Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya seni kriya dalam kehidupan umat manusia merupakan salah satu sarana
pemenuhan kebutuhan hidup. Karya seni kriya memiliki kekhasan tersendiri karena seni kriya
merupakan suatu karya cipta manusia yang didasari rasa estetis sesuai apa yang diinginkan oleh
manusia itu sendiri. Lingkungan sangat mempengaruhi dalam penciptaan karya seni kriya, yang
paling dominan adalah faktor dari alam. Pengaruh dari alam sekitar tempat tinggal seniman akan
memberikan da fungsional mpak yang signifikan terhadap model dan gaya dari karya yang
diciptakan walaupun dengan material yang berada, hal yang diungkapkan oleh Plato mimesis
atau daya representasi dari keahlian yang muncul sebagai kesempurnaan karya yang mengacu
pada apa yang terdapat di alam sehingga dengan demikian seniman akan mendapatkan
rangsangan dari lingkungannya dalam berkarya, baik dari segi ide maupun bentuk yang
dihasilkan.
Allah SWT menciptakan berbagai makhluk hidup di alam. Alam sekitar merupakan
salah satu sumber ide yang dapat digunakan oleh seorang kriyawan dalam menciptakan karya
seni kriya. Berdasarkan hal tersebut seorang pencipta karya seni harus senantiasa berusaha untuk
menemukan bentuk baru dari yang telah dibuat orang lain. Dalam perkembangan zaman,
menghasilka5 karya seni terbentuk dari aspek bentuk, aspek fungsi dan aspek hias dalam
penciptaan karya seni kriya kayu 3 sering ditemukan kendala atau hambatan pada saat
penciptaan karya tersebut, yaitu bagaimana menghasilkan karya seni yang sesuai dengan prinsip-
prinsip desain dan bagaimana karya yang diciptakan dapat selalu diterima oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian seni kriya?
b. Bagaimana sejarah seni kriya
c. Bagaimana perkembangan seni kriya di Indonesia?
d. Apa saja fungsi seni kriya?
e. Apa saja macam-macam seni kriya?

C. Tujuan
a. Dapat mengetahui pengertian seni kriya
b. Dapat mengetahui sejarah seni kriya
c. Dapat mengetahui perkembangan seni kriya di Indonesia
d. Dapat mengetahui fungsi-fungsi seni kriya
e. Dapat mengetahui macam-macam seni kriya

1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Seni Kriya

Seni Kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan menggunakan keterampilan tangan
(hand skill) dan memperhatikan segi (kebutuhan fisik) dan keindahan (kebutuhan emosional).
Karya seni kriya dikategorikan sebagai karya seni rupa terapan nusantara. Dalam
perkembangannya, karya seni kriya identik dengan seni kerajinan karena terlihat dari cara
pembuatan karya seni kriya dengan menggunakan tangan (hand made).
Seni Kriya telah ada sejak zaman Prasejarah dilihat dari benda-benda temuan sejak zaman
Batu Muda (Neolitikum) yang mana manusia sudah mula tinggal menetap. Benda karya seni
kriya tersebut adalah tembikar dimana tembikar terbuat dari tanah liat dan digunakan sebagai
wadah.
Istilah Seni Kriya berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Krya yang berarti mengerjakan.
Krya terus berkembang menjadi karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus kriya adalah
mengerjakan suatu hal untuk menghasilkan sebuah benda atau objek. Namun, semakin
berkembang disebutlah seni kriya.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia Kriya diartikan sebagai pekerjaan (kerajinan
tangan). Dalam bahasa Inggris disebut Craft yang berarti energi atau kekuatan, maksudnya
adalah suatu keterampilan dalam mengerjakan atau membuat sesuatu.

B. Sejarah Seni Kriya


Seni kriya sudah ada sejak dahulu kala. Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika seni kriya merupakan salah
satu cabang seni rupa yang memiliki akar kuat seperti nilai tradisi dengan mutu tinggi atau memiliki nilai
adiluhung.

Pada zaman klasik, seni inimenjadi media seni utama di nusantara. Untuk lebih tahu tentang sejarah dari
perjalanan dan perkembangannya. Maka penjelasan yang ada di bawah ini bisa membantu Anda untuk tahu
lebih banyak mengenai sejarah seni kriya.

1. Seni Kriya Zaman Klasik


Pada masa lalu para karyawan mampu menghasilkan karya seni dengan ketekunan yang sudah memiliki
konsep filosofi tinggi dan bisa menghasilkan berbagai macam produk dengan legitimasi seni yang begitu
diistimewakan.

Terhadap pola pikir metafisik yang di dalamnya terdapat kandungan muatan nilai spiritual, religious dan
juga margis dalam benda kriya yang telah dihasilkan tersebut. Selain itu kriya juga didukung dengan tatanan
budaya tradisional yang bisa mencerminkan jiwa zaman pada masa itu.

Kriya merupakan seni murni yang begitu diagungkan pada zaman klasik. Banyak produk yang bisa dihasilkan
oleh seni kriya pada zaman klasik. Beberapa contoh benda seni ini yang bisa dihasilkan pada zaman klasik
adalah seperti keris dan senjata hias lainnya, perhiasan emas maupun perhiasan perak, ukiran yang
menggunakan media kayu, topeng yang digunakan untuk keperluan hiasan semata atau digunakan untuk
berbagai upacara dan juga wayang.

