Anda di halaman 1dari 9

Nama : Wilda Sukma

NIM : 22020088
Tugas : 1 Resume Kriya Ukir Dasar

KRIYA UKIR

A. Pengertian Kriya, Kerajinan, Dan Ukir (Mengukir)


a. Kriya
Dalam Diksi Seni Rupa (Susanto, 2003), disebutkan bahwa: “Secara harfiah kriya berarti
kerajinan, atau dikenal dalam bahasa Inggrisnya sama dengan craft. Berarti, seni kriya
merupakan cabang seni rupa yang sangat memerlukan keahlian kekriyaan (craftmanship) yang
tinggi, seperti; ukir, keramik, anyam dan lain sebagainya.” Menurut Gie (1976) ciri-ciri yang
membedakan kerajinan (craft) dan seni rupa (art) adalah kerajinan merupakan pekerjaan rutin
yang disesuaikan dengan kegunaan praktis, sedangkan seni rupa bersifat perlambang dan
menciptakan realita baru. Bahkan dalam perdagangan secara besar- besaran dewasa ini, maka
reproduksi dan karya seni, misalkan lukisan dapat digolongkan sebagai benda kerajinan, karena
kegiatan reproduksi tersebut meniru sesuatu yang telah ada. Tetapi bila dalam melakukan
reproduksi tersebut meniru sudah ditambahkan ide-ide baru, maka benda yang direproduksi itu
digolongkan sebagai benda seni rupa.
Suatu pendapat lain mengatakan, bahwa pengrajin (craftman) adalah seseorang dengan
kemahiran mata dan tangan, sedang seniman (artis) menambahkan ide kreatif dalam hasil
karyanya. Kriya dalam pandangan umum dimaksudkan sebagai salah satu bentuk seni yang unik
dan memiliki karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai- nilai yang mantap dan
mendalam yang terkait pula dengan nilai-nilai estetik, simbolik, filosofis dan fungsional. Hal
utama yang berperan penting dalam penciptaan kriya tersebut adalah ide-ide kreatif penciptanya.
Ide kreatif merupakan sifat dasar aktivitas berkesenian Hal ini ditegaskan oleh Gie
(1976), bahwa “seni yang sejati senantiasa kreatif, ini berarti seni sebagai kegiatan manusia yang
selalu menciptakan realita baru, yakni membuat sesuatu yang tadinya belum ada terlintas dalam
kesadaran seseorang. Sebagai contoh, apabila seseorang membuat lukisan batik dengan motif,
pola dan kombinasi yang belum pernah diciptakan pelukis lain, maka ini adalah seni. Kalau ia
hanya melukis ulang karya batik yang telah dibikin oleh orang lain, maka ia hanya melaksanakan
suatu bentuk kegiatan kerajinan.
Jadi, seni kriya merupakan satu cabang atau ranting seni yang sedang mengalami
transformasi - baik bentuk maupun fungsinya sehingga sering menjadi percakapan atau diskusi
panjang, berkenaan dengan status dan kedudukannya dalam pekembangan seni rupa di Indonesia
(Soedarso Sp., 1990: 1 ). Inovasi dalam kriya sedang terus berjalan, hal ini terutama dilakukan
oleh kriyawan-kriyawan muda atau calon-calon kriyawan yang punya gairah dalam menggali
dan mengembangkan kriya yang memiliki potensi dalam banyak bidang garapan. Sebagai misal:
kriya kayu, kriya keramik, dan kriya tekstil (dalam hal ini khususnya batik). Dari ketiga bidang
tersebut mampu berkembang sekaligus dalam tiga arah yang masing-masing memiliki
kepentingan berbeda. Tiga arah yang dimaksud ialah: 1) arah yang berorientasi pelestarian, 2)
arah yang berorientasi pada pengembangan guna kepentingan ekonomi atau kepentingan
komersial [`industri' kerajinan (-kriya)], 3) arah yang berorientasi pada kepentingan ekspresi
pribadi (prestasi kesenimanan).
Istilah kriya relatif belum lama dipakai dalam bahasa Indonesia sehingga banyak
menimbulkan pertanyaan dan kebingungan, tetapi sekaligus - ternyata menimbulkan kelatahan
dalam menggunakan istilah itu. Hal ini dimungkinkan karena pengguna istilah kurang atau
belum mengerti secara jelas mengenai maknanya. Istilah kriya ini sering diidentikkan dengan
kerajinan, tetapi banyak pula yang mengatikan berbeda sesuai dengan sudut pandang masing-
masing.
Sebagai praktisi seni (seniman) barangkali tidak penting mempermasalahkan istilah kriya,
tetapi sebagai akademisi hal itu teramat penting untuk dibicarakan, karena suatu istilah adalah
simbol yang digunakan untuk menggambarkan makna secara keseluruhan yang melingkupinya.

