Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya seni kriya dalam kehidupan umat manusia merupakan salah satu sarana
pemenuhan kebutuhan hidup. Karya seni kriya memiliki kekhasan tersendiri karena seni kriya
merupakan suatu karya cipta manusia yang didasari rasa estetis sesuai apa yang diinginkan oleh
manusia itu sendiri. Lingkungan sangat mempengaruhi dalam penciptaan karya seni kriya, yang
paling dominan adalah faktor dari alam. Pengaruh dari alam sekitar tempat tinggal seniman akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap model dan gaya dari karya yang diciptakan
walaupun dengan material yang berada, hal yang diungkapkan oleh Plato mimesis atau daya
representasi dari keahlian yang muncul sebagai kesempurnaan karya yang mengacu pada apa
yang terdapat di alam sehingga dengan demikian seniman akan mendapatkan rangsangan dari
lingkungannya dalam berkarya, baik dari segi ide maupun bentuk yang dihasilkan.
Allah SWT menciptakan berbagai makhluk hidup di alam. Alam sekitar merupakan
salah satu sumber ide yang dapat digunakan oleh seorang kriyawan dalam menciptakan karya
seni kriya. Berdasarkan hal tersebut seorang pencipta karya seni harus senantiasa berusaha untuk
menemukan bentuk baru dari yang telah dibuat orang lain. Dalam perkembangan zaman,
menghasilkan karya seni terbentuk dari aspek bentuk, aspek fungsi dan aspek hias dalam
penciptaan karya seni kriya kayu 3 sering ditemukan kendala atau hambatan pada saat
penciptaan karya tersebut, yaitu bagaimana menghasilkan karya seni yang sesuai dengan prinsip-
prinsip desain dan bagaimana karya yang diciptakan dapat selalu diterima oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian seni kriya?
b. Bagaimana perkembangan seni kriya di Indonesia?
c. Apa saja fungsi seni kriya?
d. Apa saja macam-macam seni kriya?

C. Tujuan
a. Dapat mengetahui pengertian seni kriya
b. Dapat mengetahui perkembangan seni kriya di Indonesia
c. Dapat mengetahui fungsi-fungsi seni kriya
d. Dapat mengetahui macam-macam seni kriya

BAB II

1|Page
PEMBAHASAN
A. Pengertian Seni Kriya

Seni Kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan menggunakan keterampilan tangan
(hand skill) dan memperhatikan segi fungsional (kebutuhan fisik) dan keindahan (kebutuhan
emosional). Karya seni kriya dikategorikan sebagai karya seni rupa terapan nusantara. Dalam
perkembangannya, karya seni kriya identik dengan seni kerajinan karena terlihat dari cara
pembuatan karya seni kriya dengan menggunakan tangan (hand made).
Seni Kriya telah ada sejak zaman Prasejarah dilihat dari benda-benda temuan sejak zaman
Batu Muda (Neolitikum) yang mana manusia sudah mula tinggal menetap. Benda karya seni
kriya tersebut adalah tembikar dimana tembikar terbuat dari tanah liat dan digunakan sebagai
wadah.
Istilah Seni Kriya berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Krya yang berarti mengerjakan.
Krya terus berkembang menjadi karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus kriya adalah
mengerjakan suatu hal untuk menghasilkan sebuah benda atau objek. Namun, semakin
berkembang disebutlah seni kriya.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia Kriya diartikan sebagai pekerjaan (kerajinan
tangan). Dalam bahasa Inggris disebut Craft yang berarti energi atau kekuatan, maksudnya
adalah suatu keterampilan dalam mengerjakan atau membuat sesuatu.

B. Perkembangan Seni Kriya

Dalam perkembangannya di Indonesia, seni kriya dibagi menjadi 3 kelompok. Berikut ini
adalah penjelasannya :
1. Seni kriya tradisional klasik (terjadi pada zaman Hindu-Budha)
2. Seni kriya tradisional rakyat (seni kriya yang berasal dari daerah-daerah)
3. Seni kriya Indonesia baru (pada masa kolonial)
Itulah tiga fase perkembangan seni kriya yang ada di Nusantara. Untuk lebih detailnya, kita bisa
mengenai dari ciri-ciri seni kriya yang ada pada zaman tersebut. Berikut ini ulasannya :
 Seni Kriya Tradisional Klasik (Hindu-Budha)
Pada zaman ini kaidah seni sudah di bakukan dalam sebuah pedoman seni oleh seorang
seniman atau empu pada zaman tersebut.
Kualitas seni yang bersifat estetik maupun teknik selalu di dasari dengan pemikiran falsafah
hidup serta pandangan Agama Islam, Hindu, dan Budha.
Salah satu contoh seni kriya pada zaman ini adalah wayang kulit, pandai perak dan emas, ukiran
kayu, keris, kerajinan topeng, dan lain sebagainya.
 Seni Kriya Tradisional Rakyat
Salah satu ciri dari kebudayaan etnik yang menghasilkan corak kesenian tradisional adalah
mengikuti watak serta adab kehidupan dalam masyarakat serta lingkungan alam tempat
masyarakat itu tinggal.
Jenis serta pembuatan karya seni kriya tradisional ini ditentukan dari bahan serta alat yang
tersedia di lingkungan sekitar tempat tinggal masyarakatnya.
 Seni Kriya Indonesia Baru (Kolonial)
Seni kriya pada zaman kolonial pendidikan lebih menekankan pada nilai-nilai yang rasional
serta kehidupan jasmaniah.
Tingkat kesadaran nilai luhur terhadap nilai-nilai tradisional seni kriya menjadi sangat lemah,
baik itu seni kriya klasik ataupun seni kriya rakyat yang berasal dari daerah-daerah.

C. Fungsi Seni Kriya

Secara garis besar, fungsi seni kriya adalah sebagai berikut :


1. Hiasan (Dekorasi). Banyak hasil produk dari seni kriya digunakan untuk benda pajangan.
Seni kriya tersebut lebih mengutamakan keindahan dari pada fungsinya sehingga seni kriya jenis
ini mengalami berbagai pengembangan. Contohnya hiasan dinding, karya seni ukir, patung,
cinderamata dan lain sebagainya..

2|Page
2. Benda Terapan (Siap Pakai). Seni kriya ini lebih mengutamakan fungsinya sebagai benda
yang siap pakai, nyaman, namun tidak menghilangkan unsur keindahannya. Contohnya senjata,
furnitur, keramik dan lain sebagainya.
3. Benda Mainan. Mungkin kita sering menjumpai seni kriya sebagai alat permainan yang
biasanya dengan bentuk sederhana dan bahan yang mudah didapatkan dan dikerjakan, dengan
harga yang relatif murah. Contohnya adalah boneka, kipas kertas, congklak dll.

D. Macam-Macam Seni Kriya

1. Seni Kriya Kayu

A. Pengertian Seni Kriya Kayu

Kriya kayu merupakan suatu jenis seni kriya dalam pekerjaannya membuat benda selalu
menggabungkan antara nilai fungsi sekaligus hias dengan menggunakan bahan kayu. Dalam seni
kriya kayu, terdapat pekerjaan dengan tingkat dasar atau tingkat permulaan. Kayu sangat banyak
dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai benda kerajinan seperti patung, wayang golek, topeng,
furnitur, dan hiasan ukir-ukiran.

B. Jenis-jenis Kayu untuk karya Kriya Kayu


Sebagaimana namanya yaitu kriya kayu tentunya bahan dasar yang digunakan adalah dari
bahan kayu. Secara garis besar ada dua jenis kayu yang sering digunakan dalam berkarya seni
kriya kayu yaitu kayu alami dan yang kedua kayu buatan atau hasil modofikasi dari bahan kayu
itu sendiri ditambah dengan bahan lain.

 Jenis – jenis kriya alami untuk kriya kayu

1. Kayu Jati

Kayu jati atau latinnya disebut tectona grandis, adalah jenis kayu yang termasuk dalam
kelas awet I-II, dan kelas kuat II. Kayu jati memiliki corak warna khususnya pada kayu terasnya
coklat agak muda sampai tua kehijau-hijauan. Corak warna kayu jati ini mempunyai nilai
dekoratif yang sangat indah dan menarik, menyebabkannya banyak diminati oleh para pengusaha
mebel maupun industri pengolahan kayu. Selain keindahan corak, kayu jati mempunyai sifat
pengerjaan yang mudah sampai dengan sedang, daya retak rendah, serat lurus atau berpadu

3|Page
walaupun memiliki tekstur yang agak kasar. Kayu jati dalam kegunaannya adalah termasuk kayu
yang istimewa karena dapat digunakan untuk semua tujuan (serbaguna).