2. Zaman Madya atau Islam


Berikutnya adalah sejarah pada zaman madya atau Islam. Pada zaman madya atau zaman Islam yang ada di
Indonesia, pemanfaatannya sudah mulai bergeser terhadap nilai gunanya

Nilai yang religious serta magis sudah mulai hilang karena adanya pengaruh dari Islam. Akan tetapi nilai
spiritual dan juga tradisi dari budaya nusantara masih tetap diagungkan. Untuk benda yang dihasilkan juga
masih terbilang sama dengan benda yang dihasilkan pada zaman klasik.

3. Zaman Modern Atau Kolonial


2|Page
Pada zaman kolonial Belanda, seni ini semakin bergeser ke benda yang digunakan untuk keseharian yang
manna juga nilai artistiknya dipadang sebelah mata. Pada zaman ini pengaruh asing juga mulai menguat.
Sehingga seni ini akan bersaing dengan cabang seni lain seperti seni lukis yang menjadi media utama pada
masa tersebut.

4. Seni Kriya Hari Ini Atau Kontemporer


Berikutnya adalah pada hari ini yang kembali mendapatkan apesidasi dengan sebagaimana mestinya dan tidak
akan mendapatkan perbedaan seperti dahulu kala.
Saat ini juga sudah banyak seniman lokal maupun internasional yang bisa saling bersaing untuk mengusung
benda kriya yang berhasil mereka produksi sebagai bentuk karya.

Selain itu benda seni ini juga mampu bersaing dengan produk yang telah melalui proses produksi massal.
Benda seni kriya memiliki nilai yang lebih jika dilihat dari segi tradisi dan segi ketrampilan.

Sebagai contohnya adalah bendayang bisa dijadikan oleh-oleh khas daerah tertentu. Tak hanya itu saja, namun
benda seni ini juga bisa dijadikan suatu produk eksklusif yang memiliki nilai lebih tinggi. Hal ini karena
bendanya eksklusif hanya diproduksi dalam jumlah terbatas atau tidak pasaran.

C. Perkembangan Seni Kriya

Dalam perkembangannya di Indonesia, seni kriya dibagi menjadi 3 kelompok. Berikut ini
adalah penjelasannya :
1. Seni kriya tradisional klasik (terjadi pada zaman Hindu-Budha)
2. Seni kriya tradisional rakyat (seni kriya yang berasal dari daerah-daerah)
3. Seni kriya Indonesia baru (pada masa kolonial)
Itulah tiga fase perkembangan seni kriya yang ada di Nusantara. Untuk lebih detailnya, kita bisa
mengenai dari ciri-ciri seni kriya yang ada pada zaman tersebut. Berikut ini ulasannya :
 Seni Kriya Tradisional Klasik (Hindu-Budha)
Pada zaman ini kaidah seni sudah di bakukan dalam sebuah pedoman seni oleh seorang
seniman atau empu pada zaman tersebut.
Kualitas seni yang bersifat estetik maupun teknik selalu di dasari dengan pemikiran falsafah
hidup serta pandangan Agama Islam, Hindu, dan Budha.
Salah satu contoh seni kriya pada zaman ini adalah wayang kulit, pandai perak dan emas, ukiran
kayu, keris, kerajinan topeng, dan lain sebagainya.
 Seni Kriya Tradisional Rakyat
Salah satu ciri dari kebudayaan etnik yang menghasilkan corak kesenian tradisional adalah
mengikuti watak serta adab kehidupan dalam masyarakat serta lingkungan alam tempat
masyarakat itu tinggal.
Jenis serta pembuatan karya seni kriya tradisional ini ditentukan dari bahan serta alat yang
tersedia di lingkungan sekitar tempat tinggal masyarakatnya.
 Seni Kriya Indonesia Baru (Kolonial)
Seni kriya pada zaman kolonial pendidikan lebih menekankan pada nilai-nilai yang rasional
serta kehidupan jasmaniah.
Tingkat kesadaran nilai luhur terhadap nilai-nilai tradisional seni kriya menjadi sangat lemah,
baik itu seni kriya klasik ataupun seni kriya rakyat yang berasal dari daerah-daerah.

D. Fungsi Seni Kriya


Secara garis besar, fungsi seni kriya adalah sebagai berikut :
1. Hiasan (Dekorasi). Banyak hasil produk dari seni kriya digunakan untuk benda pajangan.
Seni kriya tersebut lebih mengutamakan keindahan dari pada fungsinya sehingga seni kriya jenis
ini mengalami berbagai pengembangan. Contohnya hiasan dinding, karya seni ukir, patung,
cinderamata dan lain sebagainya..
2. Benda Terapan (Siap Pakai). Seni kriya ini lebih mengutamakan fungsinya sebagai benda
yang siap pakai, nyaman, namun tidak menghilangkan unsur keindahannya. Contohnya senjata,
furnitur, keramik dan lain sebagainya.

3|Page
3. Benda Mainan. Mungkin kita sering menjumpai seni kriya sebagai alat permainan yang
biasanya dengan bentuk sederhana dan bahan yang mudah didapatkan dan dikerjakan, dengan
harga yang relatif murah. Contohnya adalah boneka, kipas kertas, congklak dll.

