Dosen Pengampu :
Dr. Kartimi, M.Pd
Disusun Oleh :
1. Maulidiningsih (2108111002)
2. Novita Sari (2108111004)
3. Rahmawati Sigma Fitriani (2108111010)
4. Safitri Awalliyah (2108111012)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini
disusun sebagai pendukung proses belajar mengajar (perkuliahan) Mata Kuliah Kimia Dasar 1
dan membuka wawasan mahasiswa pada Jurusan Tadris Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Institust Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon untuk lebih peka
terhadap pengelolaan limbah di lingkungan sekitar.
Dalam penulisan laporan ini tentunya kami tidak terlepas dari kesulitan dan masalah
dalam pengerjaannya, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak maka kesulitan dan
masalah tersebut dapat teratasi. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Dr. Hj. Ria Yulia Gloria, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Kimia,
2. Ibu Dr. Kartimi, M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar 2,
3. Bapak Katura A.R, selaku Narasumber dan Pemilik Sanggar Batik Katura,
Akhir kata, kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi penyempurnaan laporan penelitian ini dan semoga laporan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Batik ...........................................................................................................3
2.2 Alat dan Bahan Pembuatan Batik ............................................................................3
2.3 Korelasi Batik dengan Bahan Kimia........................................................................5
2.4 Reaksi Kimia dalam Proses Pembuatan Batik .........................................................6
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................12
3.2 Teknik Analisis Data...............................................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Penelitian .....................................................................................................15
4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................................15
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .................................................................................................................17
5.2 Saran .......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
2. Canting, merupakan salah satu alat utama yang sudah kami terangkan di artikel “2
senjata legendaris batik tulis“, tanpa canting sebagai alat melukis motif, batik tulis
bukanlah batik tulis tradisional dan yang dibanggakan bangsa Indonesia.
3. Malam atau Lilin Batik, Malam juga salah satu bahan utama pembuatan batik tulis
hanya saja malam tidak hanya di gunakan untuk membuat batik tulis tapi juga
menjadi salah satu pembuatan batik cap. Malam atau lilin batik ini secara garis besar
berfugnsi untuk menutupi bagian tertentu agar tidak terkena pewarna atau bisa juga
disebut sebagai perintang, untuk lebih lengkapnya tentang malam anda bisa baca di
artikel “Malam atau Lilin Untuk Membatik“.
4. Zat Pewarna, Untuk pembuatan batik terdapat dua jenis zat pewarna yang bisa
dipakai, zat pewarna alami dan sintetis/buatan, masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan. Untuk industri batik saat ini sebagian pembatik lebih banyak
menggunakan zat pewarna sintetis karena lebih praktis, bahan mudah didapat,
murah dan terdapat banyak pilihan warna.
5. Wajan dan kompor kecil, berfungsi untuk memanaskan atau mencairkan
malam/lilin batik.
6. Gawangan, fungsinya untuk penyangga kain saat proses membatik berlangsung.
Gawangan batik ini bisa terbuat dari kayu ataupun bambu. Untuk para juragan batik
jaman dulu biasanya memiliki gawangan yang diberi motif hiasan pada bagian
atasnya. Biasanya berupa ukiran kayu yang membentuk motif tertentu seperti naga
ataupun motif lung-lungan (tumbuhan).
7. Dingklik, merupakan kursi kecil terbuat dari kayu, plastik atau apapun sebagai
tempat duduk pengrajin. Biasanya memang proses menggambar batik tulis
dilakukan dengan cara duduk di bawah, tidak dilakukan dengan berdiri
sebagaimana yang dilakukan pengrajin saat membuat batik cap.
8. Bandul, Adalah alat pemberat yang digunakan untuk menahan kain batik agar tidak
mudah bergeser ketika sedang dilukis dengan malam. Bandul ini bisa terbuat dari
kayu, besi atau apapun yang bisa difungsikan sebagai pemberat.
9. Taplak, merupakan selembar kain yang digunakan sebagai alat untuk alas saat
membatik. Alas ini ditempatkan diantara paha dan kain batik agar tidak mengotori
pembatik.
10. Meja kayu, difungsikan untuk meluruskan/meratakan permukaan kain sebelum
dibatik. Selain itu juga bisa digunakan untuk menggambar pola motif batik diatas
kain dengan menggunakan pensil.
Pelorotan ini menggunakan bahan kimia NaOH (soda api), NaNO2 (Soda
Nitrit), NaCl (garam), dan lain sebagainya yang dilarutkan kedalam air yang mendidih
yang kemudian kain tersebut dimasukkan kedalamnya. Bahan-bahan kimia ini dengan
sendirinya lepas karena suhu yang tinggi. Namun dibalik keuntungan dari penggunaan
bahan kimia, pastinya ada kerugian yang didapatkan juga yaitu berupa limbah yang
mempunyai efek samping yang cukup besar. Apalagi limbah yang dihasilkan dari
pembuatan batik ini dominan limbah cair.
2.4 Reaksi Kimia dalam Proses Pembuatan Batik
A. Proses Pembuatan Batik
Teknik membuat batik adalah proses-proses pekerjaan dari permulaan
yaitu dari bahan mori batik sampai menjadi kain batik (Susanto &. Sewan,
1980). Pengerjaan dari mori batik menjadi kain batik dibagi menjadi 2 proses
yaitu proses persiapan dan proses pembuatan batik. Proses persiapan merupakan
rangkaian pengerjaan pada mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat
batik. Pekerjaan persiapan ini meliputi Nggirah (mencuci) atau Ngetel, Nganji
(menganji), Ngemplong (setrika, kalander). Proses pembuatan batik merupakan
pengerjaan dalam pembuatan batik sebenarnya
Garis besar tahap proses pembuatan kain batik adalah sebagai berikut:
(Hamzuri. 1985).
1. Perlekatan Lilin Batik, Lilin batik berfungsi seagai resist (menolak) terhadap
warna yang diberikan pada kain pengerjaan berikutnya. Perlekatan lilin pada
kain untuk membuat motif batik yang dikehendaki, dengan cara di capkan
menggunakan canting cap. Agar dapat dituliskan pada batik, maka lilin batik
perlu dipanaskan dahulu pada suhu ± 60°-70°C.
2. Pewarnaan Batik, Pewarnaan dapat berupa pekerjaan mencelup, coletan
atau lukisan (painting). Pencelupan adalah suatu proses pemasukan zat
warna kedalam serat-serat bahan tekstil, sehingga diperoleh warna yang
tahan luntur. Zat warna yang dipakai dapat berupa zat warna alam yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan atau zat warna sintetis. Zat warna yang
banyak dipakai sebagai pewarna pada pembuatan batik adalah Naptol,
sebagai warna soga, wedelan dan warna-warna lain. Pekerjaan mencelup
dengan Naptol, mengatur kain yang sudah dicelup (mengatuskan kain),
membangkitkan warna dengan larutan garam diazo, mencuci atau membilas
kain yang telah selesai dicelup.
3. Penghilangan Lilin, Penghilangan lilin batik merupakan pekerjaan
penghilangan sebagian pada tempat-tempat tertentu dengan cara ngerok
(ngerik) atau menghilangkan secara keseluruhan dengan cara "melorod"
(disebut juga: Nglorod, ngebyok, mbabar).
B. Persiapan Lilin Batik dan Kain
Pada proses persiapan lilin batik dan kain, adalah pencemaran udara oleh
uap hidrokarbon dari lilin batik yang dipanaskan dan wan hidro Renis pencemaran
yang dihasilkan gas buang yang berupa CO dan CO₂ dari bahan bakar minyak
tanah pada kompor pemanas. Persiapan kain batik meliputi penyediaan mori,
penghilangan kanji, pengelantangan, penganjian tipis, penghalusan permukaan
mori dan pemolaan. Jenis pencemaran dari proses tersebut adalah limbah cair yang
mengandung zat-zat hasil proses seperti, kanji dan zat finishing lainnya. Turkeys
Red Oil (TRO), minyak kacang, soda abu dan kanji
C. Proses Pembatikan
Jenis pencemarannya adalah uap hidrokarbon dari lilin batik yang
dipanaskan dan gas buang dari bahan bajar minyak tanah, berupa CO dan CO2
D. Proses Pewarnaan
Proses pewarnaan dapat dilakukan dengan cara pencelupan dan atau
dengan cara coletan yang masing-masing dilakukan pada suhu kamar. Zat warna
yang sering digunakan dalam pewarnaan batik tercantum pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Zat warna dan zat pembantu untuk pewana batik
Zat Warna Zat Kimia
Napthol Zat warna naphtol, garam naphtol, kostik soda, TRO, kanji.