2. Kayu Mahoni

Kayu mahoni adalah klasifikasi yang termasuk dalam famili meliaceae. Ada dua jenis
spesies yang cukup dikenal yaitu swietenia macrophylla (mahoni daun lebar) dan swietenia
mahagoni (mahoni daun kecil). Mahoni daun kecil tidak dianjurkan untuk dikembangkan karena
sangat peka terhadap serangan hama penggerek pucuk. Tanaman ini tumbuh pada tipe iklim A
sampai D, yaitu daerah bermusim kering atau basah. Ketinggian tempat yang sesuai untuk
tanaman ini berkisar antara 0-1000m dari permukaan laut. Tinggi tanaman ini dapat mencapai
40m dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 100 cm. Tajuknya berbentuk seperti
kubah, kayu lunak atau gubal berwarna merah muda, sedangkan kayu teras berwarna merah
hingga coklat tua. Kayu mahoni dapat dipergunakan untuk mebel, vinir, alat olah raga, alat musik
dan keperluan bangunan. Agar diperoleh kayu yang berkualitas baik untuk pertukangan, kayu ini
dipanen setelah berumur 30 tahun atau lebih.Mahoni berasal dari Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Tanaman ini masuk ke Indonesia pada tahun 1872 melalui India, kemudian
dikembangkan secara luas di pulau Jawa sekitar tahun 1892-1902.Pohon akan berbuah setelah
tanaman berumur 12 tahun atau lebih yaitu pada bulan Juli sampai dengan Agustus. Buah yang
masak berwarna cokelat hingga cokelat tua (PIKA,1981).

3. Kayu Sonokeling

Kayu sonokling (dalbergia latifolia) merupakan jenis kayu yang memiliki keunggulan
dilihat dari segi warnanya, khususnya warna pada kayu terasnya yang berwarna merah tua/ungu
dengan garis-garis hitam yang gelap. Walaupun kayu ini memiliki sifat kembang susut besar dan
tingkat keretakan tinggi, namun kayu sonokling memiliki tekstur yang sangat halus, serat serat
lurus atau berpadu dan termasuk dalam kategori kayu kelas awet I dan kelas kuat II dengan berat
jenis kering udara rata-rata 0,90.
Secara umum kayu sonokeling ini biasanya digunakan untuk kayu perkakas, lantai,
papan, alat olah raga dan musik, seni ukir dan pahat, finir mewah, kerjaan liat dan kerjaan putar
(PIKA, 1981).

4. Kayu Suren/surian

4|Page
Kayu suren (toona sureni merr) merupakan jenis kayu yang memiliki warna merah
daging. Kayu suren ini memiliki sifat kembang susut besar dan tingkat keretakan tinggi. Kayu
suren juga memiliki tekstur yang agak keras dan agak halus, serat lurus bergelombang dan
termasuk dalam kategori kayu kelas awet IV dan kelas kuat III-IV dengan berat jenis kering
udara rata-rata 0,39. Berdasarkan sifat-sifat yang ada, kayu suren ini biasanya digunakan untuk
kayu perkakas, papan, peti, kotak serutu, kayu bangunan, plywood, rangka pintu dan jendela,
kayu perkapalan, seni ukir dan pahat, potlot, moulding. (PIKA, 1981).

5. Kayu Sungkai

Kayu sungkai atau jati sabrang latinnya disebut pronema canescens Jac, adalah jenis kayu
yang termasuk dalam kelas awet III, dan kelas kuat II-III. Kayu sungkai memiliki corak warna
kayu teras kering udara putih kekuning-kuningan. Kayu sungkai mempunyai sifat pengerjaan
mudah, namun daya retaknya cukup tinggi, serat lurus bergelombang dan memiliki tekstur agak
kasar. Kayu sungkai dalam kegunaannya diperuntukkan sebagai kayu bangunan, kayu perkakas,
lantai, papan, seni ukir dan pahat, finir mewah serta sebagai kayu ornamentil.

6. Kayu Bangkirai

Kayu bangkirai atau benuas; anggelam, nama latinnya shorea laevifolia Ender, adalah
jenis kayu yang termasuk dalam kelas awet I, dan kelas kuat I-II. Kayu bangkirai memiliki corak
warna kayu teras kering udara coklat kuning (kemerahan). Kayu bangkirai mempunyai sifat
pengerjaan sedang sampai dengan sukar, daya retak sedang-tinggi, serat lurus atau berpadu dan
memiliki tekstur kasar agak halus. Kayu bangkirai dalam kegunaannya diperuntukkan sebagai
kayu bangunan, jembatan, tiang listrik/telepon, bantalan, kayu perkakas, plywood, lantai, kayu
perkapalan, sumbu kincir dan tong.

7. kayu keruing
5|Page
Kayu keruing atau lagan; bayan; mengkeluang, nama latinnya dipterocarpus, adalah jenis
kayu yang termasuk dalam kelas awet III, dan kelas kuat II-(I). Kayu keruing memiliki corak
warna kayu teras kering udara merah coklat, orange/merah cerah. Kayu keruing mempunyai sifat
pengerjaan agak sukar, kembang susut kecil, daya retak rendah, serat lurus atau berpadu dan
memiliki tekstur agak kasar. Kayu keruing dalam kegunaannya diperuntukkan sebagai kayu
bangunan, kayu perkakas, plywood, lantai, papan, bantalan, kayu perkapalan, dan jembatan.

8. Kayu Bayur

Kayu bayur atau cayur, wadang, balang, nama latinnya pterospermum, adalah jenis kayu
yang termasuk dalam kelas awet IV, dan kelas kuat II-III. Kayu bayur memiliki corak warna
kayu teras kering udara coklat merah. Kayu bayur mempunyai sifat pengerjaan mudah, kembang
susut kecil, daya retak rendah, serat lurus atau berpadu dan memiliki tekstur agak kasar. Kayu
bayur dalam kegunaannya diperuntukkan sebagai kayu bangunan, kayu perkakas, plywood,
lantai, papan, kayu perkapalan, seni ukir dan pahat, peti, gagang peralatan, sisir, rangka pintu dan
jendela.

9. Kayu Durian

Kayu durian atau bengang; duren; dahuian, tuleno nama latinnya durio dan coelostegia,
adalah jenis kayu yang termasuk dalam kelas awet IV-V, dan kelas kuat II-III. Kayu durian
memiliki corak warna kayu teras kering udara merah, merah jambu/coklat merah. Kayu durian
mempunyai sifat pengerjaan mudah, kembang susut besar, daya retak rendah, serat lurus kadang-
kadang berpadu dan memiliki tekstur kasar dan tidak merata. Kayu durian dalam kegunaannya
diperuntukkan sebagai kayu bangunan, plywood, peti, bingkai, kotak serutu dan papan.

6|Page
10. Kayu Pulai

Kayu pulai atau lame, legarang, stoolwood nama latinnya alstonia, adalah jenis kayu yang
termasuk dalam kelas awet III-V, dan kelas kuat IV. Kayu pulai memiliki corak warna kayu teras
kering udara putih kekuning-kuningan. Kayu pulai mempunyai sifat pengerjaan mudah, kembang
susut sedang, serat berpadu dan memiliki tekstur agak kasarhalus. Kayu pulai dalam
kegunaannya plywood, peti, seni ukir dan pahat, korek api, pulp, alat gambar, moulding, papan
dan hack sepatu.

11. Kayu Ramin

Kayu ramin atau gaharu buaya; R. melawisnama; menameng latinnya gonystylus bancanus
kurz, adalah jenis kayu yang termasuk dalam kelas awet IV-V, dan kelas kuat II-III. Kayu ramin
memiliki corak warna kayu teras kering udara kuning muda keputih-putihan. Kayu ramin
mempunyai sifat pengerjaan mudah tetapi mudah pecah karena pakuan, kembang susut besar,
daya retaktinggi, serat sedikit berpadu dan memiliki tekstur agak halus dan merata. Kayu ramin
dalam kegunaannya diperuntukkan sebagai kayu bangunan, plywood, kayu perkakas, lantai,
papan, moulding, bingkai, tirai, gagang peralatan, mainan anak-anak, rangka pintu dan jendela.

C. Teknik dan proses pembuatan seni kriya kayu

a. Bahan
 Medang
 Meranti
 Mohani
 Sarian
 Jati
b. Alat
 Satu set pahat ukir terdiri terdiri dari: 20 pahat penuku, 10 buah pahat datar, 5
pahat kol, dan 3 pahat coret (kecil, sedang, besar)
 Didukung oleh alat bantu :
 Scrol saw
 palu
 kayu
 Coping saw
 Jing saw
 Batu asah

7|Page
 Gerinda batu asah

Langkah mengukir:

1. Nggeta’ki: proses memindahkan motif/garis kebenda kerja.

2. Ndasari: proses mencongkel bagian dasar diluar motif agar lebih dalam.

3. Mbukaki: proses membentuk pahatan pada motif batang, daun dan bunganya.

4. Mbenangi: proses membentuk benangan/garis pada motif batang, daun dan


bunga. Membentuk garis pada sekukan daun dan bunga.

5. Cawen : membentuk garis pada lekukan daun dan bunga

8|Page
6. Mbabari: proses terakhir, merapikan/membersihkan bagian ukiran yang belum
semprna.

D. Contoh Kerajinan Seni Kriya Kayu

E.

2. Seni Kriya Tekstil

A. Pengertian Seni Kriya Tekstil

9|Page
Kerajinan tekstil merupakan karya seni atau kerajinan yang dibuat atau memakai tekstil
sebagai bahan utama. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang
atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari
pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk
serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya
bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut: 1. Berdasar jenis
produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk
kerajinan dll) 2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran 3.
Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar 4. Berdasarkan jenis
kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir.

