Di Susun Oleh :
Kristianus Nunggu
Npm.201754211022
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUSAMUS
2020
SENESEN DAN KLIMATERIK PADA TANAMAN CABAI
A. Tanaman Cabai
Gambar 1. Cabai
Tanaman cabai berasal dari benua Amerika, tepatnya Amerika Latin dengan
garis lintang 0‐30 LU dan 0‐30 LS. (Setiadi, 2006). Prajnanta (2007)
menambahkan bahwa tanaman cabai berasal dari Peru. Ada yang menyebutkan
bahwa bangsa Meksiko kuno sudah menggemari cabai semenjak tahun 7000 jauh
sebelum Colombus menemukan benua Amerika (1492). Christophorus Colombus
kemudian menyebarkan dan mempopulerkan cabai dari benua Amerika ke
Spanyol pada tahun 1492. Pada awal tahun 1500‐an, bangsa Portugis mulai
memperdagangkan cabai ke Macao dan Goa, kemudian masuk ke India, Cina,
dan Thailand. Sekitar tahun 1513 kerajaan Turki Usmani menduduki wilayah
Portugis di Hormuz, Teluk Persia. Di sinilah orang Turki mengenal cabai. Saat
Turki menduduki Hongaria, cabai pun memasyarakat di Hongaria.
1
C. Taksonomi Tanaman Cabai
2
4. Bunga
Umumnya suku Solanaseae, bunga cabai berbentuk seperti terompet
(hypocrateriformis). Bunga cabai tergolong bunga yang lengkap karena terdiri
dari kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla), benang sari (stamen),
dan putik (pistilum). Alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina
(putik) pada cabai terletak dalam satu bunga sehiingga disebut berkelamin dua
(hermaprodit). Bunga cabai biasanya menggantung, terdiri dari 6 helai
kelopak bunga berwarna kehijauan dan 5 helai mahkota bunga berwarna putih.
Bunga keluar dari ketiak daun (Prajnanta, 2007)
3
kondisi fisiologis buah, udara yang hampir jenuh menyebabkan kulit buah pecah
abnormal, sedangkan penyimpanan dalam udara yang terlalu kering
menyebabkan kulit buah berkerut sehingga bentuknya abnormal (Susanto,1994 )
F. Respirasi
Laju respirasi merupakan petunjuk untuk daya simpan buah sesudah dipanen.
Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya metabolisme dan oleh
karena itu, sering dianggap sebagai petunjuk mengenai potensi daya simpan
buah. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur simpan yang pendek.
Hal itu juga merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya sebagai
makanan. (Pantastico, 1993).
4
1. Penuaan Pola Penuaan Selama masa pertumbuhan
Dengan bertambahnya umur suatu tumbuhan, akan diikuti pula dengan proses
penurunan kondisi yang mengarah kepada kematian organ atau organisme. Bagian
akhir dari proses perkembangan, dari dewasa sampai hilangnya pengorganisasian
dan fungsi disebut senesen atau penuaan. Sel-sel yang telah berdifferensiasi pada
dasarnya mempunyai masa hidup terbatas, sehingga penuaan akan dialami oleh
semua sel pada saat yang berbeda-beda. Selama proses penuaan, pada tingkat sel
terjadi penyusutan struktur dan rusaknya membran seluler.
5
Sitokrom c akan berikatan dengan Apoptotic Protease Activating Factor 1
(APAF1) sehingga akan mengubah procaspase 9 menjadi caspase. Caspase inilah
yang akan melakukan aopotosis. Penyebab senescence yaitu karena adanya
kompetisi nutrient antara organ vegetative dan generative, pengaruh hormone,
faktor genetik dan faktor luar yang meliputi cahaya, defisiensi nitrogen, suhu serta
serangan patogen.
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik
tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya
menurun pada fase senesen. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi
dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase
linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan
lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus
dengan ukuran organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh.
6
Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase
penuaan.
