Anda di halaman 1dari 9

Pengertian

Seni Kriya adalah Bidang keilmuan yang mempelajari pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas
berkarya rupa, yang bertolak dari pendekatan medium, kepekaan estetik, kebutuhan keseharian
(utiliatrian) dan mengandalkan keterampilan manual. Seni kriya juga adalah merupakan salah
satu dari karya senirupa terapan yang proses pembuatannya lebih mengutamakan fungsi dan
kegunaan.
Seni kriya (seni kerajinan tangan, handycraft) dapat diartikan, suatu bentuk/karya yang
dikerjakan secara manual atau dibantu dengan alat lain sebagai benda yang berguna bagi
kepentingan manusia.
Hasil karya kriya diutamakan mengandung nilai keunikan konseptual, tema, imajinatif,
emosional dan inderawi (visual, tactile, olfactory). Kriya juga merupakan metoda berkarya
sekaligus mendesain produk yang mengutamakan nilai kualitas estetika, fungsional, keunikan,
tema, makna dan pesan filosofis.
Penciptaan karya seni kriya tidak hanya didasarkan pada aspek fungsionalnya (kebutuhan fisik)
saja, tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan terhadap keindahan (kebutuhan emosional). Dalam
perkembangannya, karya seni kriya selalu identik dengan seni kerajinan. Hal ini disebabkan
pembuatan karya seni kriya yang tidak lepas dari pengerjaan tangan (hand made) dan memiliki
aspek fungsional.

Perkembangan Seni Kriya di Nusantara

Seni kriya Nusantara di indonesia dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok fase


perkembangan :
Seni Kriya Tradisional Klasik (Hindu-Budha)
Seni Kriya Tradisional Rakyat (Daerah), dan
Seni Kriya Indonesia Baru (Kolonial)

Seni Kriya Tradisional Klasik (Hindu-Budha) :


Kaidah seni dibakukan dalam pedoman seni oleh empu atau seniman.
Mutu seni, yang bersifat teknik maupun estetik dilandasi oleh pemikiran falsafah hidup dan
pandangan agama Hindu, Budha, Islam.
Contoh karya seni kriya pada masa ini adalah batik, pandai emas dan perak, ukiran kayu, keris,
wayang kulit dan wayang golek, dan kerajinan topeng
wayang dan keris

Seni Kriya Tradisional Rakyat (Daerah)


Ciri-ciri dari kebudayaan etnik menghasilkan corak kesenian tradisional sesuai dengan watak
masyarakat, adab kehidupan, dan lingkungan alamnya
Pembuatan dan jenis seni kriya tradisional ditentukan oleh bahan yang tersedia di lingkungan
tempat tinggal.
Karya seni kriya tradisional rakyat yaitu : anyaman, gerabah, logam, dan topeng yang masih
bertahan
Ciri - ciri karya seni kriya tradisional rakyat :
kebudayaan etnik
corak tradisional
watak masyarakat
adab kehidupan
lingkungan alamnya

Seni kriya tradisional

Seni Kriya Indonesia Baru (Kolonial)


Pada zaman kolonial pendidikan mementingkan nilai-nilai rasional dan kehidupan jasmaniah.
Kesadaran nilai-nilai luhur terhadap nilai-nilai tradisional seni kriya menjadi lemah, baik yang
klasik maupun kriya rakyat
Beberapa karya kriya indonesia baru yang dipadukan dengan seni tradisi dan bahan industri
ciri-ciri karya indonesia baru :
kehilangan nilai tradisi dan nilai klasik
komersialisasi yang melanda para kriyawan. keahlian para seniman klasik tidak diwariskan
saingan dari benda pakai hasil produksi industri

karya seni kriya 3 dimensi


Fungsi Seni Kriya

Sebagaimana kami sampaikan diatas bahwa seni kriya adalah merupakan salah satu dari karya
senirupa terapan dimana proses pembuatannya memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Fungsi seni
kriya secara garis besar terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai berikut.
1. Seni Kriya sebagai Hiasan (dekorasi)

Banyak produk seni kriya yang berfungsi sebagai benda pajangan. Seni kriya jenis ini lebih
menonjolkan segi rupa daripada segi fungsinya sehingga bentuk bentuknya mengalami
pengembangan. Misalnya, karya seni ukir, hiasan dinding, cinderamata, patung, dan lain-lain.
2. Seni Kriya sebagai Benda terapan (siap pakai)

Seni kriya yang sebenarnya adalah seni kriya yang tetap mengutamakan fungsinya. Seni kriya
jenis ini mempunyai fungsi sebagai benda yang siap pakai,bersifat nyaman, namun tidak
kehilangan unsur keindahannya. Misalnya, senjata, keramik, furnitur, dan lain-lain.
3. Seni Kriya sebagai Benda mainan
Di lingkungan sekitar sering kita jumpai produk seni kriya yang fungsinya sebagai alat
permainan. Jenis produk seni kriya seperti ini biasanya berbentuk sederhana, bahan yang
digunakan relatif mudah didapat dan dikerjakan, dan harganya juga relatif murah. Misalnya,
boneka, dakon, dan kipas kertas.

Jenis-jenis Seni Kriya

Jenis-jenis seni kriya banyak sekali dan sangat mudah ditemukan di berbagai daerah.
Berdasarkan dimensinya, jenis-jenis seni kriya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Seni kriya dua dimensi

Karya seni kriya dua dimensi meliputi sulaman, bordir, mozaik, kolase, batik, tenun, relief, dan
hiasan dinding.
2. Seni kriya tiga dimensi

Karya seni kriya tiga dimensi meliputi sebagai berikut.

a. Kriya keramik
Kerajinan keramik menggunakan bahan dasar tanah liat. Produk yang dihasilkan, misalnya vas
bunga, guci, teko, kendi, dan peralatan rumah tangga.

b. Kriya logam
Kerajinan logam menggunakan bahan jenis logam, seperti emas, perak, perunggu, besi, tembaga,
aluminium, dan kuningan. Produk yang dihasilkan, misalnya perhiasan emas dan perak, patung
perunggu, senjata tajam, peralatan rumah tangga, dan alat musik gamelan. Sekarang kerajinan
logam dibuat dengan berbagai variasi bentuk.

c. Kriya kulit
Kulit banyak digunakan untuk membuat berbagai benda kerajinan, seperti wayang kulit, tas,
sepatu, jaket, dan alat musik rebana.

d. Kriya kayu
Kayu banyak menghasilkan berbagai benda kerajinan, seperti topeng, wayang golek, furnitur,
patung, dan hiasan ukir-ukiran.

e. Kriya anyaman
Kerajinan anyaman biasanya menggunakan bahan dasar, seperti bambu, daun mendong, dan tali
plastik untuk membuat tempayan, topi, tutup nasi, tikar, dan gantungan pot tanama
Amier Aryadhi

Selasa, 14 Januari 2014


SEJARAH PERKEMBANGAN SENI KRIYA
A. Sejarah Seni Kriya
Sejak zaman prasejarah, benda karya seni rupa kriya sudah ada dan dibuat dengan teknik
pengerjaan yang paling sederhana, bahkan terkesan seolah tanpa sentuhan keindahan. Bahannya
diambil dari alam yang tersedia disekitarnya, contohnya kapak genggam yang terbuat dari batu.
Barulah setelah mengenal system bercocok tanam dan mulai hidup menetap, mereka membuat
benda-benda kriya untuk keperluan sehari-hari. Pada tahap ini, pembuatan benda-benda kriya
memperlihatkan adanya perkembangan meskipun masih sederhana.
Selain benda-benda tersebut, ada pla alat-alat dari batu berupa kapak yang sudah halus
pembuatannya. Pembangunan rumah-rumah yang terbuat dari bahan bambu dan kayu dengan
teknik pertukangan (perundagian) juga mulai dikuasai.
Kepandaian membangun rumah yang terbuat dari kayu dan bambu mendorong lahirnya banyak
karya seni kerajinan seperti kerajianan batu, kayu, rotan, tanah liat,dll. Kepandaian menguasai
kerajianan seperti ini dipelihara secara turun menurun atau menjadi tradisi seperti kepandaian
mengukir, menganyam,menenun, dan membentuk.
B. Pengertian Seni Kriya
Seni kriya berasal dari kata “Kr” (bhs Sanskerta) yang berarti ‘mengerjakan’, dari akar kata
tersebut kemudian menjadi karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan
sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni” (Prof. Dr. Timbul Haryono:
2002).
Dalam pergulatan mengenai asal muasal kriya Prof. Dr. Seodarso Sp dengan mengutif dari
kamus, mengungkapkan “perkataan kriya memang belum lama dipakai dalam bahasa Indonesia;
perkataan kriya itu berasal dari bahasa Sansekerta yang dalam kamus Wojowasito diberi arti;
pekerjaan; perbuatan, dan dari kamus Winter diartikan sebagai ‘demel’ atau membuat”. (Prof.
Dr. Soedarso Sp, dalam Asmudjo J. Irianto, 2000)
Sementara menurut Prof. Dr. I Made Bandem kata “kriya” dalam bahasa indonesia berarti
pekerjaan (ketrampilan tangan). Di dalam bahasa Inggris disebut craft berarti energi atau
kekuatan. Pada kenyataannya bahwa seni kriya sering dimaksudkan sebagai karya yang
dihasilkan karena skill atau ketrampilan seseorang”. (Prof. Dr. I Made Bandem, 2002)
Dari tiga uraian ini dapat ditarik satu kata kunci yang dapat menjelaskan pengertian kriya adalah;
kerja, pekerjaan, perbuatan, yang dalam hal ini bisa diartikan sebagai penciptaan karya seni yang
didukung oleh ketrampilan (skill) yang tinggi.
Seni kriya sering juga disebut dengan istilah Handycraft yang berarti kerajinan tangan. Seni kriya
termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain mempunyai aspek-aspek keindahan juga
menekankan aspek kegunaan atau fungsi praktis. Jadi Seni Kriya adalah seni kerajinan tangan
manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan
tidak melupakan pertimbangan artistik dan keindahan.
C. Unsur Karya Seni Kriya
Seni kriya mengutamakan terapan atau fungsi maka sebaiknya terpenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
Utility atau aspek kegunaan
v Security yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan barang-barang itu.
v Comfortable, yaitu enaknya digunakan. Barang yang enak digunakan disebut barang terap.
Barang-barang terapan adalah barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi.
v Flexibility, yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya adalah barang terap yaitu
barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau terapannya. Barang terap dipersyaratkan
memberi kemudahan dan keluwesan penggunaan agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam
penggunaannya.
Estetikaatau syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun enaknya dipakai jika tidak enak dipandang maka pemakai
barang itu tidak merasa puas. Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman dan puas bagi
pemakainya. Dorongan orang memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika
barang itu diperindah dan berwujud estetik.
D. Fungsi dan Tujuan Pembuatan Seni Kriya
Sebagai benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan mengutamakan fungsinya, adapun unsur
keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
Sebagai benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai benda pajangan atau hiasan. Jenis ini
lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau segi fungsinya.
Sebagai benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan sebagai alat permainan.
E. Jenis-jenis Seni Kriya
1. Seni kerajinan kulit,
Adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari kulit yang sudah dimasak, kulit mentah
atau kulit sintetis. Contohnya: tas, sepatu, wayang dan lain-lain.
2. Seni kerajinan logam,
Ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan
teknik yang digunakan biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk
yang diinginkan. Contohnya pisau, barang aksesoris, dan lain-lain.
3. Seni ukir kayu,
Yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang dikerjakan atau dibentuk
menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo,
nangka dan lain-lain. Contohnya mebel, relief dan lain-lain.
4. Seni kerajinan anyaman,
Kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat
pohon, pohon pisang, enceng gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.
5. Seni kerajinan batik,
Yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak
(printing). Contohnya: baju, gaun dan lain-lain.
6. Seni kerajinan keramik,
Adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah liat yang melalui proses sedemikian
rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda
pakai dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain.
F. Teknik dan Bahan Karya Seni Kriya
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan dengan bahan. Alat dan
cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir, membatik, menganyam, menenun, dan
membentuk.
Teknik cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka mulai dikenal teknik pengolahan
perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari bahan perunggu seperti gendering perunggu,
kapak, bejana, dan perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
Teknik Tuang Berulang (Bivalve). Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali
karena menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang kali
sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua dan valve berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk
mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.
Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue). Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda
perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini
diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan
tanah liat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga
perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga
diperoleh benda perunggu yang diinginkan. Disamping teknik cor ada juga teknik menempa
yang bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan
tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat
lilin. Saat ini banyak terdapat sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-
tempat terkenal itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan
yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.
Teknik Ukir
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak peralatan
yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu.
Benda- benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig
zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai hiasan juga mengandung makna
simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran
rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi
antara lain:
ü Fungsi hias,
Yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
ü Fungsi magis,
Yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis
berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
ü Fungsi simbolik
Yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu
yang berhubungan dengan spiritual.
ü Fungsi konstruksi,
Yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
ü Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.
Teknik Membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kemunculannya belum diketahui
secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses
pembuatannya adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses dengan
cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahap nglorod yaitu penghilangan
malam.
Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik pada umumnya sebagai berikut:
Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan kain tersebut umumnya
berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan baju kaos.
Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai perintang masuknya warna ke
serat kain (benang).
Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam diasol.
Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan kain yang lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik membatik antara lain
sebagai berikut:
Batik Celup Ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam sebagaia bahan
penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam serat
kain. Membatik dengan proses ini disebut batik jumputan.
Batik Tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam dengan menggunakan
canting pada motif yang telah digambar pada kain.
Batik Cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel yang umumnya terbuat dari
tembaga) sebagai alat untuk membuat motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
Batik Lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas
menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek tertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di
Indonesia antara lain Amri Yahya.
Batik Modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik yang
ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak
ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
Batik Printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini tidak
menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak
dipakai untuk kain seragam sekolah.
Daerah penghasil batik di Jawa yang terkenal diantaranya Pekalongan, Solo, Yogyakarta,
Rembang dan Cirebon.
Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi dan lain-lain dibuat
dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman ini
berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan, mendong,
pandan dan lain-lain.
Teknik Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik menganyam, perbedaannya hanya
pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan (manual)
dan hampir tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita
menggunakan alat yang disebut lungsi dan pakan. Daerah penghasil tenun ikat antara lain
Teknik Membentuk
Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah liat
yang lazim disebut gerabah, tembikar atau keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat
yang prosesnya melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda
dari bahan mentahnya.
Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik diantaranya:
Teknik coil (lilit pilin)
Teknik tatap batu/pijat jari
Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari merupakan
teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang
diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau para
penggemar keramik.

Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat,
silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para
pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat
putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat
putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll

Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak
dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang
biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger
maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan
produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat membentuk
keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding
maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan.

G. MEDIA SENI RUPA KRIYA


Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun unsur-
unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. Dalam mengolah media, siswa
perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan, dengan memperhatikan
keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam menyusun bentuk, siswa
perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga menjadi gaya yang bersifat
pribadi.
Dalam kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya teman atau
orang lain. Pembahasan karya seni rupa di sini merupakan proses analisis kritis, meliputi
deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang dianalisis adalah gaya, teknik, tema,
dan komposisi karya seni rupa. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengasah keterampilan
pengamatan visualnya.
Pembelajaran kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan bahasa dan
terminologi seni rupa untuk mendeskripsikan dan memberikan tanggapan terhadap karya seni
rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya seni rupa, seperti aspek-aspek
taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak). Pembelajaran kritik seni juga melatih
kemampuan untuk memahami makna-makna yang disampaikan melalui simbol-simbol visual,
bentuk-bentuk, dan metafora. Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup
penyajian karya seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi penyajian secara lisan di kelas
dan pameran di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran
adalah seleksi, pemajangan karya, dan publikasi.

Anda mungkin juga menyukai