B. Konsep Dasar Kerajinan Tekstil

a. Prinsip-Prinsip Seni

Tidak semua produk yang berbahan utama tekstil bisa disebut sebagai karya seni, sebab
perwujudannya harus memenuhi prinsip-prinsip berikut:
1. Unity (kesatuan), suatu benda yang dikatakan memiliki nilai seni estetis, harus merupakan
kesatuan dan perpaduan dari unsur-unsur pembentuknya secara baik dan sempurna.
2. Complexity (kerumitan), suatu benda yang memiliki nilai estetis pada dasarnya tidaklah
sederhana, dalam pengertian mengandung unsur-unsur yang berpadu dengan kerumitan
tertentu seperti saling bertentangan, berlawanan, dan saling menyeimbangkan
3. Intensity (kesungguhan), suatu benda yang dikatakan yang memiliki nilai estetis bukanlah
suatu benda yang kosong, melainkan memiliki kualitas yang menonjol dalam penampilannya.
Nilai itu bisa bersifat lembut atau kasar, gembira atau duka, suram atau ceria yang ditampilkan
secara sungguh-sungguh.

b. Desain Kerajinan Tekstil

Kerajinan tekstil yang akan diwujudkan menjadi karya seni akan terwujud secara maksimal
apabila melalui tahap pembuatan produk kerajinan tekstil. Desain merupakan langkah awal
dalam mewujudkan suatu karya seni, dan desain merupakan rancangan yang akan memudahkan
dalam pencapaian tujuan atau penciptaan karya seni. Dengan demikian desain dapat diartikan
sebagai suatu rancangan gambar yang nantinya dilaksanakan dengan tujuan tertentu yang berupa
susunan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur. Desain dapat diterapkan pada berbagai benda
yang ada di lingkungan kita.
Untuk mendapatkan suatu produk kerajinan tekstil yang baik memerlukan sebuah
perencanaan yang didalamnya terdapat kesatuan antara bahan yang digunakan dengan fungsi
serta jenis benda yang dibuat, kerumitan dalam pengerjaannya yaitu perpaduan yang seimbang,
berlawanan, atau saling bertentangan yang menghasilkan nilai estetis pada benda tersebut.
Suatu desain yang baik akan memperlihatkan susunan yang teratur dari bahan-bahan yang
dipergunakan sehingga menghasilkan suatu benda yang indah dan dapat dipergunakan. Dalam
hal ini terdapat dua macam desain, yaitu structural design (desain struktur) dan decorative design
(desain hiasan)
a. Structural Design (desain struktur)
Structural Design (desain struktur) adalah susunan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur dari
suatu benda baik berupa benda yang mempunyai ruang maupun gambaran dari suatu benda.
Contoh deesain struktur: gambaran suatu benda yang akan dibuat dilengkapi dengan keterangan
ukuran, warna, dan bentuknya.
b. Decorative Design (garnitur)
Decorative Design (garnitur) adalah sentuhan/perlakuan yang diberikan pada permukaan busana
yang memberikan efek visual memperindah penampilan. Garnitur bisa sebagai unsur
dekoratif/hiasan atau sebagai unsur fungsional.
Terdapat tiga cara dalam menyusun decorative desain, yaitu: By the color and pattern, By
construction dedtails, By decorative trims. (Davis dalam Mila Karmila, 2006: 27)

10 | P a g e
1. By the color and pattern, yaitu warna dan motif yang tersusun dalam suatu bahan tekstil pada
busana, secara tidak langsung juga berfungsi sebagai decorative design.By construction
2. details, yaitu membentuk detail hiasan tertentu pada busana disini biasanya dilakukan dengan
membuat jahitan/setikan pada kain/tekstil.
3. By decorative trims, yaitu teknik yang biasanya berupa tempelan kain diatas permukaan kain
dengan menambahkan unsur pelengkap lain pada permukaan kain.
Pembuatan produk kerajinan tekstil dilakukan dengan cara menentukan jenis benda apa yang
akan dibuat (benda hias atau benda pakai), membuat desain produk, membuat desain hiasan pada
produk, menyiapkan bahan dan alat serta langkah kerja pembuatan produk kerajinan tekstil

C. Bahan dan Alat Pembuatan Produk Kerajinan Tekstil

Bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan produk kerajinan tekstil diklasifikasikan
menjadi dua bagian, yaitu: bahan utama dan bahan pelengkap. Pada pembuatan produk kerajinan
tekstil bahan yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis benda yang akan dibuat, fungsi dari
benda tersebut, serta teknik yang akan digunakan.
Secara umum bahan utama yang dapat dipergunakan dalam pembuatan produk kerajinan
tekstil adalah bahan tekstil yang tebuat dari serat alam atau serat polyester baik itu berupa kain
tenun, rajut, kempa, ataupun berupa benang/tali, contoh bahan-bahan tekstil yang dapat
dipergunakan dalam pembuatan produk kriya tekstil adalah kain katun, kain satin, benang katun,
benang nylon, tali koor, kain flanel, dan pita.
Pada pembuatan produk kerajinan tekstil bahan pelengkap memiliki fungsi memperindah
atau menyempurnakan tampilan benda yang dibuat. Penggunaan bahan pelengkap pun sama
dengan bahan utama yaitu harus disesuaikan dengan jenis benda yang dibuat,fungsi benda, serta
teknik pembuatan yang digunakan. Bahan pelengkap yang umumnya digunakan adalah bahan
tekstil yang terbuat dari serat alam ataupun polyester seperti kain pelapis/pengeras, busa pelapis,
dakron, kain furing, renda, pita dan retsluiting.
Alat yang dapat digunakan dalam pembuatan produk kerajinan tekstil dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu: alat utama dan alat penunjang. Alat utama terdiri dari: mesin jahit,
alat-alat menjahit, gunting, pita ukur, papan landasan dan lain-lain. Adapun alat penunjang terdiri
dari: mata itik, lem, lilin bakar, pemidangan, jarum T dan lain-lain.

Berikut ini macam-macam kerajinan tekstil yang harus Anda ketahui !

1. Kerajinan Batik

Membatik merupakan kegiatan berkarya seni menggunakan bahan lilin yang dipanaskan dan
menggunakan alat canting atau kuas untuk membuat pola gambar atau motif yang dioleskan di
atas selembar kain. Teknik pewarnaannya menggunakan teknik tutup celup. Karya seni batik ini
merupakan salah satu seni terapan Nusantara yang menjadi ciri khas kebanggaan bangsa
Indonesia.

2. Kerajinan Sulam

11 | P a g e
Bordir atau sulaman adalah hiasan yang dibuat di atas kain atau bahan-bahan lain dengan jarum
jahit dan benang. Selain benang, hiasan untuk sulaman atau bordir dapat menggunakan bahan-
bahan seperti potongan logam, mutiara, manik-manik, bulu burung, danpayet
Hasil akhir sulaman dapat dibedakan menjadi:
Sulam datar: hasil sulaman rata dengan permukaan kain
Sulam terawang (kerawang): hasil sulaman berlubang-lubang, misalnya untuk taplak meja dan
pinggiran kebaya
Sulam timbul: hasil sulaman membentuk gelombang di permukaan kain sesuai lekuk gambar.
Jenis bordiran dan sulaman :
Sulam bebas atau sulam benang
Dalam sulam benang, benang dijahit di atas kain dengan mengabaikan pola tenun kain. Teknik
sulam seperti ini dipakai dalam sulam wol seperti bordir tradisional Cina dan Jepang.
Sulam hitung jahitan
Sulaman dibuat sambil menghitung jumlah jahitan yang dibuat. Sulaman dilakukan di atas kain
tenunan sejajar seperti kain kanvas,kain aida, kain strimin, dan kain linen. Jenis sulaman yang
termasuk sulam hitung jahitan adalah kruistik, sulam Assisi, needlepoint, dan blackwork.

3. Kerajinan Jahit Perca

Perca adalah sisa-sisa guntingan kain yang ada setelah membuat pakaian atau karya kerajinan
tekstil lainnya. Jahit perca/tambal seribu/patchwork adalah proses pembuatan suatu produk
kerajinan tekstil yang terbuat dari potongan-potongan kain / perca yang digabungkan dengan
cara dijahit sesuai dengan rencana. Jahit perca pada dasarnya dipelajari keteknikannya bukan
pada bahannya.

4. Kerajinan Jahit Tindas

12 | P a g e
Jahit tindas (quilting) adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara melapisi atau mengisi
kain dengan bahan pelapis atau pengisi kemudian dijahit tindas pada permukaan kain sesuai
dengan rencana.
Jahit tindas adalah teknik pembuatan suatu benda kerajinan tekstil dengan cara mengisi atau
melapiskan kain dengan bahan pelapis, kemudian dijahit pada bagian atas kain sesuai dengan
desain.

5. Kerajinan Cetak Saring

Cetak saring adalah salah satu teknik proses cetak yang menggunakan layar (screen) dengan
kerapatan tertentu dan umumnya barbahan dasarNylon atau sutra. Layar ini kemudian diberi pola
yang berasal dari negatif desain yang dibuat sebelumnya. Kain ini direntangkan dengan kuat agar
menghasilkan layar dan hasil cetakan yang datar. Setelah diberi fotoresis dan disinari, akan
terbentuk bagian-bagian yang bisa dilalui tinta dan tidak. Salah satu contoh kerajinan cetak
saring adalah sablon

6. Kerajinan Tenun

Tenunan yang dikembangkan oleh setiap suku/ etnis di Nusa Tenggara Timur merupakan seni
kerajinan tangan turun-temurun yang diajarkan kepada anak cucu demi kelestarian seni tenun
tersebut. Motif tenunan yang dipakai seseorang akan dikenal atau sebagai ciri khas dari suku atau
pulau mana orang itu berasal, setiap orang akan senang dan bangga mengenakan tenunan asal
sukunya.
Pada suku atau daerah tertentu, corak/motif binatang atau orang-orang lebih banyak ditonjolkan
seperti Sumba Timur dengan corak motif kuda, rusa, udang, naga, singa, orang-orangan, pohon
tengkorak dan lain-lain, sedangkan Timor Tengah Selatan banyak menonjolkan corak motif
burung, cecak, buaya dan motif kaif. Bagi daerah-daerah lain corak motif bunga-bunga atau
daun-daun lebih ditonjolkan sedangkan corak motif binatang hanya sebagai pemanisnya saja.

