Anda di halaman 1dari 2

Klasifikasi & Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum

frutescens)

Klasifikasi tanaman cabai rawit


Menurut Wijoyo (2009), klasifikasi cabai rawit adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum frutescens L.

a). Tata nama tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens)


1. Regnum disebut juga dengan kingdom, dalam tanaman disebut kingdom plantae
(tumbuh – tumbuhan)
2. Divisio, berdasarkan ciri khas divisio (nama deskriptif) ditambah akhiran -
PHYTA. Seperti pada tanaman cabai rawit merupakan tumbuhan berbiji, di bagian
akhir nama deskriptif ditambahkan phyta, yaitu Spermatophyta
3. Classis, dibentuk dengan menambahkan akhiran -EDONAE untuk tumbuhan
berbiji tertutup. Pada tanaman cabai rawit yang merupakan kelas tanaman berbiji
tertutup keping dua, maka menjadi Dicotyledonae
4. Ordo, biasanya ditambahkan akhiran -ALES. Bangsa tanaman cabai rawit yaitu
menjadi Solanales.
5. Familia, dalam nomenclature tumbuhan ditambahkan akhiran –ACEAE. Pada
tanaman cabai rawit yaitu menjadi Solanaceae
6. Genus, huruf pertamanya diawali dengan huruf capital dan ditulis dengan miring
atau tulisan tegak dengan digaris bawah. Pada tanaman belimbing manis ialah
merupakan tanaman jenis Capsicum, dapat ditulis dengan Capsicum atau
Capsicum.
7. Spesies, merupakan suatu kombinasi ganda yang terdiri dari nama genus diikuti
petunjuk spesies. Bila petunjuk spesies terdiri atas dua kata harus diberi tanda
penghubung, penulisan antara genus dan petunjuk spesies ditulis miring atau
dengan memberi garis bawah terpisah antara nama genus dan petunjuk spesiesnya.
Awalan nama genus ditulis dengan huruf kapital dan petunjuk spesies ditulis
degan awala huruf kecil. Pada tanaman cabai rawit dapat ditulis Capsicum
frutencens atau Capsicum frutencens dengan Capsicum sebagai genus dan
frutencens sebagai petunjuk spesies.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai rawit


Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai
Fase vegetatif : Fase muda/vegetatif adalah fase yang dimulai sejak perkecambah biji,
tumbuh menjadi bibit dan dicirikan oleh pembentukan daun-daun yang pertama dan
berlangsung terus sampai masa berbunga dan atau berbuah yang pertama. Pada tanaman
cabai merah fase ini dimulai dari perkecambahan benih sampai tanaman membentuk
primordia bunga (Sudarman, 2006)
Fase generatif : Fase generatif adalah fase yang ditandai dengan lebih pendeknya
pertumbuhan ranting dan ruas, lebih pendeknya jarak antar daun pada pucuk tanaman, dan
pertumbuhan pucuk terhenti (Prihmantoro, 2005). Pada fase ini terjadi pembentukan dan
perkembangan kuncup bunga, buah, biji dan dan pembentukan struktur penyimpanan
makanan (Setiati, 1996)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tanaman cabai


Faktor Internal
Faktor internal yang memicu pertumbuhan tanaman cabai berasal dari tanaman itu sendiri.
Terutama mencakup enzim dan hormon yang terkandung di dalam tanaman tersebut. Enzim
adalah biokatalisator yang dapat membantu proses metabolisme tumbuhan. Proses ini terdiri
atas proses katabolisme dan proses anabolisme. Proses katabolisme memiliki tujuan untuk
menghasilkan energi melalui pemecahan 6 atom glukosa menjadi 2 asam piruvat dan ATP.
Sedangkan proses anabolisme (fotosintesis) berfungsi untuk menghasilkan makanan.
Hormon juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai secara internal. Hormon
adalah substansi kimiawi yang berperan sebagai penentu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Di dalam tanaman cabai, terdapat berbagai macam hormon seperti auksin, giberelin,
sitonkinin, etilen, absisat, dan lain-lain. Setiap hormon tersebut mempunyai tugasnya sendiri.
Misalnya hormon giberelin bertugas untuk mendukung perkecambahan biji dan mendukung
pembelahan sel meristematik agar bisa terus tumbuh menjadi tanaman dewasa.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal mencakup semua faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan tempat
bercocok tanam tanaman cabai. Beberapa faktor yang penting di antaranya kelembaban, suhu,
cahaya matahari, air tanah, pH tanah, dan sebagainya. Tanaman cabai hendaknya ditanam di
tempat yang memiliki kelembaban dan suhu udara yang tepat. Suhu udara yang terlalu tinggi
menyebabkan enzim dan gugus protein di dalamnya mudah rusak. Begitu pula dengan pH
tanah sebaiknya jangan bersifat terlalu masam.
Cahaya matahari dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung proses fotosintesis. Tanaman
yang tidak mampu berfotosintesis dengan baik akan menjadi kerdil. Sedangkan bila
lingkungan cenderung gelap, tanaman cabai akan mengalami percepatan tumbuh dengan
gejala etiolasi. Akar dan batangnya tinggi, tetapi ukurannya kurus dan daunnya berwarna
pucat. Sementara itu, kelembaban tanah perlu senantiasa dijaga untuk mempertahankan
ketersediaan air tanah. Pastikan tanaman cabai yang Anda pelihara mampu mendapatkan air
sesuai kebutuhannya.

Anda mungkin juga menyukai