Anda di halaman 1dari 15

SENI KRIYA

Kriya adalah kegiatan seni yang menitik-beratkan kepada keterampilan


tangan dan fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan
menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis.
Kriya bisa "meminjam" banyak pengetahuan dalam seni rupa murni seperti
cara mematung atau mengukir untuk menghasilkan produk, namun tetap dengan tidak
terlalu berkonsentrasi kepada kepuasan emosi seperti lazim terjadi misalnya pada
karya lukis dan patung. Kriya juga lebih sering mengikuti tradisi daripada penemuan
yang sering ditemukan secara individu oleh seorang perupa. Kriya bisa berbentuk
karya dari tanah, batu, kain, logam ataupun kayu.

Seni kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan menggunakan
ketrampilan tangan (hand skill) tetapi tetap memperhatikan aspek fungsional dan juga
nilai seni itu sendiri, sehingga seni kriya dapat dikategorikan sebagai sebuah karya
seni rupa terapan nusantara. Pembuatan karya seni kriya tidak hanya berdasar pada
aspek fungsional nya (kebutuhan fisik) saja, namun juga digunakan sebagai sebuah

media pemenuhan kebutuhan akan keindahan (kebutuhan emosional). Seiring dengan


perkembangannya, karya seni kriya biasanya identik dengan seni kerajinan. Hal ini
dikarenakan dari cara pembuatan karya seni kriya yang dilakukan dengan
menggunakan tangan (hand made) tetapi juga memiliki aspek fungsional.
Tradisi dalam membuat benda-benda seni kriya sudah ada sejak zaman
prasejarah, hal tersebut dibuktikan dengan beberapa temuan benda prasejarah yang
mengindikasikan bahwa manusia sudah mulai tinggal secara menetap sejak zaman
Batu Muda (Neolitikum). Pada zaman tersebut mereka mulai membuat beberapa
benda fungsional guna untuk menunjang semua aktivitas mereka setiap hari, salah
satu kerajinan (seni kriya) tersebut adalah tembikar. Tembikar tersebut terbuat dari
tanah liat dan biasanya digunakan sebagai wadah.
Tembikar pada zaman Neolitikum ternyata sudah ada hiasan yang berupa
lambang-lambang atau simbol-simbol kehidupan spiritual yang mereka percayai.
Dalam periode selanjutnya, seni kriya berkembang dengan sangat pesat.
Perkembangan tersebut bukan hanya terjadi pada aspek fungsi saja, namun juga
berimbas pada peningkatan kualitas bahan dan bentuk serta corak hiasannya. Pada
mulanya benda-benda tersebut mempunyai bentuk yang sangat sederhana, lalu
kemudian berkembang menjadi bentuk yang beraneka ragam dan terkadang juga
sangat rumit, demikian juga dengan corak hiasannya yang semakin banyak, variasi
dan juga detailnya.
Pengertian Seni Kriya
Istilah seni kriya berasal dari bahasa Sansekerta krya yang berarti
mengerjakan. Dari kata dasar tersebut kemudian berkembang menjadi kata yang
beragam, mulai dari karya, kriya serta kerja. Dalam arti khusus kriya adalah
mengerjakan suatu hal untuk menghasilkan sebuah benda atau obyek. Namun, seiring
dengan perkembangannya semua hasil suatu pekerjaan termasuk juga berbagai ragam

teknik pembuatannya yang kemudian menghasilkan sebuah benda seni yang memiliki
fungsi tertentu disebut juga dengan seni kriya. (Timbul Haryono,2002)
Kata kriya sendiri jika dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti
pekerjaan (kerajinan tangan). Jika dalam bahasa Inggris disebut dengan craft yang
berarti energi atau kekuatan, arti lainnya adalah suatu ketrampilan dalam
mengerjakan atau membuat sesuatu. Istilah tersebut diartikan juga sebagai
ketrampilan yang sering dikaitkan dengan suatu profesi seperti craftsworker
(pengrajin).
Pada kenyataannya seni kriya sering diartikan sebagai karya yang dihasilkan dengan
skill atau ketrampilan seseorang yang mana diketahui bahwasanya semua ekspresi
dan kerja seni membutuhkan sebuah ketrampilan (skill). Jika merujuk pada persepsi
kesenian yang berawal dari tradisi Jawa, dikenal dengan sebutan kagunan yang
berarti

kapinteran/Yeyasan

ingkang

adipeni/Wudharing

pambudi

nganakake

kaendahan-gegambaran, kidung ngukir-ukir. (Kamus Bausastra Jawa)