13 | P a g e
7. Kerajinan Tapestry

Tapestry adalah sebuah bentuk seni tekstil berupa tenun tradisional yang biasa dilakukan pada
alat tenun vertikal. Namun, juga dapat dilakukan di lantai juga. Proses htenun ini terdiri dari dua
arah benang yang bersilangan, yang sejajar dengan panjang disebut “warp” / benang lungsin dan
sejajar dengan lebar disebut “weft” / benang pakan.
Kebanyakan penenun tapestry menggunakan benang lungsin berbahan alami seperti benang linen
atau benang katun. Benang pakan yang dipakai berupa benang wol atau benang katun, namun
bisa pula benang sutra, benang emas, benang perak, atau alternatif media lain.
Tapestry telah diproduksi dan digunakan sejak zaman Helenis. Contoh kerajinan tapestry Yunani
yang pernah ditemukan berasal dari abad ke-3 SM dalam kondisi terawetkan di gurun Tarim
Basin. Kerajinan tapestry mencapai tahap baru produksi massal di Eropa pada awal abad ke-14
Masehi. Gelombang pertama produksi berasal dari Jerman dan Swiss. Seiring waktu, kerajinan
diperluas ke Prancis dan Belanda.
Konotasi istilah tapestry ini juga digunakan untuk menggambarkan hasil kerajinan tekstil yang
dibuat pada alat tenun Jacquard. Sebelum tahun 1990-an, tapestry yang terkenal Abad
Pertengahan telah diproduksi dengan menggunakan teknik Jacquard. Namun pada abad
modernisasi, artis seperti Chuck Close dan Magnolia Editions telah mengadaptasi proses
Jacquard yang terkomputerisasi untuk menghasilkan karya seni rupa yang indah memukau.

8. Kerajinan Makrame

Makrame adalah bentuk seni kerajinan simpul-menyimpul dengan menggarap rantaian benang
awal dan akhir suatu hasil tenunan, dengan membuat berbagai simpul pada rantai benang
tersebut sehingga terbentuk aneka rumbai dan jumbai Dalam membuat makrame, ada beberapa
teknik yang digunakan antara lain teknik pilin,simpul,anyam, atau rajut.
Hasil karya kerajinan makrame memiliki kesesuaian fungsi, kekuatan, dan keindahan yang
berbeda-beda. Fungsi karya kerajinan dapat dilihat dari penggunan benda tersebut. Kekuatan dari
karya kerajinan ditentukan dari kualitas bahan dasar yang digunakan. Apabila bahan dasar yang
digunakan kuat maka kualitasnya akan bagus. Keindahan karya kerajinan makrame dapat dilihat
dari model benda yang dibuat, corak, hiasan atau aksesoris dari benda tersebut.
D. Fungsi Kerajinan Tekstil

1. Sebagai Dekorasi (hiasan/aksesoris)

14 | P a g e
Produk-produk seni kriya banyak diciptakan untuk berfungsi sebagai benda-benda pajangan.
Dengan berfungsi sebagai benda pajangan, maka nilai estetik sangat dibutuhkan. Berikut adalah
contoh-contoh karya seni kriya yang berfungsi sebagai benda pajangan :Topeng kayu (Kriya
kayu)Patung kayu (Kriya kayu)Ukiran (Kriya kayu dan logam)Guci (Kriya keramik)Makram
(Kriya tekstil) dan lain-lain.
2. Sebagai Benda Terapan (fungsional)
Di samping sekedar sebagai benda pajangan, karya seni kriya banyak kita jumpai memiliki
fungsi praktis, karena fungsi merupakan hal yang diprioritaskan dalam seni kriya. Seni kriya
pada dasarnya mengutamakan fungsi, sedangkan unsur rupa/hiasan merupakan unsur pendukung
saja. Berikut adalah contoh seni kriya yang siap pakai (fungsional)Kursi dan meja (Kriya
kayu)cangkir dan teko (Kriya keramik)Sarung bantal kursi (Kriya tekstil)Tas, ikat pinggang,
sepatu dll (Kriya kulit)
3. Sebagai Mainan
Di samping sebagai benda pajangan dan terapan, karya seni kriya juga berfungsi sebagai benda
mainan. Meskipun sebagai benda mainan, karya seni kriya jenis ini tetap mempertahankan nilai-
nilai estetika. Berikut adalah beberapa macam contoh karya seni kriya yang berfungsi sebagai
benda mainan Dakon (Kriya kayu) Yoyo (Kriya kayu) Wayang (Kriya kulit) Boneka dll (Kriya
tekstil)

E. Langkah-Langkah Membuat Karya Kerajinan Kriya Tekstil

Bahan:

 Tali cord (kurang lebih 1m)


 Monte (manik-manik)
 Kolong gantungan kunci

Alat:

 Gunting

 korek api/lem

CARA MEMBUAT:

1. Masukkan monte/manik-manik kedalam tali cord sama panjang

2. Kemudian buat anyaman seperti gambar ini.

15 | P a g e
3. Pasang monte pada kedua tangan lalu ikat ujungnya. Agar ikatan lebih kuat diberi lem
atau korek api.

4. Pasang gantungan kunci dengan sisa tali cord pada bagian atas kepala.

5. Gantungan kunci telah selesai.

3. Seni Kriya Keramik

16 | P a g e
A. Pengertian Seni Kriya Keramik

Seni Keramik adalah cabang seni rupa yang mengolah material keramik untuk membuat
karya seni dari yang bersifat tradisional sampai kontemporer. Selain itu dibedakan pula kegiatan
kriya keramik berdasarkan prinsip fungsionalitas dan produksinya.
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani,keramikos, yang artinya suatu bentuk dari
tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiclopedia tahun 1950-an
mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari
tanah liat yang dibakar seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak
semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua
bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. (Yusuf, 1998;2)

B. Sejarah Keramik

Keramik diperkirakan sudah tua umurnya, sebagaimana halnya sejarah keramik diberbagai
belahan Dunia, seperti China, Jepang, Mesir, Yunani, Korea, Thailand, Peru, Philipina, Vietnam
dan lain sebagainya. Di mana ketrampilan membuat keramik tersebut muncul dan tumbuh secara
alami, ada yang tumbuh dalam waktu yang bersamaan tanpa adanya pengaruh hubungan
kebudayaan satu dengan lainnya. Kepandaian membuat keramik dapat dikatakan setua manusia
semenjak mengenal api dan dapat memanfaatkannya.
Namun mengenai keberadaan atau kepastian penggunaan keramik pertama kali, hingga kini
belum terungkap secara pasti. Hanya saja berdasarkan perkiraan yang dilandasi data emperik
dan komparasi dari hasil-hasil temuan penelitian yang dilaksanakan para ahli
purbakala, diperkirakan keramik mulai dibuat dan digunakan sejak tahun 15.000 SM.
Sebagai kebudayaan yang sangat tua yaitu sejak manusia mengenal api. Ada pula yang
memperkirakan dimulai 12.000 SM. Vincent memperkirakan 10.000 SM dan 5.000 SM (Vincent
A. Roy, 1969). Norton menyebutkan sekitar 4.500 SM sudah ada yang membuat pottery dengan
baik (Norton, 1960). Ada juga yang memperkirakan 6.000 SM.

C. Komposisi Keramik

Komposisi keramik pada umumnya terdiri dari 4 : Tanah Liat (clay), Kwarsa (flint), feldsfar,
dan serbuk kaca (cullet).

1. Clay/tanah liat
Clay/tanah liat mengandung hidrated aluminum silica (Al2O3.2SiO2.2H2O) Tanah liat
sebagai bahan pokok untuk pembuatan keramik, merupakan salah satu bahan yang kegunaannya
sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya yang mudah didapat dan pemakaian
hasilnya yang sangat luas. Kira-kira 70% atau 80% dari kulit bumi terdiri dari batuan merupakan
sumber tanah liat.Tanah liat banyak ditemukan di areal pertanian terutamap ersawahan. Dilihat
dari sudut ilmu kimia, tanah liat termasuk hidrosilikat alumina dan dalam keadaan murni
mempunyai rumus: Al2O3.2SiO2.2H2O dengan perbandingan berat dari unsur-

17 | P a g e
unsurnya: OksidaSilinium (SiO2) 47%, OksidaAluminium (Al2O3) 39%, dan Air (H2O) 14%
(Gatot, 2003 dalam Abdullah, 2005).
Bentuknya seperti lempengan kecil-kecil hampir berbentuk segi enam dengan permukaan
yang datar. Bentuk kristal; seperti ini menyebabkan tanah liat bila dicampur dengan air
mempunyai sifat liat (plastis), mudah dibentuk karena kristal-kristal ini meluncur di atas satu
dengan yang lain denga air sebagai pelumasnya (Astuti, 1997 dalam Trisnawanti, 2008).
Tanah liat memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah mempunyai sifat
plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan menjadi keras, sedangkan bila dibakar akan
menjadi padat dan kuat. Pada umumnya, masyarakat memanfaatkan tanah liat (lempung) sebagai
bahan baku pembuatan bata dan gerabah.

