Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MINI RISET

BATIK DAN BAHAN KIMIA

Dosen Pengampu :
Dr. Kartimi, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Maulidiningsih (2108111002)
2. Novita Sari (2108111004)
3. Rahmawati Sigma Fitriani (2108111010)
4. Safitri Awalliyah (2108111012)

PROGRAM STUDI TADRIS KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini
disusun sebagai pendukung proses belajar mengajar (perkuliahan) Mata Kuliah Kimia Dasar 1
dan membuka wawasan mahasiswa pada Jurusan Tadris Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Institust Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon untuk lebih peka
terhadap pengelolaan limbah di lingkungan sekitar.

Dalam penulisan laporan ini tentunya kami tidak terlepas dari kesulitan dan masalah
dalam pengerjaannya, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak maka kesulitan dan
masalah tersebut dapat teratasi. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Ibu Dr. Hj. Ria Yulia Gloria, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Kimia,
2. Ibu Dr. Kartimi, M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar 2,
3. Bapak Katura A.R, selaku Narasumber dan Pemilik Sanggar Batik Katura,

Akhir kata, kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi penyempurnaan laporan penelitian ini dan semoga laporan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Cirebon, 17 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Batik ...........................................................................................................3
2.2 Alat dan Bahan Pembuatan Batik ............................................................................3
2.3 Korelasi Batik dengan Bahan Kimia........................................................................5
2.4 Reaksi Kimia dalam Proses Pembuatan Batik .........................................................6
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................12
3.2 Teknik Analisis Data...............................................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Penelitian .....................................................................................................15
4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................................15
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .................................................................................................................17
5.2 Saran .......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batik merupakan salah satu seni budaya yang telah diakui dunia sebagai warisan
kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi oleh UNESCO sejak Oktober tahun
2009. Batik juga merupakan aset budaya bangsa yang secara turun temurun menjadi
warisan dari setiap generasi sampai sekarang. Batik Indonesia memiliki keunikan tersendiri
baik itu dari segi pembuatan sampai dengan motif yang berbeda dengan batik di negara
lain. Motif batik yang ada di Indonesia biasanya selalu berhubungan dengan simbol
kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai filosofis.
Selama ini, batik kurang diperkenalkan sebagai suatu legacy yang lengkap. Sejauh ini
batik yang dikupas hanyalah dari sisi asal muasalnya, keragaman, motif dan ornamennya.
Awalnya batik sudah mulai dibuat dengan bahan beras ketan dengan teknik dan cara yang
sederhana, hanya melapisi bagian yang di inginkan. Bahan perintang yang digunakan
sekarang menggunakan malam. Malam adalah sejenis lilin. Bahan perintang pada lembar
kain merupakan langkah awal proses pembatikan. Cara membubuhkan malam batik pada
lembar kain dikenal dengan beberapa cara yaitu dituliskan dengan menggunakan alat yang
disebut canting yaitu dituliskan dengan menggunakan kuas dan dicapkan dan menggunakan
cap logam (tembaga).
Untuk menghasilkan suatu batik dengan kualitas yang baik, maka dalam pengerjaannya
membutuhkan keterampilan khusus dari tenaga-tenaga ahli maupuntenaga terampil yang
sudah terbiasa menekuni keterampilan membatik tersebut. Mengenai tahapan proses
produksinya, dibedakan antara batik tradisional dengan batik modern. Batik tradisional
memiliki tahapan proses produksi yang lebih panjang(lama), sedangkan batik modern
relatif lebih sederhana atau waktu yang diperlukan untuk proses produksi lebih cepat.
Warna pada kain batik berasal bahan alami dan pewarna sintetik. Bahan alami terbuat
dari akar, kulit, batang, daun, buah dan bunga dan pewarna alami mudah dijumpai. Zat ini
biasanya dibuat dengan proses yang sederhana dan umumnya memiliki warna yang sangat
khas. Pewarna sintetik berasal dari pewarna kimia, sangat sulit menjumpai pewarna kimia
dan tidak ada toko yang menjual pewarna kimia khusus batik. Bahan pewarna kimia
harganya mahal.
Dalam proses pewarnaan kain batik, banyak pengerajin batik yang belum mengolah
limbahnya dengan benar. Air bekas cucian bercampur dengan bahan-bahan kimia termasuk
juga bahan pewarna batik sintetik dialirkan saja ke selokan. Bahkan ada juga yang
mengalirkannya langsung ke sungai. Akibatnya, sungai berubah warna dan menimbulkan
bau yang tidak sedap.
Batik memiliki bermacam-macam jenis yang tersebar di seantero nusantara. Namun,
batik kebanyakan terdapat di pulau Jawa. Ada yang namanya Batik jenis Trusmi dari
Cirebon, Batik Paoman dari Indramayu, Batik Mega Mendung dari Cirebon, Batik
Pekalongan, Batik Cemplongan dari Rembang dan lain sebagainya. Berbagai jenis batik
yang tersebar tersebut, diakibatkan oleh berbedanya latar belakang historis dari kondisi
masyarakat tiap-tiap daerah penghasil batik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari batik ?
2. Apa saja alat dan bahan dalam pembuatan batik ?
3. Bagaimana reaksi kimia dalam proses pembuatan batik ?
4. Bagaimana korelasi batik dengan bahan kimia ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui definisi batik.
2. Untuk mengetahui alat dan bahan dalam pembuatan batik.
3. Untuk mengidentifikasi reaksi kimia dalam proses pembuatan batik.
4. Untuk menigidentifikasi korelasi batik dengan bahan kimia.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Untuk memberikan pemahaman bagi peneliti mengenai korelasi batik dengan bahan
kimia.
2. Untuk memberikann pengetahuan mengenai reaksi kimia dalam proses pembuatan
batik.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Batik