b. Kerajinan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:352), kerajinan sama dengan kriya. Semula
arti kerajinan ini adalah suatu kegiatan membuat barang atau benda pakai saja, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya sudah mengalami perobahan. Arti kriya tidak lagi meliputi kegiatan
membuat barang atau benda pakai saja, tetapi sudah membutuhkan unsur-nsur seni dan desain.
Barang kriya tidak lagi mengutamakan fungsi pakai semata, tetapi juga mempertimbangkan nilai
estetisnya. Para pengkriya sudah memperhitungkan bentuk benda yang indah dipandang atau
menyenangkan. Usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan disebut dengan
seni (Raharjo, 1986). Mustahil bila seseorang misalnya membuat sebuah kursi akan
memperhitungkan keterpakaiannya saja, tentu saja dia akan memperhitungkan keindahannya
juga. Jadi kriya pada umumnya mengandung empat fungsi yaitu fungsi praktis, fungsi keindahan
(estetis), fungsi filosofi dan simbolik.
Kata kerajinan berasal dari kata rajin yang artinya barang atau benda yang dihasilkan
oleh keterampilan tangan. Kerajinan terbuat dari berbagai bahan yang bisa menghasilkan hiasan
atau benda seni maupun barang pakai. Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara tradisional
dalam membuat sesuatu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kerajinan berarti perusahaan yang
membuat barang-barang sederhana yang mengandung unsur seni. Kerajinan adalah suatu hal
yang bernilai sebagai kreativitas alternatif dan merupakan barang yang dihasilkan melalui
keterampilan tangan.
Secara umum, kerajinan banyak dikaitkan dengan unsur seni yang kemudian disebut
sebagai seni kerajinan. Seni kerajinan adalah implementasi dari seni kriya yang telah diproduksi
secara massal dan dilakukan oleh para pengrajin. Kerajinan juga dapat diartikan sebagai
pekerjaan yang dilakukan dengan tangan dan membutuhkan keterampilan khusus.
Beberapa ahli turut mengemukakan definisinya mengenai kerajinan yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Hayati Yoedowinata, kerajinan dapat diartikan sebagai suatu karya yang
dikerjakan memakai alat-alat sederhana dengan mengandalkan kecekatan tangan dan dikerjakan
oleh seorang pribadi yang terlatih. Kerajinan biasanya dikerjakan oleh perajin-perajin daerah
tertentu yang bekerja dengan dasar industri rumah tangga.
2. Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan, kerajinan adalah sejenis kerajinan yang
menghasilkan berbagai barang-barang perabotan, barang-barang perhiasan, atau barang-barang
anggun yang masing-masing bermutu kesenian.
3. The Liang Gie mengatakan bahwa kerajinan merupakan pekerjaan rutin yang
disesuaikan dengan kegunaan praktis.
4. Menurut Kusnadi, kerajinan diperuntukkan bagi penamaan karya-karya yang hendak
menonjolkan kreativitas seni dengan teknik tertentu dari seorang seniman kerajinan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka pengertian kerajinan dapat diartikan sebagai hasil
dari keterampilan aktivitas manusia yang menghasilkan berbagai macam produk atau perabot.
Biasanya kerajinan tersebut dikerjakan dengan keterampilan tangan, keahlian, kemahiran, dan
didasari daya cipta yang kreatif sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai artistik
atau seni.