E. Macam-Macam Seni Kriya

1. Seni Kriya Kayu

A. Pengertian Seni Kriya Kayu

Kriya kayu merupakan suatu jenis seni kriya dalam pekerjaannya membuat benda selalu
menggabungkan antara nilai fungsi sekaligus hias dengan menggunakan bahan kayu. Dalam seni
kriya kayu, terdapat pekerjaan dengan tingkat dasar atau tingkat permulaan. Kayu sangat banyak
dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai benda kerajinan seperti patung, wayang golek, topeng,
furnitur, dan hiasan ukir-ukiran.

B. Jenis-jenis Kayu untuk karya Kriya Kayu

1. Kayu Jati

2. Kayu Mahoni

3. Kayu Sonokeling

4|Page
4. Kayu Suren/surian

5. Kayu Sungkai

6. Kayu Bangkirai

7. kayu keruing

8. Kayu Bayur

9. Kayu Durian

10. Kayu Pulai

11. Kayu Ramin

5|Page
C. Teknik dan proses pembuatan seni kriya kayu

a. Bahan
 Medang
 Meranti
 Mohani
 Sarian
 Jati

b. Alat
 Satu set pahat ukir terdiri terdiri dari: 20 pahat penuku, 10 buah pahat datar, 5
pahat kol, dan 3 pahat coret (kecil, sedang, besar)
 Didukung oleh alat bantu :
 Scrol saw
 palu
 kayu
 Coping saw
 Jing saw
 Batu asah
 Gerinda batu asah

Langkah mengukir:

1. Nggeta’ki: proses memindahkan motif/garis kebenda kerja.

2. Ndasari: proses mencongkel bagian dasar diluar motif agar lebih dalam.

3. Mbukaki: proses membentuk pahatan pada motif batang, daun dan bunganya.

6|Page
4. Mbenangi: proses membentuk benangan/garis pada motif batang, daun dan
bunga. Membentuk garis pada sekukan daun dan bunga.

5. Cawen : membentuk garis pada lekukan daun dan bunga

6. Mbabari: proses terakhir, merapikan/membersihkan bagian ukiran yang belum


semprna.

D. Contoh Kerajinan Seni Kriya Kayu

7|Page
E.

2. Seni Kriya Tekstil

A. Pengertian Seni Kriya Tekstil

Kerajinan tekstil merupakan karya seni atau kerajinan yang dibuat atau memakai tekstil
sebagai bahan utama. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang
atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari
pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk
serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya
bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut: 1. Berdasar jenis
produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk
kerajinan dll) 2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran 3.
Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar 4. Berdasarkan jenis
kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir.

B. Macam-Macam Kerajinan Tekstil Beserta Cara Pembuatannya

1. Kerajinan Batik

Membatik merupakan kegiatan berkarya seni menggunakan bahan lilin yang dipanaskan dan
menggunakan alat canting atau kuas untuk membuat pola gambar atau motif yang dioleskan di
atas selembar kain. Teknik pewarnaannya menggunakan teknik tutup celup. Karya seni batik ini

8|Page
merupakan salah satu seni terapan Nusantara yang menjadi ciri khas kebanggaan bangsa
Indonesia.

2. Kerajinan Sulam

Bordir atau sulaman adalah hiasan yang dibuat di atas kain atau bahan-bahan lain dengan jarum
jahit dan benang. Selain benang, hiasan untuk sulaman atau bordir dapat menggunakan bahan-
bahan seperti potongan logam, mutiara, manik-manik, bulu burung, danpayet
Hasil akhir sulaman dapat dibedakan menjadi:
Sulam datar: hasil sulaman rata dengan permukaan kain
Sulam terawang (kerawang): hasil sulaman berlubang-lubang, misalnya untuk taplak meja dan
pinggiran kebaya
Sulam timbul: hasil sulaman membentuk gelombang di permukaan kain sesuai lekuk gambar.
Jenis bordiran dan sulaman :
Sulam bebas atau sulam benang
Dalam sulam benang, benang dijahit di atas kain dengan mengabaikan pola tenun kain. Teknik
sulam seperti ini dipakai dalam sulam wol seperti bordir tradisional Cina dan Jepang.
Sulam hitung jahitan
Sulaman dibuat sambil menghitung jumlah jahitan yang dibuat. Sulaman dilakukan di atas kain
tenunan sejajar seperti kain kanvas,kain aida, kain strimin, dan kain linen. Jenis sulaman yang
termasuk sulam hitung jahitan adalah kruistik, sulam Assisi, needlepoint, dan blackwork.

3. Kerajinan Jahit Perca

Perca adalah sisa-sisa guntingan kain yang ada setelah membuat pakaian atau karya kerajinan
tekstil lainnya. Jahit perca/tambal seribu/patchwork adalah proses pembuatan suatu produk
kerajinan tekstil yang terbuat dari potongan-potongan kain / perca yang digabungkan dengan
cara dijahit sesuai dengan rencana. Jahit perca pada dasarnya dipelajari keteknikannya bukan
pada bahannya.

4. Kerajinan Jahit Tindas


9|Page
Jahit tindas (quilting) adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara melapisi atau mengisi
kain dengan bahan pelapis atau pengisi kemudian dijahit tindas pada permukaan kain sesuai
dengan rencana.
Jahit tindas adalah teknik pembuatan suatu benda kerajinan tekstil dengan cara mengisi atau
melapiskan kain dengan bahan pelapis, kemudian dijahit pada bagian atas kain sesuai dengan
desain.