Dari penjelasan mengenai tanah liat diatas, dapat disimpulkan :


a. fungsi tanah liat :
mempermudah proses pembentukan keramik
b. Sifat dan keadaan bahan :
 berbutir kasar
 rapuh
 dalam keadaan basah mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan
menjadi keras
 bila dibakar akan menjadi padat dan kuat
 sangat tahan api.

2. Kwarsa (flint)
Kwarsa merupakan bentuk lain dari batuan silica (SiO2)
Tujuan pemakaian kwarsa ini ialah:
a) Mengurangi susut kering, jadi mengurangi retak-retak dalam pengeringan.
b) Mengurangi susut waktu dibakar dan mempertinggi kwalitas.
c) Merupakan rangka selama pembakaran.
d) Sifat-sifat dan keadaan bahan :
 Memiki ukuran partikel yang halus .
 Sifat plastis yang tinggi .
 Memiliki kekuatan kering yang tinggi
 Penyusutan pada saat pengeringan dan pembakaran tinggi.
 Warna setelah pembakaran abu-abu muda karena unsur besinya lebih tinggi
dibanding kaolin.
 titik lebur tinggi sekitar 1728°C

3. Cullet
Cullet adalah serbuk kaca yang sangat kecil. Kaca biasanya dihasilkan dari campuran silicon
atau bahan dioksida (SiO2) yang merupakan benda amorf, dibentuk melalui proses pemadatan
dari peleburan tanpa kristalisasi. Kaca kadang-kadangdianggap sebagai cairan kental (viskos)
kareana bukan kristalin atau amorf. Akan tetapi hanya beberapa cairan yang dapa tmembentuk
kaca. Pada suhu tinggi, kaca merupakan cairan sejati, dan pada fase cair ini struktur dari bahan-
bahan anorganik belum beraturan dan atom-atomnya selalu bergerak terus-menerus.

4. Feldspar
Adalah suatu kelompok mineral yang berasal dari batu karang yang ditumbuk dan dapat
memberikan sampai 25 % flux (pelebur) pada badan keramik. Bila keramik dibakar, feldspar
akan meleleh (melebur) dan membentuk leburan gelas yang menyebabkan partikel tanah dan
bahan lainnya melekat satu sama lain. Pada saat membeku, bahan ini memberikan kekuatan pada
badan keramik. Feldspar tidak larut dalam air, mengandung alumina, silika dan flux yang
digunakan untuk membuat gelasir suhu tinggi.

D. Sifat Keramik

Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya.
Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi di mana bahan diperoleh.

18 | P a g e
Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle
atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah,
gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari keramik
bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini tida
berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil sintering, dan campuran
sintering antara keramik dengan logam. Sifat lainnya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh
keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai dengan suhu 1200 C,
keramik engineering seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000 C.
Kekuatan tekan tinggi, sifat ini merupakan salah satu faktor yang membuat penelitian tentang
keramik terus berkembang. Secara umum sifat keramik meliputi :

1. Keras, kuat, tetapi bersifat getas atau mudah pecah.


2. Tahan terhadap korosi.
3. Kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah.
4. Sifat listriknya dapat menjadi isolator, semikonduktor, konduktor bahkan superkonduktor.
5. Dapat bersifat magnetik dan non magnetik.

E. Jenis-Jenis Keramik

Pada prinsipnya keramik terbagi menjadi dua, yaitu:


1. Keramik tradisional
Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam,
seperti kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah
(dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).
2. Keramik halus
Fine ceramics (keramik modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced ceramic,
engineering ceramic, techical ceramic) adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan
oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO,dll).
Penggunaannya: elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang
medis. (Joelianingsih, 2004)

F. Proses Pembuatan Keramik

Membuat keramik memerlukan teknik-teknik yang khusus dan unik. Hal ini berkaitan dengan
sifat tanah liat yang plastis dimana diperlukan ketrampilan tertentu dalam pengolahan maupun
penanganannya. Membuat keramik berbeda dengan membuat kerajinan kayu, logam, maupun
yang lainnya. Proses membuat keramik adalah rangkaian proses yang panjang yang didalamnya
terdapat tahapan-tahapan kritis. Kritis, karena tahapan ini paling beresiko terhadap kegagalan.
Tahapan proses dalam membuat keramik saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Proses
awal yang dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan produk yang baik juga. Demikian
sebaliknya, kesalahan di tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga.

Tahap-tahap membuat keramik

Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk membuat suatu produk keramik, yaitu:

19 | P a g e
1. Pengolahan bahan

Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material yang
belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat
dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Didalam
pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan
ukuran butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air.
Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan
ballmill. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak
seragam.Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan
adalah 60 – 100 mesh.

Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan yang


homogen/seragam. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan
blunger maupun mixer.

Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang
berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air
yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan
diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat filterpress.

Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan untuk menghomogenkan massa badan
tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin terjebak. Massa badan
keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan
keplastisan yang maksimal.

2. Pembentukan

Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi benda-
benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik:
pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak
(casting).
Pembetukan tangan langsung
Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada beberapa metode
yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan teknik lempeng
(slabbing).

Pembentukan dengan teknik putar

Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar dan merupakan
kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga keteknikan ini
menjadi semacam icon dalam bidang keramik. Dibandingkan dengan keteknikan yang lain,
teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi. Seseorang tidak begitu saja langsung
bisa membuat benda keramik begitu mencobanya. Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk
melatih jari-jari agar terbentuk ’feeling’ dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik
dibentuk diatas sebuah meja dengan kepala putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat

20 | P a g e
dengan keteknikan ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder: misalnya piring,
mangkok, vas, guci dan lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat putar (meja putar).
Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat putar masinal yang digerakkan dengan
listrik.

Secara singkat tahap-tahap pembentukan dalam teknik putar adalah: centering (pemusatan),
coning (pengerucutan), forming (pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining the
contour (merapikan).

Pembentukan dengan teknik cetak

Dalam keteknikan ini, produk keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan; tetapi
menggunakan bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak dapat dilakukan
dengan 2 cara: cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik cetak padat bahan baku yang
digunakan adalah badan tanah liat plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang
digunakan berupa badan tanah liat slip/lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda
yang diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis. Berbeda dengan teknik putar
atau pembentukan langsung,

3. Pengeringan

Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan
utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik.
Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting: (1) Air pada lapisan
antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel
saling bersentuhan dan penyusutan berhenti; (2) Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan (3)
air yang terserap pada permukaan partikel hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus
dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk menghindari retak/cracking terlebih pada
tahap 1 (Norton, 1975/1976). Proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan
dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara
sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.

Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik diangin-
anginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan sinar matahari
langsung atau mesin pengering dapat dilakukan.

4. Pembakaran

Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang
rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah
tungku/furnace suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran:
suhu sintering/matang, atmosfer tungku dan tentu saja mineral yang terlibat (Magetti, 1982).
Selama pembakaran, badan keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilang/muncul
fase-fase mineral, dan hilang berat (weight loss). Secara umum tahap-tahap pembakaran maupun
kondisi api furnace dapat dirinci dalam tabel.

Pembakaran biscuit

Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu
benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah untuk menyebut
benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000oC. Pembakaran biskuit sudah
cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk benda-benda keramik
berglasir, pembakaran biskuit merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat
dan mampu menyerap glasir secara optimal.

21 | P a g e
5. Pengglasiran

Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda
keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk
benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk
benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk
keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-
efek tertentu sesuai keinginan.

Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan menentukan produk yang dihasilkan. Oleh
karena itu kecermatan dalam melakukan tahapan demi tahapan sangat diperlukan untuk
menghasilkan produk yang memuaskan.

G. Manfaat Keramik

1. Rumah Terlihat Unik dan Nyentrik

Anda pernah melihat rumah yang menggunakan keramik bekas? Bagaimana kesan anda saat
menginjak di atasnya? Sama saja bukan?

Entah anda menggunakan keramik bekas maupun baru, rasa ketika anda menginjak di atasnya
sama saja. Ini hanya masalah seni dan kreatifitas anda. Baik menggunakan barang bekas dan
baru. Justru ketika anda memasaang keramik bekas di rumah, akan terlihat unik dan nyentrik.

Untuk mendekorasi rumah, maupun ruangan dengan seni, pastinya bukanlah hal yang mudah,
inilah yang menjadikan keramik bekas telihat istimewa. Selain keramik bekas, terdapat batuan
unik yang juga bisa digunakan. Salah satunya adalah yang terdapat pada manfaat batu granit.
Selain itu juga bahan pembuatan untuk keramik sendiri juga terdapat pada manfaat batu bauksit
dan pada manfaat batu dolomit.

2. Menghidupkan Suasana

Menggunakan keramik bekas, tentu saja anda memasangkannya asal dengan warna yang lain.
Tentu warna yang tergambar tidak beraturan dan asal. Itulah sisi seninya dari pemasangan
keramik bekas. Anda tidak di tuntut dengan pola tertentu. Anda bebas berkreasi di sana. Dengan
segala ketidak teraturan warna itulah yang akan menghidupkan suasana ruangan anda.

Untuk menambah dekorasi ruangan agar lebih hidup dan terkesan unik, dapat juga menggunakan
item lainnya yang dapat memberikan kesan berbeda pada ruangan. Seperti contoh, menambah
tanaman kecil di sudut ruangan. Hal ini akan menambah kesan natural, dan dapat juga
menggunakan tanaman dari manfaat pohon kelapa, manfaat anthurium, manfaat aglaonema dan
manfaat dari tanaman hias lainnya.

3. Cocok Dipakai di Semua Tempat

Anda bisa mengaplikasikannya di depan rumah, di bawah kursi tamu anda, di samping kolam
ikan, di samping kolam renang, di kamar mandi, dan tempat-tempat lainnya di sudut
rumah. Memakai keramik bekas memang sangat fleksibel. Bisa di pakai di mana saja dalam
suasana apapun. Selain menggunakan keramik bekas untuk mempercantik ruangan anda,
menggunakan manfaat gipsum dalam sebuah pajangan akan mempercantik ruangan.

4. Hemat Biaya Pembangunan

22 | P a g e
Seperti yang di jelaskan di awal, keramik bukan barang yang sangat mahal. Namun anda bisa
mengkalkulasikan lagi jika harus di beli dalam jumlah yang cukup banyak, berapa nominal yang
akan anda keluarkan? Menggunakan keramik bekas akan membantu menghemat biaya
pembangunan anda. Menyenangkan, bukan?

5. Mengurangi Sampah

Keramik bekas yang sudah tidak terpakai, tentu akan berakhir menjadi sampah material.
Bagaimana alam bisa mengolahnya? Dari pada mengganggu, merusak alam, menghalang halangi
pemandangan, malah akan lebih baik jika anda mampu me-recycle bukan? Sudah hemat, ikut
menjaga lingkungan, tidak nyampah pula.

6. Membantu Melatih Kesabaran

Apakah anda tipe orang yang penyabar atau tidak, cukup mudah di buktikan melalui pemasangan
keramik bekas. Dalam memasang keramik bekas memang sangat di perlukan kesabaran yang
tinggi dan rasa seni tinggi. Bagaimana tidak, anda harus mampu me- matching-kan berbagai
bentuk dan warna yang berbeda dalam satu kesatuan utuh. Hanya orang orang yang sangat sabar
mampu melakukan hal ini dengan baik.

7. Menjadi Daya Tarik Rumah

Keramik bekas yang anda pasang dengan kreatifitas seni tinggi tersebut akan sangat menyita
perhatian orang. Dengan memadukan warna warni, bentuk yang di pakai juga abstrak, potongan
bentuk yang berbeda. Ke tiga unsur inilah yang malah menjadi pusat perhatian pengunjung setiap
tamu yang datang di rumah anda. Mereka akan melihat rumah anda dalam sisi yang berbeda.

Terdapat hal-hal yang dapat menambah daya tarik rumah, salah satunya adalah hewan
peliharaan. Salah satu dari manfaat memelihara ikan discus di rumah akan memberikan kesan
yang tentram, ikan discus juga memiliki karakteristik ikan hias yang unik yang mampu membuat
rumah terlihat apik.

4. Seni Kriya Logam

A. Sejarah Seni Kriya Logam

Sejarah kriya logam dimulai pada saat manusia belum mengenal tulisan, tepatnya pada
zaman logam yang memunculkan Budaya perundagian atau budaya logam ( logam disini
diartikan dengan perunggu, emas dan besi, karena di Indonesia tidak dilewati oleh kebudayaan
tembaga) adalah jenis kebudayaan dari masyarakat pra-sejarah yang menggunakan logam dalam

23 | P a g e
pembuatan benda-benda dan seni kriya logam untuk melengkapi kebutuhan hidupnya. Meski
benda kriya logam yang dibuat tidak terlalu banyak karena pada saat itu belum terdapat alat dan
bahan yang banyak, tetapi hasil karya yang dibuat pada zaman logam tersebut tidak kalah
bagusnya dengan seni kriya yang ada pada masa sekarang yang moderen karena seni kriya pada
masa tersebut memiliki nilai artistik (seni) dan nilai sejarah yang sangat indah. Kebudayaan ini
diperkirakan mulai berkembang sekitar 500 SM. Contoh peninggalan seni kriya logam pada
zaman logam yang dapat kita temui antara lain kapak corong, candrasa, nekara, moko, topeng
emas, serta bejana.

B. Pengertian Seni Kriya Logam

Kriya logam adalah seni kerajinan atau keterampilan untuk membuat sesuatu menjadi
barang- barang yang memiliki nilai guna dengan menggunakan logam sebagai medianya.
Adapun karya yang dihasilkan dapat berupa karya 2 dimensi (lukisan logam), ataupun 3 dimensi
(patung logam). Media Logam, media logam yang biasa digunakan dalam pembuatan karya-
karya kriya logam menggunakan media almunium,kuningan, dan tembaga.

C. Tehnik Pembuatan Seni Kriya Logam

Adapun teknik-teknik yang biasa dipakai pada kriya logam yaitu dengan teknik : Ketok,
las, cor, dan patri.

1. Tehnik Pembuatan Seni Kriya logam

Dalam pembuatan karya Seni Kriya logam diperlukan alat dan bahan sesuai dengan hasil
karya yang diinginkan yaitu karya kriya logam dua dimensi atau karya kriya logam tiga dimensi.
Berikut alat dan bahan sesuai dengan karya yang dihasilkan :

a) Dua dimensi :

1. Lembaran bahan logam seperti alumunium, kuningan, tembaga, perak, dsb.


2. Ballpoint yang sudah tidak terpakai (habis tintanya).
3. Kertas untuk menggambar sketsa kriya logam yang akan dibuat.

b) Tiga Dimensi :

1. Teknik Pencetakan/Pengecoran :

1. Bahan logam seperti alumunium, kuningan, tembaga, perak, dsb.


2. Catakan lelehan logam untuk membuat pola/bentuk dasar (dari bahan lilin dan tanah
liat).
3. Tungku pembakaran.
4. Alat ukir logam.
5. Alat untuk menghaluskan logam.

· Teknik Penempaan :

1. Alat tempa logam seperti palu


2. tungku pembakaran.
3. Sarung tangan
4. Alat untuk menghaluskan logam.

2. Teknik Pencetakan/Pengecoran :

24 | P a g e
1. Siapkan semua alat dan bahan yang akan di butuhkan untuk teknik
pencetakan/pengecoran.
2. Lalu membuat cetakan dasar dari bahan yang tidak mingikat logam sperti lilin yang
telah di bentuk sesuai dengan bentuk yang akan di buat lalu cetakan lilin
dibungkus/dilumuri tanah liat agar cairan logam tidak keluar dari cetakan lilin.
3. Membakar bahan logam (almunium,kuningan, dan tembaga) di dalam tungku
pembakaran hingga bahan logam tersebut meleleh.
4. Setelah bahan logam telah menjadi cair, lalu cairan logam tersebut di tuangkan dalam
cetakan dasar yang telah di buat sebelumnya.
5. Setelah cairan dalam cetakan telah mengeras/padat maka bahan logam tersebut dapat
dikeluarkan dari cetakan untuk dikeringkan.
6. Setelah bahan logam tersebut telah berbentuk seperti bentuk yang diinginkan maka
bahan logam tersebut di haluskan agar bentuk dan permukaanya tampak halus.

3. Teknik Penempaan :

1. Siapkan semua alat dan bahan yang akan di butuhkan untuk teknik penempaan.
2. Kemudian tentukan bentuk karya yang akan di buat.
3. Lalu gunakan bahan logam yang sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
4. Setelah itu masukan bahan logam kedalam tungku pembakaran kemudian lakukan
tehkink penempaan yaitu dengan memukul bahan logam yang panas akibat di bakar
dalam tungku pembakaran dengan palu sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
5. Tahap akhir, jika telah selesai lakukan penghalusan pada pada permukaan hasil kriya
logam tersebut.

D. Langkah-Langkah Pembuatan Seni Kriya Logam

Berkaraya Kriya Logam 2 Dimensi


Alat dan bahan yang digunakan :
- Lembaran Almunium ukuran 20 X 20 cm
- Ballpoint yang sudah tidak terpakai (habis tintanya)

Langkah-langkah pengerjaan :

1. Membuat gambar desain pada kertas HVS A4

2. Gambar desain yang telah jadi ditempel pada permukaan almunium

3. Proses pembuatan sketsa pada almunium menggunakan ballpoint bekas, dengan cara
menekan mengikuti garis kontur pada desain gambar yang dibuat.

4. Setelah gambar tersebut terbentuk pada permukaan almunium, kertas dicabut, kemudian
pada permukaan almunium bag bawah dialasi dengan anduk kecil / busa , bag. atas
ditekan-tekan sehinga objek gambar terbentuk menonjol keluar seperti relief.

