Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN SENI RUPA KARYA BIRANUL ANAS ZAMAN,

SUATMADJI DAN ARFIAL ARSAD HAKIM DENGAN


PENDEKATAN ESTETIKA

Oleh
Yolandita Angga Reza
22224251006

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SENI


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
A. PENDAHULUAN
Estetika: Berasal dari kata aisthesis, yang berarti persepsi indrawi (The Liang
Gie, 1976:15). Estetika etimologis adalah teori yang berhubungan dengan ilmu
persepsi. Persepsi panca indera sebagai titik tolak pembahasan estetika didasarkan pada
anggapan bahwa persepsi keindahan pertama kali muncul dari rangsangan panca
indera. Istilah estetika sebagai "ilmu seni dan keindahan" pertama kali diperkenalkan
oleh filsuf Jerman Alexander Gottlieb Baumgarten, yang hidup dari tahun 1714 hingga
1762. Meskipun diskusi tentang estetika sebagai ilmu baru dimulai pada abad ke-17,
konsep keindahan dan seni sudah ada sejak Yunani kuno dan disebut "keindahan",
diterjemahkan sebagai "filsafat keindahan". Studi tentang keindahan dalam seni sering
disebut filsafat seni. Kenikmatan estetika seni adalah bidang filsafat seni. Kenikmatan
estetika seni adalah bentuk ontologi dalam seni. Di situlah letak proses estetika manusia
dalam menangkap estetika seni.
Estetika seni adalah kualitas dasar dari sebuah karya seni. Manusia
mempersepsikan isyarat estetis sebagai seperangkat atau rangkaian kerja dari rasa. Seni
menunjukkan keindahan mentah dan orang-orang menangkapnya. Proses menangkap
estetika merupakan proses filosofis. Filosofi di sini mengasumsikan proses manusia
yang panjang. Rasa memainkan peran penting di sini. Di samping makna, terdapat ilusi
tentang diri manusia sebagai kualitas fundamental karya seni. Selain indera, terdapat
fantasi manusia sebagai makhluk yang memiliki indera estetis, dengan kadar yang
berbeda-beda.
Dibahas dalam penelitian ini, pada studi estetika mengenai beberapa karya seni
yang telah dibahas pada penelitian terdahulu dengan mengeksplorasi masalah terlebih
dahulu dan pendekatan yang telah digunakan peneliti sebelumnya. Analisis kajian
karya ilmiah ini bertujuan untuk mengeksplorasi isi dan persamaan tentang informasi
pada sebuah karya seni, seperti tapestri dan seni lukis.

1
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
menganalisis jurnal yaitu dianalisis dan diperhatikan untuk menemukan esensi utama
dari penelitian/jurnal sebelumnya yang telah dipublikasikan dan kemudian
menggabungkan ide dari jurnal dengan ide atau gagasan dari penganalisis.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karya seni tapestri oleh Biranul Anas.
Dalam penelitian ini, penulis mengungkapkan satu seni serat (Fiber Art) yaitu
Tapestri. Tapestri secara inheren memiliki sifat berbeda dari karya seni lain. Karena
karakteristik bahannya, tapestri menggunakan serat yang lembut dan lentur sebagai
bahan utama, dan secara intuitif menangkap elemen rasa, ekspresi, warna, dan unsur
psikologis untuk menciptakan keindahan. Kemudian dari segi visualisasi atau tampilan,
pada tapestri terdapat efek pembiasan dan pemantulan cahaya dari permukaan yang
tidak berpori ke lukisan, tetapi ke benang. Sehingga menciptakan penyebaran cahaya
dan menciptakan estetika yang lebih menarik. Dengan demikian cahaya akan menyebar
dan menghasilkan estetika yang lebih menarik. Penelitian yang dilakukan
menggunakan pendekatan estetika yang berpusat pada konsep penciptaan dari seni
serat tapestri Biranul Anas Zaman. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kulitatif yang menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Yang bersifat deskriptif
analisis dengan pendekatan estetika.
Pada kegiatan analisis karya tapestri Biranul Anas Zaman, pendekatan yang
digunakan oleh penulis adalah pendekatan estetika dengan menggali unsur – unsur rupa
terhadap karya yang berupa garis ruang (space), bentuk (shape form), warna (colour)
dan tekstur (texture) yang menjadi satu kesatuan (unity) pada karya tapestri yang
dihasilkan.
Biranul Anas Zaman meneliti secara mendalam penguasaan teknik yang digali
melalui literature buku asing dan korespondensi dengan seniman serat asing seperti
The Victorian Tapestry Workshop Melbourne, Australia. Tahun 2006 - 2010, Biranul

2
Anas fokus pada aspek tematik dari karyanya, yang menunjukkan penguasaan teknis
yang matang. Berbagai bentuk, garis, warna dan tekstur disajikan di karya tapestri oleh
Biranul Anas Zaman yang menghasilkan bahasa ungkap.
2. Karya lukisan dari Suatmadji dengan tema Save The Children
Penulis telah membatasi dan berfokus pada periode 2004 - 2013, karya-karya
Suatmadji dengan tema "save the children" karena itu akan menjadi bahan refleksi
manusia untuk lebih dekat dengan pencipta dan mengingatkan kita bahwa hanya Allah
penguasa alam semesta, kita wajib menjaga dan merawat alam yang kita cinta, serta
keberadaan anak, terutama tentang keberadaan anak di Indonesia. Karya Suatmadji
periode 2004-2013 dengan tema save the cildren layak untuk dipelajari dengan tujuan
untuk mendapatkan informasi mengenai latar belakang karya, juga tentang proses
penciptaan dan tentang nilai estetika, penilaian/tanggapan yang diakukan oleh
pengamat seni. Juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk seniman.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
yang bersifat deskriptif dengan analisis yang menggunakan pendekatan estetika dengan
teori Monroe Beardsley. Metode analisis data menggunakan model analisis interaktif
(miles and Huberman, 1984). Yaitu mengumpulkan data serta melakukan reduksi data.
Untuk menganalisis karya lukisan dari Suatmadji, teori yang digunakan oleh penulis
adalah teori/pendekatan estetika oleh Monroe Beardsley yaitu : - Kesatuan (unity) –
Kompleksitas – Intensitas. Dapat disimpulkan bahwa seniman Suatmadji adalah
seniman yang manggunakan teknik mixed media dengan gaya seni lukis kontemporer.
menggunakan medium readymade (barang jadi). Tahap terakhir yang dilakukan adalah
proses penciptaan terakhir yaitu tahap proses pembuatan karya yang dapat dimulai
dengan proses pematangan konsep, perenungan, melihat, eksperimen ataupun finishing
akhir yang menghasilkan bentuk karya. Semua karya dari Suatmadji selalu memiliki
pengaharapan tentang kesederhanaan, kejujuran kedamaian, untuk kehidupan
masyarakat yang dikaitkan dengan konsep jawa sebagai pendidikan budi pekertinya.
Melalui metode analisis Interpretasi pada karya lukisan Suatmadji diketahui
bahwasa karya lukisan dari Suatmadji dengan tema Save The Children pada tahun

3
2004-2013 menggunakan asas informal (tidak simetris) sebagai asas untuk
mengekspresikan arti atau makna untuk memudahkan penikmat dalam memahami dan
mengerti karya lukisan dari Suatmadji.
3. Lukisan karya Arfial Arsad Hakim
Lukisan karya Arfial Arsad Hakim memilki ciri khas dengan memiliki karakter
dan tema lukisan yang berhubungan dekat dengan alam, hal tersebut menjadi suatu ciri
khas yang sangat melekat pada Arfial Arsad. Dalam kehidupan nyata kita tidak akan
pernah bisa menemukan alam yang terlukis di karya Arfial Arsad, atau dalam kata lain
kita tidak bisa menemukan lukisan Arfial Arsad yang sesuai dengan alam di dunia
nyata, melainkan alam yang sudah mengalami perubahan bentuk dan warna, yang
membuat lukisan tersebut terlihat lebih simpel dan garisnya yang halus. Karya Arfial
Arsad yang memilki ciri khas yaitu warna yang teduh dan suasana yang lembut. Pada
seluruh karya lukisan ciptaan Arfial Arsad tidak memperlihatkan sosok manusia.
Ditinjau dari bentuk, warna, dan gayanya, karya lukis pemandangan yang diciptakan
oleh Arfial Arsad Hakim berbeda dari lukisan pemandangan pada umumnya. Karena
perbedaan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti karya lukis dari Arfial Arsad dari
segi unsur dan bentuk serta visualisasinya.
Dalam pengkajian seni lukis Arfial Arsad Hakim, penulis menggunakan teori
Weitz Morris, disebut juga sebagai teori organis sesuai dengan ciri organis dari karya seni
yang menganut pendirian isi dari karya seni adalah semua unsur dari karya seni lukis
tersebut. Beberapa unsur tersebut adalah garis, bentuk, tekstur, warna, perspektif dan
gradasi (Darsono, 2004).
Seni lukis karya Arfial Arsad Hakim telah mengalami perubahan dengan
penyederhanaan di bagian bentuk dan warna. Lukisan tersebut dikaji dengan
menggunakan teori Weitz Morris bahwa isi dari karya seni adalah segala unsur dari
karya seni tersebut. Garis yang ditampilkan dalam karya seni lukis Arfial divisualkan
lembut dan halus. Bentuk yang ditampilkan dalam karya Arfial Arsad Hakim
divisualisasikan melalui kesederhanaan dalam bentuk dan lebih simpel. Tekstur karya
Arfial Arsad Hakim dihasilkan dari pisau palet yang dapat memberikan kesan yang

4
kuat dan kokoh. Warna yang diciptakan dari karya seni lukis Arfial Arsad Hakim
ditampilkan dengan menggunakan warna yang bernuansa biru, hijau, putih agar
terkesan dingin dan sejuk, meskipun terdapat karya lukisan yang baru dibuat oleh
Arfial Arsad yang telah diberikan warna kuning ke dalam karya lukisnya. Perspektif
yang digunakan oleh Arfial Arsad dominan menggunakan perspektif mata burung,
perspektif mata katak dan perspektif mata normal. Gradasi/ pencahayaan yang
ditampilkan pada karya Arfial dengan bentuk pencahayaan yang lembut, gradasi tipis
dan semu, gradasi antar warna divisualisasikan lembut.
Pendapat dari pengamat seni tentang lukisan alam yang diciptakan oleh Arfial
Arsad Hakim terlihat berbeda dari pelukis lainnya. Perbedaan tersebut terlihat dari segi
bentuk dan komposisi yang memberikan unsur ketenangan dan kelembutan, akan tetapi
hal tersebut berbanding terbalik dengan sikap dan sifat pribadi Arfial Arsad yang teguh
dan keras.
D. SIMPULAN
Pendekatan estetika dalam mengkaji karya seni rupa dapat mempermudah
peneliti atau kurator untuk membaca dan mempermudah dalam pengkajian karya seni
rupa yang diciptakan oleh perupa. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh kurator
ketika mengkaji sebuah karya rupa, yaitu dapat mengetahui beberapa unsur yang
mendasari yang perlu dikuasai, seperti pada peneliti di atas.
Beberapa unsur tersebut akan menjadi suatu kerangka berfikir dalam
mengambil makna atau arti yang terkandung di dalam karya seni rupa dan juga
mengetahui informasi sejarah dari perupa dan karya yang telah diciptakan.
Dalam ketiga penelitian tersebut sama-sama menggunakan pendekatan estetika
untuk menganalisis karya ketiga seniman, tetapi terdapat perbedaan yang terletak pada
konsep, teori ataupun pada bagian yang dikaji, walaupun tujuannya sama yaitu untuk
mengetahui informasi karya seni dari seniman dengan pendekatan estetika.
1. Penulis menggunakan pendekatan estetika yang menggali unsur – unsur rupa pada
karya tapestri Biranul Anas Zaman, yang terdiri dari:
- Garis ruang (space),

5
- Bentuk (shape form),
- Warna (colour) dan
- Tekstur (texture) .
yang menjadi satu kesatuan (unity) pada karya tapestri yang dihasilkan.
2. Penulis menggunakan teori/pendekatan estetika oleh Monroe Beardsley dalam
menganalisis karya lukisan Suatmadji, yaitu menggali :
- Kesatuan (unity),
- Kerumitan (complexity), dan
- Kesungguhan (intensity).
3. Penulis menggunakan teori Weitz Morris untuk mengkaji seni lukis Arfial Arsad
Hakim, beberapa unsur tersebut adalah :
- Garis - Warna
- Bentuk - Perspektif
- Tekstur - Gradasi
(Darsono,2004)
Dari ketiga karya ilmiah tersebut dapat dilihat unsur yang sama dalam
pengkajian estetika dari karya seni seorang seniman. Seperti unsur kesatuan (unity)
yang menjelaskan informasi mengenai garis, bentuk, tekstur dan warna. Tetapi ada juga
beberapa unsur yang tidak dimiliki pada hasil penelitian yang lain yaitu gradasi,
perspektif, kerumitan dan kesungguhan.

Anda mungkin juga menyukai