Penjelasan tersebut menunjukan akan pentingnya suatu ketrampilan dalam membuat
(mengubah) benda yang digunakan sehari-hari, selain itu juga dibutuhkan
pengetahuan dan kepekaan (akan keindahan).

Fungsi Seni Kriya


Fungsi dari seni kriya adalah sebagai salah satu karya seni rupa yang secara garis
besar dibagi atas tiga golongan:
1. Hiasan (dekorasi)

Banyak hasil atau produk seni kriya yang digunakan sebagai benda pajangan.
Seni kriya jenis ini lebih mengutamakan segi rupa dari pada segi fungsinya, oleh
sebab itu beberapa bentuknya juga mengalami pengembangan. Misalkan hiasan
dinding, karya seni ukir, patung, cinderamata, dan lain sebagainya.

2. Benda terapan (siap pakai)

Seni kriya jenis ini lebih mengutamakan akan fungsinya. Dan biasanya
berfungsi sebagai benda yang siap pakai, nyaman, namun tidak menghilangkan unsur
keindahannya. Misalkan senjata, furnitur, keramik, dan lain sebagainya.
3. Benda mainan

Di lingkungan sekitar, sering kita jumpai hasil dari seni kriya yang digunakan
sebagai alat permainan. Jenis seni kriya yang seperti ini biasanya memiliki bentuk
yang sederhana, bahan yang digunakan pun juga relatif mudah untuk didapatkan dan
dikerjakan, sedangkan harganya juga relatif murah. Misalkan boneka, kipas kertas,
dan congklak.

Jenis-jenis seni kriya


Bentuk dari karya seni kriya Nusantara sangatlah beragam, termasuk juga bahanbahan dari alam yang digunakan. Dari beberapa seni kriya Nusantara, ada juga yang
tetap mempertahankan keanekaragaman hiasan tradisional dan ada juga yang sudah
dikembangkan karena tuntutan pasar.
Berikut beberapa jenis seni kriya menurut bahan yang digunakan:.
A. Seni Kriya Kayu

Kriya kayu merupakan suatu jenis seni kriya yang dalam pekerjaannya
membuat benda selalu menggabungkan antara nilai fungsi sekaligus hias dengan
menggunakan bahan kayu. Dalam seni kriya kayu, terdapat pekerjaan dengan tingkat
dasar atau tingkat permulaan. Kayu sangat banyak dimanfaatkan dalam pembuatan
berbagai benda kerajinan seperti patung, wayang golek, topeng, furnitur dan juga
hiasan ukir-ukiran.

B. Seni Kriya Tekstil

Istilah tekstil sangatlah luas dan juga mencakup berbagai jenis kain yang cara
pembuatannya, baik dengan cara diikat, ditenun, dipres dan masih banyak lagi cara
lain yang dikenal dalam teknik pembuatan kain. Kain pada umumnya terbuat dari
serat yang dipintal atau dipilin untuk menghasilkan benang panjang yang kemudian
ditenun atau dirajut sehingga dapat menghasilkan kain yang berupa barang jadi.
Ketebalan atau jumlah serat, tekstur kain, kadar pilihan, variasi dalam rajutan dan
juga tenunan, merupakan faktor yang sangt berpengaruh terciptanya aneka macam
kain yang tak terhitung macamnya.
Aneka ragam karya seni tekstil dapat kita dilihat dari teknik, ragam hias, jenid dan
juga bahan yang digunakan. Jenis seni kriya tekstil di Nusantara dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu karya batik dan karya tenun.