25 | P a g e
E. Contoh-Contoh Hasil Seni Kriya Logam

1) Seni Kerajinan Uang Kepeng

Seni merangkai uang logam dari Bali merupakan salah satu kekayaan seni budaya Nusantara
yang sangat khas dan unik. Seni kerajinan uang logam tersebut mulai dari pembuatan uang
kepeng sampai seni merangkai uang kepeng menjadi berbagai bentuk kerajinan telah
berlangsung berabad-abad lamanya di Bali. Berikut gambarnya :

2) Seni Kerajinan Patung Buddha

Patung Buddha adalah seni kriya dari logam dengan bentuk dan motif yang menyerupai karya
seni peninggalan jaman kerajaan Budha, seperti patung Ganesha, patung Budha dan berbagai
bentuk patung lainnya. Berbagai barang kerajinan dari logam itu dipasarkan ke berbagai kota di
tanah air serta sebagian lagi diekspor keluar Negeri. Berikut gambarnya :

26 | P a g e
3) Seni Kerajinan Pisau

Seni kerajinan pisau merupakan kerajinan yang paling banyak di geluti oleh masyarakat di
daerah-daerah di Indonesia, dan setiap daerah memiliki ciri kerajinan pisau yang berbeda-beda
dari bentuk, relief, ukiran bahan, bahkan cara pembuatannya. Berikut gambarnya:

4) Seni Kerajinan Vase Bunga

Seni kerajinan vase bunga merupakan kerajinan yang biasanya di buat dari kuningan atau
tembaga dengan bentuk dan motif yang beragam dengan tingkat kesulitan bervariasi. Berikut
gambar dari kerajinan vase bunga :

5. Seni Kriya Kulit


27 | P a g e
A. Pengertian Kulit

Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat
bulu binatang itu tumbuh. Kamus umum bahasa indonesia (Poerdarminta) menjelaskan kulit
adalah pembalut tubuh binatang, manusia, pembalut biji buah, kayu, telur dan lain sebagainya.
Pembalut tubuh binatang yang di keringkan atau disamak sebagai bahan pembuatan produk
seperti jaket, tas, ikat pinggang, dan lain-lain sebagainya.
Pengertian kulit dalam ensiklopedia indonesia, kulit adalah lapisan luar badan yang
melindungi badan atau tubuh binatang dari pengaruh-pengaruh luar, seperti panas, hujan.
Pengertian kulit secara umum adalah pembalut tubuh binatang, manusia, tumbuh tumbuhan, dan
buah-buahan yang mempunyai fungsi sebagai pelindung dari gangguan yang ada di sekitarnya.
Kemudian ada kulit buatan yaitu kulit buatan berasal dari bahan kulit yang secara teknis
diproses kembali menjadi bahan baku baru. Ini berasal dari sisa-sisa tebal kulit atau lapisan-
lapisan dari kulit yang dipisahkan, kemudian dicampur dengan bahan lain diolah menjadi bahan
kulit buatan (suede).
Pada dasarnya dalam dunia perkulitan , kulit dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu
kulit yang berasal dari binatang besar (hide) dan kulit yang berasal dari binatang kecil, kulit yang
berasal dari binatang besar (hide misalnya kulit kerbau, kulit kuda, kulit benteng, kulit badak,
kulit harimau, kulit sapi dan lain-lain). Sedangkan kulit berasal dari binatang kecil misalnya rusa,
babi, biawak, buaya, komodo, ayam, ular dan sebagainya. Kulit yang baru saja dikuliti dari tubuh
hewan yang disebut sebagai kulit segar (fresh hide) yang memiliki kandungan yang tersusun dari
air 65%, lemak 1,5%, mineral 0,5%, protein 33%. Dari keadaan diatas kulit segar agar tidak
mudah rusak harus terlebih dahulu di awetkan.
Dalam dunia perkulitan jika di lihat dari sisi bahannya, terkenal ada dua kelompok besar
antara lain:
1. Kulit yang telah mengalami proses pengolahan penyamakan kulit, yang di sebut
leather atau kulit jadi ( kulit persamak ). Kulit tersamak ini yang digunakan bahan baku indusri
persepatuan dan nonpersepatuan, yang pada umumnya barang-barang terpakai (fungsional).
2. Kulit yang belum mengalami pengolahan dengan bahan kimiawi, sehinga masih alami
dan merupakan bahan mentah. Kulit ini digunakan dalam seni tatah. Kulit yang masih alami ini
dalam dunia perkulitan di kenal dengan sebutan kulit perkamun atau kulit mentah.

B. Pengertian Kriya Kulit

Kriya kulit adalah jenis karya seni yang bahan bakunya dari kulit. Kulit yang digunakan
pun bervariasi, mulai dari kulit sapi, kerbau, kambing, ular dan buaya. Namun sebelum dipakai,
terlebih dahulu kulit harus mengalami proses pengolahan yang panjang. Mulai dari pemisahan
dari daging beserta kulitnya, pembersihannya, pencucian pada cairan tertentu, pewarnaan dengan
warna yang diinginkan, perendaman dengan zat kimia tertentu (penyamakan), pengeringan,
penghalusan dan perentangan supaya tidak mengkerut. Setelah melalui beberapa tahapan itu,
kulisa bisa di langsung dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Hasil kriya kulit
nantinya bisa berupa sepatu, tas, pakaian (jaket), wayang kulit, dompet, tempat HP, ikat
pinggang, alat musik rebana dan beberapa jenis olahan benda lainnya. Daerah penghasil kriya
kulit santreo yang paling di kenal antara lain Garut, Yogyakarta, dan Bali.

C. Sejarah Perkembangan Kriya Kulit

Barang - barang dari kulit sudah ditemukan di Mesir berumur lebih kurang 33 abad, dan
bangsa Arab Kuno telah memanfaatkan kulit sebagai perlengkapan sehari -hari. Bahkan, resep
penyamakannya sudah digunakan berabad-abad dan turun - temurun sampai sekarang. Kulit
mula - mula diberi tepung dan garam selama tiga hari, kemudian tangkai dari pohon Gholga
ditumbuk dengan batu dan direndam dalam air.Kemudian kulit bagian dalam diberi air rendaman
tadi selama sehari dan ini diulang beberapa kali.

28 | P a g e
Bangsa Arab adalah bangsa yang mempunyai imajinasi yang kuat, terkenal sebagai
pembuat pelana yang indah. Demikian juga bangsa Yahudi mengatakan mereka sebagai penemu
pertama bahan - bahan penyamak, dan cara penyamakan yang sam a baik dengan penyamakan
modern di Amerika.
Cara - cara kuno lainnya ialah proses Shamoying, dalam proses ini pori- pori dibuka
dengan pencucian yang berulang - ulang, kemudian memasukkan minyak pada pori- pori kulit
(penggemukan) dan pementangan pada frime. Kulit yang empuk (lemas) disebut shamoy dan
seluruh pakaian kulit pada abad itu terbuat dari kulit shamoy. Bangsa Yunani meletakkan
penyamakan kulit di luar dinding tembok kota, kulit yang basah dibuka dan dibentangkan di
tanah agar diinjak - injak orang, dengan tujuan agar kulit menjadi lemas.
Bangsa - bangsa Yunani, Romawi dan Mesir penyamakannya semua menggunakan air
kapur untuk menghilangkan bulu dari kulit. Mereka telah menggunakan pisau pembersih dan
balok sebagai kelengkapan kerja, serta penggunaan getah pe nyamak dalam penyamakan kulit,
kulit dilipat dengan ditaburi bubukan kulit pohon di dalamnya, kadang kadang akar dan buah
bermacam - macam ditambahkan, kemudian kulit diletakkan di "ickle".

D. Jenis-Jenis Kulit dan Pembagian Kelompok Kulit

Pembagian kelompok kulit, antara lain :


1. Kulit besar (Sapi,kerbau, kuda, gajah)
2. Kulit kecil (kambing, domba, kijang, kelinci)
3. Kulit reptil (ular, buaya, biawak, kadal, kodok)
4. Kulit ikan (pari, hiu, tuna).

Macam -macam kulit yang berasal dari kulit hewan yang kita jumpai di pasaran
di antara nya adalah :
1. Kulit kambing
Bnyak terdapat di indonesiaa dan di gunakan sebagai bahan baku pembuatan
barang kerajinan berukuran 5-10 kaki persegi( kira kira 28X28 cm) dan hasil samakan
nya mengkilat.
2. Kulit domba
Kulit domba atau biri- biri bentuknya memanjang dan memiliki aneka
warna .banyak digunakan untuk bahan pembuatan hiasan dinding, kerajinan kulit dan
sebagainya.
3. Kulit sapi
Banyak dibutuhkan pengusaha industri kerajinan. Kepadatan kulitnya
menyebab kan kuatnya bahan dan ukurannya lebih besar, tebal dan hasilnya lebih
mengkilat , dan demikian harganya mahal.

4. Kulit kerbau

29 | P a g e
Tidak berbeda dengan kulit sapi, hanya agak tebal sedikit, ukurannya juga
besar dan harganya juga mahal.
5. Kulit jenis hewan lain
Masih banyak bahan kulit lain seperti : kulit babi hutan, kulit ular, kulit buaya,
kulit harimau, kulit ikan, kulit ayam dan sebagainya.
6. Kulit buatan
Kulit yang berserat secara teknis di proses kembali bahan baku yang baru
yang berasal dari sisa-sisa tebal kulit atau lapisan luar, lapisan kulit yang dilapiskan,
kemudian dicampur dengan bahan yang lain, kemudian diolah menjadi bahan kulit
buatan.