Pengertian batik secara etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu "tik"
yang berarti titik/ matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang
menjadi istilah "batik" (Indonesia Indah "batik", 1997: 14). Di samping itu, batik
mempunyai pengertian yang berhubungan dengan membuat titik atau meneteskan
malam pada kain mori. Menurut Hanggopuro (2002: 1-2) dalam para penulis terdahulu
menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata "batik" akan tetapi
seharusnya "bathik". Hal ini mengacu pada huruf Jawa "tha" bukan "to" dan
pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan
salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik identik dikaitkan dengan suatu
teknik (proses) mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi
ciri khas dari batik adalah cara pengambaran motif pada kain melalui proses pemalaman
yaitu mengoreskan cairan 1 yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting.
Menurut Hamzuri (1985), batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan
pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan
perintang. Zat perintang yang sering digunakan ialah lilin atau malam. Kain yang sudah
digambar dengan menggunakan malam kemudian diberi warna dengan cara
pencelupan. Setelah itu malam dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya
dihasilkan sehelai kain yang disebut batik berupa beragam motif yang mempunyai sifat-
sifat khusus. Lebih lanjut, Hamzuri mendefinisikan batik sebagai lukisan atau gambar
pada mori yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting, Orang yang melukis
atau menggambar pada mori memakai canting disebut membatik.

2.2 Alat dan Bahan Pembuatan Batik


Dalam proses pembuatan batik membutuhkan alat dan bahan, Beberapa alat
dan bahan untuk pembuatan batik yaitu :
1. Kain Mori, merupakan bahan utama untuk membuat batik tulis, kain ini berasal
dari bahan kapas yang telah mengalami proses pemutihan dan memiliki klasifikasi
khusus. Kain yang bisa digunakan untuk bahan batik tentunya adalah kain yang
mudah menyerap zat-zat pewarna batik. Kain mori primisima misalnya, merupakan
salah satu jenis kain yang memiliki kualitas tertinggi, meski daya serapnya kurang.
Selain itu bisa juga menggunakan kain mori berjenis prima yang memiliki kualitas
sedang dengan benang yang sedikit kasar. Untuk menghemat biaya bisa juga
menggunakan kain mori biru yang merupakan kain dengan kualitas rendah dengan
tekstur kasar. Selain tiga jenis kain mori tadi, untuk bahan batik tulis juga bisa
menggunakan kain Kain rayon, Kain Kapas, Kapas Grey dan bisa juga
menggunakan kain sutera.