c. Ukir (Mengukir)
Menurut Soedarmono (1979) ukir atau mengukir ialah menggoreskan atau memahat
huruf-huruf atau gambar pada kayu, logam, batu, tulang dan sebagainya, sehingga menghasilkan
bentuk timbul dan cekung atau datar sesuai dengan gambar rencana. Selanjutnya dalam
Insiklopedia Indonesia bagian 4 (1983), bahwa “ukiran berasal dari kata “ukir’ yang berarti seni
pahat. Ukiran berarti pahatan, juga dapat diartikan ornamen yang terukir, yaitu suatu hasil seni
rupa yang dikerjakan dengan proses memahat”.
Adapun menurut Monroe Beardsley yang dikutip oleh Gie (1976) menyatakan bahwa
terdapat tiga ciri yang menjadi sifat-sifat baik (indah) dan benda estetis pada umumnya, yaitu :
kesatuan (unity), kerumitan (complexity), dan kesungguhan (intensity). Pendapat di atas dapat
dikatakan bahwa kriya ukir mengandung nilai estetis adalah meimiliki keseimbangan,
keselarasan, kesempurnaan bentuk, gaya, dan irama. Di samping itu juga memiliki kesatuan,
kerumitan dan kesungguhan.
Menurut buku Pengetahuan Teknologi Kerajinan Ukir Kayu karya Sudarmono dan
Sukijo, seni ukir adalah menggoreskan atau memahat huruf-huruf dan gambar pada kayu atau
logam, sehingga menghasilkan bentuk timbul dan cekung atau datar sesuai dengan gambar
rencana.
Seni ukir di Indonesia dikenal juga dengan sebutan seni pahat. Kini, keberadaannya pun
sering ditemukan di berbagai daerah tidak hanya di Jepara saja.
B. Nilai Dan Fungsi Yang Di Bawa Pada Produk Kriya Ukir.
Nilai yang terkandung dalam seni kriya adalah kegunaannya yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan praktisnya, oleh karena itu nilai itu dapat bermacam-macam seperti: religius, spiritual,
moral, etis, estetis, dan nilai praktis. Nilai-nilai itu dapat ditarik dari landasan dasarnya, antara
lain: agama, logika, etika, dan estetika. 1). Melalui agama akan keluar nilai relegius, magis,
kepercayaan dan spiritual. 2). Melalui logika akan keluar nilai intelektual, ilmiah, ilmu
pengetahuan, dan kebenaran empiris. 3). Melalui etika akan keluar berbagai macam nilai moral,
sopan santun, susila dan etis. 4). Melalui estetika akan melahirkan nilai keindahan,
keseimbangan, kesegaran, hiburan, keanggunan, keagungan, dan estetis. (Karna Yudibrata,
1981/1982: 56-57).
Seni kriya tidak lepas dari unsur-unsur motif maupun pola sebagai elemen dasar
pembuatan ornamen/hiasan, penempatan, dan kesesuaian mengikuti bidang/ruang guna
terciptanya keharmonisan. Ditinjau secara kronologis kegiatan hias-menghias maupun
penggunaan motif hias, berdasarkan sifatnya yang ada, dapat digolongkan menjadi 4 (empat).
Pertama kategori primitif (prasejarah), kedua kategori klasik (mulai dikenalnya tulisan), ketiga
kategori tradisional (zaman Madya) dan terakhir kategori modern (praktis, ekonomis, dan
efisien).
Pada dasarnya semua karya/benda seni kriya digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan
manusia, baik secara jasmani maupun rohani sesuai zamannya. Walaupun pengambilan motif
dan penggunaan pola ditampilkan secara sederhana, dalam perkembangan selanjutnya, motif hias
maupun pola-pola yang diterapkan dalam seni kriya menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi
tiga. Pertama yang tergolong kriya seni sebagai media tersalurnya gagasan estetik, kedua yang
tergolong kriya fungsional sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup sekaligus mengandung
elemen estetis, dan ketiga yang tergolong kriya fungsional konstruktif merupakan simbolisasi
dan perwujudan cita-cita luhur. (SP. Gustami, 1983/1984: 2-4).
Kemudian, seni ukir tentunya memiliki beberapa fungsi, banyak orang menggunakan seni
ukir sebagai sarana dekoratif. Namun sebenarnya selain memiliki fungsi dekoratif, seni ukir juga
memiliki beberapa fungsi lain lho. Di bawah ini merupakan ulasan terkait dengan beberapa
fungsi dari seni ukir.
1. Fungsi Hias
Fungsi dari seni ukir yang pertama adalah sebagai hiasan. Hal ini karena teknik ukir bisa
diterapkan pada berbagai macam benda. Contohnya adalah pada furniture, gerabah hingga hiasan
dinding atau yang lainnya.
2. Fungsi Ekonomis
Dalam seni ukir akan ditemukan kecantikan tersendiri. Karena kecantikan inilah yang
menjadikan seni ukir kerap diaplikasikan pada barang-barang kerajinan. Barang kerajinan yang
sudah memiliki seni ukir di dalamnya ternyata mendapatkan minat yang cukup besar. Dari
tingkat peminatan yang cukup besar inilah yang bisa membuat kerajinan seni ukir memiliki nilai
jual. Itu artinya seni ukir adalah salah satu karya seni yang bisa dimanfaatkan secara ekonomis.
Para penduduk lokal di sekitaran tempat wisata kerap menjadikan seni ukir daerah
setempat dalam bentuk souvenir. Karena souvenir seni ukir memiliki nilai jual tersendiri. Maka
hal tersebut bisa dimanfaatkan sebagai mata pencaharian masyarakat setempat.
3. Fungsi Simbolik
Teknik ukir juga memiliki fungsi simbolik di dalamnya. Sampai saat ini seni ukir sudah
menyebar ke setiap daerah yang ada di Indonesia. Teknik ukir yang dimiliki oleh setiap daerah
selalu memiliki perbedaan dan juga ciri khas masing-masing.
Contohnya adalah seni ukir dari daerah Bali dan Toraja memiliki ciri khasnya tersendiri.
Hal ini juga berlaku untuk daerah lain seperti dari daerah Jepara dengan seni ukir dari Suku
Asmat Papua yang juga memiliki perbedaan ciri khas seni ukir.
Karena hal tersebutlah, seni ukir kerap dijadikan sebagai fungsi simbolik. Artinya seni
ukir bisa dijadikan suatu simbol di sebuah daerah. Tujuan seni ukir dijadikan simbol suatu
daerah adalah untuk membedakan ciri khas, adat istiadat hingga budaya yang menonjol dari
daerah tersebut.
4. Fungsi Konstruksi
Seni ukir tak hanya digunakan untuk kerajinan saja. Namun saat ini seiring
berkembangnya zaman. Seni ukir juga sudah menjadi salah satu aspek yang ada di dalam
konstruksi. Contohnya adalah seni ukir yang ada pada candi, tempat ibadah, sekat, rumah adat
dan lain sebagainya. Adanya seni ukir yang diterapkan pada suatu konstruksi akan mampu
mempercantik konstruksi tersebut.
5. Fungsi Magis
Terakir seni ukir juga memiliki fungsi magis. Pasalnya pada beberapa daerah, seni ukir
kerap digunakan untuk berbagai ritual yang memiliki fungsi magis.
Contohnya adalah seni ukir yang ada pada suatu patung guna dipakai pada upacara adat,
digunakan untuk menghias tempat ibadah ataupun bangunan tertentu dan lain sebagainya. Hal ini
karena pada zaman dahulu seni ukir dipercaya memiliki kekuatan spiritual tertentu.