E. Struktur Kulit

Secara umum, istilah berarti susunan jenis kulit, namun dalam dunia perkulitan yang di
maksud struktur kulit adalah kondisi susunan serat kulit yang kosong dan padat, dan bukan
mengenai tebal atau tipisnya lembaran kulit. Kulit struktur dapat dibedakan menjadi lima
kelompok antara lain:
1. Kulit berstruktur baik.
Kulit berstruktur baik ini ciri-ciri nya adalah:
a) Perbandingan antara berat, tebal dan luasnya seimbang
b) Perbedaan antara bagian craupon, leher, dan perut hanya sedikit, dan bagian –bagian
tersebut permukaannya rata.
c) Kulit terasa padat ( berisi ).
2. Kulit berstruktur buntal ( getdrogen )
Kulit berstruktur buntal ini ciri-cirinya adalah:
a) Kulit nampak tebal, bila di lihat dari perbandingan antara berat dengan luas permukaan
kulitnya,
b) Pebedaan tebal antara craupon, leher, dan perut hanya sedikit.
3. Kulit berstruktur cukup baik
Kulit berstruktur cukup baik ciri-cirinya adalah:
a) Kulit tidak begitu tebal, bila di lihat dari perbandingan antara berat dengan luas
permukaan kulit.
b) Kulit berisi dan tebalnya merata.
4. Kulit berstruktur kurang baik
Kulit berstruktur kurang baik ini ciri-cirinya adalah:
a) Bagian croupon dan perut agak tipis sedangkan bagian lehernya cukup tebal.
b) Peralihan dari bagian kulit yang tebal ke bagian kulit yang tipis, tampak begitu
menyolok.
c) Luas bagian perut agak berlebihan, sehinga bagian croupon luasnya berkurang.
5. Kulit berstruktur buruk
Kulit berstruktur buruk ini ciri-cirinya adalah:
a) Bagian croupon tampak tipis dan kulit tidak berisi, sedangkan kulit bagian perut dan agak
leher agak tebal.
b) Pada umumnya berasal dari kulit binatang yang berusia tua, luas coupon agak berkurang
dan bagian perut leher.
c) Kulit nya sangat tipis.

F. Proses Pembuatan Seni Kriya Kulit

Industri kerajinan tangan merupakan salah satu sektor industri yang cukup menjanjikan
di kalangan masyarakat, terutama di kawasan objek wisata. Indonesia memiliki kekayaan budaya
dan produk kerajinan yang sangat beranekaragam. Produk kerajinan tangan yang dihasilkan
terdiri dari berbagai macam bahan, salah satunya dari kulit. Dengan bahan dasar kulit, dapat
dibuat seni tatah sungging yang menggunakan kulit sebagai media kreatif. Produk yang
dihasilkan berupa wayang kulit, kipas, hiasan dinding, miniatur wayang, kaligrafi, pembatas
buku, kap lampu, pigura, kipas tangan serta souvenir lainnya.

30 | P a g e
Kerajinan tatah sungging terutama wayang kulit adalah kerajinan yang memadukan seni
dan sejarah wayang kulit. Ini dikarenakan untuk membuat wayang kulit diperlukan kemauan
belajar yang tinggi, keuletan dan rasa kecintaan yang tinggi dengan cerita pewayangan. Wayang
kulit sebagai salah satu warisan leluhur khususnya dari Kraton Yogyakarta diharapkan menjadi
contoh warisan yang dijaga dan dipertahankan demi kelangsungan keberadaan wayang kulit
khususnya dan sebagai identitas kota Yogyakarta pada umumnya.

Industri kerajinan tatah sungging mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Industri
kerajinan ini telah terkenal hingga ke mancanegara. Di provinsi Yogyakarta, tepatnya di Dusun
Karangasem Desa Wukirsari, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta banyak terdapat centra
pengrajin tatah sunggging. Di daerah ini, hampir 80% penduduknya memiliki profesi sebagai
pengrajin tatah sungging.

Untuk membuat suatu wayang kulit memerlukan beberapa tahapan kerja, di antaranya yaitu :

Pembelian kulit

Kulit yang digunakan untuk membuat wayang kulit terdiri dari beberapa macam, yaitu
kulit mentah dan kulit split. Kulit mentah adalah kulit yang langsung digunakan untuk proses
pembuatan wayang kulit tanpa melalui proses kimiawi. Sedangkan kulit split adalah kulit yang
sudah melalui proses kimiawi di pabrik. Kulit yang digunakan untuk membuat wayang kulit
biasanya berasal dari kulit kerbau, sapi, dan kambing. Sebagian besar kulit diperoleh dari daerah
Magetan (Jawa Timur), Sukoharjo, Solo, Segoroyoso (Yogyakarta) dan Magelang.

Pengolahan kulit

Direndam dengan air selama satu hari sampai lunak. Kemudian direntangkan atau
dipentangkan dengan menggunakan tali dan pigura kayu yang kuat. Selanjutnya kulit tersebut
dijemur di bawah terik matahari sampai benar-benar kering. Kulit yang sudah kering segera
ditipiskan dengan cara dikerok. Bagian yang dikerok adalah bagian rambut (bagian luar) dan
sisa-sisa daging yang masih melekat (bagian dalam). Kulit dikerok dengan menggunakan pisau
atau pethel sedikit demi sedikit secara hati-hati. Kulit bagian dalam dikerok terlebih dahulu dan
lebih banyak dikurangi agar diperoleh kulit yang berkualitas. Setelah itu, baru dilanjutkan
pengerokan kulit bagian luar. Pengerokan kulit bagian luar hanya sedikit saja karena bila
dilakukan pengurangan terlalu banyak maka kulit yang dihasilkan akan menjadi mudah patah
bila dilipat. Bila perlu, pada bagian ini hanya dihilangkan rambut-rambutnya saja dan
dibersihkan dengan air. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mempermudah
pengerokan rambut pada kulit, seperti merendam kulit dengan air mendidih, dan dengan
menggunakan air kapur sebelum dipentangkan. Torehan pisau pada proses pengerokan hanya
dilakukan satu arah dari atas ke bawah. Setelah kulit ditipiskan, sisa-sisa kerokan dibersihkan
dengan air dan bagian yang dikerok dihaluskan dengan amplas. Selanjutnya, dijemur di panas
sinar matahari lagi hingga kering secara merata.

31 | P a g e
Gambar 1. Proses pengerokan kulit.

Gambar 2. Kulit hewan yang telah dikerok dan dikeringkan

Setelah kering, kulit dilapisi dengan warna dasar untuk menutup pori-pori kulit agar
permukaannya rata. Kemudian mulai dibentuk sketsa di permukaan kulit. Setelah itu, tepi sketsa
ditatah sehingga diperoleh bentuk dasar. Tahap selanjutnya adalah memperhalus tatahan dasar
dan membuat kombinasi yang indah dalam terawangan cahaya. Setelah terbentuk wayang secara
kasar, maka bagian muka dan detail lainnya di bagian sketsa dalam mulai ditatah. Proses ini
sangat penting karena berpengaruh pada karakter wayang yang dihasilkan. Setelah melalui tahap
ini, wayang yang dihasilkan tersebut dinamakan putihan karena belum diwarnai.

Gambar 3. Proses tatah kulit.

Putihan tersebut diwarnai dengan menggunakan pewarna sintetis, yaitu cat Sandy Colour, dan
menggunakan perekat rakol (lem Fox). Setelah selesai dicat dan disempurnakan, wayang kulit
diberi penyangga dengan menggunakan tanduk kerbau atau bambu.

32 | P a g e
Gambar 4. Proses pewarnaan wayang kulit (Sungging)

Sisa potongan kulit yang dinamakan dengan leresan umumnya dapat digunakan sebagai bahan
rambak (krupuk kulit) dan sebagai dipupuk organik.

33 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa Seni Kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan
menggunakan keterampilan tangan (hand skill) dan memperhatikan segi fungsional (kebutuhan
fisik) dan keindahan (kebutuhan emosional). Seni Kriya telah ada sejak zaman Prasejarah dilihat
dari benda-benda temuan sejak zaman Batu Muda (Neolitikum) yang mana manusia sudah mula
tinggal menetap. Benda karya seni kriya tersebut adalah tembikar dimana tembikar terbuat dari
tanah liat dan digunakan sebagai wadah.
Seni Kriya memiliki berbagai macam yaitu kriya batik, logam, ukir, anyaman, keramik, dan
metal. Seni kriya dapat dibuat dari berbagai unsur- unsur baik itu alam dan hewan.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siswa-siswi pada umumnya. Dengan membaca
makalah ini, kita harus melestarikan seni kriya sebagai generasi muda agar bisa menjadi kreatif
dan inovatif.

DAFTAR PUSTAKA

https://mazgun.wordpress.com/2008/09/26/proses-pembuatan-keramik/
http://www.artikelsiana.com/2015/09/pengertian-seni-kriya-fungsi-macam.html

34 | P a g e
http://mynotes76.blogspot.com/2013/12/seni-kriya-logam.html
http://syahidsastra.blogspot.com/2015/10/makalah-seni-kriya.html
http://q2art.blogspot.com/2016/04/pengertiankulit-kulitadalah-lapisan.html

https://dekranas.id/kriya-kayu/
https://www.triobbc.com/2015/01/latar-belakang-sejarah-dan-pengertian-seni-kriya-logam.html
https://ilmuseni.com/seni-rupa/cabang-seni-rupa

35 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai