Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SENI BUDAYA DAN

KETERAMPILAN
SENI KRIYA

Disusun Oleh :
Dita Mutikasari
Elmalia Rinten Suryanizak
Fatimah Nur Amatullah
Husnun Afifatu Zahra
Ilma Nurbaiti

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seni Kriya adalah bidang keilmuan yang mempelajari pengetahuan, keterampilan dan
kreatifitas berkarya rupa, yang bertolak dari pendekatan medium, kepekaan estetik,
kebutuhan keseharian (utiliatrian) dan mengandalkan keterampilan manual. Seni kriya juga
adalah merupakan salah satu dari karya senirupa terapan yang proses pembuatannya lebih
mengutamakan fungsi dan kegunaan.
Seni kriya (seni kerajinan tangan,handycraft)dapat diartikan,suatu bentuk/karya yang
dikerjakan secara manual atau dibantu dengan alat lain sebagai benda yang berguna bagi
kepentingan manusia.
Hasil karya kriya diutamakan mengandung nilai keunikan konseptual, tema, imajinatif,
emosional dan inderawi (visual, tactile, olfactory). Kriya juga merupakan metoda berkarya
sekaligus mendesain produk yang mengutamakan nilai kualitas estetika, fungsional,
keunikan, tema,makna dan pesan filosofis.Penciptaan karya seni kriya tidak hanya
didasarkan pada aspek fungsional (kebutuhan fisik) saja namun juga untuk pemenuhan
kebutuhan terhadap keindahan (kebutuhan emosional).Dalam perkembangannya ,karya seni
kriya selalu identik dengan seni kerajinan.Hal ini disebabkan pembuatan karya seni kriya
yang tidak lepas dari pengerjaan tangan (hand made) dan memiliki aspek fungsional.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Bagaimana cara membuat suatu karya seni kriya?


Apa jenis-jenis hasil rancangan karya seni kriya ?
Bagaimana teknik pembuatan seni kriya kas nusantara?
Apa contoh hasil karya seni kriya?

1.3 Tujuan
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui cara membuat suatu karya seni kriya


Untuk mengetahui jenis-jenis hasil rancangan karya seni kriya
Untuk mengetahui teknik pembuatan seni kriya kas nusantara
Untuk mengetahui contoh hasil karya seni kriya

1.4 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan dan khasanah ilmu tentang seni kriya yang ada di
nusantara

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Seni Kriya
Istilah seni kriya berasal dari kata krya (bahasa Sanskrta) yang berarti mengerjakan,
dari akar kata tersebut selanjutnya berubah menjadi kata kriya, karya, kerja.
Dalam pengertian artihusus yakni, mengerjakan sesuatu untuk mengubah suatu benda
atau objek. Sedangkan pada pengertian lain, seluruh hasil tugas termasuk juga beragam
keteknikannya dinamakan seni kriya. ( Timbul Haryono, 2002).
Dalam bahasa Indonesia kata kriya adalah pekerjaan (kerajinan tangan). Sedangkan
dalam bahasa Inggris dinamakan craft yg mengandung arti kemampuan atau energi,
pengertian lain sebuah ketrampilan bisa di artikan mengerjakan atau menciptakan sesuatu.
Istilah itu termasuk ketrampilan yang sering dikaitkan pada profesi yang tampak dalam
pengrajin craftsworker.
Pada kenyataannya seni kriya tidak jarang dimaksudkan juga sebagai karya yg
dihasilkan, sebab skill atau ketrampilan satu orang; sama seperti didapati bahwa seluruhkerja
& ekspresi seni membutuhkan ketrampilan.
Dalam persepsi kesenian yang berakar terhadap adat Jawa, dikenal sebutan kagunan. Di
dalam Kamus Bausastra Jawa, kagunan yakni Kapinteran/Wudharing pambudi nganakake
kaendahan-gegambaran/Yeyasan ingkang Adipeni, kidung ngukir-ukir.
Penjelasan itu menunjukan posisi & pentingnya ketrampilan dalam membuat(mengubah)
benda sehari-hari, disamping wawasan & kepekaan (bakal keindahan).
Oleh karenanya, suatu karya (seni) dalam proses penggarapannya tak berdasarkan
terhadap kepekaan & ketrampilan yg baik (mumpuni), sehingga tidak ingin ada peluang bagi
kita untuk menikmati karya tersebut yang merupakan karya seni ( I Made Bandem, 2002 ).
Umumnya seni kriya sering dimaksudkan sebagai karya yang menghasilkan skill atau
keterampilan seseorang, sebagaimana di ketahui bahwa ekspresi dan kerja seni
membutuhkan keterampilan.
Persepsinya, semua orang mengartikan bahwa, kesenian berakar pada tradisi Jawa yang
dikenal dengan sebutan kagunan.