5. Kerajinan Cetak Saring

Cetak saring adalah salah satu teknik proses cetak yang menggunakan layar (screen) dengan
kerapatan tertentu dan umumnya barbahan dasarNylon atau sutra. Layar ini kemudian diberi pola
yang berasal dari negatif desain yang dibuat sebelumnya. Kain ini direntangkan dengan kuat agar
menghasilkan layar dan hasil cetakan yang datar. Setelah diberi fotoresis dan disinari, akan
terbentuk bagian-bagian yang bisa dilalui tinta dan tidak. Salah satu contoh kerajinan cetak
saring adalah sablon

6. Kerajinan Tenun

Tenunan yang dikembangkan oleh setiap suku/ etnis di Nusa Tenggara Timur merupakan seni
kerajinan tangan turun-temurun yang diajarkan kepada anak cucu demi kelestarian seni tenun
tersebut. Motif tenunan yang dipakai seseorang akan dikenal atau sebagai ciri khas dari suku atau
pulau mana orang itu berasal, setiap orang akan senang dan bangga mengenakan tenunan asal
sukunya.
Pada suku atau daerah tertentu, corak/motif binatang atau orang-orang lebih banyak ditonjolkan
seperti Sumba Timur dengan corak motif kuda, rusa, udang, naga, singa, orang-orangan, pohon
tengkorak dan lain-lain, sedangkan Timor Tengah Selatan banyak menonjolkan corak motif

10 | P a g e
burung, cecak, buaya dan motif kaif. Bagi daerah-daerah lain corak motif bunga-bunga atau
daun-daun lebih ditonjolkan sedangkan corak motif binatang hanya sebagai pemanisnya saja.

7. Kerajinan Tapestry

Tapestry adalah sebuah bentuk seni tekstil berupa tenun tradisional yang biasa dilakukan pada
alat tenun vertikal. Namun, juga dapat dilakukan di lantai juga. Proses htenun ini terdiri dari dua
arah benang yang bersilangan, yang sejajar dengan panjang disebut “warp” / benang lungsin dan
sejajar dengan lebar disebut “weft” / benang pakan.
Kebanyakan penenun tapestry menggunakan benang lungsin berbahan alami seperti benang linen
atau benang katun. Benang pakan yang dipakai berupa benang wol atau benang katun, namun
bisa pula benang sutra, benang emas, benang perak, atau alternatif media lain.
Tapestry telah diproduksi dan digunakan sejak zaman Helenis. Contoh kerajinan tapestry Yunani
yang pernah ditemukan berasal dari abad ke-3 SM dalam kondisi terawetkan di gurun Tarim
Basin. Kerajinan tapestry mencapai tahap baru produksi massal di Eropa pada awal abad ke-14
Masehi. Gelombang pertama produksi berasal dari Jerman dan Swiss. Seiring waktu, kerajinan
diperluas ke Prancis dan Belanda.
Konotasi istilah tapestry ini juga digunakan untuk menggambarkan hasil kerajinan tekstil yang
dibuat pada alat tenun Jacquard. Sebelum tahun 1990-an, tapestry yang terkenal Abad
Pertengahan telah diproduksi dengan menggunakan teknik Jacquard. Namun pada abad
modernisasi, artis seperti Chuck Close dan Magnolia Editions telah mengadaptasi proses
Jacquard yang terkomputerisasi untuk menghasilkan karya seni rupa yang indah memukau.

8. Kerajinan Makrame

Makrame adalah bentuk seni kerajinan simpul-menyimpul dengan menggarap rantaian benang
awal dan akhir suatu hasil tenunan, dengan membuat berbagai simpul pada rantai benang
tersebut sehingga terbentuk aneka rumbai dan jumbai Dalam membuat makrame, ada beberapa
teknik yang digunakan antara lain teknik pilin,simpul,anyam, atau rajut.
Hasil karya kerajinan makrame memiliki kesesuaian fungsi, kekuatan, dan keindahan yang
berbeda-beda. Fungsi karya kerajinan dapat dilihat dari penggunan benda tersebut. Kekuatan dari
karya kerajinan ditentukan dari kualitas bahan dasar yang digunakan. Apabila bahan dasar yang
digunakan kuat maka kualitasnya akan bagus. Keindahan karya kerajinan makrame dapat dilihat
dari model benda yang dibuat, corak, hiasan atau aksesoris dari benda tersebut.
C. Fungsi Kerajinan Tekstil

11 | P a g e
1. Sebagai Dekorasi (hiasan/aksesoris)
Produk-produk seni kriya banyak diciptakan untuk berfungsi sebagai benda-benda pajangan.
Dengan berfungsi sebagai benda pajangan, maka nilai estetik sangat dibutuhkan. Berikut adalah
contoh-contoh karya seni kriya yang berfungsi sebagai benda pajangan :Topeng kayu (Kriya
kayu)Patung kayu (Kriya kayu)Ukiran (Kriya kayu dan logam)Guci (Kriya keramik)Makram
(Kriya tekstil) dan lain-lain.
2. Sebagai Benda Terapan (fungsional)
Di samping sekedar sebagai benda pajangan, karya seni kriya banyak kita jumpai memiliki
fungsi praktis, karena fungsi merupakan hal yang diprioritaskan dalam seni kriya. Seni kriya
pada dasarnya mengutamakan fungsi, sedangkan unsur rupa/hiasan merupakan unsur pendukung
saja. Berikut adalah contoh seni kriya yang siap pakai (fungsional)Kursi dan meja (Kriya
kayu)cangkir dan teko (Kriya keramik)Sarung bantal kursi (Kriya tekstil)Tas, ikat pinggang,
sepatu dll (Kriya kulit)
3. Sebagai Mainan
Di samping sebagai benda pajangan dan terapan, karya seni kriya juga berfungsi sebagai benda
mainan. Meskipun sebagai benda mainan, karya seni kriya jenis ini tetap mempertahankan nilai-
nilai estetika. Berikut adalah beberapa macam contoh karya seni kriya yang berfungsi sebagai
benda mainan Dakon (Kriya kayu) Yoyo (Kriya kayu) Wayang (Kriya kulit) Boneka dll (Kriya
tekstil)

D. Langkah-Langkah Membuat Karya Kerajinan Kriya Tekstil

Bahan:

 Tali cord (kurang lebih 1m)


 Monte (manik-manik)
 Kolong gantungan kunci

Alat:

 Gunting
 korek api/lem

CARA MEMBUAT:

1. Masukkan monte/manik-manik kedalam tali cord sama panjang

12 | P a g e
2. Kemudian buat anyaman seperti gambar ini.

3. Pasang monte pada kedua tangan lalu ikat ujungnya. Agar ikatan lebih kuat diberi lem
atau korek api.

4. Pasang gantungan kunci dengan sisa tali cord pada bagian atas kepala.

5. Gantungan kunci telah selesai.

3. Seni Kriya Keramik

13 | P a g e
A. Pengertian Seni Kriya Keramik

Seni Keramik adalah cabang seni rupa yang mengolah material keramik untuk membuat
karya seni dari yang bersifat tradisional sampai kontemporer. Selain itu dibedakan pula kegiatan
kriya keramik berdasarkan prinsip fungsionalitas dan produksinya.
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani,keramikos, yang artinya suatu bentuk dari
tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiclopedia tahun 1950-an
mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari
tanah liat yang dibakar seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak
semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua
bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. (Yusuf, 1998;2)

B. Jenis-Jenis Keramik

Pada prinsipnya keramik terbagi menjadi dua, yaitu:


1. Keramik tradisional
Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam,
seperti kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah
(dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).
2. Keramik halus
Fine ceramics (keramik modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced ceramic,
engineering ceramic, techical ceramic) adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan
oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO,dll).
Penggunaannya: elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang
medis. (Joelianingsih, 2004)

C. Proses Pembuatan Keramik

Membuat keramik memerlukan teknik-teknik yang khusus dan unik. Hal ini berkaitan dengan
sifat tanah liat yang plastis dimana diperlukan ketrampilan tertentu dalam pengolahan maupun
penanganannya. Membuat keramik berbeda dengan membuat kerajinan kayu, logam, maupun
yang lainnya. Proses membuat keramik adalah rangkaian proses yang panjang yang didalamnya
terdapat tahapan-tahapan kritis. Kritis, karena tahapan ini paling beresiko terhadap kegagalan.
Tahapan proses dalam membuat keramik saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Proses
awal yang dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan produk yang baik juga. Demikian
sebaliknya, kesalahan di tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga.

14 | P a g e
Tahap-tahap membuat keramik

Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk membuat suatu produk keramik, yaitu:

1. Pengolahan bahan

Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material yang
belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat
dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Didalam
pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan
ukuran butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air.
Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan
ballmill. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak
seragam.Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan
adalah 60 – 100 mesh.

Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan yang


homogen/seragam. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan
blunger maupun mixer.

Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang
berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air
yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan
diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat filterpress.

Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan untuk menghomogenkan massa badan
tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin terjebak. Massa badan
keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan
keplastisan yang maksimal.

2. Pembentukan

Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi benda-
benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik:
pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak
(casting).
Pembetukan tangan langsung
Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada beberapa metode
yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan teknik lempeng
(slabbing).

Pembentukan dengan teknik putar

Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar dan merupakan
kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga keteknikan ini
menjadi semacam icon dalam bidang keramik. Dibandingkan dengan keteknikan yang lain,

15 | P a g e
teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi. Seseorang tidak begitu saja langsung
bisa membuat benda keramik begitu mencobanya. Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk
melatih jari-jari agar terbentuk ’feeling’ dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik
dibentuk diatas sebuah meja dengan kepala putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat
dengan keteknikan ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder: misalnya piring,
mangkok, vas, guci dan lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat putar (meja putar).
Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat putar masinal yang digerakkan dengan
listrik.

Secara singkat tahap-tahap pembentukan dalam teknik putar adalah: centering (pemusatan),
coning (pengerucutan), forming (pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining the
contour (merapikan).

Pembentukan dengan teknik cetak

Dalam keteknikan ini, produk keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan; tetapi
menggunakan bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak dapat dilakukan
dengan 2 cara: cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik cetak padat bahan baku yang
digunakan adalah badan tanah liat plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang
digunakan berupa badan tanah liat slip/lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda
yang diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis. Berbeda dengan teknik putar
atau pembentukan langsung,

3. Pengeringan

Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan
utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik.
Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting: (1) Air pada lapisan
antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel
saling bersentuhan dan penyusutan berhenti; (2) Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan (3)
air yang terserap pada permukaan partikel hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus
dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk menghindari retak/cracking terlebih pada
tahap 1 (Norton, 1975/1976). Proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan
dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara
sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.

Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik diangin-
anginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan sinar matahari
langsung atau mesin pengering dapat dilakukan.

4. Pembakaran

Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang
rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah
tungku/furnace suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran:
suhu sintering/matang, atmosfer tungku dan tentu saja mineral yang terlibat (Magetti, 1982).
Selama pembakaran, badan keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilang/muncul
fase-fase mineral, dan hilang berat (weight loss). Secara umum tahap-tahap pembakaran maupun
kondisi api furnace dapat dirinci dalam tabel.

Pembakaran biscuit

Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu
benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah untuk menyebut
benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000oC. Pembakaran biskuit sudah

16 | P a g e
cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk benda-benda keramik
berglasir, pembakaran biskuit merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat
dan mampu menyerap glasir secara optimal.

5. Pengglasiran

Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda
keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk
benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk
benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk
keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-
efek tertentu sesuai keinginan.

Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan menentukan produk yang dihasilkan. Oleh
karena itu kecermatan dalam melakukan tahapan demi tahapan sangat diperlukan untuk
menghasilkan produk yang memuaskan.

4. Seni Kriya Logam

A. Pengertian Seni Kriya Logam

Kriya logam adalah seni kerajinan atau keterampilan untuk membuat sesuatu menjadi
barang- barang yang memiliki nilai guna dengan menggunakan logam sebagai medianya.
Adapun karya yang dihasilkan dapat berupa karya 2 dimensi (lukisan logam), ataupun 3 dimensi
(patung logam). Media Logam, media logam yang biasa digunakan dalam pembuatan karya-
karya kriya logam menggunakan media almunium,kuningan, dan tembaga.

B. Tehnik Pembuatan Seni Kriya Logam

Adapun teknik-teknik yang biasa dipakai pada kriya logam yaitu dengan teknik : Ketok,
las, cor, dan patri.

1. Tehnik Pembuatan Seni Kriya logam

Dalam pembuatan karya Seni Kriya logam diperlukan alat dan bahan sesuai dengan hasil
karya yang diinginkan yaitu karya kriya logam dua dimensi atau karya kriya logam tiga dimensi.
Berikut alat dan bahan sesuai dengan karya yang dihasilkan :

a) Dua dimensi :

1. Lembaran bahan logam seperti alumunium, kuningan, tembaga, perak, dsb.


2. Ballpoint yang sudah tidak terpakai (habis tintanya).
3. Kertas untuk menggambar sketsa kriya logam yang akan dibuat.

b) Tiga Dimensi :

1. Teknik Pencetakan/Pengecoran :

1. Bahan logam seperti alumunium, kuningan, tembaga, perak, dsb.

17 | P a g e
2. Catakan lelehan logam untuk membuat pola/bentuk dasar (dari bahan lilin dan tanah
liat).
3. Tungku pembakaran.
4. Alat ukir logam.
5. Alat untuk menghaluskan logam.

· Teknik Penempaan :

1. Alat tempa logam seperti palu


2. tungku pembakaran.
3. Sarung tangan
4. Alat untuk menghaluskan logam.

2. Teknik Pencetakan/Pengecoran :

1. Siapkan semua alat dan bahan yang akan di butuhkan untuk teknik
pencetakan/pengecoran.
2. Lalu membuat cetakan dasar dari bahan yang tidak mingikat logam sperti lilin yang
telah di bentuk sesuai dengan bentuk yang akan di buat lalu cetakan lilin
dibungkus/dilumuri tanah liat agar cairan logam tidak keluar dari cetakan lilin.
3. Membakar bahan logam (almunium,kuningan, dan tembaga) di dalam tungku
pembakaran hingga bahan logam tersebut meleleh.
4. Setelah bahan logam telah menjadi cair, lalu cairan logam tersebut di tuangkan dalam
cetakan dasar yang telah di buat sebelumnya.
5. Setelah cairan dalam cetakan telah mengeras/padat maka bahan logam tersebut dapat
dikeluarkan dari cetakan untuk dikeringkan.
6. Setelah bahan logam tersebut telah berbentuk seperti bentuk yang diinginkan maka
bahan logam tersebut di haluskan agar bentuk dan permukaanya tampak halus.

3. Teknik Penempaan :

1. Siapkan semua alat dan bahan yang akan di butuhkan untuk teknik penempaan.
2. Kemudian tentukan bentuk karya yang akan di buat.
3. Lalu gunakan bahan logam yang sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
4. Setelah itu masukan bahan logam kedalam tungku pembakaran kemudian lakukan
tehkink penempaan yaitu dengan memukul bahan logam yang panas akibat di bakar
dalam tungku pembakaran dengan palu sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
5. Tahap akhir, jika telah selesai lakukan penghalusan pada pada permukaan hasil kriya
logam tersebut.

C. Langkah-Langkah Pembuatan Seni Kriya Logam

Berkaraya Kriya Logam 2 Dimensi


Alat dan bahan yang digunakan :
- Lembaran Almunium ukuran 20 X 20 cm
- Ballpoint yang sudah tidak terpakai (habis tintanya)

Langkah-langkah pengerjaan :

1. Membuat gambar desain pada kertas HVS A4

2. Gambar desain yang telah jadi ditempel pada permukaan almunium

18 | P a g e
3. Proses pembuatan sketsa pada almunium menggunakan ballpoint bekas, dengan cara
menekan mengikuti garis kontur pada desain gambar yang dibuat.

4. Setelah gambar tersebut terbentuk pada permukaan almunium, kertas dicabut, kemudian
pada permukaan almunium bag bawah dialasi dengan anduk kecil / busa , bag. atas
ditekan-tekan sehinga objek gambar terbentuk menonjol keluar seperti relief.