Perubahan yang jelas telah terjadi pada metabolisme dan kandungan dalam
organ yang mengalami penuaan. Telah terjadi pengurangan DNA, RNA,
protein, ion-ion anorganik dan berbagai macam nutrient organic. Fotosintesis
berkurang sebelum senesen dimulai dan ini mungkin disebabkan menurunnya
permintaan akan hasil fotosintesis. Segera setelah itu klimakterik dalam
respirasi terlihat, dan nitrogen terlarut meningkat sebagai akibat dirombaknya
protein.
7
petunjuk dari percobaan Mothes yang menunjukkan bahwa setetes sitokinin
yang diberikan pada daun, telah menyebabkan terjadinya mobilisasi nutrien
organik dan anorganik menuju ke daerah sekitar daun yang diberi sitokinin.
Tapi masih belum jelas, apakah peningkatan nutrisi sebagai penyebab
langsung permudaan kembali (rejuvenation) atau sitokinin penyebab
terjadinya beberapa peristiwa yang menghasilkan permudaan kembali dan
mobilisasi nutrisi. Tidak semua tumbuhan memberikan respon terhadap
hormon yang sama. Sitokinin lebih efektif dalam menahan penuaan pada
tumbuhan basah, sedangkan giberelin lebih efektif menahan penuaan pada
Taraxacum officinale dan Fraxinus. Kadar giberelin endogen akan turun
dengan cepat selama senesen pada daun. Auksin (IAA dan 2,4-D) dapat
menghalangi senesen pada tumbuhan tertentu. Etilen adalah hormon yang
secara jelas merangsang kuat senesen pada banyak jaringan.
4. Pengguguran (Absisi)
8
senesen yang jelas. Daun tidak rontok demikian saja pada waktu mati. Suatu
daerah pembelahan sel yang disebut daerah absisi, berkembang dekat pengkal
tangkai daun, sehingga sejumlah dinding sel yang melintang tegak lurus
terhadap sumbu panjang tangkai daun terbentuk. Pektinase dan selulase
dirangsang pembentukannya pada sel-sel di daerah absisi, dan akan
melarutkan lamela tengah dinding yang melintang tadi, sehingga tangkai daun
lepas. Hubungan ikatan pembuluh yang terputus akan tersumbat dengan
dibentuknya tilosa (tylose), yaitu suatu zat sejenis gum dan dilapisi sel-sel
gabus. Dalam proses ini dua peristiwa terlibat, yaitu pembelahan sel dan
induksi hirdulose.
Kedua proses ini merupakan proses metabolisme yang aktif dan oleh
karenanya merupakan bagian yang terprogram dalam perkembangan
tumbuhan. Tumbuhan menggugurkan organnya karena sejumlah alasan.
Dedaunan tua, misalnya, digugurkan guna membantu daur ulang zat-zat
makanan, sementara buah-buahan yang telah masak rontok dan jatuh ke
bawah guna membantu penyebaran benih. Juga, bagian-bagian bunga yang
terkena penyakit sengaja digugurkan dan dibuang oleh tumbuhan. Hal ini
sengaja dilakukan untuk mencegah penjalaran penyakit. Namun begitu masih
ada sisi lain tentang pengguguran organ tumbuhan ini yang belum terungkap
ilmuwan. Mereka masih belum paham mengapa Arabidopsis thaliana
menggugurkan bagian-bagian bunganya setelah bunga tersebut dewasa.
Bagian-bagian bunga tumbuhan Arabidopsis thaliana tidaklah memerlukan
ruang besar, sehingga penggugurannya tidak terlihat memiliki kegunaan yang
jelas. Anehnya gen-gen yang bekerja memicu pengguguran ini sudah ada di
tumbuhan itu sejak lama.
9
punah. Akhirnya manusia, yang sangat bergantung pada keberadaan
tumbuhan, sudah pasti akan menderita.
Daun musim gugur akan berhenti membuat klorofil yang baru sehingga
kehilangan warna hijaunya. Warna musim gugur adalah kombinasi pigmen
yang baru dibuat selama musim gugur dan pigmen yang sebelumnya telah ada
pada daun, akan tetapi diselubungi oleh klorofil yang berwarna hijau. Pada
daun zone ini terbentuk melintasi tangkai di dekat pautannya dengan batang.