2. Canting, merupakan salah satu alat utama yang sudah kami terangkan di artikel “2
senjata legendaris batik tulis“, tanpa canting sebagai alat melukis motif, batik tulis
bukanlah batik tulis tradisional dan yang dibanggakan bangsa Indonesia.
3. Malam atau Lilin Batik, Malam juga salah satu bahan utama pembuatan batik tulis
hanya saja malam tidak hanya di gunakan untuk membuat batik tulis tapi juga
menjadi salah satu pembuatan batik cap. Malam atau lilin batik ini secara garis besar
berfugnsi untuk menutupi bagian tertentu agar tidak terkena pewarna atau bisa juga
disebut sebagai perintang, untuk lebih lengkapnya tentang malam anda bisa baca di
artikel “Malam atau Lilin Untuk Membatik“.
4. Zat Pewarna, Untuk pembuatan batik terdapat dua jenis zat pewarna yang bisa
dipakai, zat pewarna alami dan sintetis/buatan, masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan. Untuk industri batik saat ini sebagian pembatik lebih banyak
menggunakan zat pewarna sintetis karena lebih praktis, bahan mudah didapat,
murah dan terdapat banyak pilihan warna.
5. Wajan dan kompor kecil, berfungsi untuk memanaskan atau mencairkan
malam/lilin batik.
6. Gawangan, fungsinya untuk penyangga kain saat proses membatik berlangsung.
Gawangan batik ini bisa terbuat dari kayu ataupun bambu. Untuk para juragan batik
jaman dulu biasanya memiliki gawangan yang diberi motif hiasan pada bagian
atasnya. Biasanya berupa ukiran kayu yang membentuk motif tertentu seperti naga
ataupun motif lung-lungan (tumbuhan).
7. Dingklik, merupakan kursi kecil terbuat dari kayu, plastik atau apapun sebagai
tempat duduk pengrajin. Biasanya memang proses menggambar batik tulis
dilakukan dengan cara duduk di bawah, tidak dilakukan dengan berdiri
sebagaimana yang dilakukan pengrajin saat membuat batik cap.
8. Bandul, Adalah alat pemberat yang digunakan untuk menahan kain batik agar tidak
mudah bergeser ketika sedang dilukis dengan malam. Bandul ini bisa terbuat dari
kayu, besi atau apapun yang bisa difungsikan sebagai pemberat.
9. Taplak, merupakan selembar kain yang digunakan sebagai alat untuk alas saat
membatik. Alas ini ditempatkan diantara paha dan kain batik agar tidak mengotori
pembatik.
10. Meja kayu, difungsikan untuk meluruskan/meratakan permukaan kain sebelum
dibatik. Selain itu juga bisa digunakan untuk menggambar pola motif batik diatas
kain dengan menggunakan pensil.

2.3 Korelasi Batik dengan Bahan Kimia


Pembuatan batik tidak bisa lepas dengan ilmu kimia, karena kebanyakan bahan
yang digunakan dalam proses pembuatan batik adalah bahan kimia begitupun dengan
reaksi yang terjadi. Batik terkenal dengan ciri khas motif dan warna nya yang indah
juga tidak mudah pudar. Hal ini dikarenakan bahan yang digunakan berupa bahan
kimia. Kebanyakan para pengrajin batik menggunakan bahan kimia, seperti dari segi
pelilinan yaitu proses melukis kain dengan malam menggunakan canting. Lilin sendiri
terbuat dari bahan kimia berupa parafin dan gondorukem yang dipanaskan hingga
mencair lalu dimasukkan kedalam canting yang terbuat dari kayu. Alasannya karena
canting bersifat isolator, sehingga tangan akan aman ketika melukis pada kain. Selain
itu dari segi pewarnaan mereka menggunakan warna sintetis berupa indigosol, napthol,
remazol, dan lain sebagainya. Karena pewarna sintetis ini memberikan warna yang
menarik dan menghasilkan warna yang baru, yang belum pernah ada. Sehingga produk
yang dihasilkan akan lebih mnarik dimata konsumen. Kemudian dari segi pelorotan
lilin dnegan tujuan untuk melepaskan lilin-lilin yang menempel yang mengganggu
tekstur kain, sehingga nantinya tekstur kain akan lebih halus (Hamzuri. 1985)

Pelorotan ini menggunakan bahan kimia NaOH (soda api), NaNO2 (Soda
Nitrit), NaCl (garam), dan lain sebagainya yang dilarutkan kedalam air yang mendidih
yang kemudian kain tersebut dimasukkan kedalamnya. Bahan-bahan kimia ini dengan
sendirinya lepas karena suhu yang tinggi. Namun dibalik keuntungan dari penggunaan
bahan kimia, pastinya ada kerugian yang didapatkan juga yaitu berupa limbah yang
mempunyai efek samping yang cukup besar. Apalagi limbah yang dihasilkan dari
pembuatan batik ini dominan limbah cair.
2.4 Reaksi Kimia dalam Proses Pembuatan Batik
A. Proses Pembuatan Batik
Teknik membuat batik adalah proses-proses pekerjaan dari permulaan
yaitu dari bahan mori batik sampai menjadi kain batik (Susanto &. Sewan,
1980). Pengerjaan dari mori batik menjadi kain batik dibagi menjadi 2 proses
yaitu proses persiapan dan proses pembuatan batik. Proses persiapan merupakan
rangkaian pengerjaan pada mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat
batik. Pekerjaan persiapan ini meliputi Nggirah (mencuci) atau Ngetel, Nganji
(menganji), Ngemplong (setrika, kalander). Proses pembuatan batik merupakan
pengerjaan dalam pembuatan batik sebenarnya
Garis besar tahap proses pembuatan kain batik adalah sebagai berikut:
(Hamzuri. 1985).
1. Perlekatan Lilin Batik, Lilin batik berfungsi seagai resist (menolak) terhadap
warna yang diberikan pada kain pengerjaan berikutnya. Perlekatan lilin pada
kain untuk membuat motif batik yang dikehendaki, dengan cara di capkan
menggunakan canting cap. Agar dapat dituliskan pada batik, maka lilin batik
perlu dipanaskan dahulu pada suhu ± 60°-70°C.
2. Pewarnaan Batik, Pewarnaan dapat berupa pekerjaan mencelup, coletan
atau lukisan (painting). Pencelupan adalah suatu proses pemasukan zat
warna kedalam serat-serat bahan tekstil, sehingga diperoleh warna yang
tahan luntur. Zat warna yang dipakai dapat berupa zat warna alam yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan atau zat warna sintetis. Zat warna yang
banyak dipakai sebagai pewarna pada pembuatan batik adalah Naptol,
sebagai warna soga, wedelan dan warna-warna lain. Pekerjaan mencelup
dengan Naptol, mengatur kain yang sudah dicelup (mengatuskan kain),
membangkitkan warna dengan larutan garam diazo, mencuci atau membilas
kain yang telah selesai dicelup.
3. Penghilangan Lilin, Penghilangan lilin batik merupakan pekerjaan
penghilangan sebagian pada tempat-tempat tertentu dengan cara ngerok
(ngerik) atau menghilangkan secara keseluruhan dengan cara "melorod"
(disebut juga: Nglorod, ngebyok, mbabar).
B. Persiapan Lilin Batik dan Kain
Pada proses persiapan lilin batik dan kain, adalah pencemaran udara oleh
uap hidrokarbon dari lilin batik yang dipanaskan dan wan hidro Renis pencemaran
yang dihasilkan gas buang yang berupa CO dan CO₂ dari bahan bakar minyak
tanah pada kompor pemanas. Persiapan kain batik meliputi penyediaan mori,
penghilangan kanji, pengelantangan, penganjian tipis, penghalusan permukaan
mori dan pemolaan. Jenis pencemaran dari proses tersebut adalah limbah cair yang
mengandung zat-zat hasil proses seperti, kanji dan zat finishing lainnya. Turkeys
Red Oil (TRO), minyak kacang, soda abu dan kanji
C. Proses Pembatikan
Jenis pencemarannya adalah uap hidrokarbon dari lilin batik yang
dipanaskan dan gas buang dari bahan bajar minyak tanah, berupa CO dan CO2
D. Proses Pewarnaan
Proses pewarnaan dapat dilakukan dengan cara pencelupan dan atau
dengan cara coletan yang masing-masing dilakukan pada suhu kamar. Zat warna
yang sering digunakan dalam pewarnaan batik tercantum pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Zat warna dan zat pembantu untuk pewana batik
Zat Warna Zat Kimia
Napthol Zat warna naphtol, garam naphtol, kostik soda, TRO, kanji.
Indigosol Zat warna indigosol, natrium nitrit, asam klorida, asam sulfat, zat
pembasah, kanji.
Reaktif Zat warna reaktif, garam dapur, soda abu, natrium silikat, zat
pembasah, zat aktif kation, kanji.
Soga Alam Zat warna alam, kapur, tawas, zat aktif kation, kanji.
Indanthren Zat warna indanthrene, kostik soda, natrium hidrosufit, zat
pembasah, garam dapur, hidrogen peroksida, asam asetat, kanji.
Rapid Zat warna rapid, kostik soda, kanji.
Nila Zat warna nila/indigo, tanjung/tetes, abu seng, kapur, kanji.