C. Perkembangan Kontek Penciptaan kriya Ukir Berdasarkan Sumber Penciptaannya


Kriya ukir kayu dapat dibedakan berdasarkan kategori sumber penciptaannya,
Jelaskanlah soal-soal dibawah ini:

1) Konteks budaya, contohnya: keris; dalam pembuatannya (yang dalam hal ini hanya
orang-orang tertentu saja yang bisa melakukannya), bermaksud untuk menciptakan
karya sebagai satu bentuk pemyataan yang memiliki perlambangan atau simbol tertentu
menurut budaya yang dianutnya.

2) Konteks agama, contohnya: totem, senjata, topeng, dan benda-benda lain untuk ritual.
produk kriya ukir kayu tersebut dapat dikatakan mempunyai sumber penciptaan menurut
konteks agama bila dalam pembuatannya, kriya dijadikan sebagai satu objek ritual yang
mengutamakan fungsi kesakralan benda.

3) Konteks kerajinan rakyat, contohnya: tembikar, perhiasan, perabot.


Bila produk itu dijadikan perkakas sehari-hani. Kriya dapat didiversifikasi, dimodivikasi
sesuai dengan kebutuhan, tanpa harus terikat dengan nilai-nilai ketradisionalitasannya.

4) Konteks artisan dan indstrial, contohnya: perabot rumah tangga, perlengkapan interior,
perhiasan. Bila diamati dan perkembangan kriya kayu, periode atau fase
perkembangannya dapat diurutkan sebagai berikut:

Produk kriya ukir kayu tersebut dapat dikatakan mempunyai sumber penciptaan menurut
konteks artisan industrial bila ia dijadikan sebagai mata pencarian bagi penduduk di satu
daerah tertentu. Dengan perkataan lain, produk kriya ukirkayu jenis ini bisa
diperjualbelikan secara bebas.

D. Perkembangan Kriya Ukir yang Berkembang di Indonesia


a. Zaman Prasejarah (Zaman Batu)
Zaman Prasejarah (Zaman Batu) ditandai dengan corak primitif beberapa benda yang bisa
dikelompokkan sebagai peninggalan zaman batu di antaranya: gerabah, patung, cincin, gelang,
dan kalung (terbuat dan batu). Fungsi utama dan benda-benda zaman ini adalah untuk kebutuhan
sakral (kepercayaan), dan profan (keduniaan).

b. Zaman Kebudayaan Dongsoni Kebudayaan Perunggu


Zaman kebudayaan Dongson kebudayaan perunggu, khusus pada zaman ini kriya yang
dthasilkan lebih didominasi oleh barang-barang seperti genderang, patung, kapak, bejana, dan
perhiasan berupa gelang perunggu.

c. Zaman Hindu dan Budha di Indonesia


Kriya yang dihasilkan pada zaman ini hampir sama bentuknya dengan benda pada zaman
prasejarah. Fungsi utamanya lebih diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan keagamaan, dan
juga untuk kebutuhan sehani-hari. Namun, sudah agak lebih maju dibandingkan kriya yang
dihasilkan di zaman prasejarah karena sudah makin majunya daya pikir manusia yang
menghasilkan kriya tersebut. Untuk kriya yang terbuat dari logam saja misalnya, sudah ada
bahan yang dicor, bahkah ada grafik dan pengembangan teknik etsa.
Bentuk benda yang dihasilkan pada zaman ini, antara lain: lonceng, cerinin, bejana
gantung, lampu gantung. tombak. punah, keris, kentongan, tempat kemenyan, jambangan air
suci, kendi, wayang, dan topeng. Namun kepemilikan benda-benda ini masih didominasi
sekaligus dimonopoli oleh kaum bangsawan atau kalangan istana saja, sehingga
pengembangannya tidak terlalu menyebar di masyarakat luas. Bila kriya ukir kayu yang
memperoleh pengaruh Hindu lebih banyuk berkembang di daerah pedalaman, maka pengaruh
Budha lebih banyak berkembang di daerah tepi-tepi pantai atau sungai seperti yang ditemukan
di daerah Sriwijaya di Sumatera (Gustaini, 2003).

d. Zaman Setelah Jatuhnya Kerajaan Majapahit: Zaman Kerajaan Islam


Pengaruh Hindu dan Budha pada benda-benda kriya selanjutnya masih mewarnai periode
setelah itu, meski saat itu pun berkembang pengaruh Islam. Sebenarnya Islam hadir di Nusantara
sebelum kekuasaan Hindu berakhir, sehingga bentuk kriya pada zaman Islam, banyak yang
mendapat pengaruh dari corak Hindu dan Budha tersebut. Perbedaan penekanannya terletak pada
tidak dijumpainya bentuk-bentuk makhluk hidup pada motif Islam, karena pembuatnya memang
dilarang melakukan hal tersebut. Sebagai hasilnya hadirlah stilirisasi dan bentuk-bentuk makhluk
tersebut sebagai satu gubahan dengan tampilan seperti tumbuh-tumbuhan, motif geometris, dan
kaligrafi.