C. Kriya Keramik

Bahan dasar dari keramik adalah tanah liat (lempung). Keramik dibuat dengan
berbagai macam teknik, antara lain teknik cetak, pijit, lempeng dan pilin. Setelah
keramik selesai dibentuk, lalu diberi hiasan. Setelah itu masuk dalam proses
pengeringan, jika sudah kering, kemudian dibakar dengan menggunakan suhu
tertentu. Keramik biasanya dibuat dalam benda-benda pakai atau benda hias dengan
beragam variasi dan juga bentuk, seperti guci, vas bunga, pot bunga dan lain
sebagainya. Daerah-daerah penghasil keramik juga tersebar luas di Nusantara, antara
lain di Yogyakarta, Cirebon, Malang, dan Purwokerto.
D. Kriya Logam

Kriya logam merupakan seni kriya yang mengolah benda logam menjadi
berbagai macam kerajinan. Dalam mengolah logam biasanya menggunakan cara
mengecor logam panas tersebut dengan menggunakan cetakan. Cetakan tersebut bisa
terbuat dari gips, pasir, tanah liat dan juga logam. Kriya logam biasanya
menggunakan berbagai jenis logam seperti perak, emas, perunggu, tembaga, besi,
kuningan, dan aluminium. Produk yang dihasilkan, bisa berupa perhiasan perak dan
emas, senjata tajam, patung perunggu, peralatan rumah tangga dan juga alat musik
gamelan. Seiring dengan perkembangan zaman, kriya logam kini dibuat dengan
berbagai macam variasi bentuk. Teknik membuat kriya logam sendiri ada dua, yaitu
teknik bivalve dan teknik a cire perdue.
-

Teknik a cire perdue atau yang lebih dikenal dengan cetakan lilin, adalah
teknik yang digunakan untuk membuat bentuk benda yang diinginkan dengan
menggunakan lilin sebagai media cetak.

Caranya adalah membuat model dari lilin terlebih dahulu, kemudian tutup model
tersebut dengan menggunakan tanah dan dibuatkan juga lubang dari bawah dan atas.
Setelah itu, cetakan tersebut dibakar sampai lilin yang terbungkus dengan tanah
tersebut mencair, dan keluar dari lubang bagian bawah. Selanjutnya masukkan cairan
perunggu atau jenis logam lainnya melalui lubang atas. Apabila cairan tersebut sudah
mengeras/dingin, pecahkan cetakan tersebut sehingga keluarlah benda yang kita
inginkan.
- Teknik bivalve atau yang lebih dikenal dengan setangkap, adalah teknik yang
digunakan untuk membuat bentuk benda menggunakan cetakan yang ditangkupkan
tetapi cetakan tersebut bisa dibuka sehingga setelah dingin cetakan tersebut bisa
dibuka, dan keluarlah benda yang kita kehendaki. Biasanya cetakan tersebut terbuat
dari batu ataupun kayu.

E. Kriya Kulit

Kriya kulit merupakan jenis karya seni kriya yang menggunakan kulit sebagai
bahan bakunya. Kulit yang digunakan biasanya adalah kulit sapi, kerbau, kambing,
ular, dan buaya. Sebelum kulit tersebut dipakai, terlebih dulu menjalani proses
pengolahan yang sangat panjang, mulai dari pemisahan dari daging hewan tersebut,
pencucian dengan menggunakan cairan tertentu, pembersihan, perendaman dengan
menggunakan zat kimia tertentu (penyamakan), pewarnaan, perentangan kulit agar
tidak mengkerut, pengeringan, dan penghalusan. Setelah itu, baru dipotong-potong
sesuai dengan ukuran dari benda yang akan dibuat. Hasil dari seni kriya kulit ini
biasanya berupa sepatu, tas, wayang kulit, pakaian (jaket), ikat pinggang, dompet, alat
musik rebana, dan juga tempat HP. Daerah penghasil seni kriya kulit ini, antara lain
Garut, Bali dan Yogyakarta.