Sehingga, penjelasan ini menunjukan posisi dan pentingnya sebuah keterampilan dalam
mengubah benda atau objek yang ada dalam kehidupan sehari-hari, di samping pengetahuan
akan sebuah kepekaan indahnya karya seni.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Cara Membuat Karya Seni Kriya
1. Seni kriya dua dimensi
Karya seni kriya dua dimensi dapat dibuat dengan cara di sulaman, bordir, mozaik,
kolase, batik, tenun, relief, dan hiasan dinding.
2. Seni kriya tiga dimensi
Karya seni kriya tiga dimensi dapat dibuat dengan cara di cor, bentuk, pahat, dll.
3.2 Jenis-jenis Seni Kriya
1. Kriya kayu
Kriya kayu ini merupakan kerajinan yang memadukan antara fungsi dan seni
keindahan. Rata-rata memang lebih banyak ke seni atau hiasan, tapi juga tidak
sedikit untuk fungsi.
Dalam pengerjaan seni kriya kayu ada tahapan-tahapan yang harus
dilalui, jika kamu mau belajar seni ini tentu harus belajar dari tahapan pemula.
2. Kriya Keramik
Keramik merupakan benda yang terbuat dari tanah liat. Tehnik membuat keramik
sangat bervariasi ada yang dengan tehnik cetak, lempeng, pijit dan pilin. Tidak lupa
juga diberi hiasan.
Untuk memaksimalkan pembuatan ini, setelah kering keramik harus dibakar
dengan suhu tertentu agar sempurna.
Kegunaan keramik ini juga bermacam, mulai dari untuk pot bunga, guci dan lainlain. Dan banyak sekali di beberapa kota di jawa yang memproduksi keramik ini.
3. Kriya Tekstil
Seni kriya tekstil di Nusantara terbagi menjadi seni batik dan tenun. Walaupun
sebenarnya sangat luas dalam seni kriya tekstil ini.

4. Kriya Kayu
Kriya kayu adalah suatu bidang seni kriya yang pekerjaannya membuat benda atau
memiliki nilai fungsional maupun hiasan yang menggunakan bahan-bahan dasar
kayu.
Dalam kriya kayu ada istilah dasar yang biasa menjadi pekerjaan untuk tingkat
pemula, sebuah permualaan yang harus di kuasai.
Karena banyak sekali kerajinan yang terbuat dari kayu,diantaranya seperti wayang
golek, furniture, topeng, patung, dan hiasan ukiran-ukiran kayu lainnya.
5. Seni Kriya Tekstil
Istilah kriya tekstil memiliki cakupan yang cukup luas, karena mencakup berbagai
jenis kain yang dibuat, entah itu dengan cara ditenun, diikat dan berbagai cara lain
yang dikenal saat proses pembuatan kain.
Pada umumnya kain dibuat dari serat dipintal atau di pilin, sehingga dapat
menghasilkan benang panjang yang bisa dirajut atau ditenun dan menghasilkan kain
yang membentuk barang jadi.
Semua terukur, baik itu dari tekstur ketebalan kainnya, jumlah serat, kadar pilihan,
rajutan dan variasi dalam tenunan. Di situlah faktor yang mempengaruhi terciptanya
kain yang tak terhitung jenis macamnya.
Keragaman karya seni tekstil bisa dilihat dari teknik, jenis, ragam hias, dan bahan
yang digunakan. Jenis kriya tekstil di nusantara bisa dikelompokkan menjadi dua,
yaitu karya tenun dan karya batik.
6. Kriya Keramik
Bahan-bahan dasar pembuatan keramik adalah tanah liat. Benda yang di bentuk pun
beragam namun, tetap menyesuaikan pada setiap bentuk yang akan di olah, antara
lain melalui teknik lempeng, pilin, pijit dan biasa yang kita tahu itu adalah teknik
cetak.
Bila keramik telah terbentuk, mulai dari proses pengeringan dan dibakar dengan
suhu tertentu, biasanya langsung diberi hiasan. Karena keramik, diproduksi sebagai
penghias dalam setiap benda yang ada atau benda siap pakai dengan ragam macam
bentuk misalnya, pot bunga, vas bunga, guci dan lain sebagainya.
Ada beberapa daerah penghasil keramik yang tersebar luas di Nusantara, yaitu kota
Malang, Yogyakarta, Purwokerto dan Cirebon.

7. Kriya Logam
Kriya logam adalah seni kriya yang khusus mengolah logam menjadi macam benda
kerajinan. Cara mengolahnyapun tidak begitu sulit (rumit), hanya mengecor logam
hingga menjadi panas lalu di cetak melalui cetakan.
Contoh umum yang biasa kita ketahui tentang karya logam adalah perak, besi,
perunggu, emas, almunium, tembaga, dan kuningan.
Begitupun pada produk yang dihasilkan, misalnya perhiasan perak, emas senta
tajam, patung dari perunggu, peralatan rumah tangga dan biasanya untuk alat musik
gamelan. Bahkan sudah banyak kriya logam yang dibuat dengan berbagai macam
veriasi.
Yang perlu kita ketahui, ada dua teknik cara membuat karya dari seni kriya logam,
Yaitu teknik bivalve dan teknik a cire perdue.

Teknik bivalve atau setangkap, yaitu sebuah cara dengan menggunakan


cetakan yang di tangkupkan pada cetakan logam, sehingga setelah dingin,
cetakan tersebut bisa di buka dan menghasilkan cetakan sesuai yang kita
inginkan.

Teknik a cire perdue atau cetakan lilin, adalah dengan cara membuat
bentuk benda dari lilin sesuai dengan yang kita kehendaki. Jika sudah
membuat modelnya, cetakan model lilin tersebut langsung ditutup dengan
menggunakan tanah, kemudian dibuatkan lubang dari atas dan di
bawahnya. Setelah itu cetakan dibakar, sehingga lilin yang terbungkus
dengan tanah hingga mencair, dan akan keluar melalui lubang bagian
bawah. Selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan pada cairan
perunggu. Jika sudah dingin, cetakan tersebut bisa langsung dipecah
sehingga keluarlah benda yang diinginkan.

8. Kriya Kulit
Kriya kulit adalah jenis karya seni yang bahan bakunya dari kulit. Kulit yang
digunakan pun bervariasi, mulai dari kulit sapi, kerbau, kambing, ular dan buaya.
Namun sebelum dipakai, terlebih dahulu kulit harus mengalami proses pengolahan
yang panjang.
Mulai dari pemisahan dari daging beserta kulitnya, pembersihannya, pencucian
pada cairan tertentu, pewarnaan dengan warna yang diinginkan, perendaman
dengan zat kimia tertentu (penyamakan), pengeringan, penghalusan dan
perentangan supaya tidak mengkerut.