D. Contoh-Contoh Hasil Seni Kriya Logam

1) Seni Kerajinan Uang Kepeng

2) Seni Kerajinan Patung Buddha

19 | P a g e
3) Seni Kerajinan Pisau

4) Seni Kerajinan Vase Bunga

5. Seni Kriya Kulit

A. Pengertian Kriya Kulit

Kriya kulit adalah jenis karya seni yang bahan bakunya dari kulit. Kulit yang digunakan
pun bervariasi, mulai dari kulit sapi, kerbau, kambing, ular dan buaya. Namun sebelum dipakai,
terlebih dahulu kulit harus mengalami proses pengolahan yang panjang. Mulai dari pemisahan
dari daging beserta kulitnya, pembersihannya, pencucian pada cairan tertentu, pewarnaan dengan
warna yang diinginkan, perendaman dengan zat kimia tertentu (penyamakan), pengeringan,
20 | P a g e
penghalusan dan perentangan supaya tidak mengkerut. Setelah melalui beberapa tahapan itu,
kulisa bisa di langsung dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Hasil kriya kulit
nantinya bisa berupa sepatu, tas, pakaian (jaket), wayang kulit, dompet, tempat HP, ikat
pinggang, alat musik rebana dan beberapa jenis olahan benda lainnya. Daerah penghasil kriya
kulit santreo yang paling di kenal antara lain Garut, Yogyakarta, dan Bali.

B. Jenis-Jenis Kulit dan Pembagian Kelompok Kulit

Pembagian kelompok kulit, antara lain :


1. Kulit besar (Sapi,kerbau, kuda, gajah)
2. Kulit kecil (kambing, domba, kijang, kelinci)
3. Kulit reptil (ular, buaya, biawak, kadal, kodok)
4. Kulit ikan (pari, hiu, tuna).

Macam -macam kulit yang berasal dari kulit hewan yang kita jumpai di pasaran
di antara nya adalah :
1. Kulit kambing
Bnyak terdapat di indonesiaa dan di gunakan sebagai bahan baku pembuatan
barang kerajinan berukuran 5-10 kaki persegi( kira kira 28X28 cm) dan hasil samakan
nya mengkilat.
2. Kulit domba
Kulit domba atau biri- biri bentuknya memanjang dan memiliki aneka
warna .banyak digunakan untuk bahan pembuatan hiasan dinding, kerajinan kulit dan
sebagainya.
3. Kulit sapi
Banyak dibutuhkan pengusaha industri kerajinan. Kepadatan kulitnya
menyebab kan kuatnya bahan dan ukurannya lebih besar, tebal dan hasilnya lebih
mengkilat , dan demikian harganya mahal.

4. Kulit kerbau
Tidak berbeda dengan kulit sapi, hanya agak tebal sedikit, ukurannya juga
besar dan harganya juga mahal.
5. Kulit jenis hewan lain
Masih banyak bahan kulit lain seperti : kulit babi hutan, kulit ular, kulit buaya,
kulit harimau, kulit ikan, kulit ayam dan sebagainya.
6. Kulit buatan
Kulit yang berserat secara teknis di proses kembali bahan baku yang baru
yang berasal dari sisa-sisa tebal kulit atau lapisan luar, lapisan kulit yang dilapiskan,
kemudian dicampur dengan bahan yang lain, kemudian diolah menjadi bahan kulit
buatan.

C. Proses Pembuatan Seni Kriya Kulit

21 | P a g e
Industri kerajinan tangan merupakan salah satu sektor industri yang cukup menjanjikan
di kalangan masyarakat, terutama di kawasan objek wisata. Indonesia memiliki kekayaan budaya
dan produk kerajinan yang sangat beranekaragam. Produk kerajinan tangan yang dihasilkan
terdiri dari berbagai macam bahan, salah satunya dari kulit. Dengan bahan dasar kulit, dapat
dibuat seni tatah sungging yang menggunakan kulit sebagai media kreatif. Produk yang
dihasilkan berupa wayang kulit, kipas, hiasan dinding, miniatur wayang, kaligrafi, pembatas
buku, kap lampu, pigura, kipas tangan serta souvenir lainnya.

Kerajinan tatah sungging terutama wayang kulit adalah kerajinan yang memadukan seni
dan sejarah wayang kulit. Ini dikarenakan untuk membuat wayang kulit diperlukan kemauan
belajar yang tinggi, keuletan dan rasa kecintaan yang tinggi dengan cerita pewayangan. Wayang
kulit sebagai salah satu warisan leluhur khususnya dari Kraton Yogyakarta diharapkan menjadi
contoh warisan yang dijaga dan dipertahankan demi kelangsungan keberadaan wayang kulit
khususnya dan sebagai identitas kota Yogyakarta pada umumnya.

Industri kerajinan tatah sungging mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Industri
kerajinan ini telah terkenal hingga ke mancanegara. Di provinsi Yogyakarta, tepatnya di Dusun
Karangasem Desa Wukirsari, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta banyak terdapat centra
pengrajin tatah sunggging. Di daerah ini, hampir 80% penduduknya memiliki profesi sebagai
pengrajin tatah sungging.