Indigosol Zat warna indigosol, natrium nitrit, asam klorida, asam sulfat, zat
pembasah, kanji.
Reaktif Zat warna reaktif, garam dapur, soda abu, natrium silikat, zat
pembasah, zat aktif kation, kanji.
Soga Alam Zat warna alam, kapur, tawas, zat aktif kation, kanji.
Indanthren Zat warna indanthrene, kostik soda, natrium hidrosufit, zat
pembasah, garam dapur, hidrogen peroksida, asam asetat, kanji.
Rapid Zat warna rapid, kostik soda, kanji.
Nila Zat warna nila/indigo, tanjung/tetes, abu seng, kapur, kanji.
Zat pewarna yang digunakan pada batik di salah satu industri rumahan di
Sokaraja, Banyumas yaitu naphtol, garam dan indigosol. Diantaranya yang
digunakan adalah naphtol BO untuk menghasilkan warna merah tua dan sedang,
AS untuk merah muda, BO+ASG untuk warna hitam, dan ASG+91 untuk warna
coklat. Indigosol menggunakan 1.B untuk menghasilan warna hijau, dan 40.B
untuk menghasilkan warna biru.
E. Limbah Cair
Air limbah (waste water) adalah air buangan dari masyarakat, rumah
tangga, industry, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Di dalam limbah
cair terkandung zat-zat pencemar dengan konsentrasi tertentu yang bila
dimasukkan ke badan air dapat mengubah kualitas airnya. Kualitas air merupakan
pencerminan kandungan konsentrasi makhluk hidup, energi, zat-zat atau
komponen lain yang ada dalam air. Limbah cair mempunyai efek negatif bagi
lingkungan karena mengandung zat-zat beracun yang mengganggu keseimbangan
lingkungan dan kehidupan makhluk hidup yang terdapat didalamnya (Hamzuri.
1985).
Karakteristik kimia bahan organik dalam limbah cair adalah sebagai
berikut :
1. Protein, merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di
dalamnya tanaman dan hewan bersel satu. Protein mengandung karbon,
hydrogen dan oksigen yang mempunyai bobot molekul sangat tinggi. Struktur
kimianya sangat kompleks dan tidak stabil serta mudah terurai, sebagian ada
yang larut dalam air tetapi ada yang tidak. Susunan protein sangat majemuk
dan terdiri dari beribu-ribu asam amino dan merupakan bahan pembentuk sel
dan inti sel. Di dalam limbah cair, protein merupakan unsur penyebab bau,
karena adanya proses pembusukan dan penguraian oleh bakteri.
2. Karbohidrat antara lain, gula, pati, sculos dan benang-bennag kayu terdiri dari
unsur C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung terdekomposisi oleh
enzim dari bakteri-bakteri tertentu dan ragi menghasilkan alkohol dan gas
CO₂ melalui fermentasi. Fermentasi merupakan proses penguraian metabolik
dari bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi dan gas
yang berlangsung dalam kondisi anaerobik. Metabolisme merupakan
peristiwa pembentukan dan penguraian zat di dalam diri makhluk hidup yang
memungkinkan berlangsungnya hidup. Pati merupakan salah satu karbohidrat
yang relatif lebih stabil, tetapi dapat diubah menjadi gula oleh aktivitas
bakteri. Selulosa merupakan salah satu karbohidrat yang paling tahan
terhadap dekomposisi atau penguraian oleh bakteri. Keberadaan karbohidrat
dalam limbah cair mengakibatkan bau busuk dan turunnya oksigen terlarut
sehingga dapat mengganggu kehidupan biota air.
3. Minyak dan lemak, yang bersifat cair. Keduanya mempunyai komponen
utama karbon dan hydrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam air.
Bahan-bahan tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan manusia dan
bahkan ada dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat lainnya
adalah relatif stabil dan tidak mudah terdekomposisi oleh bakteri. Sifat 33333
AADIY.
4. COD (Chemical Oxygen Demand), adalah banyaknya oksigen yang
diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi. Hasil
analisis COD menunjukkan kandungan senyawa organik yang terdapat dalam
limbah.
5. BOD (Biological Oxygen Demand), adalah jumlah kebutuhan oksigen yang
diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa organik yang
ada dalam limbah. Hasil analisa BOD menunjukkan besarnya kandungan
senyawa organik yang dapat terdegradasi.
6. Fenol, merupakan bahan organik yang mempunyai sifat larut dalam air.
Bahan ini dalam air dapat menyebabkan iritasi yang kuat, racun terhadap kulit
dan dapat menyebabkan gangguan terhadap tenggorokan. Toleransi
pengolahan untuk air limbah industri adalah 5000 mg/L, bila melebihi akan
sulit untuk diuraikan secara biologis. Toleransi maksimum untuk air limbah
adalah 2 mg/L.
F. Karakteristik Limbah Batik
Dalam pembuatan batik, dari proses awal hingga proses penyempurnaan
diindikasikan menggunakan bahan kimia yang mengandung unsur logam berat,
sehingga bahan buangannya juga masih mengandung unsur logam berat tersebut.
Apabila bahan buangan tersebut tidak diolah dengan baik, maka bahan buangan
tersebut dapat mencemari lingkungan.
Karakteristik limbah batik adalah meliputi: (i) karakteristik fisika yang
terdiri atas warna, bau, zat padat tersuspensi, temperatur, dan (ii) karakteristik
kimia yang terdiri atas bahan organik, anorganik, fenol, sulfur, pH. logam berat,
senyawa racun (nitrit), dan gas. Adapun contoh karakteristik limbah industri batik
(industri batik cap khas Palembang) disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 karakteristik air limbah pengolahan batik
Parameter Standar (mg/L) Limbah industri batik (mg/L)
pH 6-9 6
COD 150 4.230
Amoniak total 8 5,47
Fenol total 0,5 0,008
TSSS 50 535
sulfida 0,3 0,040
Crom total 1 0,1385
Besi - 2,0587
Tembaga - 0,2696
Seng - 54,7175
Kadminum - 0,0063
Timbal - 0,2349
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Gambar 2.3
Rumus kimia rhodamin B adalah C28H31CN2O3, I larut dalam air, etanol
namun bersifat sangat toksik. Rhodamin B merupakan reaksi antara satu
molekul phtalat anhidrat atau suksinat anhidrat dengan dua molekul meta-
dietilaminophenol seperti reaksi pada gambar 2.3.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa batik dengan
bahan kimia terdapat korelasi diantara keduanya. Saling berkaitan karena di dalam proses
pembuatan batik terdapat bahan-bahan sintetis atau kimia yang digunakan serta dalam
proses pembuatannya terdapat reaksi kimia didalamnya.
5.2 Saran
Menyadari penulis masih jauh dari kata sempurna, untuk saran dapat berisi kritik atau
saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap isi pembahasan dan
kesimpulan laporan penelitian yang telah dijelaskan untuk motivasi agar bisa lebih baik
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Daranindra. Perencanaan alat bantu Proses Pencelupan Zat Warna dan Penguncian
Warna Pada Kain Bantik sebagai Usaha Mengurangi Interaksi dengan Zat Kimia dan
Memperbaiki Postur Kerja (Studi Kasus: Batik Brotoseno Masaran, Sragen) (Program Studi
Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, 2010).
Hadi, Anwar. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, Sudharto P. 2005. Metodologi Penelitian Sosial : Kuantitatif, Kualitatif dan Kaji
Tindak. Bahan Kuliah : Program Magister Ilmu Lingkungan dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Diponegoro. Semarang.
Hamzuri. 1985. Batik Klasik (Classical Batik).Jakarta: Djambatan.
Honggopuro, Kalinggo. 2002. Batik Sebagai Busana Dalam Tatanan dan Tuntunan.
Yayasan Peduli Keraton.
Susanto, S.K. Sewan. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Balai Penelitian Batik dan
Kerajinan. Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian R.I.
Yogyakarta.
Susanto, S.K. Sewan. 1981. Teknologi Batik Seri Soga Batik. Departemen
Perindustrian R.I. Badan Penelitian Dan Pengembangan Industri. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik. Yogyakarta.
LAMPIRAN