Setelah melalui beberapa tahapan itu, kulisa bisa di langsung dipotong-potong


sesuai dengan ukuran yang ditentukan.
Hasil kriya kulit nantinya bisa berupa sepatu, tas, pakaian (jaket), wayang kulit,
dompet, tempat HP, ikat pinggang, alat musik rebana dan beberapa jenis olahan
benda lainnya.Daerah penghasil kriya kulit santreo yang paling di kenal antara lain
Garut, Yogyakarta, dan Bali.
9. Kriya Batu
Ternyata batu pun memiliki karya seni yang memiliki nila tinggi. Dari teksturnya
yang keras dan cenderung kaku untuk dibentuk, ternyata dapat diolah menjadi sebuah
seni karya yang indah.
Salah satu kerajinannya berasal dari daerah Sukaraja, Sukabumi. Di daerah ini dapat
di jumpai berbagai material batu yang sudah di olah menjadi hiasan dekorasi rumah.
Ada banyak macam bentuk kerajinan dari batu-batu tersebut, diantaranya batu fosil,
jesper, akik dan batu-batu permata lainnya yang dibentuk menjadi hiasan dengan
motif flora dan fauna.
3.3 Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya
Teknik pembuatan karya seni kriya disesuaikan dengan bahan yang dipakai.
Teknik-teknik yang digunakan dalam membuat karya seni kriya antara laln teknik cor,
teknik ukir, teknik membatik, teknik anyam, teknik tenun, teknik bordir dan teknik
membentuk. Seni kriya berdasarkan teknik pembuatannya tersebut, dapat dibagi
menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
1. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya pahat atau seni kriya ukir
Kriya Pahat atau kriya ukir, yaitu kerajinan yang dibuat dengan menggunakan tatah
ukir. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada
permukaan benda yang diukir. Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman
batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas
rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda-benda itu diberi
ukiran bermotif geometris, seperti garis, lingkaran, swastika, zig zag, dan segitiga.
Jenis, bentuk, bahan, dan teknik dalam seni pahat sangat beragam, dari jents ukir,
patung, dan aneka kerajinan lainnya. Seni pahat selain menggunakan bahan kayu,
juga menggunakan batu, aneka logam, emas, serta tulang dan kulit hewan.
Contohnya mebel, relief, patung, topeng, wayang, dan lain-lain. Deerah yang dikenal
sebagai penghasil kerajinan ini yaitu Asmat, Nias, Toraja, Simalungun, Batak, Bali,

Minangkabau, Lampung, Madura, Jepara, Klaten, Surakarta, Yogyakarta, dan


Cirebon.
Dilihat dari jenisnya. ada beberapa ukiran, antara lain ukiran tembus (krawangan),
ukiran rendah, ukiran tinggi (timbul), dan ukiran ukir Pada umumnya, ukiran selain
sebagal hiasan juga mengandung makna atau fungsi tertentu, seperli makna simbolis
dan religius. Matcna atau fungsi karya seni ukir, antara lain sabagal berikut.

Fungsi hias,yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memeliki
makna tertentu
Fungsi magis,yaitu ukiran yang didalamnya mengandung simbol-simbol tertentu dan
berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual
Fungsi simbolik,yaitu ukiran tradisional dimana selain sebagai hiasan juga berfungsi

menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual


Fungsi kontruksi,yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai
pendukung sebuah bangunan
Fungsi ekonomis,yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu
benda

Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya batik


Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kapan tepatnya
waktu kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni
rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya adalah dengan
caara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses dengan cara tertentu atau
melalui beberapatahapan pewarnaan dan tahap nglorod (penghilangan malam).
Selain di Jawa, batik juga terdapat di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, dan Bali.
Corak kain batik setiap daerah beraneka ragam. Corak batik Jawa umumnya bergaya
naturalis dengan sentuhan wama-wama yang beragam. Corak batik pesisir umumnya
menunjukkan adanya pengaruh asing. Pekalongan merupakan penghasil batik yang
terkenal dan termasuk dalam golongan batik pesisir. Daerah batik bercorak pesisir
yang lain adalah Madura, Tuban, dan Cirebon. Batik daerah ini perpaduan warna
yang kontras, seperti merah, kuning, cokelat, dan putih. Sedangkan Batik Solo,
Yogyakarta, dan sekitamya umumnya menggunakan warna-warna redup, seperti
cokelat, biru, hitam, dan hijau.
Alat dan bahan utama yang dipakai untuk membatik, yaitu sebagai berikut.

Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan kain tersebut
umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan baju kaos.

Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai petintang


masuknya warna ke serat kain (benang).

Bahan pewarna, untuk mewarnai kain dapat menggunakan pewarna alami dari
tumbuh-tumbuhan atau pewarna industri yaitu naptol dan garam diasol.

Canting dan kuas, untuk menorehkan lilin pada kain.

Kuas untuk nemboki, digunakan untuk menutup malam pada permukaan kain
yang lebar.

Teknik membatik yang paling banyak diterapkan di Indonesia adalah teknik batik
tulis. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, selain tekniktulis juga telah
berkembang proses pembuatan kain batik dengan teknik cap, teknik celup, teknik
lukis, dan teknik printing.
1. Batik celup Ikat
Batik celup ikat dibuat tanpa menggunakan malam sebagai bahan penghalang
tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam serat
kain. Membatik dengan proses ini disebut batik ikat atau jumputan.
2. Batik tulis
Batik tulis dibuat melalui cara memberikan malam dengan menggunakan canting
pada motif yang telah digambar pada kain.
3. Batik cap
Pada batik cap digunakan alat cap atau stempel yang telah terpola batik. Stempel
tersebut dicelupkan kedalam lilin panas, kemudian ditekan atau dicapkan pada
kain batik.
4. Batik lukis
Batik lukis dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas
menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efektertentu. Seniman batik lukis
yang terkenal di Indonesia antara lain Amri Yahya.
5. Batik modern
Batik modern adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh
aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh
karena itu pada hasil akhimya tidak ada motif, bentuk, komposisi, dan
pewarnaan yang sama di setiap produknya.
6. Batik printing
Batik printing dibuat dengan menggunakan teknik sablon (screen pinting).
Proses pernbedan wama dengan cara meletakkan larutan naphtol yang telah
dikentalkan ke atas permukaan kain menggunakan alat rakel.

2. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya tenun

Indonesia adalah salah satu negara penghasil tenun terbesar, terutama


dalam hal keragaman corak hiasannya. Ada dua jenis tenun, yaitu tenun ikat dan
tenun songket. Yang membedakan keduanya adalah pada teknik pembuatan dan
bahan yang digunakan. Pada songket ada tambahan benang emas, perak, atau
benang sutra. Daerah yang terkenal sebagai penghasil tenun lkat, antara lain Aceh,
Sumatra Utara, Sulawesi, Ball, Sulawesi Tengah, Toraja (Sulawesi Selatan),
Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, NTT, Flores, dan Maluku. Sedangkan
penghasil songket yang terkenal, antara lain Aceh, Sumatra Barat, Riau,
Palembang, Bali, Sumatra Utara, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, Nusa Tenggara,
dan Maluku. Kriya tenun kebanyakan dipakai untuk selendang, sarung, kebaya,
dan ikat kepala seperti pada pakaian adat. Bahan yang dipakai untuk membuat
kain tenun ditentukan oleh ketersediaan alam daerah setempat. Di Sumbawa
(NTT)semue produk kain tenun dibuat dan benang kapas. Kain songket berbahan
benang sutra dapat dijumpai di Aceh, Sumatra Barat, Palembang, dan Bali,
sedangkan yang berbahan dasar benang katun dapat dijumpai di Flores.
Teknik menenun pada dasarnya hampir sama dengan teknIk menganyam,
perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup
melakukannya dengan tangan (manual) dan hamplr tanpa menggunakan alat
bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut
lungsin dan pakan. Teknik tenun dapat dibagi menjadi empatjenis, yaitu sebagal
berikut.
Teknik silang tunggal
Teknik silang tunggal merupakan teknik yang memiliki dua arah sumbu yang
saling tegak lurus atau midng satu sama lainnya.
Teknik silang ganda
Teknik ini hampir sama dengan silang tunggal yaitu menyisipkan dan
menumpang dua benda pipih (pakan dan lungsin) yeng berbeda arah.
Bedanya ialah pada pakan dan lungsin yang diselusup dan ditumpangl tidak
hanya satu tepi tetapi dapat dua, tiga, empat, dan seterusnya sehingga dikenal
silangan ganda dua, ganda tiga, ganda empat, dan seterusnya sesuai dengan
jumlah benda pipih yang dilompati dan disusupl.
Teknik tiga sumbu
Teknik ini sama seperti teknik silang, hanya saja perlu diingat bahwa pakan
dan lungsin yang akan ditenun tersusun menurut tiga arah. Teknik ini
memberi peluang untuk memperoleh hasil tenunan tiga sumbu jarang dan tiga
sumbu rapat. Tenunan tiga sumbu rapat menghasilkan pda bentuk heksagonal
(segi enam beraturan) atau belah ketupat.
4. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya anyaman
anyaman di Indonesia sangat beragam, baik jenis, bahan, maupun
bentuknya. Bahan untuk membuat anyaman kebanyakan dari kulit bambu, batang
rotan, dan daun pandan.

Bahan-bahan alam lainnya adalah pelepah pisang, enceng gondok, dan serat kayu.
Teknik pembentukan anyaman adalah dengan memanfaatkan jalur lungsi
(vertikal), jalur pakan (horizontal), dan jalur gulungan (diagonal). Pembentukan
pola motif anyaman diperoleh dengan cara memanfaatkan perbedaan warna. Kriya
anyaman tersebar di Nusantara terdiri atas bentuk-bentuk tradisional yang masih
bertahan, pengembangan dari bentuk-bentuk tradisional, hingga bentuk-bentuk
desain baru. Tasikmalaya (Jawa Barat) adalah salah satu pusat kerajinan anyaman
dari berbagai bahan dan bentuk. Di Halmahera (Maluku), rotan diproduksi
menjadi tas punggung. Di Papua, anyaman dapat ditemukan pada produksi gelang
khas masyarakat Papua yang terbuat dari serat kayu dan batang anggrek hutan.
Pada awalnya kegiatan menganyam dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan
alam yang hanya diproses secara sederhana seperti daun kelapa, rotan, eceng
gondok, serta daun pandan, tetapi seiring berkembangnya zaman, menganyam
tidak hanya menggunakan bahan-bahan alam, tetapi juga menggunakan
bahantelcstil sebagai bahan dasamya. Berikut ini beberapa contoh motif anyaman.

Sasak
Prinsip motif ini selang-seling jalinan satu tumpang satu dengan
pengembangan variasinya. Menyambung jalinan dilakukan dengan langsung
menyisipkan pada saat melakukan tumpang tindih. Contoh benda yang dibuat
dengan motif ini adalah keranjang, tas, dan jok kursi (antik).
Bilik atau Kepang
Untuk motif ini, selang-seling jalinannya adalah dua tumpang satu dan
pengembangannya. Contoh benda yang bermotif ini adalah bilik, tikar, bakul,
kipas, dan sebagainya.
Bintang
Selang-seling jalinan anyaman motif bintang membentuk segi enam beraturan
yang setiap sudutnya tumpang-tindih bergantian. Contoh benda anyaman motif
ini misalnya keranjang besar dan kecil.
Lilit
Cara menganyam motif ini dengan melilitkan tali selang-seling pada jali nan.
Contoh benda anyam dengan teknik lilit yakni keranjang buah, kerai, tempat
pensil, bangku, meja, dipan, dan sebagainya.

5. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya bordir


Bordir adalah sebuah seni yang memadukan dekorasi sulaman pada kain.
Alat bantunya berupa jarum dan benang. Bordir merupakan kerajinan rakyat yang
memedukan ketekunan dan ketelatenan dalam pengerjaannya. Kerajinan ini telah
tumbuh di beberapa daerah dengan motif dan rancangan khas daerah masingmasing.Awalnya kerajinan ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan pakaian
kebaya wanita yang merupakan pakaian nasional Indonesia, tetapi dengan adanya
perkernbangan dan penggunaan yang semakin meluas kerajinan ini menjadi

bagian dari ciri khas motif pakaian untuk sholat seperti mukena, baju koko, dan
selendang.
7. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya cor (cetak tuang)
Pada umumnya, seni kriya yang menggunakan teknik cor dibuat dengan
bahan dasar logam dan tanah liat. Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke
Indonesia, maka mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa
benda kriya dari bahan perunggu seperti genderang perunggu, kapak, bejana, dan
perhiasan.
Teknik cetak pada zaman perunggu ini ada dua macam, yaitu teknik bivalve dan
teknik a cire pardue.

Teknik tuang berulang (bivalve)


Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan
dua keping cetakan yang terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang kali sesuai
dengan kebutuhan ('bi' berarti dua dan 'valve' berarti kepingan). Teknik inl
digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun
hlasannya.
Teknik tuang sekali pakai (a cire perdue)
Teknik a cire perdue digunakan untuk membuat benda perunggu yang bentuk
dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali
dengan membuat model dari tanah liat. Selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi
dengan tanah liat. Setelah itu, model tersebut dibakar untuk mengeluarkan lilin.
Dengan demiklan terjadilah rongga dan akhirnya lelehan perunggu dapat dituang
ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat tersebut dipecah sehingga
diperoleh benda perunggu yang diinginkan.
Di samping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal
dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat
menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin.

7. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya membentuk


Pengertian teknik membentuk di sini yaltu membuat karya seni rupa
dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar, atau keramik.
Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui pembakaran
sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda dari bahan mentahnya.
Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik.
1. Teknik lillt pilin (colling)

Teknik ini merupakan gabungan dari pilinan tanah yang ditumpuk satu
persatu diantara pilinan yang lain sehingga menjadi sebuah/bentuk keramik.
Bentuk pilinan tersebut berfungsi sebagai dinding benda dan dekorasi.
2. Teknik pijat jari (pinching)
Teknik ini merupakan teknik bagi pemula dalam membentuk sebuah benda
keramik. Hasil jejak pijitan akan bisa ditamplikan dari tekanan ibu jari dan
telunjuktangan. Fungsi pemijitan dengan jari adalah untuk mengarahkan
bentuk pada benda keramik yang akan dibuat dan untuk meratakan ketebalan
benda keramik secara keseluruhan.
3. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung sepertl coll, lempengan atau
pijatjan merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas
untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu
simetris. Teknik ini sering dipa4 oleh seniman atau para penggemar keramik.
4. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat mengheslikan banyak bentuk
yang simetrls (bulat, silindris) dan bervarlasi. Cara pembentukan dengan
teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentra keramik.
Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand
wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat
putar dan menghasll kan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci, dan
lain-lain.
5. .Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah
yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang
sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti
untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger, maupun cetakan untuk
dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan
produksi massal, seperti alat-alat rumah tangga yaitu piring, cangkir,
mangkok, gelas, dan lain-lain.
Di samping cara-cara pembentukan di atas, para pengrajin keramik tradisional
juga dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang
dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding, maupun hiasan dinding dengan
berbagai motif seberti binatang atau tumbuh-tumbuhan.

Contoh Hasil Karya Seni Kriya


Kriya Keramik

Kriya Logam

Kriya Kulit

Kriya Kayu

Kriya Anyaman

Kriya Tekstil

BAB IV
PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata
dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang
tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan
kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Anda mungkin juga menyukai