F. Kriya Batu

Batu yang mempunyai tekstur keras, kaku dan cenderung susah dibentuk
ternyata bisa diolah menjadi seni kerajinan yang sangat indah. Salah satunya adalah
hasil karya seni yang berasal dari daerah Sukaraja, Sukabumi. Di daerah tersebut
banyak dumpai berbagai macam material batu yang sudah diolah menjadi berbagai
macam hiasan dan dekorasi rumah. Misalkan batu akik, fosil, jesper dan beberapa
batu permata lainnya yang sudah dibentuk menjadi hiasan dengan berbagai macam
motif flora dan fauna.
Selain aneka macam bahan yang digunakan dalam mebuat seni kriya ternyata
tekniknya juga beranekaragam.

Berikut beberapa jenis seni kriya berdasarkan teknik pembuatannya:


1. Kriya Pahat atau Kriya Ukir

Jenis, bahan, bentuk dan teknik dalam seni pahat sangatlah beragam, mulai
dari jenis patung, ukiran dan aneka kerajinan lainnya. Selain menggunakan kayu, seni
pahat juga menggunakan aneka logam, batu, serta tulang dan kulit hewan sebagai
bahan dasarnya. Bali merupakan salah satu daerah yang paling banyak menghasilkan
seni pahat yang berupa patung, ukiran hingga berbagai macam barang kerajinan
lainnya, salah satu hasil seni pahat dari Bali adalah patung arca dengan bahan baku
batu andesit.
2. Kriya Batik

Proses pembuatan kain batik bisa dilakukan dengan baerbagai macam teknik,
diantaranya adalah teknik cap, tulis dan teknik lukis. Teknik batik tulis adalah salah
satu teknik membatik yang paling banyak digunakan di Indonesia. Selain di pulau

Jawa, batik juga terdapat di pulau Kalimantan, Sulawesi, Sumatra dan Bali. Corak
kain batik dari setiap daerah juga beraneka ragam. Corak batik Jawa pada umumnya
bergaya naturalis dengan sentuhan warna yang beragam.
3. Kriya Tenun

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kain tenun terbesar di dunia
terutama dalam hal keragaman corak hiasannya. Tenun sendiri ada dua jenis, yaitu
tenun songket dan tenun ikat. Yang membedakan dua macam tenun ini ada pada
teknik pembuatan dan juga bahan yang digunakan. Pada tenun songket ada tambahan
berupa benang perak, emas atau benang sutra.
Daerah di Indonesia yang terkenal sebagai penghasil tenun ikat, diantaranya Aceh,
Sulawesi, Sulawesi Tengah, Sumatra Utara, Bali, Toraja (Sulawesi Selatan),
Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Flores, NTT, dan Maluku. Sedangkan
penghasil songket yang terkenal di Indonesia, diantaranya adalh Aceh, Riau, Sumatra
Barat, Sumatera Utara, Palembang, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, Bali, Nusa
Tenggara dan Maluku.

4. Kriya Anyaman

Kriya anyaman yang ada di Indonesia sangatlah beragam, baik dari jenis,
bahan, ataupun bentuknya. Anyaman biasanya terbuat dari batang rotan, kulit bambu
dan daun pandan. Beberapa bahan lainnya yang bisa digunakan untuk membuat
anyaman adalah enceng gondok, pelepah pisang, dan serat kayu.Teknik pembentukan
anyaman biasanya memanfaatkan teknik jalur pakan (Horizontal), jalur pakan lungsi
(vertikal), dan jalur pakan gulungan (diagonal).
5. Kriya Bordir

Bordir merupakan sebuah kerajinan rakyat yang membutuhkan ketelatenan


dan ketekunan dalam pengerjaannya. Kerajinan ini sudah berkembang di berbagai
daerah dengan motif dan rancangan khas daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai