BAB II
Kusni Asa (2006:16) menjelaskan bahwa Batik, suatu istilah yang sangat
popular dan menjadi baku sebagai nama kain yang dibuat melalui teknik celup
rintang dengan media perintang berupa lilin. Istilah yang sudah ada ini sudah ada
sejak puluhan abad yang lalu yang berawal dari keraton dan akhirnya menjadi
suatu hasil kerajinan rakyat. Apabila ditinjau dari morfologi bahasa, kata “batik”
terdiri dari dua kata yang bergabung menjadi satu yaitu “ba” dan “tik”. Keduanya
memang hamper tidak memiliki arti. Namun demikian, kata “batik” sebenarnya
merupakan elemen seni rupa untuk mengawali karya tulis. Masing-masing kata
tersebut mempunyai padanan yang terdiri dari kata “ba” dengan awalan “am” dan
kata “tik”, sehingga bila digabung diperoleh kata “ambatik” yang artinya
membuat titik. Hasilnya adalah batik yang polanya berupa garis-garis yang
tersusun dari titik-titik. Dalam khasanan seni rupa, terjadi bentuk diawali dengan
titik, tersambung menjadi garis dan selanjutnya akan berkembang menjadi sebuat
bentuk. Konsepsi smacam itu secara kebetulan hadir pada proses pembuatan batik
dan selama ini kata batik tidak dipersoalkan lagi karena sudah merupakan nama
baku. Dalam bahasa jawa, “bathik”, mengacu pada huruf Jawa “tha” yang
dapat diartikan sebagai salah satu atau dua kata, maupun satu padaan kata tanpa
huruf Jawa “tha” yang menunjukan bahwa batik adalah rangkaian dari titik-titik
“batik” tidak dapat diartikan sebagai salah satu atau dua kata, maupun satu padaan
kata tanpa penjelasan lebih lanjut. Batik sangat identik dengan suatu teknik
(proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu cirri khas
batik adalah cara penggambaran motif pada kain yang menggunakan proses
Dra. Darniasih M.M. M. Par and ria Kuniasih (2015:66) dalam Jurnal
heritage which has continued flourished over the years and has shown sign of
adalah karya warisan budaya kita yang terus berkembang selama bertahun-tahun
dalam teknologi, estetika, dan ekonomi. Batik telah berkembang menjadi industri
ekspor.”
12
suatu kegiatan yang berawal dari menggambar suatu bentuk misalnya ragam hias
diatas sehelai kain dengan menggunakan lilin batik (malam), kemudian diteruskan
any media by using wax batik as a color barrier. In the manufacture of batik,
batik wax was applied to the fabric to prevent the absorption of color during the
dyeing process” artinya “Batik adalah proses penulisan gambar atau hiasan pada
media apa saja dengan menggunakan batik lilin sebagai penghalang warna. Dalam
pembuatan batik, lilin batik diaplikasikan pada kain untuk mencegah penyerapan
used as a resist agent. It is therefore, Doellah [4] stated that a batik cloth must
fulfill two basic principles: made by resist dyeing method and has a typical colour
and distinctive decorative batik. Batik can only be prepared by using material
cloth. Initially, batik was made on a medium construction cotton cloth, known as
Cambridge. Later, batik was also made on silk cloth as well as others natural
materials cloth. Should be noted that synthetic cloth cannot be used in batik
13
temperature [5]. While batik wax will be melted in high temperature, therefore the
kain dekoratif yang khas, secara tradisional disiapkan dengan metode celup resist.
Diaplikasi ini, lilin digunakan sebagai agen resisten. Oleh karena itu, Doellah [4]
menyatakan bahwa kain batik harus memenuhi dua dasarprinsip: dibuat dengan
metode celup resist dan memiliki warna khas batik khas dan khas batik. Batik
hanya bisadisiapkan dengan menggunakan bahan kain. Awalnya, batik dibuat pada
batik juga dibuat di atas kain sutera dan juga kain-kain alam lainnya. Perlu dicatat
bahwa kain sintetistidak bisa digunakan dalam teknik batik. Hal ini disebabkan
bahan sintetis kain perlu dicelup dalam suhu tinggi [5]. SementaraLilin batik akan
meleleh dalam suhu tinggi, oleh karena itu pola tidak akan terbentuk sempurna.”
suatu kegiatan yang dituangkan diatas sehelai kain dari rangkaian titik-titik yang
Indonesia’s batik means as protecting both the commercial and cultural value.
Batik Indonesia is also diverse. Each batik community in each local area can
14
possess its own quality, characteristic, and reputation, which all of them are
tradition, (2) social custom, and (3) traditional handcraft”s artinya batik
Indonesia tidak hanya memiliki nilai komersial sebagai bisnis, tetapi juga nilai
budaya yang otentik. Melindungi batik Indonesia berarti sebagai melindungi nilai
komersial dan budaya. Batik Indonesia juga berbeda. Setiap komunitas batik di
yang semuanya bersifat budaya, dan komersial. Batik Indonesia diakui oleh
sebagai warisan budaya takbenda di tahun 2009. Diakui bahwa budaya batik
Indonesia mewakili tiga domain sebagai warisan budaya tak benda: (1) tradisi
batik berasal dari “amba” (jawa), yang artinya menulis dan “nitik”.Kata batik
sendiri merujuknpada teknik pembuatan corak menggunakan canting atau cap dan
masuknya bahan pewarna.Dalam bahasa inggris, teknik ini dikenal dengan istilah
“wax-resist dyeing”. Jadi, kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias
15
(corak) yang diproses dengan “malam” menggunakan canting atau cap sebagai
media menggambarnya.
tradisi bagi masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, akhir abad ke-18 atau awal
ke 20 (usai PD 1 tahun 1920-an) mulai berkembang batik kreasi baru, yakni batik
zaman dulu.Awalnya batik dikerjakan terbatas didalam keraton saja hasilnya pun
hanya dipakai raja yang tinggal diluar kraton, proses mengerjakan kerajinan ini
diluarkraton banyak yang menjadi pengrajin batik. Batik yang awalnya hanya
dijadikan pakaian keluarga kraton, menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik
ditulis dan dilukis diats daun lontar sebagai hiasan pada daun lontar yang berisi
naskah atau tulisan agar tampak lebih menarik.Seiring perkembangan zaman dan
selanjutnya mulai dikenal media batik yang lain, yaitu kain.Ketika itu, motif batik
motif abstrak, seperti relief candi, awan, dan wayang.Batik telah dikenal sejak
pada masa Kerajaan Mataram islam, lalu pada masa Kerajaan Yogyakarta dan
Surakarta.
Bahan pembuatan batik pada masa itu mutlak bergantung pada alam.Kain
putih yang digunakan untuk membatik didapat dari menenun sendiri.Lalu, untuk
bahan pewarna diambil dari tumbuh-tumbuhan, seperti pohon nila, soga, dan
mengkudu. Bahan lain yang digunakan untuk membatik adalah soda abu dan
Oktober kemudian diperingati sebagai Hari Hari Batik Nasional (Abiyu Mifzal,
2012:13).
Kuno berupa desa yang mulai berkembang sejak masa neolithik hingga masa
Hindu klasik kurang lebih pada abad XV masehi yaitu Pekalongan masa islam
Gadjah Mada yaitu Ir. Sutoto, SU, berdasarkan penelitian van Bemmelen tahun
17
Sesuai dengan garis pantai purba pada seribu tahun yang lalu, letak pantai
berada di daerah Doro dan Kedungwuni. Pada saat itu kedalaman laut dari pantai
purba hingga Pekalongan sekarang adalah sekitar 100-150 meter (Ir. Sutoto, SU,
pelabuhan tempat bersinggahnya kapal-kapal jung dan perahu cadik, seperti yang
digambarkan pada relief candi Borobudur. Dengan adanya perahu kuno semacam
itu, maka laut Jawa diramaikan oleh arus lalu lintas perdagangan dan kedatangan
kaum imigran dari Cina, India, Melayu maupun Keling, yang sengaja mencari
Lung, sedangkan Chou-Ju-Kua dari naskah Wai-tai-ta pada tahun 1178 Masehi
Pekalongan. Oleh sebab itu, pada masa Dinasti Sung diketahui bahwa Pekalongan
Kuno sudah terbiasa memakai tapih dan bebed, sedangkan anak-anak memakai
jenis kain rangga. Pemakaian kain jenis bebed maupun tapih tidak saja putih
polos sesui aslinya, tetapi diberi warna serta ragam hias dengan cara membatik
untuk menambah keindahan serta tujuan tertentu dan dibuat oleh golongan
golongan rakyat biasa. Mereka mendapat tempat atau kedudukan yang dihormati
karena kepandaiannya oleh para Pu atau pendeta. Kain batik tersebut selain dibuat
untuk bebed atau tapih, juga dipakai sebagai benda pelengkap upacara
keagamaan. Batik dengan hiasan dan warna tertentu dipakai sebagai alas tempat
Secara umum, perkembangan ragam hias batik kuno pertama kali diilhami
dari bentuk ragam hias pahatan tiga dimensi yang terdapat pada relief-relief candi
maupun hiasan arca. Kedua adalah bentuk tumbuh-tumbuhan (flora) dan binatang
(fauna) seperti sulur-sulur daun, bunga, ikan, burung, dan singa. Ketiga adalah
bentuk garis atau bidang berbentuk geometris yang mengandung lambing tanda
perhitungan hari dan bulan serta bentuk bangun tertutup berupa garis-garis,
Ragam hias seperti itu sebenarnya sudah hadir dan merupakan ragam hias yang
sudah umum pada masa pra sejarah, khususnya pada jaman perunggu.
Peninggalan nenek moyang berupa batu kubur dipulau Sumba telah menggunakan
Ada beberapa pola batik pada masa Hindu Kuno di Jawa, antara lain pola
dasar bentuk pola-pola ragam hias batik. Pola semacam itu bersumber dari
lingkaran candi sedangkan itu bersumber dari lingkaran candi sedangkan kawung,
tumpal, ceplokan dipengaruhi oleh bentuk ragam hias yang terdapat pada hiasan
adalah suatu cara yang pertama kali dilakukan oleh masyarakat kuno dalam
membatik. Cara itu dilakukan sebelum ditemukannya lilin tawon dan lemak.
Namun lilin daun tidak digunakan lagi setelah ditemukannya lilin tawon, tetapi
beberapa abad kemudian yaitu sekitar tahun 1830, pengusaha batik dari cilacap
ataupun Banyumas kembali menggunakan lilin daun dalam membuat batik. Para
(indigosol) yang didatangkan dari Cina dan India. Pada masa berikutnya,
warna-warna yang diperoleh dari kulit soga. Namun, lambat laun pewarnaan
tersebut tidak digunakan lagi dan beralih kepada pewarna kimia karena mudah
batik-batik di Pesisir Utara Jawa seperti Demak, Rembang dan Lasem, hampir
semuanya menunjukkan warna yang jelas warna klasik soga, nila dan mengkudu
yang mendapatkan warna tambahan kuning dan hijau. Pada awalnya warna-warna
tersebut diperoleh dari bahan pewarna alam. Akhirnya, pola batik Pesisiran adalah
sebuah adaptasi dari pola lama yang berasal dari batik Pedalaman atau Keraton
yang digabung dengan stirilisasi pola baru setelah terjadinya konversi islam di
Jawa serta pengaruh ragam-ragam hias dari kaum pendatang manca Negara
seperti Cina, India, Arab, dan Belanda (Kusnin Asa, 2006: 57).
20
timur kampong sampangan dan sampai sekarang disebut kampong Arab. Makam
islam yang di temukan di kampong itu yaitu nisan dari makam Kiai Derpowongso
yang diperkirakan dari abad XVI. Nama-nama kampong dari kampong dari
kelompok hunian sering kali dikaitkan dengan nama jenis kegiatan. Misalnya,
berkembang menjadi pusat lawe (bahan benang pembuat kain) maka disebut
Ponolawen. Namun kampong penjual kayu bakar untuk memproses batik disebut
Sorogenen (Soro Geni) yang artinya bahan untuk membuat api. Pekalongan mulai
menjadi bagian dari daerah gubernur wilayah utara Jawa Tengah pada masa
Batik Jlamprang merupakan salah satu jenis batik yang berasal dari
pekalongan, dan juga namanya menjadi nama salah satu nama jalan di daerah
hias ceplokan dalam bentuk lung-lungan dan bunga padma dan di tengahnya
disilang dengan gambar peran dunia kosmis yang hadir sejak Agama Hindu dan
menunjukan corak peninggalan masa pra sejarah yang kemudian hari. Pola
dari konsep mandala Agama Hindu-Syiwa yang beraliran tantra. Batik Jlamprang
21
salah satu pola batik Cina yang mendapat pengaruh budaya Eropa (Belanda)
setelah tahun 1910. Seiring perkembangan ragam pola batik, maka batik
belandapun menampilkan ragam hias buket-buket yang halus dan indah dengan
warna-warna cerah serta serasi, bahkan sering dipadukan dengan isen latar ragam
hias tradisional keraton seperti galaran, gringsing, dan blangreng, yang dibatik
sangat halus (lebih halus daripada batik Keraton), setelah bahan pewarna kimia
masuk ke Jawa, maka batik Belanda yang semula hanya menampilkan dua warna
itu, mulai menampilkan beragam warna sehingga tampak lebih indah dan lebih
halus. Pola buketan tersebut pertaman kali diproduksi oleh Cristina Van Zuylen
yaitu salah satu seorang pengusaha batik asal Belanda kelas menengah di
mempermainkan para konsumen di Indonesia, dan hal ini sangat dirasakan oleh
22
dan Yogyakarta. Hal itu disebabkan karena mereka harus membeli bahan-bahan
Jenis batik yang lain adalah batik Djawa Hokokai yang berawal dari
gerakan produksi batik yang dipacu oleh program ekonomi Jepang di wilayah
Pekalongan yang dibuat dan berkembang pada masa pendudukan Jepang (1942-
1945) yaitu batik Djawa Hokokai. Batik tersebut dinamakan Hokokai karena
setiap orang yang membuat batik untuk organisasi Hokokai bersemangat dengan
membuat suatu pola khusus yaitu menampilkan dua macam pola batik pada
selembar kain dengan maksudbahwa satu kain batik dapat dipakai dua kali dengan
dua pola yang berbeda. Batik yang memiliki format seperti itu dinamakan batik
Pagi Sore dan mulai berkembang sejak periode penjajahan Jepang. Batik pagi sore
merupakan satu bagian polanya bisa dipakai untuk waktu pagi dan sore.
kota Pekalongan. Hal ini disebabkan karena sampai tahun 1945 ketika terjadi
23
atau Belanda kembali menduduki Indonesia pada masa Clash II tahun 1947,
pekalongan terhindar dari peperangan karena sekutu atau Belanda tidak memasuki
Pekalongan. Pada saat itu daerah yang diblokade sekutu sangat sulit untuk
mendapatkan sandang maupun pangan, sedangkan daerah yang surplus dan tidak
karena itu, dalam hal melaksanakan program ekonomi rakyat pata tahun 1950,
koperasi serta pengusaha. Pada tahun inilah, sentra-sentra pengrajin batik yang
Wirodeso, Tirto dank e arah timur sampai Setono (Kusnin Asa, 2006:115).
Pada tahun 1952 merupakan persatuan dari lima pengusaha batik, yaitu H.
Pada tahun 1952 sejak abad XVI kampung arab menjadi pusat industri batik.
yang dilakukan secara “kodian” berlaku di kampong Arab, artinya nilai penjualan
kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa
Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta. Kesenian batik ini di
Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang
dipengaruhi oleh ragam hias keraton Cirebon. Selain dipengaruhi oleh ragam hias
batik Cirebon, batik Pekalongan dipengaruhi olehragam hias Cina dan Arab dan
Perkembangan batik di kedua kota tersebut tidak terlepas dari adanya hubungan
Cultural lokal yang sumber utamanya bertolak dari sejarah bangunan yang
beberapa pengaruh antara lain bentuk ragam hias dari taman Sunyaragi dan ke
batik Cirebon memiliki ragam hias dari taman Sunyaragi dan kraton sedang
orientasi batik Pekalongan lebih banyak ke arah ragam hias dari keramik Cina
tumbuhan yang sebagian besar menjadi objek utama dan banyak terdapat pada
lukisan kermaik Cina. Selain itu ragam hias berbentuk binatang seperti burung
pipit, burung merak, ular naga dan kupu-kupu turut melengkapi ragam hias
kepercayaam agama leluhur yang disebut Tok-Wi. Batik jenis ini digunakan untuk
oleh ragam hias dari keramik dinasti Ming namun juga disebabkan oleh ciri khas
batik Pekalongan yaitu cara pembuatan yang berbeda dengan cara pembuatanbatik
namun pada tahun 1974 mulai terjadi kemerosotan pada saat Indonesia memasuki
era baru dengan masuknya industri tekstil motif batik yang disebut batik printing.
Salah satu penyebab dari sejumlah faktor lain yang menyangkut kebijakan politik
dan tekstil impor yang memiliki teknologi manajemen canggih telah menggeser
Perkembangan batik dikedua kota tersebut tidak terlepas dari hubungan kultural-
lokal yang sumber utamannya bertolak dari sejarah bangunan yang ditunjang
Pekalongan. Obyek lukisan keramik Cina pada masa Dinasti Ming yang menjadi
pengrajin batik dipekalongan, namun jauh sebelum ragam hias dari lukisan
penghargaan di tengah keluarga Cina ningrat yaitu Ratu Roro Sumanding yang
Ragam hias itu yang sejak awal menjadi pilihan bagi perkembangan batik
budaya luar dan sebagian besar dari bentuk-bentuk ragam hias batik daerah
dalam teknik pewarnaan, maka selain teknik tersebut, teknik melukis (natural
mempermudah dalam mencapai warna yang dikehendaki pada pada saat yang
27
bersamaan, sehingga setiap detail ragam hias dapat dilukis dan diwarnai dengan
cepat dan sempurna sesuai dengan aslinya. Oleh karena itu, teknik melukis dengan
sapuan kuas (colet) bukan suatu hal baru bagi para pengrajin batik Pekalongan.
perkembangan penduduk muslim yang terjadi di kota-kota pesisir utara Jawa yang
menggunakan kain sarung untuk mengganti bebed atau tapih. Kain sarung
tersebut berupa kain batik yang digunakan pula sebagai sarana untuk beribadah
tradisi orang tua mereka terutama ibu-ibu (wanita-wanita pribumi) yang diperistri
oleh kaum Tionghoa, dengan membuat kain batik untuk dijadikan tapih (kain
Motif batik adalah suatu dasar atau pokok dari suatu pola gambar yang
merupakan pangkal atau pusat suatu rancangan gambar., sehingga makna dari
tanda, symbol, atau lambing dibalik motif batik tersebut dapat diunkap. Motif
merupakan susunan terkecil dari gambar atau kerangka gambar pada benda. Motif
terdiri atas unsur bentuk atau objek, skala atau proporsi, dan komposisi.Motif
menjadi pangkalan atau poko dari suatu pola. Motif itu mengalami proses
Pola itulah yang nantinya akan diterapkan padab benda lain yang nantinya akan
28
menjadi sebuah ornament. Dibalik kesatuan motif, pola, dan ornament, terdapat
pesan dan harapan yang ingin disampaikan oleh pencipta motif batik. Berikut ini
adalah macam-macam motif batik, antara lain: Motif sawat, motif ceplok, motif
gurdha (motif burung garuda), motif meru (gunung), motif truntum, motif udan
liris, motif parang kusuma, motif parang rusak barong, motif slobog, motif
tambal, motif ciptoning, motif parikesit, motif sido luhur, motif sido drajat, motif
sido mukti, motif cuwiri, motif kawung, motif nitik karawitan, motif burung huk
(burung merak), motif parang dan lereng, motif mega mendung, motif semen
bentuk stilasi alam benda,dengan gaya dari ciri khas tersendiri (Hery
Suhersono,2007: 11)
Dahulu motif dalam kain tenun berbeda-beda sesuai dengan tingkatan
kebangsawanan dan tingkat derajat seseorang. Motif antara rakyat jelata dengan
namun sangat menarik untuk dikaji, hal ini adalah dikarenakan lurik memiliki
makna,tradisi, adat dan kepercayaan bagi orang Jawa baik dari kalangan atas
Menurut Drs. Hamzuri (1989: 35) macam-macam motif batik anatara lain:
motif parang, motif geometri motif banji, motif tumbuh-tumbuhan menjalar, motif
Experience in Dealig With tademark Law, Case Sudy of Batik SME s”“cloths
29
and/or clothes have also become part of societies’ cultural outfits either as daily
pregnancy, or being used as slings for carrying babies. For each use on such
events, different pattern of batik cloth is applied, in which each of the pattern has
its own symbol, meaning, and philosophy that correlates with its aim of use.
Besides, the cloth is also designed for particular functions, such as sarong, which
is used to cover body parts from waist to the feet, or kemben, a piece of cloth
which is used to cover the women’s chest1. The batik cloths, as well as the tools
craftmanships2. For instance, the craftmanship’s abilities are not only on the
creation of patterns/motifs of batik cloth, but also in the coloring quality and
technique” artinya “batik adalah kain dan / atau pakaian juga menjadi bagian dari
pakaian budaya masyarakat sebagai pakaian sehari-hari atau dalam acara khusus
atau berbeda, seperti pernikahan, bulan ke-7 kehamilan ibu, atau digunakan
sebagai sling untuk membawa bayi. Untuk setiap penggunaan pada acara-acara
seperti itu, pola kain batik yang berbeda diterapkan, di mana masing-masing Pola
memiliki simbol, makna, dan filosofi sendiri yang berkorelasi dengan tujuan
penggunaan. Selain itu, kain juga dirancang untuk fungsi-fungsi tertentu, seperti
sarung, yang digunakan untuk menutupi bagian tubuh dari pinggang hingga kaki,
atau kemben, selembar kain yang digunakan untuk menutupi dada wanita1. Kain
batik, serta alat-alat yang digunakan, dibuat oleh tangan, oleh karena itu budaya
craftmanship tidak hanya pada kreasi motif / motif kain batik, tetapi juga dalam
Beberapa jenis batik dan filosofinya yang muncul dan berkembang dikota
1. Batik Jelamprang
hias ceplokan dalam bentuk lung-lungan dan bunga padma dan ditengahnya
disilang dengan gambar perang dunia kosmis yang hadir sejak agama Hindu-
menunjukan corak peninggalan masa pra sejarah yang kemudian menjadi waris
agama Hindu-Budha.
ditampilkan sesuai dengan warna batik Keraton yaitu biru tua,coklat soga, dan
putih. Pola batik tersebut diberi nama nitik dan saat ini telah tercipta kuranglebih
Beberapa dari pola nitik tersebut mengandung makna filosofi guna keperluan
upacara-upacara adat Jawa, antara lain nitik cakar dan simbar lintang (Kusnin
Asa,2006:79-80).
symbol mistis tentunya menjadi alat yang tepat dan diterimab oleh dunia atas
(dunia Hyang) dan disini kita sebut sebagai dunianya Den Ayu Lanjar sebagai
penguasa kosmis. Oleh karena itu, berdasarkan alam mitologi ratu laut jawa ini,
maka sangat wajar kalau batik Jelamprang disukai penguasa laut Utara. Dalam
dahulu telah dijadikan batik sacral seperti juga raja-raja mataram mensakralkan
nyadran yaitu upacara korban dilauk untuk menyatakan syukur kepada penguasa
Pekalongan mulai menerapkan raham hias buketan bagi produknya sebagi salah
satu pola batik Cina yang mendapat pengaruh budaya Eropa (Belanda) setelah
tahun 1910, langkah para pengusaha yang terkenal jeli dalam membaca situasi
pasar itu, memang cukup tepat. Penerapan ragam hias Buketan itu mereka lakukan
pada saat batik Belanda yang berawal kurang lebih pada tahun 1840 dan di
pelopori oleh Carolin Josephine Van Franquemont dan Catherina Carolin Van
Namun seiring dengan adanya perkembangan ragam polanya, maka batik belanda
33
pun menampilkan ragam hias buket-buket yang halus dan indah dengan warna-
warna cerah serta serasi, bahkan sering dipadu dengan ragam hias tradisional
Keraton seperti galaran, gringsing, balnggreng yang dibatik sangat halus daripada
batikan Keraton. Setelah pewarna kimia masuk ke Jawa, maka batik Belanda yang
semula hanya menampilkan dua warna itu, mulai menampilkan beragam warna
pada tahun 1880, Christina Van Zuylen telah mengubah karya batik yang semula
sebagai karya anonym (tanpa diketahui identitas pembuatnya) dan bersifat missal,
menjadi karya individual. Identitas nama Christina Van Zuylen dituliskan disudut
bagian dalam kain dalam bentuk tanda tangan yang berbunyi “T. van Zuylen”
(kependekan dari Tina van Zuylen), pada setiap karyanya. Batik buketan yang
terkenal adalah karya van Zuylen bersaudara yaitu Christina Van Zuylen dan Lies
Tionghoa yang semula menerapkan pola-pola dengan ragam hias mitos Cina
maupun keramik cina, mulai membuat batik Buketan setelah tahun 1910
sebagaimana diuraikan dimuka. Para pengusaha tersebut antara lain Lock Tjan
muali tahun 1925 telah memproduksi batik dengan format “pagi-sore”. Selain itu,
dikampung Kwijan (tempat tinggal Kepala Daerah pekalongan Tan kwi Jan) juga
terdapat dua orang pengusaha batik buketan dari golongan Tionghoa yang cukup
terkenal yaitu Tjoa Sing Kwat dan Mook Bing Liat(Kusnin Asa,2006:100).
34
Basiroen V.J and Lapian M.E (2016:132) dalam Jurnal yang berjudul
Design and New Media” mengemukakan pendapatnya “This bouquet motif has
been used from time immemorial by the Dutch colonisers to approach people by
motif. The Buketan word comes from the Dutch language and French is
“bouquet” that means flower arrangements. In addition to flowers, this motif can
also be a plant or a bird. Motif buketan can be seen in the coastal batik because
the flowers are grown in the coastal areas of Java and the flowers are bright and
flashy. Buketan motif is very suitable for use in clothing as it motives can add an
merangkai bunga. Kata Buketan berasal dari bahasa Belanda dan Perancis adalah
"buket" yang berarti rangkaian bunga. Selain bunga, motif ini juga bisa menjadi
tanaman atau burung. Motif buketan dapat dilihat di batik pesisir karena bunga-
bunga ditanam di daerah pesisir Jawa dan bunga-bunga cerah dan mencolok.
Motif Buketan sangat cocok untuk digunakan dalam pakaian karena motif dapat
kekacauan dan terhenti, baik ekspor maupun impor. Adanya situasi demikian,
juga menerapkan sistem romusha dan sebagainya, sebagai bagian dari polotik
sebagian besar rakyat hanya memakai penutup badan seadanya untuk sekedar
oleh Jepang termasuk pabrik tekstil terbesar milik Belanda yang ada di Tegal.
Pabrik tekstil di Tegal itu telah menghasilkan bahan kain seharga 15 juta rupiah
setiap tahunnya dan mempekerjakan tidak kurang dari 12000 buruh pribumi.
Tekstil hasil pabrik di Tegal itu sebagian didistribusikan oleh Jepang kepada
membagikan jatah sandang. Namun karena jatah untuk rakyat banyak dikorupsi
oelh petugas pamong, maka pembagiannya tidak merata, sehingga banyak rakyat
yang tidak menerima jatah tersebut. Oleh karena itu, mereka terpaksa
menggunakan karung gni sebagai penutup badan. Dalam pebagian jatah sandang
kepada rakyat secara bertahap ternyatra tidak mencukupu lagi. Namun demikian,
tekstil berkualitas disediakan untuk para pengrajin batik agar mereka dapat
batik Pekalongan karena secara kebetulan ragam hias batik Pekalongan memiliki
kesamaan dengan ragam hias seperti beberapa ragam hias yang diterapkan pada
kimono Jepang.
Kromolawi diangkat oleh Jepang menjadi kepala seksi perdagangan
orgaisasi Hokokai merangkap ketua barisan pelopor. Selain itu kromolwi juga
pembelian batik dari rakyat dan para pengusaha untuk disetorkan ke Pemerintahan
Jepang. Hal inilah yang memacu berkembangnya jenis batik yang sangat
dibuat dan berkembang pada masa kependudikan jepang (1942-1945) yaitu batik
Djawa Hokokai.
Batik tersebut dinamakan batik Djawa Hokokai karena setiap orang yang
warna bernuansa selera Jepang hampir selalu terlihat pada bnatik Djawa Hokokai
(Kusnin Asa,2006:109-110).
Pada masa ini pengusaha batik mengalami kesulitan ekonomi yang
dengan cara membuat dua pola dalam satu kain yang dapat diapakai dua kali
dengan dua pola yang berbeda yang dinamakan batik pagi-sore. Batik pagi sore itu
satu bagian polanya bisa dipakai waktu pagi dan bagian lainnya dipakai untuk
sore hari. Batik pagi sore mengambarkan sulitnya memperoleh bahan tekstil pada
masa kependudukan Jepang. Keindahan penampilan batik pagi sore antara lain
ceplokan, serta ragam-ragam hias yang sangat halus ditampilkan pada kedua
batik bergaya Jepang itu sampai dengan masa kemerdekaan. Para pengusaha batik
dengan memberikan suasana baru pada ragam hiasanya dan namanya disesuaikan
dan kembali bersemngat. Oleh sebab itu, batik-batik Djawa Hokokai yang
diproduksi pada masa pasca kemerdekaan disebut batik Jawa Baru. Nama batik
tersebut mempuyai maksud bahwa batik itu bergaya Hokokai dengan identitas
pola batik Jawa dan dikerjakan oleh pengusaha pribumi (Kusnin Asa,2006:116).
Batik ini memiliki beberapa warna dalam satu kain, taitu merah, biru, dan
pembatikan di Pekalongan yang mulai terjadi pada tahun 1974 adalah pada saat
memasuki era baru dengan masuknya industri tekstil motif batikyang disebut
dengan batik Printing. Namun, hal itu hanyalah salah satu penyebab dari sejumlah
teknologi dan manajemen canggih telah menggeser dengan cepat kedudukan batik
keberadaanya kembali merosot. Pada era inilah mulai muncul motif batik
kontemporer.
40
Batik kontemporer ini terlihat tidak lazim untuk disebut batik, tetapi
cenderung seperti kain pantai khas Bali atau kadang warna dan coraknya seperti
Contrast and Motif” mengemukakan pendapatnya “Over the last decades, many
kinds of batik style have been produced, such as batik kraton (batik from the
courts), batik sudagaran, batik Belanda, batik Cina, batik Djawa Hokokai, and
batik Indonesia which also called batik modern. These types of batik differ in
terms of their motifs, the way they are produced, color variety, coloring material,
and cloth material. Although batik has been changing over the time, according to
Iwan Tirta, a well known batik artist and designer, Indonesian batik has unique
properties. They are their motifs, pakem (the way the motifs are organized),
ornaments used to fill the empty space in or between the main motifs (Kompas (19
Agustus 2001)). The items formed motifs are called ornaments. Pakem, which
(1981) and Susanto (1980)). Batik produced on the coastal area (Pekalongan,
Cirebon, Madura, etc.), called batik pesisir, expresses more freedom and
dynamical statement through the pakem, artinyaas opposed to the ones produced
close to the court (Yogyakarta, Solo, etc.) Although nowadays batik has been
modernized, many classical motifs are still preserved (but, the motifs are
somewhat modified for varieties). Iwan Tirta states that as batik motifs or pakems
have meaning, people could select certain motifs to match with their profile or to
give certain impression when wearing batiks. Some examples of classical motifs,
their philosophical meaning and impressions that the wearers give is shown on
Table 2. Some motifs sometimes are also designed for special occasions, such as
attract others), for daily use, etc. Some examples of batik motifs are given on
Figure 1” Artinya “Selama beberapa dekade terakhir, banyak jenis gaya batik
telah diproduksi, seperti batik kraton (batik dari pengadilan), batik sudagaran,
batik Belanda, batik Cina, batik Djawa Hokokai, dan batik Indonesia yang juga
disebut batik modern. Jenis-jenis batik ini berbeda dalam hal motif mereka, cara
mereka diproduksi, variasi warna, bahan pewarna, dan bahan kain. Meskipun
batik telah berubah dari waktu ke waktu, menurut Iwan Tirta, seorang seniman
batik terkenal dan desainer, batik Indonesia memiliki sifat yang unik. Mereka
lilin, memiliki filosofi, dan mengandung isen-isen (hiasan kecil yang digunakan
untuk mengisi ruang kosong di dalam atau di antara motif utama (Kompas (19
42
Agustus 2001)) Item yang membentuk motif disebut ornamen, Pakem, yang bisa
filosofi atau makna batik (Doellah (2002), Kerloug (2004), Hamzuri (1981) dan
yang diproduksi dekat dengan pengadilan (Yogyakarta, Solo, dll) .) Meskipun saat
ini batik telah dimodernisasi, banyak motif klasik masih dipertahankan (tetapi,
bahwa sebagai motif batik atau pakem memiliki makna, orang dapat memilih
motif tertentu agar sesuai dengan profil mereka atau untuk memberikan i tertentu
marak saat memakai batik. Beberapa contoh motif klasik, makna filosofis dan
kesan yang diberikan oleh pemakai ditunjukkan pada Tabel 2. Beberapa motif
jenis batik yang dikenal masyarakat dilihat dari teknik pembuatannya, adalah
1. Batik Tulis
Batik tulis bernilai seni lebih tinggi dan bercita rasa eksklusif, karena
dengan menggunakan peletakan lilin dan canting tulis. Batik tulis mengandung
43
filosofi, terkadang legenda. Di dalam batik tulis, berbagai peradaban dan budaya
yang berpadu menghasilkan suatu karya batik yang sangat atraktif dan berkisah.
2. Batik Cap
dengan teknik pewarnaan pelekatan lilin. Batik cap kwalitasnya jauh berbeda
dengan batik tulis. Batik cap ini mudah dikerjakan dan lebih singkat
pengerjaannya. Karena sifatnya yang masal, baik motif dan warna dianggap
kurang luwes.
Batik cap dan tulis atau disebut juga batik kombinasi adalah batik yang
dihasilkan dari proses cetak dan disempurnakan dengan proses batik tulis. Artinya
4. Batik Printing
dengan motif tekstil lainnya. Dan tidak menggunakan lilin dalam proses
pewarnaannya
5. Batik Prada
Dalam bahasa Jawa Prada artinya emas, jadi batik prada adalah batik yang
diberi sentuhan emas. Jenis batik ini biasanya digunakan oleh keluarga kerajaan
pada hari perayaan, dan sangat lazim digunakan di lingkungan kerjaan Yokyakarta
maupun Surakarta.
batik making began with the canting method, believed to be a Javanese invention
which dates back to the seventeenth century. A rather new method of batiking
which was introduced in the middle of the nineteenth century was called the chop
(or cap) or "printing block", which was also invented by the Javanese” artinya
“Cara "modern" pembuatan batik dimulai dengan metode canting, yang diyakini
sebagai penemuan Jawa yang berasal dari abad ke-17. Metode pemukul yang agak
baru yang diperkenalkan pada pertengahan abad kesembilan belas disebut chop
(atau cap) atau "blok pencetakan", yang juga ditemukan oleh orang Jawa.”
prosesnya, batik dibagi menjadi tiga macam, yaitu: batik tulis,batik cap, dan batik
kombinasi antara batik tulis dan cap, namun seiring dengan perkembangan
printing agar dapat diproduksi dengan cepat. Namun produk dari screen printing
ini tidak bisa digolongkan sebagi suatu batik tetapi dinamakan tekstil motif batik
batik pun menjadi sangat beragam, seperti batik hals dan kasar, batik cap, sablon
bahan dasarnya adalam katun (mori), sutra, rayon, polyester, dan hasil tenun
Basiroen V.J and Lapian M.E (2016:132) dalam Jurnal yang berjudul
Design and New Media” mengemukakan pendapatnya “This bouquet motif has
45
been used from time immemorial by the Dutch colonisers to approach people by
motif. The Buketan word comes from the Dutch language and French is
“bouquet” that means flower arrangements. In addition to flowers, this motif can
also be a plant or a bird. Motif buketan can be seen in the coastal batik because
the flowers are grown in the coastal areas of Java and the flowers are bright and
flashy. Buketan motif is very suitable for use in clothing as it motives can add an
merangkai bunga. Kata Buketan berasal dari bahasa Belanda dan Perancis adalah
"buket" yang berarti rangkaian bunga. Selain bunga, motif ini juga bisa menjadi
tanaman atau burung. Motif buketan dapat dilihat di batik pesisir karena bunga-
bunga ditanam di daerah pesisir Jawa dan bunga-bunga cerah dan mencolok.
Motif Buketan sangat cocok untuk digunakan dalam pakaian karena motif dapat
1. Batik tulis
Batik tulis adalah batik yang cara pengerjaannya menggunakan canting untuk
melukiskan lilin batik cair pada kain, canting tulis dibuat dari plat tembaga,
2. Batik cap
46
Batik cap adalah batik yang cara pembuatannya dengan cara mencapkan lilin batik
cair pada permukaan kain, alat cap atau disebut pula canting cap, adalah
dilakukan secara spontan, maka biasanya dikerjakan lukisan lilin batik itu tanpa
pola bagi pelukis-pelukis yang telah mahir, dan dibuat pola kerangka atau coretan
pembuatannya ada 3 macam yaitu: batik tulis, batik cap, dan batik lukis, dari
ketiga batik tersebut jenis batik yang diproduksi di Home industry batik Nulaba
Menurut Ari Wulandari (2011: 105) pada sehelai kain batik, corak atau
1. Ornamen utama
tersebut. Pemberian nama motif batik tersebut didasarkan pada perlambang yang
ada pada ornamen utama ini. jika corak utamanya adalah parang, maka biasanya
batik tersebut diberi nama parang. Ornamen utama terdapat beberapa jenis, antara
2. Isen-isen
47
kosong corak batik. Pada umunya, isen-isen berukuran kecil dan kadang rumit.
terdapat ragam jenis isen-isen, tetapi pada perkembangannya hanya beberapa saja
yang masih biasa dijumpai dan masih dipakai pada saat ini.
Isen-isen pengisi latar antara lain: galaran, rawan, ukel, udar, belara sineret,
anam karsa, debundel atau cebong, kelir, kerikil, sisik melik, uceng mudik,,
kembang jati, dan gringsing. Sedangkan isen-isen pengisi bidang kosong antara
lain cecek, kembang jeruk, kembang suruh (sirih), kembang cengkeh, sawat,
sawut kembang, srikit, kemukus, serit, dan untu walang. Pembuatan isen-isen
memerlukan waktu yang cukup lama karena bentuknya yang kecil dan rumit
mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau
pola batik menurut unsur-unsurnya motif batik dibagi menjadi dua bagian utama,
yaitu:
Ornamen motif batik dibedakan lagi atas ornamen utama dan ornamen
1. Alam Bawah
- Perahu
- Naga/ular
48
rnamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari pada motif tersebut,
dan pada umumnya ornamen utama itu masing-masing mempunyai arti. Ornamen
tambahan tidak mempunyai arti dalam pembentuka motif dan berfungsi sebagai
pengisi bidang. Isen motif adalah bereupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik
dan garis, yang berfungsi untuk mengisi ornamen dari motif atau mengisi bidang
a. Ornamen Meru
kadang digambarkan rangkaian dari tiga gunung, yang tengah sebagai gunung
ataun tanah, sebagai salah satu dari pengertian tentang “empat unsur hidup” yaitu
Bumi, Geni, Banyu dan Angin. Dalam kebudayaan Jawa-Hindu, meru untuk
Pada seni motif atau pola batik, meru untuk menyimbulkan unsure tanah atau
49
“bumi”untuk menggambarkan proses hidup tumbuh dia atas tanah, proses hidup-
tumbuh ini disebut “semi” (Jawa), dan hal yang menggambarkan seni ini disebut
“semen”.
langsung digabung dengan bentuk lain, terutama dengan bentuk tumbuhan karena
motif batik telah turun-temurun secara tradisi, ditambah pula para pembuat pola
kurang memahami arti semula dan bentuk asal dari setiap ornamen.
suatu bentuk.
- Susunan tiga meru dihias dan digabung dengan semacam daun.
- Dari meru tumbuh suatu tumbuhan, meru digambarkan sebagai tempat
tumbuh.
- Meru-meru digambarkan diatas puncak-puncak dari bentuk tumbuhan.
b. Ornamen Pohon Hayat
pohon khayalan yang bersifat pepohonan sakti, lambing dari “kehidupan”. Pohon
hayat digambarkan dalam seni anyaman, disebut “Batang Garing”. Didalam seni
wayang pohon hayat digambarkan dengan bentuk gunungan atau kayon. Pohon
hayat disebut pula pohon surga. Pohon surge digambarkan pada candi-candi dari
abad ke 9, misalnya pada relief pada dinding candi pohon hayat dalam seni batik.
Ornamen pohon hayat terdapat motif-motif yang tergolong motif semen, tetapi
tidak semua motif semen terdapat ornamen pohon hayat. Pada umumnya terdapat
50
pada motif semen yang klasik. Pohon hayat menggambarkan bentuknya seperti
pada bentuk yang terdapat pada seni batik yang sudah muncul pada abad ke13,
misalnya relief dari candi jago Jawa Timur. Ornamen pohon hayat lebih jelas
kuncup, dan daun. Dalam motif ini terjadi penurunan timbale-menimbal secara
tradisi, terjadi perubahan dan variasi pada motif-motif batik, salah satunya adalah
bentuk ornamen pohon hayat dalam motif batik. Berikut ini contoh-contoh
- Pohon hayat terdapat pada motif batik semen rama, masih berupa bentuk
lengkap, bagian batang,, bunga kuncup dan daun, akar bahkan ada bunganya.
- Pohon hayat dengan bentuk bervariasi, terutama pada bentuk dahan terdapat
pada sido-mulya
- Bentuk pohon hayat yang digambarkan berpangkal pada dahan dan bervariasi
semen Tokol.
c. Ornamen Tumbuhan
misalnya bunga, sekelompok daun atau kuncup, atau rangkaian dari daun dan
bunga. Pada motif batik klasik ornamen tumbuhan memegang peranan, baik
ini disebut lung-lungan, dalam seni ornamentik disebut piling atau spiral.
Pada motif batik ornamen tumbuhan terdapat dalam golongan motif semen
dan motif-motif geometris, yaitu pada golongan motif genggong dan ceplok
digambarkan penampang dari buah, bunga atau susunan daun, biasanya tersusun
Pada motif batik klasik, tumbuhan disusun bersama dengan ornamen yang
lai seperti: meru, burung garuda, pohon hayat dan binatang,. Motif-motif semen
menonjolkan ornamen tumbuhan dalam motif, motif tersebut diberi nama seperti
nama tumbuhan seperti Lung Anggur, lung Gadung, Lung Pakis, Lung Klewer,
Garuda adalah suatu mahluk khayalan atau mitos, suatu bentuk yang
digambarkan pula sebagai garuda. Pada motif batik, ornamen garuda digambarkan
sebagai bentuk stilir dari burung Garuda, suatu bentuk burung yang perkasa
- Bentuk dua sayap lengkap dengan ekor, seperti gambar burung merak-
“mirong”.
- Garuda digambarkan dengan satu sayang. Bentuk ini seolah-olah
pangkal sayap digambarkan kepala burung atau kepala burung raksasa atau
Ornamen garuda dalam motif batik sangat terkenal, hampir menjadi cirri
Salah satu contoh bentuk garuda didaerah Pantai Uatara Jawa atau daeran lain,
sayap dan ekor, tetapi bagian sayap dan ekor sudah menyerupai bentuk daun.
Suatu gambaran bahwa sayap garuda merupakan bagian dari semacam burung
tetapi kepala burung itu berupa kepala naga atau kepala raksasa.
e. Ornamen Burung
burung dipakai sebagi ornamen pokok dan dipakai sebagai ornamen pengisi.
- Burung tipe merak, yaitu kepala terdapat jengger, sayapnya seperti sayap
garuda, bentuk terbuka, ekor sayap tidak menggelombang. Ornamen tipe ini
- Ornamen burung tipe burung phoenix, digambarkan dengan bulu panjang dan
terdapat pada motif ceplok atau motif yang lain. Burung sebagai ornamen pengisi
- Bentuk ornamen burung, tipe sederhana, menyerupai tipe phoenix, sayap dan
phoenix, yaitu pada sayap terdapat bulu panjang. Ornamen burung ini
pada kain batik motif sido luhur dari yogya, tipe burung ini diambil dari
terdiri dari lantai dasar dan atap. Bentuk bangunan ini terdapat pada relief candi
(candi Jawi dan candi Jago) serta pada kompleks makam Ratu Kalinyamat
mantingan dekat Jepara (tahun 1559 AD). Bentuk dan gambaran bangunan ini
semacam bentuk bagian tumbuhan. Variasi lain terdapat pada tingkatan dari
bagian dasar, dari satu tingkat sampai tiga tingkat. Contoh-contoh bentuk
- Ornamen bangunan, dua tingkat dan bagian bawah terdapat untaian, terdapat
Ornamen lidah api dalam seni batik digambarkan dengan dua macam bentuk:
- Sebagai deretan nyala api, dipakai sebagai hiasan pinggir atau batas antara
bidang bermotif dan bidang tidak bermotif. Bentuk ini dalam pembatikan
- Bentuk yang lain berupa deretan ujung lidah api membentuk seperti
dapat mempengaruhi watak manusia. Pada pengertian empat unsure hidup (bumi,
geni, angin), api sebagai unsure kedua bila dikuasai, dikembangkan, dan
dikendalikan akan menjadi watak pemberani dan pahlawan, tetapi bila tidak
- Ornamen lidah api bagian dari bentuk cemukiran atau modang, biasanya
terdapat pada kain yang mempunyai “blumbangan” seperti pada kain dodot,
ngigel.
- Lidah api bentuk sederhana, terdapat pada motif batik Semen Ngreni.
- Bentuk ornamen lidah api terdapat pada motif batik Semen Rama
- Bentuk ornamen lidah api terdapat pada motif batik Semen Candra.
- Ornamen lidah api, terdapat pada motif batik cuwiri kembang.
h. Ornamen Naga
Naga adalah ular besar, mempunyai kekuatan luar biasa dan sakti. Ular
besar ini digambarkan dengan bentuk kepala raksasa memakai mahkota, bersayap,
bersayap dan berkaki. Dua naga disusun simetris sehingga menyerupai ornamen
garuda atau bentuk lainnya. Ornamen naga adalah bentuk khayalan, seperti halnya
pada motif lain sebagai “ceplokan’ pada motif Parang Rusak, motif ini diberi
nama Parang Rusak Naga. Ornamen naga kita jumpai pada motif-motif Semen
yang klasi, penciptaan motif semen pada waktu belakangan jarang menggunakan
ornamen naga. Dalam pengertian simbul, naga melambangkan dunia dibawah air,
perempuan, bumi, yoni, pintu dan musik. Contoh-contoh ornamen naga dalam
- Bentuk naga kepala raksasa dan berjambul, terdapat pada Semen srikaton.
- Bentuk naga kepala bermahkotadan badan sedikit berlengkung, terdapat pada
digambarkan dalam pornamen seni berupa Lembu, Kijang, Gajah, Singa atau
khayalan, misalnya singa bersayang, gajah bersayap, kuda atau lembu berbelai,
atau binatang dengan ekor berbunga. Motif batik dari daerah Yogya dan Solo
ornamen binatang digambarkan secara stilir yaitu bentuk khusus dalam motif
batik. Didaerah pembatikan yang lain, terutama daerah pantai Utara Jawa,
57
binatang digambarkan maya atau bentuk nyata. Ornamen binatang ini terdapat
pada motif batik klasik, terdapat pula pada motif-motif semen ciptaan baru.
ini terdapat pula bentuk-bentuk yang aneh, seperti ekor seperti daun, dirangkai
ini terdapat pada motif batik golongan semen dan golongan ceplok, dan sedikit
terdapat pada ganggong dan lereng. Pada umumnya berfungsi sebagai ornamen
58
pokok, ada pula sebagai pengisi bidang meskipun jumlahnya sedikit yang kita
kupu
- Ornamen bentuk binatang dengan sayap berkatup kedepan dan kebelakang,
bentuknya lebih kecil dan lebih sederhana, sedang yang digambarkan dapat
tumbuhan, seperti kuncup, daun, bunga atau lung-lungan. Dalam satu motif,
ornamen pengisi itu dapat hanya satu macam ornamen pengisi, dapat pula diisi
mentik, sebagai ornamen pengisi berupa lung-lungan saja, sedang pada motif naga
bisikan dan naga puspa sebagai ornamen pengisi berupa lung-lungan, kupu dan
burung dengan bentuk kecil. Berikut ini beberapa contoh ornamen pengisi:
unsure-unsur motif yaitu ornamen utama dan ornamen pengisi. Keduanya diberi
yang sudah jarang dijum[ai dalam susunan motif batik. Bentuk-bentuk isen yang
masih banyak kita jumpai dalam motif-motif yang berkembang sampai saat ini,
anatara lain:
- cecek-cecek
- cecek-pintu
- sisik-melik
- cecek-sawut
- cecek-sawut daun (bentuk megar
- herangan
- sisik
- gringsing
- sawut
- gelaran
- rambutan atau rawan
- sirapan
- cacah-gori
c. Pengisian Ornamen
kerangka saja, sehingga didalam penyelesaiannya peerlu diberi isen dupaya motif
Pola untuk kain batik tulis, pola untuk batik tulis, yang memulai dan
contoh beberapa ornamen diberi isen. Cara pengisian ornamen dari bentuk
tertentu. Pada batik cap, penempatan isen ditentukan pada saat membuat rencana
60
cap (isen telah diisikan atau ditempatkan pada cap).pada penyelesaian pola
batik (1a), dalam penyelesaiannya diberi isen seperti (1b) pada atap
ditempatkan motif sirapan, pada tutup atap dengan cecek-sawut dan pada
pitu, pada daun diisi dengan cecek-sawut, pada daun kecil atau kuncup diisi
dengan cecek. Ornamen setelah diisi menjadi bentuk yang indah (2b).
- Pada ornamen kerangka bentuk burung (3a), bulu pada sayap digambarkan
lengkung dan runcing, badan burung diisi titik, dan sayapnya diisi dengan
dengan cecek-sawut.
menyusun suatu motif berdasarkan pengetahuan seni batik yang sudah dipelajari,
mengusahakan terciptanya keindahan visual dan jiwa dari motif yang kita
ciptakan. Jiwa motif adalah arti atau makna dari motif tersebut secara
keseluruhan. Jiwa atau simbul yang terkandung dalam suatu motif, sesuai dengan
sifat.tinggi rendahnya nilai ajaran keutamaan ini tergantung dari pada pencipta
61
sendiri. Lambing unsur-unsur hidup itu bila dihubungkan dengan seni ornamentik
- Unsur bumi, digambarkan dengan ornamen meru, simbul warna hitam, jika
dengan warna merah, bila tidak dikendalikan akan menjadi pemarah, bila
kearah sifat pembohong, tetapi bila dikendalikan akan menjadi sifat jujur dan
kesatria.
- Unsur angina tau maruta (udara), digambarkan dengan ornamen burung,
dapat digambarkan dengan motif yang tersusun dengan 5 ornamen pokok, yaitu
garuda sebagai lambing Kuasa dan Sumber Hidup, Meru sebagai lambing unsure
Bumi, Lidah –api sebagai lambing Geni, Ular sebagai lambing Banyu dan Burung
sebagai lambing Angin. Motif ini kita beri nama motif batik Semen Panca Murti,
- Tentukan ornamen-ornamen pokok dalam motif, dan susun menurut letak dan
kurang memuaskan susun sekali lagi, bila sudah memuaskan teruskan dalam
kalsik disusun berdasarkan ragam hias yang sudah baku, dimana susunanya
tertentu yang merupakan unsur pokok. Ornamen ini sering kali dijadikan nama
bidang diantara motif utama. Bentuknya lebih kecil dan tidak turut
membentuk arti atau jiwa dari pola batik itu. Motif pengisi ini juga disebut
ornamen selingan
- Isen-isen, gunanya unutk memperindah pola batik secara keseluruhan.
Komponen ini bisa diletakkan untuk menghias motif utama maupun pengisi,
dan juga untuk mengisi dan menghiasi bidang kosong antara motif-motif
tertentu sesuai bentuknya. Dan tidak jarang nama isen ini ditertakan pada
Batik modern pada umunya bercorak suatu susunan tidak teratur dan tidak
berulang, tetapi dalam tata hias indah. Kerangka dasar batik modern yang dicipta
oleh seniman secara lukis spontan dengan melukiskan lilin batik ditatas mori,
hiasan disekitarnya.
Unsur isen dan hiasan pada batik modern ini ada yang berupa unsure isen
dari batik klasik, ada pula unsur-unsur yang tidajk terdapat pada batik klasik,
sedang penempatan isen tidak terikat oleh bentuk-bentuk dari pola dasar batik
modern. Contoh-contoh diberikan beberapa unsure isen dan hiasan yang sering
anatara batik dan border (sulam), maka kain ini disebut “batik bordir” atau
“batikbordel”.hiasan dan isen dari batik border ini berupa titik-titik dan garis.
Titik-titik tersusun pada bidang sekitar suatu bentuk atau ornamen, pada bidang
dekat bentuk itu rapat letaknya, makin jauh dari bentuk atau ornamen makin
berjauhan, sehingga tampak makin jauh makin tipis. Batik ini hanya dengan satu
warna, kemudian dibordir dengan benang border dengan beraneka warna, dan
pohon hayat, garuda, burung, meru, bangunan, tumbuhan, dapat diubah menjadi
64
suatu bentuk ornamen yang mempunyai tipe atau gaya yang lain, gaya dinamis,
- Meru dari ornamen klasik, diubah menjadi meru bentuk berbeda, yaitu
terdapat gaya dinamis, tetapi secara pengertian pokok bentuk baru ini adalah
dinamis dengan diberi variasi seperlunya. Secara umum bentuk baru ini masih
tidak nyata lagi, tetapi orang masih dapat mengerti bahwa ornamen gubahan
api, dapat digubah menjadi bentuk semacam obor atau sesuatu yang menyala
dengan bentuk nyala yang bergaya. Pengertian atau gambaran tentang api
selalu terdapat semacam akar tunjang, maka dapat digubah menjadi bentuk
lain yang masih menggambarkan sebagai gambaran dari pohon yang hidup
- Garuda gaya klasik, baik bersayap satu maupun bersayap dua, dapat digubah
menjadi bentuk dinamis dan sederhana tapi masih dapat dimengerti sebagai
garuda
- Ornamen burung dalam motif-motif klasik mempunyai bentuk khusus, dapat
pula digubah menjadi bentuk sederhana dan dinamis, dalam bentuk ini tidak
- Ornamen-ornamen pokok gaya dinamis ini menjadi suatu motif dengan diberi
ornamen pengisi isen-isen selayaknya yang sesuai dengan gaya dinamis yang
cukup.
2.1.6 Komponen batik
yaitu warna dan garis. Kedua kompobnen inilah yang membentuk batik menjadi
tampilan kain yang indah dan menawarkan tanpa perpaduan warna dan garis yang
serasi dan selaras, tidak mungkin ada hiasan-hiasan maupun corak dan motif yang
sang pembatik.
2.1.7 Warna
gelombang cahaya tersebut. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangani
sebagai berikut:
atau dengan kata lain bukan merupakan warna primer maupun sekunder.
Warna dapat diperoleh dengan bermacam cara. Zat pewarna dapat dibedakan
menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil, terbagi menjadi dua, yaitu:
- Zat pewarna alam, diperoleh dari alam, yaitu berasal dari hewan (lac dyes)
atau pun tumbungan berasal dari akar, batang, daun, buah, kulit dan bunga.
Zat warna ini biasanya dibuat secara sederhana dan umumnya memiliki warna
proses selanjutnya.
- Zat pewarna tersebut tidak menimbulkan iritasi bagi pembatik dan pengguna
batik.
warna biru yang diperoleh dari dua pohon nila atau warna merah yang dapat
diperoleh dari akar pohon mewengkudu (mengkudu). Warna coklat tua dapat
diperoleh dari kulit kayu tageran dan kulit kayu soga. Sedangkan warna kuning
dengan cara mencampurkan cairan umbi kunyit atau kayu tegeran dengan sari
banyak warna dapat diperoleh dari bahan alam, pewarnaan batik pada masa
pekalongan Kuno hanya menggunakan dua jenis warna. Pada umumnya, warna
yang digunakan adalah biru dan putih yang merupakan warna dasar kecuali pada
67
bahan warna kimia (indigosol) yang didatangkan dari Cina dan India. Pada masa
seperti warna-warna yang diperoleh dari kulit soga. Namun demikian, lambat laun
pewarnaan dengan menggunakan bahan alam tersebut tidak digunakan lagi dan
beralih kepada pewarna kimia karena mudah dalam penggunaannya (Kusnin Asa,
2006:39).
Experience in dealing With Tademark law, Case Study of Batik SME s” “The
quality of batik’s colors can be assessed from how fast the colors infiltrate into the
cloth, and whether the colors are easily become dull or otherwise. Such
needed and used for colors, are passed on from one craftman/ craftwoman to
his/her following generations. The famous four colors of classical batik are indigo
which results in blue colors, mengkudu from morinda citrifolia for red colors,
tegerang from cudriana javanesis for yellow color, and soga from pelthophorum
warna batik dapat dinilai dari seberapa cepat warna meresap ke dalam kain, dan
apakah warnanya mudah menjadi kusam atau sebaliknya. Pengetahuan dan teknik
tradisional semacam itu pada pewarnaan warna, termasuk bahan yang dibutuhkan
68
generasi berikutnya. Empat warna batik klasik yang terkenal adalah nila yang
menghasilkan warna biru, mengkudu dari morinda citrifolia untuk warna merah,
tegerang dari cudriana javanesis untuk warna kuning, dan soga dari pelthophorum
2.1.8 Garis
Garis adalah suatu hasil goresan diatas permukaan benda atau bidang
gambar. Garis-garis inilah yang menjadi paduan dalam penggambaran pola dalam
Garis inilah yang membentuk corak dan motif batik sehingga menjadi
yang menjadi panduan ini, tidaklah mungkin terbentuk pola-pola batik yang
sesuai. Garis-garis tersebut akan dibentuk dan dikreasikan sesuai dengan motif
Jauharorun Nuriya (2016), Siti Nurohmah (2014), Khotibul Umam, dkk (2017),
69
Elisabeth Denis Septiani and Suyoto (2010), dan Veronica S Moertini and benhard
Sitohang (2005)
Warna Batik Mega Mendung di Kawasan Sentra Batik Trusmi Cirebon Jawa
mega mendung di Kawasan Sentra Betik Trusmi Cirebon, Jawa Barat. Jenis
motif dan warna batik mega mendung seperti awan bergumpal dan mendominasi
dikombinasikan dengan cirri khas motif batik dari Cirebon seperti singa barong,
dibuat secara manual digambar oleh pemilik toko dan pengrajin. Motif mega
mendung terdiri dari ornamen utama, ornamen tambahan, dan isen-isen. Warna
yang digunakan pada mega mendung awalnya adalah bang biru (merah biru)
dengan latar kain berwarna merah dan gradasi biru pada motifnya. Setelah terjadi
biru, ungu, hijau, dan lain-lain. Pewarna yang digunakan pada mega mendung
pembahasan tentang hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu pengujian terdapat
pengaruh yang signifikan antara perkembangan industri batik tulis terhadap motif
statistic product moment person dan analaisis regresi linier dengan menggunakan
tariff signifikan 1%. Temuan penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan
sebesar 0,273% atau 27,3% untuk satu variable yaitu perkembangan industri batik
Indonesia (ISI) Yogyakarta 2014, tentang Seni Kerajinan Batik Jlamprang dalam
sesuai teks dan konteksnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika
perubahan dan perkembangan seni kerajinan batik jlamprang karena adanya faktor
71
teknologi serta media informasi dan faktor internal yaitu kreativitas dan inovasi
perajin serta adanya tokoh perajin kreatif. Kedua faktor tersebut mempengaruhi
secara bersama-sama pada seni kerajinan batik jlamprang sehingga produk batik
strukturnya.
Batik also has a high philosophy, which the motif and colour reflect the character
Madurese Batik by identifying the impression of Madurese Batik motif taken from
several literature books of Madurese Batik and also the results of observation of
Application searching of Madurese Batik image has two ways of searching, those
are based on the image input Madurese Batik and based on the input of
72
impression Madurese batik. We use 202 madurese batik motifs and use search
on color, the average precision 90%, (2) based on shape, the average precision
85%, (3) based on aggregation, the average precision 80%, the conclusion is the
color as the best feature in image query. While the performance results using
based on the impression query are: (1) based on color, the average value of true
6.7, total score 40.3, (2) based on shape, the average value of true 4.1, total score
24.1, and (3) based on the aggregation, the average value of true 2.5, the total
score is 13.8, the conclusion is the color as the best feature in impression query.”
2017 dalam Jurnal berjudul "Semantic Madurase batik Search Dengan cultural
memiliki filosofi tinggi, yang motif dan warnanya mencerminkan karakter orang
Madura. Batik Madura memiliki motif yang berguna sebagai sarana komunikasi
Batik Madura dengan mengidentifikasi kesan motif Batik Madura yang diambil
dari beberapa buku sastra Madura Batik dan juga hasil pengamatan ahli atau
pengrajin yang mengerti tentang Batik Madura. Penelitian ini mengusulkan suatu
pendekatan baru untuk membuat aplikasi yang dapat mengidentifikasi kesan Batik
73
fitur warna, dan menggunakan Hu Moment Invariant untuk ekstraksi fitur fitur.
Aplikasi pencarian citra Madura Batik memiliki dua cara pencarian, yaitu
berdasarkan masukan gambar Batik Madura dan berdasarkan masukan dari kesan
batik Madura. Kami menggunakan 202 motif batik madura dan menggunakan
teknik pencarian berdasarkan warna, bentuk dan agregasi (kombinasi warna dan
digunakan: (1) berdasarkan warna, presisi rata-rata 90%, (2) berdasarkan bentuk,
presisi rata-rata 85%, (3) berdasarkan agregasi, presisi rata-rata 80%, kesimpulan
adalah warna sebagai fitur terbaik dalam kueri gambar. Sedangkan hasil kinerja
nilai rata-rata true 6.7, total skor 40.3, (2) berdasarkan bentuk, nilai rata-rata true
4.1, total skor 24.1, dan ( 3) berdasarkan agregasi, nilai rata-rata true 2.5, total
skor adalah 13,8, kesimpulannya adalah warna sebagai fitur terbaik dalam query
tayangan. ”
Edge Detection Method using Elisabeth Method case Study Javanes Batiks”
Sobel Method. This new method is complementary between Prewitt and Sobel
have some benefits that are: (1) Prewitt has good method in handling straight
line. (2) Using Prewitt method giving the result a noise reduction. The matrix X is
is the first matix and this matrix is very important to the result. Matrix X is the
74
main matrix. If we use Prewitt as the first matrix than the result must be less noise
and having good edge detection in handling straight vertical line. The matrix Y is
modification of Sobel matrix. Sobel matrix is quite simple and easy to modificate.
The Sobel method give result with more noise but quite good in detecting curve
Method are: (1) Good in detecting straight vertical and horisontal line. (2)
Reduce noise so the result is clearer. (3) For curve line the result is better and
clear. (4) When the color have similarity of color with neighborhood pixel the
edge detection result is not really clear. (5) This method is complementary
Prewitt and Sobel Method.”Artinya Elisabeth Denis Septiani dan Suyoto. 2010
adalah menggabungkan antara Prewit dan modifikasi Metode Sobel. Metode baru
ini saling melengkapi antara kelebihan dan kekurangan Prewitt dan Sobel. Prewitt
diberikan dalam matriks X karena Prewitt memiliki beberapa manfaat yaitu: (1)
Prewitt memiliki metode yang baik dalam menangani garis lurus. (2)
X adalah deadx pertama dan matriks ini sangat penting untuk hasilnya. Matriks X
adalah matriks utama. Jika kita menggunakan Prewitt sebagai matriks pertama
maka hasilnya pasti lebih sedikit noise dan memiliki deteksi tepi yang baik dalam
memberikan hasil dengan lebih banyak noise tetapi cukup baik dalam mendeteksi
garis kurva. Metode Elisabeth menggabungkan kedua metode. Hasil dari Metode
Elisabeth adalah: (1) Bagus dalam mendeteksi garis lurus vertikal dan horisontal.
(2) Mengurangi kebisingan sehingga hasilnya lebih jelas. (3) Untuk garis kurva
hasilnya lebih baik dan jelas. (4) Ketika warna memiliki kesamaan warna dengan
piksel lingkungan, hasil deteksi tepi tidak benar-benar jelas. (5) Metode ini adalah
Contrast and Motif” suggests that “In this research,we have explored many
existing methods of clustering and classifying images, use them in our algorithms,
compare the performance of all algorithms. The experiment results show that: (1)
Color-based clustering algorithm works quite well, but further work is needed
especially to search the right combination of H,S,V color component value for the
gray hair owners. (2) Contrast-based algorithm using Haar wavelet also
performs quite well. The issue remains to be solved is how to determine the
images). (3) The best of clustering and classification algorithms based on batik
motif is the algorithm that uses mask (shape-based) and wavelet (texture-based),
but the accuracy is not very high. The main issue in shape-based classifying is
method that could lead to better accuracy. Both groups of algorithms also need to
be improved in dealing with different sizes and angles of ornaments. For better
classifying batik motif, future work should classify batik images based on detailed
motif (kawung, nitik, buketan, semen, etc.) that has specific meaning, as well as
determining the origin of batiks (Pekalongan, Solo, Lasem, etc.), which also
important in finding the meaning of the motif. The algorithms discussed in this
paper might also be used to analyze other textile images but with some
using other type textile image, finding the problems and modifying the algorthms
to solve the problems.” Artinya Veronica S Moertini dan benhard Sitohang. 2005
ini, kami telah menjelajahi banyak metode yang ada mengelompokkan dan
bahwa: (1) algoritma pengelompokan berbasis warna bekerja cukup baik, tetapi
pekerjaan lebih lanjut diperlukan terutama untuk mencari kombinasi yang tepat
dari H, S, V nilai komponen warna untuk pemilik rambut abu-abu. (2) algoritma
segmen dengan segmen gambar). (3) Yang terbaik dari pengelompokan dan
tidak terlalu tinggi. Masalah utama dalam klasifikasi berdasarkan bentuk adalah
metode yang lebih baik yang dapat menghasilkan akurasi yang lebih baik. . Kedua
dan sudut ornamen. Untuk mengklasifikasikan motif batik yang lebih baik,
motif rinci (kawung, nitik, buketan, air mani, dll) yang memiliki arti khusus, serta
menentukan asal batik (Pekalongan, Solo, Lasem, dll.) ), yang juga penting dalam
menemukan makna motif. Algoritma yang dibahas dalam makalah ini juga dapat
batik di kota Pekalongan dari tahun ke tahun sentasiasa berubah, sehingga Batik
Nulaba sebagai Home Industry juga melakukan penyesuaian pada jenis motif,
pewarnaan.
Motif batik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari industri batik di
jenis motif yang digunakan dahulu dan sekarang, penamaan motif, dan
perkembangan dimulai dari zat warna yang digunakan, kombinasi zat warna, dan
batik Nulaba bisa dilihat dari kehalusan garis pada motif batik dan klowongan
perkembangan teknologi yang ada. Perkembangan motif batik yang terakhir dapat
dilihat pada teknik pembatikan yang disesuaikan dengan selera konsumen dan
kualitas pewarnaan yang lebih efisien sehingga industri Batik Nulaba senantiasa
Motif Batik
Warna