Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sering
digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Sebagian besar kegiatan
berkomunikasi didominasi oleh kegatan berbicara. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan berbicara dipandang lebih efektif daripada keterampilan berbahasa
lainnya. Dalam kehiduan sehari-hari, berbicara merupakan salah satu kebutuhan
mutlak manusia untuk dapat hidu bermasyarakat secara baik. Begtu pula dalam
ranah pendidikan tinggi, kegiatan berbicara merupakan salah satu kebutuhan
mendasar bagi mahasiswa untuk dapat menyampaikan gagasan-gagasannya secara
baik dan benar.
Setiap mahasiswa dituntut memiliki kemampuan berbicara untuk
kepentingan akademik. Kegiatan berbicara untuk kepentingan akademik meliputi
berbicara, dalam presentasi, seminar, diskusi, dan pidato resmi. Kegiatan-kegiatan
yang telah disebutkan terutama presentasi tidak dapat dihindari oleh mahasiswa.
Sebagian besar dosen memberikan penugasan penyusunan makalah pada
mahasiswa yang kemudian harus dipresentasikan. Penyampaian gagasan-gagasan
dalam kegiatan presentasi tidak akan tersampaikan dengan baik jika mahasiswa
tidak memiliki kemampuan berbicara secara baik dan benar.
Diskusi berarti bertukar pikiran. Diskusi merupakan suatu bentuk tukar
pikiran yang teratur dan terarah. Baik kelompok kecil maupun besar. Dalam
diskusi yang baik, setiap peserta diskusi hendaknya bersikap aktif selama diskusi
berlangsung. Dengan kata lain, peserta diskusi harus aktif mengemukakan
pendapat seorang objektif dan mengandung kebenaran. Diskusi ada bermacam-
macam antara lain; diskusi kelompok, diskusi panel, dan seminar.
Biasanya komunikasi antar mereka atau kelompok  tersebut berupa salah satu ilmu 
atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan
benar. Diskusi bisa berupa apa aja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi
berkembang dan di perbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu
pemahaman dari topik tersebut.
Dalam  diskusi sering diwarnai dengan adu pendapat. Adu pendapat
merupakan cara utama mendapatkan solusi suatu masalah. Perbedaan berpikir
dipupuk untuk mendapatkan pemecahan bersama atas suatu masalah. Maka dari
itu diskusi sering digunakan sebagai sarana atau alat untuk menyelesaikan suatu
masalah yang terjadi dalam kehidupan, apalagi dalam kehidupan demokratis
saat ini, yang sering muncul permasalah-permasalahan yang tak terduga.
salah satu cara untuk menyampaikan ide, pikiran, gagasan kepada para
peserta, agar mereka memahami apa yang kita komunikasikan yakni melalui
presentasi. Presentasi dilakukan oleh seseorang untuk menyampaikan informasi
mengenai suatu masalah agar dapat dipahami oleh peserta sehingga peserta
terpengaruh dan ada perubahan perilaku yang lebih baik. Akan tetapi tidak semua
orang bisa melakukan presentasi di depan umum secara lancar, sehingga
presentator merasa gugup dan grogi yang akhirnya dapat mempengarui
penampilannya di hadapan peserta. Persiapan yang kurang matang sebelum
melakukan presentasi sangat mempengaruhi seseorang ketika berpresentasi.
Kemampuan seseorang untuk berbicara biasanya tidak sama tergantung
bagaimana orang tersebut mampu berfikir secara kritis dalam menghasilkan kata-
kata sehingga masih banyak orang yang sulit untuk berbicara di depan umum
dalam menyampaikan sesuatu.
Pidato merupakan salah satu ragam berbicara yang digunakan dalam
forum-forum. Seseorang yang akan berpidato di depan khalayak, harus memiliki
kemampuan berbucara untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran, dan
perasaannya kepada orang lain dengan baik. Orang yang berhasil mengemukakan
ide, gagasan, pikirannya dengan baik itu, pada umumnya mendapat perhatian dari
pendengarnya. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki keterampilan
mengemukakan ide, gagasan, pikirannya dengan baik, biasanya akan mengalami
kesulitan berbicara di depan khalayak. Oleh karena itu, pidato sangat penting
diberikan pada mahasiswa, karena mahasiswa adalah salah satu kumunitas ilmiah
yang menuntut kemahiran tersebut baik dalam kegiatan akademik di kampus
maupun di masyarakat nanti
Saat ini banyak mahasiswa menganggap mudah berbicara dengan bahasa
indonesia dan tidak memiliki semangat yang tinggi untuk mempelajarinya karena
merasa dirinya telah menguasai bahasa indonesia dengan baik. Padahal
menyataannya, kemmpuan berbahasa indonesia (berbicara akademik) masih
belum sepenuhnya sesuai dengan harapan. Sikap tersebut berdampak pada
mahasiswa ketika menyampaikan gagasan-gagasan yang masih belum
menggunakan bahasa indonesia sesuai dengan kaidah bahasa. Koenjaningrat
(dalam Chaer dan Agustina, 2010) mengatakan bahwa buruknya kemampuan
berbahasa Indonesia sebagian orang Indonesia, termasuk kaum intelektualnya,
adalah karena sifat-suataf negatif yang melekat pada mental sebagaian besar orang
indonesia. Sifat-sifat negatif itu adalah suka meremehkan mutu, mental
menerabas, tuna harga diri, menjauhi displin, enggan bertanggung jawab, dan
suka latah atau iku-ikutan. Selain itu, ada beberapa fenomena negatif yang terjadi
di tengah-tengah masyarakat Indonesia mengenai bahasa Indonesia.
Fenomena negatif yang terjadi di tengah-tengah masyarakat indonesia yaitu
1) banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemeriahannya
menggunakan bahasa asing, walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia
dengan baik, 2) banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasa
bahasa asing (bahasa Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu apabila tidak
menguasai bahasa Indonesia, 3) banyak orang Indonesia menganggap remeh
bahasa indoensia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah
menguasai bahasa Indonesia dengan baik, dan 4) banyak orang Indonesia merasa
dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah mengusai bahas asing (bahasa
Inggris) dan fasih, walaupun penguasaan bahasa ndonesianya kurang sempurna
(jentak, 2010).
Kenyataan tersebut merupakan sikap pemakai bahasa Indonesia yang negatif
dan tidak baik. Hal ini akan berdampak negatif pula pada perkembangan bahasa
Indonesia. Sebagaian pemakai bahasa Indonesia menjadi pesimis, menganggap
rendah, dan tidak percaya pada kemampuan berbahasa Indonesia dalam
mengungkapkan pikiran dan perasaanya dengan lengkap, jelas, dan sempurna.
Chaer dan Agustina (2010) mengungkapkan bahwa sikap negatif terhadap
suatu bangsa terjadi bila seseorang atau sekelompok orang tidak mempunyai lagi
rasa bangga tehadap bahasanya, dan mengalihkan rasa bangga itu kepada bahasa
lain yang bukan milknya. Kemudan ketika seseorang atau sekelompok orang tidak
mempunyai kesaadaran akn adanya norma bahasa. Sikap ini akan tampak pada
keselurhan tidak tuturnya, meereka tidak merasa perlu menggunakan bahasa
denga kaidah yang berlaku.
Pembinaan bahasa Indonesia dalam Salinan Peraturan Pemerintah Nomor
57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Perlindungan Bahasa dan
Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahsa Indonesia, dilakukan terhadap masyarakat
guna untuk meningkatkan sikap positif agar masyarakat memiliki kesadaran,
kebanggan, dan kesetiaan terhadap norma berbahasa Indonesia, meningkatkan
kedislipinan dan keteladanan dalam penggunaan bahasa Indonesia, menciptakan
mutu penggunaan bahasa Indonesia
Bersikap positif pada bahasa Indonesia dan memiliki kemampuan berbicara
akademik merupakan dua hal yang harus tercermin pada mahasiswa. Chaer dan
Agustina (2010) mengatakan bahwa sikap bahasa dapat memengaruhi
kemampuan berbahasa seseorang. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa sikap
bahasa merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang memengaruhi
kemampuan berbahasa seseorang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor penunjang keterampilan berbicara untuk kepentingan
akademik?
2. Apa yang dimaksud dengan berbicara dalam diskusi kelompok?
3. Bagaimana teknik-tenik dalam presentase
4. Bagaimana tenik-tenik dalam berpidato
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penunjang keterampilan berbicara untuk
kepentingan akademik.
2. Untuk mengetahui maksud dari berbicara dalam diskusi kelompok.
3. Untuk mengetahui teknik-tenik dalam presentase.
4. Untuk mengetahui teknik-tenik dalam berpidato.

Anda mungkin juga menyukai