Kriya yang paling menonjol yang paling banyak dijumpai pada masa Islam ini adalah
wayang kulit. Media ini dijadikan sebagai sarana dakwah guna menyebarluaskan ajaran-ajaran
agama Islam. Karena dengan wayang kulit itu dapat diselenggarakannya pagelaran-pagelaran
wayang. Bersamaan dengan itu pengaruh Islam tersebut berbaur pula dengan pengaruh dari
Arab, Cina, dan India.

e. Zaman Kemerdekaan Republik Indonesia Hingga Sekarang


Setelah lebih dan 350 tahun lamanya Belanda bercokol di Indonesia, tidak mustahil bila
pengaruh budaya negara itu ikut masuk ke dalam corak ragam hias kriya Nusantara. Pengaruh ini
dapat diamati dari bentuk-bentuk realistas yang ditampilkan dalam satu karya, seperti pada kaki
kursi, meja yang menyerupai bentuk-bentuk kaki singa. Kemudian dijumpainya pilar yang
berbentuk daun sawi.

Dapat dinyatakan di sini, bahwa pada zaman kemerdekaan, hadir bentuk-bentuk ukiran
bersamaan dengan corak dan motifnya tersendiri sebagai salah satu bentuk penyempurnaan duri
apa yang ditinggalkan dari zaman Hindu. Kemunculan bentuk-bentuk kriya yang beragam corak
dan polanya untuk masing-masing strata tersebut. Sama seperti yang terjadi pada zaman
perunggu, dimana yang memiliki benda-benda kriya hanya orang-orang tertentu saja atau
terbatas di kalangan orang terhormat dan mampu saja. Kriyawan pada masa lalu memegang
peranan penting untuk menyelesaikan proyek-proyek pembangunan rumah ibadat, stupa, kuil,
candi. dan rumah-rumah adat. Tenaga kriyawan dibutuhkan sekali untuk memperindah tampilan
suatu bentuk bangunan atau benda-benda artefak lain yang diperlukan golongan tertentu atau
yang diperlukan khalayak ramai. Mulai dan media batu, perunggu, hingga kayu, semuanya
diperindah, dibentuk oleh kriyawan. Kriya ukir kayu, mulai marak berkembang dari sisa-sisa
kejayaannya masih bisa ditemui saat ini. Saat masuknya pcngaruh Hindu, Budha, dan Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Zuhdi. 2003. https://journal.uny.ac.id/index.php/imaji/article/view/142. Diakses pada 13 Februari


2024.

Alfarizi. 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik
Volume 1 Nomor 3: Kerajinan Gerabah Di Desa Ateuk Kecamatan Baiturrahman Kota Banda
Aceh. Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Rahmadhani, Dewi Suci. 2022. Pengertian Kerajinan, Jenis-Jenis, Fungsi, dan Aspeknya.
https://www.brilio.net/wow/pengertian-kerajinan-adalah-ketahui-jenis-jenis-fungsi-dan-
aspeknya-2209103.html?page=all. Diakses pada 13 Februari 2024.

Kabar Harian. 2021. https://kumparan.com/kabar-harian/seni-ukir-pengertian-jenis-jenis-dan-


teknik-1wlL3uK4NpT/full. Diakses pada 13 Februari 2024.

Evanda. 2021. Teknik Ukir:Pengertian, Sejarah, Fungsi, Jenis, dan Contohnya.


https://www.gramedia.com/best-seller/teknik-ukir/. Diakses pada 13 Februari 2024.

Suparta, I Made. 2010. Apa Sih Kriya Itu?. https://isi-dps.ac.id/apa-sih-kriya-itu/. Diakses pada
13 Februari 2024.

Wahyuni, Trisna. 2019. Kriya Ukir Dasar. https://www.scribd.com/document/496654556/Tugas-


1-Kriya-Ukir-Dasar. Dikases pada 13 Februari 2024.

Anda mungkin juga menyukai