Untuk membuat suatu wayang kulit memerlukan beberapa tahapan kerja, di antaranya yaitu :

Pembelian kulit

Kulit yang digunakan untuk membuat wayang kulit terdiri dari beberapa macam, yaitu
kulit mentah dan kulit split. Kulit mentah adalah kulit yang langsung digunakan untuk proses
pembuatan wayang kulit tanpa melalui proses kimiawi. Sedangkan kulit split adalah kulit yang
sudah melalui proses kimiawi di pabrik. Kulit yang digunakan untuk membuat wayang kulit
biasanya berasal dari kulit kerbau, sapi, dan kambing. Sebagian besar kulit diperoleh dari daerah
Magetan (Jawa Timur), Sukoharjo, Solo, Segoroyoso (Yogyakarta) dan Magelang.

Pengolahan kulit

Direndam dengan air selama satu hari sampai lunak. Kemudian direntangkan atau
dipentangkan dengan menggunakan tali dan pigura kayu yang kuat. Selanjutnya kulit tersebut
dijemur di bawah terik matahari sampai benar-benar kering. Kulit yang sudah kering segera
ditipiskan dengan cara dikerok. Bagian yang dikerok adalah bagian rambut (bagian luar) dan
sisa-sisa daging yang masih melekat (bagian dalam). Kulit dikerok dengan menggunakan pisau
atau pethel sedikit demi sedikit secara hati-hati. Kulit bagian dalam dikerok terlebih dahulu dan
lebih banyak dikurangi agar diperoleh kulit yang berkualitas. Setelah itu, baru dilanjutkan
pengerokan kulit bagian luar. Pengerokan kulit bagian luar hanya sedikit saja karena bila
dilakukan pengurangan terlalu banyak maka kulit yang dihasilkan akan menjadi mudah patah
bila dilipat. Bila perlu, pada bagian ini hanya dihilangkan rambut-rambutnya saja dan
dibersihkan dengan air. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mempermudah
pengerokan rambut pada kulit, seperti merendam kulit dengan air mendidih, dan dengan
menggunakan air kapur sebelum dipentangkan. Torehan pisau pada proses pengerokan hanya
dilakukan satu arah dari atas ke bawah. Setelah kulit ditipiskan, sisa-sisa kerokan dibersihkan
dengan air dan bagian yang dikerok dihaluskan dengan amplas. Selanjutnya, dijemur di panas
sinar matahari lagi hingga kering secara merata.

22 | P a g e
Gambar 1. Proses pengerokan kulit.

Gambar 2. Kulit hewan yang telah dikerok dan dikeringkan

Setelah kering, kulit dilapisi dengan warna dasar untuk menutup pori-pori kulit agar
permukaannya rata. Kemudian mulai dibentuk sketsa di permukaan kulit. Setelah itu, tepi sketsa
ditatah sehingga diperoleh bentuk dasar. Tahap selanjutnya adalah memperhalus tatahan dasar
dan membuat kombinasi yang indah dalam terawangan cahaya. Setelah terbentuk wayang secara
kasar, maka bagian muka dan detail lainnya di bagian sketsa dalam mulai ditatah. Proses ini
sangat penting karena berpengaruh pada karakter wayang yang dihasilkan. Setelah melalui tahap
ini, wayang yang dihasilkan tersebut dinamakan putihan karena belum diwarnai.

Gambar 3. Proses tatah kulit.

Putihan tersebut diwarnai dengan menggunakan pewarna sintetis, yaitu cat Sandy Colour, dan
menggunakan perekat rakol (lem Fox). Setelah selesai dicat dan disempurnakan, wayang kulit
diberi penyangga dengan menggunakan tanduk kerbau atau bambu.

23 | P a g e
Gambar 4. Proses pewarnaan wayang kulit (Sungging)

Sisa potongan kulit yang dinamakan dengan leresan umumnya dapat digunakan sebagai bahan
rambak (krupuk kulit) dan sebagai dipupuk organik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa Seni Kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan
menggunakan keterampilan tangan (hand skill) dan memperhatikan segi fungsional (kebutuhan
fisik) dan keindahan (kebutuhan emosional). Seni Kriya telah ada sejak zaman Prasejarah dilihat
dari benda-benda temuan sejak zaman Batu Muda (Neolitikum) yang mana manusia sudah mula
tinggal menetap. Benda karya seni kriya tersebut adalah tembikar dimana tembikar terbuat dari
tanah liat dan digunakan sebagai wadah.
Seni Kriya memiliki berbagai macam yaitu kriya batik, logam, ukir, anyaman, keramik, dan
metal. Seni kriya dapat dibuat dari berbagai unsur- unsur baik itu alam dan hewan.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siswa-siswi pada umumnya. Dengan membaca
makalah ini, kita harus melestarikan seni kriya sebagai generasi muda agar bisa menjadi kreatif
dan inovatif.

24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

https://mazgun.wordpress.com/2008/09/26/proses-pembuatan-keramik/
http://www.artikelsiana.com/2015/09/pengertian-seni-kriya-fungsi-macam.html
http://mynotes76.blogspot.com/2013/12/seni-kriya-logam.html
http://syahidsastra.blogspot.com/2015/10/makalah-seni-kriya.html
http://q2art.blogspot.com/2016/04/pengertiankulit-kulitadalah-lapisan.html

https://dekranas.id/kriya-kayu/
https://www.triobbc.com/2015/01/latar-belakang-sejarah-dan-pengertian-seni-kriya-logam.html
https://ilmuseni.com/seni-rupa/cabang-seni-rupa

25 | P a g e
26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai