikian? Karen jiwa manusia di saaat dilahirkan putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa
kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulis. Tisak ada sesuatu yang dlam jiwa yang dibawa
sejak lahir, melainkan yang membentuk jiwa seseorang.
c) Kristisisme
– Isaac Newton
Memberikan dasar-dasar berfikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-
gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhnkan
analisis. Gerakan ini dimulai di Inggris, kemudian ke Prancis, an sekanjutnya menyebar seluruh
Eropa, terutama ke Jerman. Di Jerman pertentangan antara rasionalisme denga empirisme
semakin berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul maslah, siap ayang
sebenarnya dikatakan sebagai sumber pengetahuan? Apakah pengetahauan yang benar itu lewat
rasio atau empiri? Berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama penemuan dalam tiga
bidang, yaitu teori Gravitasi, perhitungan Calculus, dan optika.

– Immanuel Kant
Ia mencoba menyelsaikan persoalan di atas. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi
kemudian terpengaruh oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah
menerimanya karena ia mengetahui bahwa empirisme terkadang skep-tisisme. Untuk itu, ia tetap
mengakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusi akan dpat mencapai kebenaran. Akhirnya,
Kant menakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian dicobanya mengadakan sintesis.
Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasinalisme), tetapi adanya pengertian
timbul dari benda (empirisme). Ibarat burung terbang harus memunyai sayap (rasio) dan udara
(empiri). Jadi, metode berfikirnya disebut metode kritis. Walaupun didasarkan diri pada nilai
yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan-[ersoalan yang melampaui
akal. Sehngga akal mengenal bats-batasnaya. Karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan dpat
diterima kenyataanya.
d) Idealisme
– I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T. Hengel (1770-1831),
Schopenhauer (1788 – 1860). Apa yang dirintis olej Kant mencapai puncak perkembangannya
pada Hegel. Hegel lahir di Struttgart, Jerman. Pegaruhnya begitu besar sampai luar Jerman.
Menjadi profesor ilmu filsafat samapai meninggal. Setelah ia mempelajari emikiran Kant, ia
tidak merasa puas tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis. Menurut pendapatnya,
segala peristiwa di sunia hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-
peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasan. Ide yang berfikir itu
sebenarnya adla gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya, gerak yang menimbulkan tesis,
kemudian menimbulkan anti tesis (gerak yang bertentangan), kemudia timbul sintesis yang
merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan antitesis da seterusnya.
e) Positivisme
– August Comte
Ia lahir di Montpellier, Perancis. Sebuah karyanya dalah Cours de philosophia positive ( Kursus
tentang filsafat tahap positif ) dan berjasa dala menciptakan ilmu sosiologi. Menurut
pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dlam tiga tahap: tahap teologis.
Tahap metfisis, dan tahap ilmiah/positif. Tahap teologis, manusia mengarahkan pandangan
kepada hakikat batiniah (sebab pertama). Di sini manusia percaya kepada kemungkinan adanya
sesuatu yang mutlak. Artinya, di balik setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu. Pada
tahap metafisis manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis. Sifat yang khas
adlah kekuatan yang tadinya bersifat adi kodrati, diganti dengan kekuatan-kekuatan yang
mempunyai pengertian abstrak, yang diitegrasikan dengan alam. Pada tahap ilmiah/positif,
manusia telah mulai mengatahui dn sdar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafis tidak da
gunanya. Sekrang manusia berusaha mencari hukum-hukum yang bersal dari fakta-fakta
pengamatan denan memakai akal. Tahap-tahap tersebut berlaku pad setap individu (dalam
perkembangan rohami) juga di bidang ilmu pngetahuan. Pada akhir hidupnya, ia brupaya untuk
membangun agama baru tanpa teologi atas dasar filsafat positifnya. Agama baru tanpa teologi ini
menggunakan akal dan mendambakan kemanusiaan dengan semboyang “Cinta sebagai prinsip,
teratur sebagai basis, kmajauan sebagai tujuan”.

f. Evoluisme

Pada tahun 1838 membaca bukunya Malthus An Essay on the Princple of Population. Buku
tersebut memberikan inspirasi kepada Darwin untuk membentuk kerangka nerfikir dari teorinya.
Menurut Malthus, manusia akan cenderung meningkat jumlahnya (deret ukur), di atas batas
bahan-bahan makanan (deret ukur). Degngan demikian, Darwin memberikn kesimpulan bahwa
untuk mengatasi hal tersebut manusia harus bekerja sama, harus berjuang di antara sesamanya
untuk mempertahankan hidupnya. Karena itu hanya hewan yang ulet yang mampu untuk
menyelesaikan diri dengan iklim sekitarnnya. Dalam pemikiranya, ia mengajukan konsepnya
tentang perkembangan tentang segala sesuatu termaksud manusia yang diatur oleh hukum-
hukum mekanik, yaitu survival of the fittest dan struggle for life. Pada hakikatnya antra bintang
dan manusia dan benda pa pun tidak ada bedanya. Dimungkinkan terdapat perkembangan pada
masa yang akan datang lebi sempurna. Dalam pemikirannya, Darwin tidak melahirkan sistem
filsafat, tetapi pada ahli pikir berikutnya (Herbert Spencer) berfilsafat berdasarkan pada
evolusionisme.

g. Materialisme

Munculnya Positivisme dan Evolusionisme menambah terbukanya pintu pengingkaran terhadap


aspek kerohanian. Julien de La mettrie mengemukakan pemikirannya bahwa bintang dan
manusia tidak ada bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya, bahan (badan)
tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada.
Jantung katak yang dikeluarkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang
dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja. Seorang tokoh
lagi (Materialisme Alam) adalah Lugwig Feueurbach sebagai pengikut Hegel, mengemukakan
pendapatnya, bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, artinya terimalah
dunia yang ada, bila menolak agama/metafisika. Satu-satunya asa kesusilaan adalh keinginan
untuk mendapatkan kebahagiaan. Dan untuk mencari kebahagiaan manusia harus ingat akan
sesamanya. Dari Mmaterialisme Histori/diaalektis, yaitu Karl Marx, nama lengkapnya Karl
Heinrich Marx, dilahirkan di Trier, Prusia, Jerman. Sewaktu menjadi mahasiswa ia terpengaruh
oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai gelar doktor dalam bidang filsafat. Di kala ia berkawan
dengan Bruno Bauer ia mendapatkan kekecewaan, tetapi setelah berkawan dengan Friedrich
Engels di Paris, maka dengan kawanya itulah ia (tahun 1848) menyusun Manifesto Komunist.
Setelah itu, ia mejadi buronan politik dan diusir dan dipenjara di London, sampai meninggal
dunia. Ia meninggalkan warisan sebuah karya terbesarnya, Das Kapital, yang terbit tahun 1867.
Menurut pendapatnya, tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk
mengubahnya. Hidu manusia itu ternyata ditentukan oleh keadaan ekonomi. Dari segala hasil
tindakannya: ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, pilotik – semuanya itu hanya endapan dari
keadaan itu, sedangkan keadaan itu sendiri ditentukan benar-benar dalam sejarah.
h. Neo-Kantianisme
Setelah Materialisme pengaruhnya merajalela, para murid Kant mengadakan gerakan lagi.
Banyak filosof Jerman yang tidak puas terhadap Materalisme, Positivisme dan Materialisme.
Gerakan ini di sebut Neo-Kantianisme. Tokohnya antara lain Wilhelm Windlband (1848 – 1915),
Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop (1854 – 1924), Heinrich Reickhart (1863 – 1939).
Herman Cohen memberika titik tolak pemikiran mengemukakan bahwa keyakinan padsa otoritas
akal manusia untuk mencipta. Mengapa demikian, karena segala sesuatu itu baru dikatakan ‘ada’
apabila terlebih dahulu dipirkan. Artikan, ‘ada’ dan ‘dipikirkan’ adalah sama sehingga apa yang
dipikirkan akan melahirkan isi pikiran. Tuhan, menurut pendapatnya, bukan sebagai person,
tetapi sebagai cita-cita dari seluruh perilaku manusia.
i. Pragmatisme
Tokohnya William James lahir di New York, memperkenalkan ide-idenya tentang pragmisme
kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi, dan filsafat. Pemikiran
filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya mengalami konflik antara pandangan ilmu
pengetahuan dengan pandangan agama, ia beranggapan, bahwa masalah kebenaran tenang
asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoristis. Ia mnginginkan hasil-hasil yang
konkert. Dengan demikian, untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep haruslah diselidiki
konsekuensi-konsekuensi praktisnya.
j. Filsafat Hidup
Tokohnya adalah Henry Bergson. Pada mulanya ia belajar matematika dan fisika. Karena ia
mempunyai kepandaian menganalisis, muncul msalah baru dalam pemikiranya. Ia diharapkan
pada masalah metafisika yang tidak tampak dan tempatnya di belakang lmu pengetahuan. Itulah
yang menyebabkan ia terjun ke dalam didang filsafat. Pemikiranya, alam semesta ini merupakan
suatu organisme yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis.
Perkembanganya seperti meletup-meletup dalam keadaan tidak sama sehingga melahirkan
akibat-akibat dengan spektrum yang baru. Pemikiran filsafat Henry Bergson ini sebagai reaksi
dari Positivisme, Materialisme, Subjektivisme, Relativisme. Kemudian ia mengupayakan,
dengan melalui yang positif (ilmu) tersebut untuk menyalami yang mutlak dalam pengetahuan
metafisis. Ia mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan kehendak. John Dewey, ia lahir di
Brulington, dan sekaligus menjadi guru filsafat. Pemikirannya, tugas filsafat adalah memberikan
pengarahan dalam tindakan hidup manusia. Untuk itu, filsafat tidak boleh berada dalam
pemikiran metafisika yang tidak ada manfaatnya. Dengan demikian, flsafat harus berasaskan
pada pengalaman, kemudian mengadakan penyelidikan dan mengolahnya secara kritis sehngga
filsafat akan mampu memberikan suatu sistem norma-norma dan nilai-nilai.
k. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata
dan semua. Dan yan lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai sumber berfikir yang
kritis. Pemikiran yang demikian besar pengaruhnya di Eropa dan Amerika antara tahun 1920
hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan positif. Tokohnya: Edmund Husserl (1839 –
1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874 – 1928). Edmund Husserl lahir di Wina. Ia belajar
ilmu alam, ilmu falak, matematika, kemudian filsafat. Akhirnya menjadi guru besar di Helle,
Gottingen, Freiburg. Pemikiranya, bahwa objek/benda harus diberi kesempatan untuk berbicara,
yaitu dngan cara deskriptif fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya
adalah untuk melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif. Sedangkan metode deduktif artinya
mengkhayalkan gejala-gejala dlam berbagai macam yang berbeda. Sehingga akan terlihat batas
invariable dalam situasi yang berbeda-bda. Sehingga akan muncul unsur yang tidak berubah-
ubah yaitu hakikat. Inilah yang dicarinya dalam metode variasi eidetis.

l. Eksistensialisme

Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luat, dan sistensi atau sisto = berdiri,
menempatkan. Eksistensialisme merupakan alran filsafat yang memandang berbagai gejala
dengan berdasar pda eksistensiny. Artinnya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam
dunia. Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855), Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl
Jaspers, Gabriel Marcel. Pemikiran Soren Kierkegaard mengemukakan bahwa kebenaran itu
tidak berada pada suatu sistem yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individual, yang
konkret. Karena, eksistensi manusia penuh dengan dosa, hanya iman kepada Kristus sajalah yang
dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.

m. Neo-Thomisme

Pada pertengahan abad ke-19, di tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham
Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti Paham Thomas Aquinus. Pada mulanya di kalangan
gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudian, akhirnya
menjadi suatu paham Thomisme, yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajara homas
sudah sempurna. Tugas kita adalah membrikan tafsir sesuai dengan keadaan zaman. Kedua,
paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna, tetapi masih terdapat
hal-hal yang pada suatu saatbelum dibahas. Oleh karena itu, sekarang perlu diasakan
penyesuaian sehubungan dengan perkembangan ilmu pegetahuan. Ketiga, paham yang
mengganggap bahwa Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh beranggapa bahwa ajaranya
betu-betul sempurna.
BAB 111
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaan dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu
melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa
peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah
filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani
jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan
kekuasaan hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga
ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang menciptakan masa kemasan
kesusastraan Latin, kesian, dan arsitektur Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan
Eropa, di sana mendapatkan lahan baru dalam petumbuhan. Karena bersamaan dengan agama
kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formasi
baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai pejelmaan filsafat Yunani
setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa Skolatistik.
Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik Puncak, dan Skolastik
Akhir. Tokoh pada masa Paratstik adalah Justinus Martin, Klemens, Tertullianus, dan
Augustinus. Sedangkan tokoh pada masa Skolasti adalah Albertus mangunus, Petrus Abaelardus,
Anselmus dari canterbury, Johanes Scotus Eriugena, Peter Abaelardus, Thomas Aquinas ,
William Ockham, dan Nicolas Cusasus.
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu
pegetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance. Seperti
Rene descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorng
ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalhsistem koordinat yang terdiri atas dua garis
lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles
Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup).
Dalam era modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah
berbagai aliran pemikiran: Rasionalsme, Empirisme, Kristisisme, Idealisme, Positivisme,
Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi,
Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
• • Pelopor aliran pemikiran:
n) Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang desebut sebagai bapak
filsafat modern.
• o) Sebagai tokoh empirisme adalah Thomas Hobbes, dan John Locke.
p) Isaac Newton (1642 – 1727) dan Immanuel Kant (1724 – 1804) adalah tokoh dari
Kristinisme.
q) Pelopor Idealisme: I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T. Hengel
(1770-1831), Schopenhauer (1788 – 1860).
r) Beberapa tokoh positivisme: August Comte (1798 – 1857), John S. Mill (1806 – 1873),
Herbert Spencer (1820 – 1903)
s) Aliran evolusionisme dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh sampai
saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809 – 1882). Ia mendominasi pemikiran filsafat abad ke-
19.
t) Tokoh dari materialisme adalah Julien de Lamettrie (1709 – 1751), Ludwig Feueurbach
(1804 – 1872), dan Karl Marx (1818 – 1883).
u) Wilhelm Windlband (1848 – 1915), Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop (1854 –
1924), Heinrich Reickhart (1863 – 1939) adalah tokoh dari Neo-Kantianisme.
v) Tokohnya pragmatisme adalah William James (1842 – 1910).
w) Tokoh dari filsafat hidup adalah Henry Bergson (1859 – 1941), dan John Dewey (1859 –
1952).
x) Tokoh dari fenomenologi adalah Edmund Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya Max
Scheler (1874 – 1928).
y) Pelopor dari eksistensialisme adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855), Martin Heidegger,
J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
z) Aliran yang mengikuti neo-thomisme adalah paham Thomas Aquinas.

DAFTAR PUSTAKA

Achmdi, Asmoro. 2007. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Penada


Hardiwijoyo, Harun. 1993. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Hendriyanto, Agoes. 2012. Filsafat Ilmu. Surakarta: Cakrawala Media
Scars. 22 Februari 2012. Filsafat Abad Pertengahan.
http://filsafatabadpertengahan/kumpulanmakalah.htm.
Bertens, K, Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta; 1998. ___,Panorama filsafat
modern,DARAS, Jakarta; 2005 Hardiman F.Budi, filsafat modern, gramedia, jakarta; 2004.
Syadali Ahmad,dkk filsafat umum, pustaka setia, bandung; 2004
http://www.filsafatislam.com/tokoh-filsafat/ikhtisar-sejarah-filsafat-modern-kajian-tokoh-dan-
pemikiran http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Modern Dipakai Bersama7 Share this article :

Anda mungkin juga menyukai