10
Keguguran daun dikontrol oleh perubahan dalam keseimbangan etilen dan
auksin. Lapisan absisi dapat dilihat sebagai suatu pita vertikal pada pangkal
tangkai daun. Setelah daun jatuh, suatu lapisan pelindung gabus menjadi
jaringan perut yang membantu mencegah patogen masuk kedalam tumbuhan
tersebut. Absisi dikontrol oleh perubahan pada keseimbangan etilen dan
auksin. Selama konsentrasi auksin yang tinggi dipertahankan di helai daun,
pengguguran dapat ditunda. Namun, penuaan menyebabkan penurunan tingkat
auksin pada organ tersebut, dan konsentrasi etilen mulai meningkat. Etilen, zat
pemacu pengguguran yang kuat dan tersebar luas diberbagai organ tumbuhan
dan pada banyak spesies tumbuhan, menyebabkan pembesaran sel dan
menginduksi sintesis serta sekresi hidrolase pengurai dinding sel. Hal ini
akibat efeknya pada transkripsi, sebab jumlah molekul m RNA yang
menyandingkan hidrolase meningkat sekali setelah diberi perlakuan etilen.
Salah satu contoh tanaman daun gugur yaitu pada pohon mahoni yang
akan menggugurkan daunnya untuk menyesuaikan diri pada musim kemarau.
Pengguguran daun pada pohon mahoni ini bertujuan agar tidak terjadinya
penguapan yang berlebihan yang nantinya dapat menyebabkan tumbuhan
tersebut kekurangan air dan akhirnya akan mati. Telah diketahui pada
sejumlah spesies bahwa kehilangan air sel yang serius disertai dengan
11
perobekan seluruh alur metabolisme utama (karbohidrat dan nitrogen) dan
denaturasi makromolekul (protein, asam nukleat), diduga karena perubahan
dalam jumlah air yang diikat pada permukaan hidropilik. Pengerutan dan
pembengkakan isi sel selama dehidrasi dan rehidrasi dapat menyebabkan
kerusakan mekanis yang tidak dapat pulih lagi terhadap membran sel dan/atau
plasmodesmata diantara sel.
Tumbuhan sangat beragam dan banyak cara geraknya. Namun gerak yang
dimaksud disini yaitu gerak-gerak yang dilakukan oleh bagian tubuh tertentu
dari tumbuhan tersebut. Gerak dapat di bedakan antara gerak tropisme artinya
arah rangsangan lingkungan menentukan arah gerak, dan gerak nasti yaitu
gerak yang terpicu oleh rangsangan dari luar, namun arah rangsangannya tidak
menentukan arah gerakan. Fototropisme merupakan gerak tropisme, ini adalah
gerak membengkoknya tumbuhan ke arah cahaya yang disebabkan distribusi
auksin yang asimetris.
12
relatif mobil didalam tumbuhan, dialihkan dan diberikan khusus untuk daun-
daun yang lebih muda. Sebaliknya, difisiensi nutrien yang relatif lebih tidak
mobil didalam tumbuhan pertama kali akan mempengaruhi bagian yang muda
pada tumbuhan tersebut. Jaringan-jaringan yang lebih tua mungkin saja
memiliki mineral itu dalam jumlah yang memadai, yang masih dapat mereka
pertahankan selama masa-masa kekurangan. Defisiensi besi, yang tidak
bergerak dengan bebas didalam tumbuhan, akan menguningkan pada daun
muda terlebih dahulu sebelum mempengaruhi daun yang lebih tua. Humus
adalah pembusukan bahan organik yang terbentuk oleh kerja bakteri dan fungi
pada organisme yang telah mati, seperti feses, daun-daun yang gugur, dan
buangan organik lainnya.
13
(klorosis) yang akhirnya daun tersebut gugur, ini disebabkan karena
kurangnya klorofil. Terjadi pula nekrosis yaitu keringnya daun bagian tepi
(jaringan menjadi mati) karena kekurangan protein. Kalium (K) Didalam
tumbuhan Kalium merupakan bagian dari enzim yaitu sebagai kofaktor
sehingga berfungsi sebagai katalisator. Selain itu Kalium berperan sebagai
pengatur proses fisiologi tanaman seperti pembelahan sel(untuk menyerap air
sehingga sel turgornya naik dan membesar), pada sintesis dan translokasi
karbohidrat, pada sintesis protein, reduksi nitrat, pembentukan klorofil, dan
membuka menutupnya stomata. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun
seperti terbakar dan akhirnya gugur.
14
Pemanenan dapat dilakukan ketika laju respirasi suatu produk sudah mencapai
klimaterik. Hal ini karena ketepatan pemanenan sangat mempengaruhi kualitas
produk tersebut. Produk yang dipanen terlalu muda pada produk buah-buahan
menyebabkan kematangan yang tidak sempurna sehingga kadar asamnya
meningkat dan menjadikan buah terasa masam. Untuk pemanenan yang terlalu
tua menyebabkan kualitas produk turun pada saat disimpan dan rentan terjadi
pembusukan.
Pada Tanaman Cabai bersifat klimaterik, karena seusai panen terjadi proses
mendadak memproduksi etilen, yaitu mulainya proses pematangan.Etilen adalah
suatu hormon yang penting dalam proses pematangan buah. Penanganan
klimaterik bisa digunkan dengan proses pendinginan, peyimpanan, karnakan
15
buah klimaterik lama kelamaan akan matang dan akan busuk. sehingga perlu
penangan. Buah klimaterik merupakan golongan buah yang cepat mengalami
kerusakan atau pembusukkan, hal ini disebabkan karena pada buah klimaterik
memiliki pola respirasi yang unik yaitu adanya respirasi peningkatan laju
respirasi secara mendadak.
Teknologi yang bisa diterapkan pada buah klimaterik adalah teknologi yang
dapat mengurangi laju respirasinya, seperti pendinginan, pengemasan, pelilinan
dan radiasi. Awal respirasi klimaterik diawali pada fase pematangan bersamaan
dengan pertumbuhan buah sampai konstan. Biasanya laju kerusakan komoditi
pasca panen berbanding langsung dengan laju respirasinya, walaupun tidak selalu
terdapat hubungan konstan antara kapasitas etilen yang dihasilkannya dengan
kemampuan rusaknya suatu komoditi. Disebut klimaterik apabila jumlah
CO2 yang dihasilkan dalam fase pertumbuhan buah terus menurun dan menjelang
senescene produksi CO2 kembali meningkat dan setelah itu menurun lagi. Etilen
yang dihasilkan akan meningkat pada fase pemasakan buah (ripening) dan
menurun menjelang fase pelayuan (senescene).
(Nicolaï et al. Engineering properties of Foods, Rao, Rizvi and Datta, Eds. CRC, 2005)
Gambar 3. Grafik hubungan antara pertumbuhan buah dengan laju respirasi dan
produksi gas etilene.
16
Dari grafik disamping, laju respirasi tertinggi terjadi pada fase pembelahan sel
(cell division) baik pada buah klimaterik maupun non-klimaterik. Hal ini
dikarenakan ketika sel melakukan pembelahan, di butuhkan energi yang sangat
besar dan satu-satunya sumber energi tersebut adalah dari proses respirasi. Seiring
dengan pertumbuhan buah maka laju respirasi semakin menurun sampai pada
awal pemasakan (ripening) buah. Produksi etilene pada fase pembelahan sel
sampai pembesaran sel (cell enlargement) tidak ada perbedaan antara buah
klimaterik dengan non-klimaterik. Memasuki fase ripening, fase inilah yang
membedakan buah klimaterik dengan non-klimaterik. Pada buah klimaterik terjadi
peningkatan dalam jumlah besar terhadap produksi etilene dan laju respirasinya.
Sementara pada buah non-klimaterik tidak terjadi peningkatan etilene maupun laju
respirasi.
17