Zat pewarna yang digunakan pada batik di salah satu industri rumahan di
Sokaraja, Banyumas yaitu naphtol, garam dan indigosol. Diantaranya yang
digunakan adalah naphtol BO untuk menghasilkan warna merah tua dan sedang,
AS untuk merah muda, BO+ASG untuk warna hitam, dan ASG+91 untuk warna
coklat. Indigosol menggunakan 1.B untuk menghasilan warna hijau, dan 40.B
untuk menghasilkan warna biru.
E. Limbah Cair
Air limbah (waste water) adalah air buangan dari masyarakat, rumah
tangga, industry, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Di dalam limbah
cair terkandung zat-zat pencemar dengan konsentrasi tertentu yang bila
dimasukkan ke badan air dapat mengubah kualitas airnya. Kualitas air merupakan
pencerminan kandungan konsentrasi makhluk hidup, energi, zat-zat atau
komponen lain yang ada dalam air. Limbah cair mempunyai efek negatif bagi
lingkungan karena mengandung zat-zat beracun yang mengganggu keseimbangan
lingkungan dan kehidupan makhluk hidup yang terdapat didalamnya (Hamzuri.
1985).
Karakteristik kimia bahan organik dalam limbah cair adalah sebagai
berikut :
1. Protein, merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di
dalamnya tanaman dan hewan bersel satu. Protein mengandung karbon,
hydrogen dan oksigen yang mempunyai bobot molekul sangat tinggi. Struktur
kimianya sangat kompleks dan tidak stabil serta mudah terurai, sebagian ada
yang larut dalam air tetapi ada yang tidak. Susunan protein sangat majemuk
dan terdiri dari beribu-ribu asam amino dan merupakan bahan pembentuk sel
dan inti sel. Di dalam limbah cair, protein merupakan unsur penyebab bau,
karena adanya proses pembusukan dan penguraian oleh bakteri.
2. Karbohidrat antara lain, gula, pati, sculos dan benang-bennag kayu terdiri dari
unsur C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung terdekomposisi oleh
enzim dari bakteri-bakteri tertentu dan ragi menghasilkan alkohol dan gas
CO₂ melalui fermentasi. Fermentasi merupakan proses penguraian metabolik
dari bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi dan gas
yang berlangsung dalam kondisi anaerobik. Metabolisme merupakan
peristiwa pembentukan dan penguraian zat di dalam diri makhluk hidup yang
memungkinkan berlangsungnya hidup. Pati merupakan salah satu karbohidrat
yang relatif lebih stabil, tetapi dapat diubah menjadi gula oleh aktivitas
bakteri. Selulosa merupakan salah satu karbohidrat yang paling tahan
terhadap dekomposisi atau penguraian oleh bakteri. Keberadaan karbohidrat
dalam limbah cair mengakibatkan bau busuk dan turunnya oksigen terlarut
sehingga dapat mengganggu kehidupan biota air.
3. Minyak dan lemak, yang bersifat cair. Keduanya mempunyai komponen
utama karbon dan hydrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam air.
Bahan-bahan tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan manusia dan
bahkan ada dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat lainnya
adalah relatif stabil dan tidak mudah terdekomposisi oleh bakteri. Sifat 33333
AADIY.
4. COD (Chemical Oxygen Demand), adalah banyaknya oksigen yang
diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi. Hasil
analisis COD menunjukkan kandungan senyawa organik yang terdapat dalam
limbah.
5. BOD (Biological Oxygen Demand), adalah jumlah kebutuhan oksigen yang
diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa organik yang
ada dalam limbah. Hasil analisa BOD menunjukkan besarnya kandungan
senyawa organik yang dapat terdegradasi.
6. Fenol, merupakan bahan organik yang mempunyai sifat larut dalam air.
Bahan ini dalam air dapat menyebabkan iritasi yang kuat, racun terhadap kulit
dan dapat menyebabkan gangguan terhadap tenggorokan. Toleransi
pengolahan untuk air limbah industri adalah 5000 mg/L, bila melebihi akan
sulit untuk diuraikan secara biologis. Toleransi maksimum untuk air limbah
adalah 2 mg/L.
F. Karakteristik Limbah Batik
Dalam pembuatan batik, dari proses awal hingga proses penyempurnaan
diindikasikan menggunakan bahan kimia yang mengandung unsur logam berat,
sehingga bahan buangannya juga masih mengandung unsur logam berat tersebut.
Apabila bahan buangan tersebut tidak diolah dengan baik, maka bahan buangan
tersebut dapat mencemari lingkungan.
Karakteristik limbah batik adalah meliputi: (i) karakteristik fisika yang
terdiri atas warna, bau, zat padat tersuspensi, temperatur, dan (ii) karakteristik
kimia yang terdiri atas bahan organik, anorganik, fenol, sulfur, pH. logam berat,
senyawa racun (nitrit), dan gas. Adapun contoh karakteristik limbah industri batik
(industri batik cap khas Palembang) disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 karakteristik air limbah pengolahan batik
Parameter Standar (mg/L) Limbah industri batik (mg/L)
pH 6-9 6
COD 150 4.230
Amoniak total 8 5,47
Fenol total 0,5 0,008
TSSS 50 535
sulfida 0,3 0,040
Crom total 1 0,1385
Besi - 2,0587
Tembaga - 0,2696
Seng - 54,7175
Kadminum - 0,0063
Timbal - 0,2349

Timbal adalah sebuah unsur yang biasanya ditemukan di dalam batu-


batuan, tanah, tumbuhan dan hewan. Timbal 95% bersifat anorganik dan pada
umumnya dalam bentuk garam anorganik yang bersifat kurang larut dalam air.
Timbal merupakan suatu logam toksik yang bersifat kumulatif, toksisitasnya
dibedakan menurut organ yang dipengaruhi. Pada sistem hemopoietik dapat
memperlambat pematangan normal sel darah merah yang menyebabkan
anemia, mempengaruhi kelangsungan hidup sel darah merah serta menghambat
biosintesa hemoglobin.
Risiko dari keracunan timbal dapat menimbulkan kerusakan pada otak.
Penyakit penyakit yang timbul sebagai akibat dari keracunan timbal adalah
epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak besar dan delirium. Timbal yang
terlarut dalam darah akan berpindah ke sistem urinaria sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada ginjal. Timbal dapat melewati
placenta sehingga dapat menyebabkan kelainan pada janin berupa cacat pada
bayi dan menimbulkan berat badan lahir rendah serta prematur. Timbal juga
dapat menyebabkan kelainan pada fungsi tiroid dengan mencegah masuknya
iodine.
Kadmium adalah suatu logam putih, mudah dibentuk, lunak dengan
warna kebiruan. Titik didih relatif rendah (767°C) membuatnya mudah
terbakar, membentuk asap kadmium oksida. Kadmium dan bentuk garamnya
banyak digunakan pada beberapa jenis pabrik untuk proses produksinya.
Berbagai organ tubuh dapat terpengaruh setelah paparan jangka panjang
terhadap kadmium. Organ yang akan mengalami gangguan fungsional dini
adalah ginjal. Keracunan Cd kronis dapat menyebabkan gangguan
kardiovaskular dan hipertensi (Hadi, Anwar. 2005)
G. Zat Warna Azo
Zat warna azo adalah bahan pewarna utama industry tekstil yang
tergolong bahan kimia yang sulit terdegradasi. Struktur azo sebagai komponen
atau senyawa 333-5 azo adalah senyawa organik yang menganduk gugus -N-N-
terikat pada dua gugus lain. Zat warna harus terdiri dari kromofor dan auksokrom.
Zat warna golongan azo merupakan golongan zat warna yang memiliki kromofor
-N-N. Kromofor adalah senyawa kimia yang memberikan warna, bukan sebagai
zat warna karena kain yang terkena pewarna ini akan terwarnai sementara dan
tidak permanen. Kromofor akan tetap terikat dalam bahan bila radikal yang
mengikatnya yaitu auksokrom. Ikatan keduanya yang kuat menyebabkan zat
warna azo tidak dapat hilang dari perairan .
Warna air limbah menunjukkan kualitasnya, air limbah yang baru akan
berwarna abu-abu dan air limbah yang sudah basi akan berwarna gelap. Warna
tertentu dapat menunjukkan adanya logam berat yang terkandung dalam air
buangan. Warna juga merupakan senyawa yang dapat dipergunakan dalam bentuk
larutan sehingga penampangnya berwarna. Warna air limbah dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu warna sejati dan warna semu. Warna yang disebabkan oleh
warna organik yang mudah larut dan beberapa ion logam disebut warna sejati, jika
air tersebut mengandung kekeruhan atau adanya bahan tersuspensi dan juga oleh
penyebab warna sejati maka warna tersebut dikatakan nya bahan-ba warna semu
dan juga karena adanya bahan-bahan yang tersuspensi yang termasuk koloid
(Hadi, Anwar. 2005)
BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memecahkan dan menemukan jawaban dari suatu permasalahan


diperlukan metode dan pendekatan yang tepat agar data yang diperoleh relevan dengan
apa yang menjadi topik permasalahan. Pada bab ini dijelaskan secara rinci mengenai
metode dan pendekatan yang digunakan untuk memperoleh data berdasarkan dari
beberapa sumber.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan berupa tulisan, gambar,
buku, maupun foto yang diperoleh dari hasil wawancara. Data-data yang diperoleh
tersebut kemudian disajikan dalam bentuk uraian naratif. Tujuannya untuk
mendapatkan data yang objektif, menyeluruh dan mendalam sampai pada tingkat
makna mengenai aspek-aspek yang berkaitan unsur kimia dalam proses pembuatan
batik Cirebon.

3.1 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian diperlukan teknik
pengumpulan data yang tepat. Tanpa adanya teknik pengumpulan data yang tepat,
peneliti akan sulit mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan
sesuai dengan yang diinginkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
A. Observasi
Observasi merupakan suatu proses pengumpulan data yang dilakukan
melalui pengamatan langsung ke lapangan dengan mencatat berbagai hal yang
berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Teknik observasi digunakan apabila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
apabila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam penelitia kualitatif,
teknik observasi sering digabung dengan teknik wawancara. Sehingga pada saat
peneliti melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada orang-
orang yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi
sedang karena peneliti tidak sepenuhnya terlibat langsung maupun ikut
melakukanapa yang dilakukan informan dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti
melakukan observasi ke perusahaan batik majalengka hanya pada aspek tertentu,
yakni untuk mengetahui secara lebih jelas hasil karya batik yang diproduksi oleh
perusahan batik majalengka, yang meliputi sejarah perkembangan batik, visualisasi
motif, dan makna simbolis dari motif batik majalengka. Dengan cara melihat,
mengamati serta menganalisis secara langsung karya-karya yang dihasilkan oleh
sanggar batik katura.
B. Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara
terstruktur karena peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh, sehingga peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara langsung kepada
pemilik sanggar batik katura dengan menggunakan instrumen wawancara berupa
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun dan dipersiapkan sebelum melakukan
penelitian.
C. Studi Dokumentasi
Penelitian ini memperoleh data dokumentasi langsung dari sumber data.
Proses pemotretan dilakukan ketika observasi di lokasi sanggar batik katura.
Adapun objek pemotretan berupa tempat penelitian, alat dan bahan yang
digunakan dalam proses membatik, serta motif-motif batik yang dihasilkan oleh
perusahaan batik majalengka yang akan diteliti.
D. Studi pustaka digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan
Secara teoritis serta untuk membandingkan data-data yang ada di lapangan,
mendeskripsikan data, dan menganalisis data. Untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian, peneliti melakukan studi pustaka melalui berbagai
jurnal dan artikel. Dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data,
diharapkan data yang diperoleh semakin banyak, relevan dan akurat sehingga
peneliti dapat dengan mudah mendeskrifsikan hasil penelitian.

3.2 Teknik Analisis Data


Dalam analisis data, data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi maupun studi pustaka diperiksa keabsahannya dengan cara mengecek
atau membandingkan data hasil pengamatan orang lain. Selanjutnya data-data yang
dianggap meragukan akan di proses ulang. Sebaliknya, data yang dianggap relevan
akan dikelompokkan dan disusun secara sistematis.
Adapun kegiatan analisis data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini
diantaranya:
1. Mengumpulkan data-data hasil observasi, wawancara, studi pustaka, dan
dokumentasi berupa catatan, gambar, foto, dan karya yang dihasilkan.
2. Mengelompokkan data-data yang diperoleh tersebut ke dalam data sejenis yang
berhubungan dengan perusahaan batik majalengka. Dengan cara disusun secara
sistematis sehingga data-data tersebut lebih mudah dikendalikan.
3. Melakukan analisis terhadap hubungan antara data yang satu dengan data yang
lainnya.
4. Melakukan pengecekan ulang ke lapangan apabila ada data yang kurang lengkap,
kurang dipahami, sulit ditafsirkan atau dirasa meragukan, sehingga data hasil
penelitian akan lebih terjamin kebenarannya.
5. Memberikan komentar berupa tanggapan terhadap data yang diperoleh.
6. Menyusun, membahas dan mendeskripsikan temuan-temuan dari hasil penelitian
sehingga menjadi laporan karya ilmiah yang layak untuk dibaca.
7. Menyimpulkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Penelitian


Nama Tempat : Sanggar Batik Katura
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Juni 2022
Waktu : 13.00 – 15.00 WIB
Alamat : Jl. Trusmi Kulon, Kec. Plered Kab. Cirebon Jawa Barat.

4.2 Hasil Penelitian


Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara di sanggar
batik katura, menunjukkan bahwa proses pembuatan batik memerlukan waktu yang
cukup lama dan banyak langkah. Seperti yang di jelaskan oleh pengrajin disana bahwa
proses membatik dimulai dengan mendesain batik pada kain serat alami, kemudian
proses pelilinan yaitu dimana desain yang tadi digambar ditutup dengan malam yang
terbuat dari bahan kimia berupa lelehan parafin dan gondorukem. Setelah itu jemur kain
supaya malam tersebut menyerap kedalam kain. Dan setelah kering dilanjut dengan
pewarnaan, warna yang digunakan biasanya warna sintetis karena dikenal lebih tahan
lama berupa indogosol, naptol, remazol, dan lain-lain, kemudian jemur hingga
warnanya meresap kedalam kain. Setelah kering lanjut ketahap pelorotan, yaitu
meluruhkan dan melarutkan malam pada kain dengan memasukkan pada air mendidih
yang sudah dicampurkan bahan kimia berupa NaCl, NaOh, NaNO2 dan lain sebagainya,
kemudian diangin-anginkan sampai kering, ulangi seperti itu sampai lilinnya benar-
benar sudah lepas. Karena Semakin banyak warna yang diinginkan, semakin banyak
proses nglorod yang akan dilakukan.
Dua jenis pewarna yang sering digunakan dalam proses pewarnaan batik yaitu:
1. Pewarna Naftol (CH-OH) termasuk sebagai pewarna azo mempunyai dua
komponen dasar yaitu asam anilat (anilic dan pembangkit warna yaitu garam
diazonium. Kedua komponen tersebut bila bergabung akan membentuk senyawa
berwarna. Agar dapat bersenyawa dengan garam maka naftol yang tidak larut
dalam air harus diubah terlebih dahulu menjadi bentuk natrium naftolat yang larut
dalam air menggunakan natrium hidroksida (Laksono et al., 2006).
2. Pewarna Rhodamin B, Zat warna rhodamin B banyak digunakan oleh industri
batik. Senyawa ini mengandung gugus amino yang bersifat basa dan inti benzene
sehingga rhodamin B termasuk senyawa yang sulit di degradasi oleh
mikroorganisme secara alami. Masuknya zat warna rhodamin B dalam perairan
merupakan permasalahan lingkungan yang serius. Masuknya molekul rhodamin
B dalam tubuh manusia dapat menimbulkan masalah serius karena dapat
menyebabkan kanker hati (Hadi, Anwar. 2005).

Gambar 2.3
Rumus kimia rhodamin B adalah C28H31CN2O3, I larut dalam air, etanol
namun bersifat sangat toksik. Rhodamin B merupakan reaksi antara satu
molekul phtalat anhidrat atau suksinat anhidrat dengan dua molekul meta-
dietilaminophenol seperti reaksi pada gambar 2.3.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa batik dengan
bahan kimia terdapat korelasi diantara keduanya. Saling berkaitan karena di dalam proses
pembuatan batik terdapat bahan-bahan sintetis atau kimia yang digunakan serta dalam
proses pembuatannya terdapat reaksi kimia didalamnya.

5.2 Saran
Menyadari penulis masih jauh dari kata sempurna, untuk saran dapat berisi kritik atau
saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap isi pembahasan dan
kesimpulan laporan penelitian yang telah dijelaskan untuk motivasi agar bisa lebih baik
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Daranindra. Perencanaan alat bantu Proses Pencelupan Zat Warna dan Penguncian
Warna Pada Kain Bantik sebagai Usaha Mengurangi Interaksi dengan Zat Kimia dan
Memperbaiki Postur Kerja (Studi Kasus: Batik Brotoseno Masaran, Sragen) (Program Studi
Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, 2010).
Hadi, Anwar. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, Sudharto P. 2005. Metodologi Penelitian Sosial : Kuantitatif, Kualitatif dan Kaji
Tindak. Bahan Kuliah : Program Magister Ilmu Lingkungan dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Diponegoro. Semarang.
Hamzuri. 1985. Batik Klasik (Classical Batik).Jakarta: Djambatan.
Honggopuro, Kalinggo. 2002. Batik Sebagai Busana Dalam Tatanan dan Tuntunan.
Yayasan Peduli Keraton.
Susanto, S.K. Sewan. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Balai Penelitian Batik dan
Kerajinan. Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian R.I.
Yogyakarta.
Susanto, S.K. Sewan. 1981. Teknologi Batik Seri Soga Batik. Departemen
Perindustrian R.I. Badan Penelitian Dan Pengembangan Industri. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik. Yogyakarta.
LAMPIRAN

Lokasi Mini riset Sesi wawancara dengan pendiri sanggar batik

Bahan pembuatan malam Pewarnaan batik

Wawancara dengan pembuat sketsa Peneliti

Anda mungkin juga menyukai